Anda di halaman 1dari 29

KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan


Dosen Pengampu: Dr. Henry Eryanto, M.M

Disusun Oleh:
Deasy Karissa Puspitasari 1709617009

Choirunnisa 1709617081

Riza Azzahra 1709617072

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Kepemimpinan dan Komunikasi” untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kepemimpinan dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan ilmu baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah yang kami susun ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami mengakui


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 6 April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1. Pengertian Kepemimpinan dan Komunikasi .................................... 3
2.2. Proses Komunikasi .......................................................................... 4
2.3. Bentuk-Bentuk Komunikasi............................................................. 5
2.4. Komunikasi Organisasi.................................................................. 10
2.5. Pengaruh Komunikasi Dalam Kepemimpinan ................................... 15
2.6. Jenis-Jenis Hambatan Komunikasi...................................................... 21
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 23
3.1. Kesimpulan ................................................................................... 23
3.2. Saran ............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 25

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Komunikasi ............................................................................. 5

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Efektivitas organisasi terletak pada efektivitas komunikasi, sebab
komunikasi itu penting untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara
pengirim informasi dengan penerima informasi pada semua tingkatan/level
dalam organisasi. Kelancaran semua kegiatan organisasi akan dapat terganggu
jika terdapat suatu masalah yang menyangkut komunikasi, dan apabila terjadi
masalah dalam komunikasi maka dikhawatirkan akan memberikan dampak
yang buruk bagi organisasi tersebut.

Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar 1 (satu) orang, antar


bagian dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu membangkitkan
kinerja orang-orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Menurut
Everett M. Rogers, komunikasi ialah proses yang didalamnya terdapat sesuatu
gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk
mengubah perilakunya. Peranan komunikasi tidak saja sebagai sarana atau alat
bagi pimpinan untuk menyampaikan informasi, misalnya tentang suatu
kebijakan, melainkan juga sebagai sarana untuk menciptakan hubungan yang
baik diantara pimpinan dengan pengawainya. Suatu organisasi tidak dapat
melaksanakan fungsinya tanpa adanya komunikasi dan bahkan lebih dari itu
organisai tidak dapat berdiri tanpa komunikasi. Oleh karena itu komunikasi
memiliki peranan yang sangat penting dalam organisasi.

Sebagai pusat kekuatan dan dinamisator bagi porganisasi (perusahaan,


kesatuan, jawatan dan lain-lain) pemimpin harus selalu berkomunikasi dengan
semua pihak, bai melalui hubungan formal maupun informal. Suksesnya
pelaksanaan tugas pemimppin itu sebagian besar ditentukan oleh
kemahirannya menjalin komunikasi yang tepat dengan semua pihak, secara
horizontal maupun secara vertikal, keatas dan kebawah.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang sudah diuraikan diatas, maka
dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kepemimpinan dan komunikasi
2. Bagaimana proses komunikasi
3. Bagaimana bentuk-bentuk komunikasi
4. Bagaimana komunikasi dalam organisasi
5. Apa pengaruh komunikasi dalam kepemimpinan
6. Apa saja jenis-jenis hambatan komunikasi

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui:
1. Pengertian kepemimpinan dan komunikasi
2. Proses komunikasi
3. Bentuk-bentuk komunikasi
4. Komunikasi dalam organisasi
5. Pengaruh komunikasi dalam kepemimpinan
6. Jenis-jenis hambatan komunikasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kepemimpinan dan Komunikasi


