GIRO SYARIAH
Di Susun Oleh:
Subhan Efendi (19383031090)
Febriyanto (19383031106)
Aini Ardila Safitri (193083032089)
Siti Anisah(19383032079)
Uzlifatul Jannah(19383032069)
Puji syukur saya ucapkan kehaadirat Allah SWT. Yang maha Kuasa atas
Rahmat, Karunia, serta Ridho dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah tentang “Giro Syariah” ini dengan baik. Dan kami juga berterimakasih
kepada Ibu Riskiyatul Khasanah, M. E. Selaku dosen mata kuliah Instrumen
Keuangan Syariah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Sekiranya tugas makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
pembaca dan kami sendiri. Sebelumnya kami mohon maaf bila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................................11
B. Saran..................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi
sebagai intermediasi keuangan (financial intermediary institution).1
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 secara tegas mengakui
eksistensi dari perbankan syariah, yaitu bank umum maupun bank
perkreditan rakyat yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah. Prinsip syariah diartikan sebagai aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan
dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah.2
Dalam sistem perbankan konvensional kegiatan penghimpunan
dana dari masyarakat dilakukan melalui mekanisme giro (demand
deposit), tabungan (saving deposit), dan deposito (time deposit).
Sedangkan pada perbankan syariah, prinsipnya hampir sama dengan
perbankan konvensional, artinya dalam sistem perbankan syariah dikenal
produk-produk berupa giro (demand deposit), tabungan (saving deposit),
deposito (time deposit) sebagai sarana untuk menghimpun dana dari
masyarakat. Perbedaannya adalah bahwa dalam sistem perbankan syariah
tidak dikenal adanya bunga sebagai kontraprestasi terhadap nasabah
deposan, melainkan melalui mekanisme bagi hasil dan bonus yang
bergantung pada jenis produk apa yang dipilih oleh nasabah.3
1
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2018), hlm. 78.
2
Ibid.
3
Ibid, hlm. 79.
1
Disini kami akan membahas salah satu produk penghimpunan dana
(funding) yang ada dalam sistem perbankan syariah yaitu Giro Syariah,
yang terdiri dari Giro Wadiah dan Giro Mudharabah.4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Giro Syariah?
2. Apa saja jenis-jenis dan bagaimana syarat ketentuan giro syariah?
3. Bagaimana landasan hukum dari giro syariah
4. Apa manfaat giro syariah bagi bank dan nasabah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian giro syariah.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis giro syariah dan mekanismenya.
3. Untuk mengetahui landasan hukum dari giro syariah.
4. Untuk mengetahui manfaat giro syariah bagi Bank dan nasabah.
BAB II
4
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2018), hlm. 79.
2
PEMBAHASAN
3
pihak yang memiliki kegiatan yang membutuhkaan alat pembayaran
dalam bentuk cek.9
9
Rachmadi Usman, Produk Dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: PT Citra
Adidaya Bakti, 2009), hlm. 141.
10
Ibid, hlm. 148-149.
4
wadi’ah ini lebih tepat digunakan untuk giro. Dilihat dari aspek
hukum islam, penerapan wadi’ah dalam perbankan syariah kurang
sesuai dengan wadi’ah yang ada dalam kitab fiqih. Karena salah
satu syarat wadi’ah bahwa barang yang dititipkan harus dijaga
tidak boleh dipakai. Apabila dipakai secara sepihak oleh orang
yang diberi titipan, kedudukan ayat ini berubah menjadi qardh atau
I’arah. Sekalipun demikiaan, perkembangan fiqh modern
memungkinkan adanya jenis wadi’ah yad dhomanah, yaitu
keadaan mustauda’ yang menggunakan dana wadi’ah secara
sepihak dengan memberikan jaminan berupa mengembalikan dana
100% kapan saja dana tersebut ditarik oleh muwaddi’.11
b. Ketentuan umum giro Wadi’ah berdasarkan Fatwa DSN-MUI12
1) Bersifat titipan.
2) Titipan bisa diambil kapan saja (on call).
3) Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam
bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifaat suka rela
dari pihak bank.
c. Ketentuan/persyaratan minimal ketentuan giro wadi’ah
menurut PBI13
Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro atas
daar akad wadi’ah berlaku persyaratan paling kurang sebagai
berikut:
1) Bank bertindak sebagai penerimaa dana titipan dan
nasabah bertindak sebagaai penitip dana;
2) Bank wajib menjelaskaan kepada nasabah mengenai
karakteristik produk, serta hak dan kewajiban
nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia mengenai transparasi informasi produk
Bank dan penggunaan data pribadi nasabah;
11
Rachmadi Usman, Produk Dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: PT Citra
Adidaya Bakti, 2009), hlm. 149.
12
Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2018), hlm. 84.
13
Sulaiman Jajuli, Produk Pendanaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hlm. 83.
5
3) Bank tidak diperkenanlkan menjanjikan pemberian
imbalan atau bonus kepada nasabah;
4) Bank dan nasbah waajib menuangkan kesepakatan
atas pembukaan dan penggunaan produk giro atau
tabungan atas dasar akad wadi’ah, dalam bentuk
perjanjian tertulis;
5) Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya
administrasi berupa biaya-biaya yang terkait
langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara
lain biaya kartu ATM, buku/cek/bilyet giro, biaya
materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening,
pembukaan dan penutupan rekening;
6) Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah;
daan
7) Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah.
2. Giro Mudharabah
a. Pengertian Giro Mudharabah
Mudharabah adalah kerja sama antara pemilik dana
(shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) untuk
melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil
(keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka.
Nasabah bertindak sebagai shahibul maal dan bank dyariah
bertindak sebagai mudharib.