A. Pengertian Kepemimpinan
Harold Kontz mendefinisikan kepemimpinan sebagai pengaruh, seni
atau proses mempengaruhi orang-orang sehingga mereka akan berusaha
mencapai tujuan kelompok dengan kemauan dan antusias. Sementara itu,
Kartono mendefinisikan kepemimpinan sebagai satu bentuk dominasi yang
didasari oleh kapabilitas/kemampuan pribadi, yaitu mampu mendorong dan
mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama.
Gibson mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu upaya penggunaan
jenis pengaruh bukan paksaan untuk memotivasi orang-orang mencapai
tujuan tertentu. Sedangkan Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard,
kepemimpinan didefinisikan sebagai proses mempengaruhi aktivitas
seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain,
kepemimpinan berhubungan hierarkis antara atasan dan bawahan, sehingga
berfokus kepada para pengikut (Judge, 2008).
Istilah kepemimpinan tidak ada dalam Islam, sebab istilah
kepemimpinan adalah bahasa Indonesia yang berasal dari kata dasar
“pimpin” yang berarti membimbing atau menuntun. Kata “kepemimpinan”
sepadan dengan kata leadership yang dalam bahasa Inggris berasal dari kata
dasar lead. Kata “pimpin” jika diberi awalan “pe-” menjadi pemimpin
berarti seseorang yang melakukan bimbingan atau tuntunan.
Oleh karena itu, perbedaan antara pemimpin (leader) dengan
kepemimpinan (leadership), yakni pemimpin adalah individu yang mampu
mempengaruhi anggota organisasi guna mendorong organisasi tersebut
mencapai tujuan-tujuannya. Pemimpin menunjuk pada personal atau
individu. Sedangkan kepemimpinan adalah sifat penerapan pengaruh oleh
seorang anggota organisasi terhadap anggota lainnya guna mendorong
organisasi mencapai tujuan-tujuannya.

3
B. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan proses yang penting dalam organisasi.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Harisson dan Doerfel bahwa
komunikasi adalah variabel kunci yang memungkinkan seseorang untuk
membangun hubungan dalam satu organisasi serta berinteraksi, dan
berbagai informasi (Doerfel, 2006).
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal
dari kata latin communicare yang berarti berpartisipasi atau
memberitahukan. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya
proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Dengan kata lain, komunikasi diartikan sebagai pemberitahuan sesuatu
(pesan) dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan suatu media
( Aziz, 2012).

Menurut Lasswell sebagaimana dalam Effendy, komunikasi adalah


proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
media yang menimbulkan efek tertentu. Jadi dalam pengertian ini yang
terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Sementara itu, Stewaed L. Tubbs
dan Silvia Moss mengemukakan bahwa komunikasi manusia yaitu proses
yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok,
organisasi, dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk
beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain (Effendy, 2002).

Oleh karena itu, komunikasi merupakan jalan bagi organisasi untuk


saling memahami satu sama lain dan mengkoordinasikan kegiatan mereka
untuk mempertahankan hubungan yang lebih baik. Untuk itulah komunikasi
sangat diperlukan dalam sebuah organisasi.

2.2. Proses Komunikasi


Secara linier, proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat (4) elemen
atau komponen sebagai berikut.
a. Sumber/komunikator, yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu
organisasi/institusi yang mengambil inisiatif menyampaikan pesan.

4
b. Pesan, berupa lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis atau secara lisan,
gambar, angka, gestura.
c. Saluran, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian/ pengiriman
pesan (misalnya telepon, radio, surat, surat kabar, majalah, TV, gelombang
udara dalam konteks komunikasi antarpribadi secara tatap muka).
d. Penerima/komunikan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau
organisasi/ institusi yang dijadikan sasaran penerima pesan.
Secara sederhana proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Proses Komunikasi

Proses komunikasi yang digambarkan tersebut dapat dijelaskan


demikian: pertama, pihak sumber membentuk (encode) pesan dan
menyampaikannya melalui satu saluran tertentu (misalnya melalui surat,
telepon, gelombang udara) jika komunikasi berlangsung secara tatap muka.
Kemudian pihak penerima mengartikan dan menginterpretasikan pesan
tersebut. Apabila ia (penerima) punya tanggapan maka ia akan membentuk
pesan dan menyampaikannya kembali kepada sumber.

2.3. Bentuk-Bentuk Komunikasi


Didalam berhubungan sehari-hari komunikasi dibagi menjadi dua yaitu
verbal dan nonverbal.
1) Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal meliputi simbol atau pesan yang menggunakan satu
kata atau lebih, dari semua interaksi yang disadari termasuk dalam kategori
disengaja yang dilakukan dengan sadar ke orang lain baik itu menggunakan

5
lisan. Bahasa juga digunakan dalam kode verbal dan dapat didifinisikan
sebagai perangkat simbol, dengan aturan dan yang mengkombinasikan
simbol-simbol tersebut, yang digunakan dalam memahami suatu komunitas-
komunitas (Mulyana, 2005). Larry barker dalam Mulyana (2005:243),
Bahasa memiliki tiga fungsi penamaan (naming dan labeling), interaksi,
tranmisi dan informasi.
a. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek,
tindakan, atau orasng dengan menyebut namanya sehinggah dapat
dirujuk dalam komunikasi.
b. Fungsi komunikasi menekankan pada gagasan dan emosi yang bisa
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan serta kebingungan.
c. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan pada orang lain, inilah
yang dinamakan dengan tranmisi, dari keistimewaan bahasa yang bisa
menjadi tranmisi informasi yang melintasi waktu dengan
menghubungkan masa lalu, sekarang dan akan datang.

2) Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non verbal adalah semua komunikasi yang tidak
menggunakan kata-kata. Komunikasi ini mencangkup semua rangsangan
kecuali ransangan verbal dalam suatu sistem komunikasi, yang bagi
pengirim atau penerima, dan kita mengirim pesan non verbal tanpa
menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain (Mulyana,
2005).
Dalam prosesnya, komunikasi itu terbagai dalam dua macam
komunikasi, yaitu komunikasi aktif dan komunikasi pasif. Komunikasi aktif
merupakan suatu proses komunikasi yang berlangsung dengan aktif antara
komunikator dengan komunikan sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga
terjadi timbal balik di antara keduanya. Sedangkan komunikasi pasif terjadi
ketika komunikator menyampaikan informasi atau ide terhadap halayaknya
atau komunikan sebagai penerima informasi, akan tetapi komunikan tidak

6
mempunyai kesempatan untuk memberikan respon atau timbal balik dari
proses komunikasi.
Para pakar ilmu komunikasi mengelompokkan pembagian komunikasi
dalam bentuk yang bermacam-macam. Sebagaimana yang dipaparkan oleh
Dedy Mulyana (Mulyana, 2005) bahwa komunikasi dapat dibagi menjadi
beberapa bagian, yaitu:

1) Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) adalah
komunikasi dengan diri-sendiri, baik kita sadari atau tidak. Komunikasi
intra personal, secara harfiah dapat diartikan sebagai komunikasi dengan
diri sendiri. Hal ini menyangkut proses disaat diri (self) menerima
stimulus dari lingkungan untuk kemudian melakukan proses
internalisasi. Hal ini sering dijelaskan dengan proses ketika seseorang
melakukan proses persepsi, yaitu proses ketika seseorang
mengintrepretasikan dan memberikan makna pada stimulus atau objek
yang diterima panca inderanya.

Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi dengan diri


sendiri dengan tujuan untuk berfikir, melakukan penalaran, menganalisis
dan merenung (Devito, 1997). Demikian menurut Effendy tentang
pengertian komunikasi intrapersonal atau komunikasi antar pribadi
merupakan komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang
itu berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan
(Effendi, 1993). Adapun fungsi dari komunikasi intrapersonal ini adalah:

a. Untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, mamahami dan


mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berpikir sebelum
mengambil keputusan.
b. Komunikasi ini akan membantu seseorang/individu agar tetap sadar
akan kejadian sekitarnya.

7
2) Komunikasi Antar pribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi yang lain secara langsung, baik
secara verbal maupun nonverbal. Secara umum komunikasi interpersonal
dapat diartikan sebagai proses pertukaran makna orang-orang yang saling
berkomunikasi. Komunikasi ini dilakukan oleh dua orang atau lebih dan
terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Dapat berlangsung
dengan berhadapan muka atau melalui media komunikasi, antara lain
dengan menggunakan pesawat telepon atau radio komunikasi.
Komunikasinya bersifat dua arah, yaitu komunikator dan komunikan
yang saling bertukar fungsi.

Komunikasi antar personal adalah proses pengiriman dan


penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil
orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika
(Effendi, 1993). Dalam proses komunikasi antar pribadi kemampuan
komunikator diperlukan untuk mengekspresikan diri pada peranan orang
lain (empati). Untuk mencapai keberhasilan dalam komunikasi tatap
muka perlu didukung dengan penggunaan komunikasi kebahasaan,
bahasa kial dan bahasa sikap. Ketiga peran bahasa dilaksanakan secara
gabungan sehingga muncul keserasian. Contoh penggunaan ketiga peran
bahasa tersebut adalah:

a. Komunikasi kebahasaan, “Saya senang dapat berjumpa dengan


Anda”.
b. Bahasa kial, “Komunikator mengajak berjabat tangan, atau
membungkukkan badan”.
c. Bahasa sikap, komunikator mengekspresikan perasaan senang dengan
memandang penuh perhatian dan senyum.