Prinsip mudharabah diterapkan sebagai produk giro
mudharabah pada bank syariah biasanya diartikaan sebagai
“simpanan dana yang bersifat investasi yang penarikannya
dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Dan terhadap
investasi tersebut diberikan bagi hasil sesuai nisbah yang
disepakati di muka.”14
14
Sulaiman Jajuli, Produk Pendanaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hlm. 80-81.
6
b. Ketentuan umum giro mudharabah berdasarkan Fatwa
DSN-MUI15
1) Dalam traanskasi ini nasabah bertindak sebagai
shahibul maal atau pemilik dana, dan bank
bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana;
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat
melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan
mengembangkannya, termasuk didalamnya
mudharabah dengan pihak lain;
3) Modal harus di nyatakan dengan jumlahnya, dalam
bentuk tunai dan bukan piutang;
4) Pembagian keuntungaan harus dinyatakan dalam
bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening;
5) Bank sebagaai mudharib menutup biaya operasional
giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang
menjadi haknya;
6) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah
keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang
bersangkutan.
c. Ketentuan/persyaratan minimal giro mudharabah menurut
PBI
Dalam kegiatan menghimpun dana dalam bentuk
giro atas dasar akad mudharabah berlaku persyaratan
paling kurang sebagai berikut:16
1) Bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib)
dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana
(shahibul maal);
15
Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2018), hlm. 84.
16
Sulaiman Jajuli, Produk Pendanaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hlm. 84-85.
7
2) Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai
karakteristik produk, serta hak dan kewaajibaan
nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia mengenai transparansi informasi produk
bank dan penggunaan data pribadi nasabah;
3) Pembagian keuntungan dinyatakaan dalam bentuk
nisbah yang disepakati;
4) Bank dan nasabah wajib meenuangkan kesepakatan
atas pembukaan dan penggunaan produk giro atau
tabungan atas dasar akad mudharabah, dalam bentuk
perjanjian tertulis;
5) Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya
administrasi berupa biaya-biaya yang terkait
langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara
lain biaya kartu ATM, buku/cek/bilyet giro, biaya
materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening,
pembukaan dan penutupan rekening;
6) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah
keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah.
8
b. Hadits
Ketentuan hadits mengenai prinsip wadi’ah ini dapat kitaa
baca dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud
yang artinya:
“Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW.
Bersabda: “sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang
berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada
orang yang telah mengkhianatimu.”
2. Landasan Hukum positif
Giro wadi’ah sebagai salah satu produk perbankan di
bidang penghimpunan dana mengacu pada ketentuan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1988 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Di samping itu
juga secara teknis harus berdasarkaan pada ketentuan Peraturan
Bank Indonesia (PBI) Nomor 7/46/PBI/2005 tentang Akad
Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.17
Pengaturan giro wadi’ah juga dapat dijumpai dalam pasal
36 huruf a poin (1) PBI No.6/24/PBI/2004 tentaang Bank Umum
yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
Intinya bahwa Bank wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip
kehati-hatian dalam kegiatan usahanya antara lain meliputi
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk giro
berdasarkan prinsip Wadi’ah,18
Di samping itu mengenai giro ini juga di atur dalam fatwa
Dewan Syariah Nasional No. 01/DSN-MUI/IV/2000 yang intinya
menyatakan bahwaa giro yang dibenarkan secara syariah adalah
berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi’ah.19
17
Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2018), hlm. 82.
18
Ibid, hlm. 82.
19
Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2018), hlm. 82.
9
D. Manfaat Giro Bagi Bank dan Nasabah Serta Identifikasi Resiko
Manfaat giro bagi bank merupakan sumber pendanaan bank selain
sebagai salah satu aktifitas yang dilakukan Bank untuk membantu
pengelolaan arus dana nasabah melalui rekening giro tersebut.
Sedangkan bagi nasabah, manfaat utama penggunaan dari rekening
giro adalah memperlancar arus dana untuk pembayaran atau
penerimaan dengan menggunakan cek/bilyet giro atau sarana lainnya.
Nasabah juga dapat memperoleh bonus bila bank memutuskan untuk
memberikannya.
Mengingat giro merupakan kewajiban jangka pendek yang harus
dipenuhi oleh Bank setiap saat, maka bagi terdapat resiko yang harus
di atntisipasi yaitu tereksposnya pada resiko likuiditas yang sisebabkan
oleh fluktuasi rekening giro yang relative tinggi. Selain itu, bank juga
menghadapi resiko pasar, untuk giro valuta asing yang disebabkan oleh
adanya pergerakan nilaai tukar.20
20
Sulaiman Jajuli, Produk Pendanaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hlm. 88.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Giro menurut Fatwa Dewan Syariaah Nasional Nomor 01/DSN-
MUI/IV/2000 adalah sebagai simpanan dana yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan penggunaan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan pemindah bukuan. Giro Syariah dibagi
menjadi dua jenis, yaitu giro wadi’ah dan giro mudharabah. Giro wadi’ah
adalah giro yang operasionalnya berdasarkan akad wadi’ah yang bersifat
titipan. Sedangkan giro mudharabah adalah simpanan dana yang bersifat
investasi yang penarikannya dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan
dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Dan terhadap investasi tersebut
diberikan bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati di muka.
Landasan hukum giro syariah terdapat pada surat An-Nisa’ ayat 58,
surat Al-Baqarah ayat 283 dan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud.
Giro syariah mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1988 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang perbankan. Selain itu juga berdasarkaan pada ketentuan Peraturan
Bank Indonesia (PBI) Nomor 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan
dan Penyaluran Dana bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca dalam hal membantu
menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar
dengan hadirnya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca dalam
memahami materi aspek sosial dan lingkungan dalam mata kuliah
Instrumen Keuangan Syariah.
11
DAFTAR PUSTAKA
12