8
3) Komunikasi Kelompok
a. Komunikasi dalam kelompok besar
Komunikasi dalam kelompok besar (large group, massa atau
macro group) tidaklah selalu sama dengan komunikasi dalam
kelompok kecil meskipun setiap kelompok besar pasti terdiri atas
beberapa kelompok kecil. Hal ini antara lain disebabkan oleh
beberapa hal sebagai berikut:

1. Komunikasi dalam kelompok yang jumlahnya besar (ratusan atau


ribuan orang) ketika dalam suatu situasi komunikasi yang sedang
berlangsung hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan
tanggapan secara verbal dan personal karena sedikit sekali
kemungkinannya bagi komunikator untuk bertannya jawab dan
2. Situasi dialogis hampir tidak ada. Sebaiknya pembicara senantiasa
perlu lebih fokus dalam arah pembicaraannya sehingga pendengar
akan dapat mudah mencerna pesan pembicara (Devito, 1997).

b. Komunikasi dalam kelompok kecil


Komunikasi kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang
relatif kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan
yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara
mereka. Contoh: komunikasi antar manager dengan sekumpulan
karyawan.

4) Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi secara
institusional dan teknologis dari sebagian besar aliran pesan yang
dimiliki bersama secara berkelanjutan dalam masyarakat industrial
(Winarso, 2005). Komunikasi massa (mass communication) adalah
komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar,
majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu
lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah
besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim, dan heterogen.

9
Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan
selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi antarpribadi,
komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi berlangsung juga
dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media
massa ini.

5) Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi
dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan
berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi
kelompok. Komunikasi organisasi seringkali juga melibatkan
komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi. Komunikasi formal adalah
komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi kebawah,
komunikasi keatas, dan komuniksi horizontal, sedangkan kamunikasi
informal tidak tergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi
antar sejawat dan antar rekan kerja.

2.4. Komunikasi Organisasi


Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam
suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam
suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi
organisasi seringkali juga melibatkan komunikasi diadik, komunikasi
antarpribadi. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur
organisasi, yakni komunikasi kebawah, komunikasi keatas, dan komuniksi
horizontal, sedangkan kamunikasi informal tidak tergantung pada struktur
organisasi, seperti komunikasi antar sejawat dan antar rekan kerja.
A. Komunikasi Formal
Komunikasi formal dapat di artikan dengan komunikasi yang mengikuti
rantai komando yang dicapai oleh hirarki wewenang. Dalam struktur
organisasi garis, fungsional, maupun matriks, akan tampak berbagai macam
posisi atau kedudukan masing-masing sesuai dengan batas tanggung jawab
dan wewenangnya. Pola komunikasi dapat berbentuk komunikasi dari atas

10
ke bawah (top down or downward communications), komunikasi dari bawah
ke ata (bottom up or upward communications), komunikasi horizontal
(horizontal communications), dan komunikasi diagonal (diagonal
communications). Berikut penjelasan batasan-batasan komunikasi formal
(Purwanto, 2011).
1) Komunikasi dari Atas ke Bawah
Komunikasi ini dapat disebut juga komunikasi dari atasan disemua
level kepada bawahan, komunikasi ini umumnya terkait dengan
tanggung jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi.
Komunikasi ini bertujuan untuk menyampaikan informasi,
mengarahkan, mengoordinasikan, memotivasi, memimpin, dan
mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah.

Komunikasi dari atas ke bawah merupakan penyampaian pesan yang


dapat berbentuk perintah, intruksi, maupun prosedur untuk dijalankan
para bawahan dengan sebaik-baiknya. Komunikasi ini juga dapat
berbentuk lisan (oral communications) maupun tulisan (written
communications) (Purwanto, 2011).

Menurut Katz dan Kahn (Purwanto, 2011), komunikasi dari atas


kebawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu:
a. Memberikan pengarahan atau intruksi kerja tertentu
b. Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan
c. Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional
d. Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para anggota
e. Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu
organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.

Kekurangan komunikasi ini adalah kemungkinan terjadinya


penyaringan ataupun sensor informasi penting yang ditujukkan ke para
bawahannya. Dengan kata lain, pesan yang diterima para bawahan bisa
tidak selengkap aslinya. Ketidak lengkapan pesan yang diterima
disebabkan oleh saluran komunikasi yang cukup panjang mulai dari

11
atasan hingga bawahan. Maka dari itu, dalam penyampaian pesan perlu
diperhatikan panjangnya saluran komunikasi yang digunakan dan
kompleksitas pesan yang ingin disampaikan kepada para anggotanya.

2) Komunikasi dari Bawah ke Atas


Komunikasi ini berarti alur pesan yang disampaikan berasal dari
bawahan/anggota menuju ke atasan/ketua. Untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang terjadi dalam suatu organisasi dan mengambil
keputusan secara tepat, sudah sepantasnya bila ketua memperhatikan
aspirasi yang berasal dari bawah. Keterlibatan anggota dalam proses
pengambilan keputusan merupakan salah satu cara yang positif dalam
upaya pencapaian tujuan organisasi, selain itu ketua harus percaya penuh
kepada para anggotanya. Kalau tidak, informasi apapun dari anggota
tidak akan bermanfaat karena yang muncul hanyalah rasa curiga dan
ketidak percayaan terhadap informasi tersebut.

Salah satu kelemahan komunikasi dari bawah ke atas adalah


kemungkinan bawahan hanya menyampaikan informasi yang baik-baik
saja, sedangkan informasi yang agaknya mempunyai kesan negatif atau
tidak disenangi oleh manajer cenderung disimpan atau tidak
disampaikan, demi menjaga posisinya, serta mendapatkan rasa aman
dalam suatu organisasi.

3) Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal atau sering juga disebut dengan istilah
komunikasi lateral, adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian
yang memiliki posisi sejajar dalam suatu organisasi, tujuan komunikasi
horizontal antara lain untuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan
memberikan informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki
kedudukan sejajar. Komunikasi horizontal menjadi penting artinya
manakala setiap bagian atau departemen dalam suatu organisasi memiliki
tingkat tingkat ketergantungan yang cukup besar. Akan tetapi, jika
masing-masing bagian dapat bekerja secara sendiri-sendiri tanpa harus

12
bergantung pada bagian lainnya, komunikasi horizontal tidak sering atau
minim dipakai.

4) Komunikasi Diagonal
Bentuk komunikasi yang satu ini memang agak lain dari beberapa
bentuk komunikasi sebelumnya. Komunikasi diagonal melibatkan
komunikasi antara atasan dua level organisasi yang berbeda. Contohnya
adalah komunikasi formal didalam organisasi antara bagian konsumsi
dengan bagian dokumentasi.
Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya adalah:
a. Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat dibandingkan bentuk
komunikasi tradisional.
b. Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut
membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi.
Namun komunikasi diagonal juga memiliki kelemahan. Salah satu
kelemahannya adalah bahwa komunikasi diagonal dapat mengganggu
jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Disamping itu,
komunikasi diagonal dalam suatu organisasi besar juga sulit untuk
dikendalikan secara efektif.

B. Komunikasi Informal
Selain pola komunikasi formal, arus pesan dapat melewati jaringan
informal yaitu jenis komunikasi dalam struktur organisasi yang sebenarnya
tidak diikuti secara resmi keberadaanya oleh manajemen. Komunikasi ini
sering disebut dengan “desas-desus” atau “selentingan”. Rosnow (1988)
mendefinisikan desas-desus sebagai “sebuah proposisi untuk dipercaya
tanpa pembuktian resmi”. Peneliti pun beranggapan bahwa desas-desus
mengurangi ketegangan emosional biasanya timbul dari lingkungan yang
ambigu (Tubbs & Moss, 2005).

Komunikasi informasi cendrung berisi laporan rahasia mengenai orang


dan kejadian-kejadian yang tidak mengalir secara resmi. Informasi yang

13
diperoleh dari desas-desus adalah berkenaan dengan apa yang didengar atau
apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang di umumkan oleh pihak
pimpinan. Informasi ini mengalir ke atas, ke bawah atau secara horizontal
tanpa memperhatikan hubungan posisi, walaupun ada mungkin sedikit.
Informasinya dapat berubahubah dan tersembunyi. Namun nyata, oleh
karena tuntutan pegawai akan informasi relevan, akurat dan lengkap dalam
tempo yang relatif singkat sangat besar dan beragam dalam mutu dan
volume sedangkan kebutuhan informasi dimaksud tidak selalu dapat
dipuaskan melalui pola komunikasi formal.

Dengan kata lain, Pola komunikasi informal dalam lingkup organisasi


adalah suatu penyebaran pesan-pesan yang pada dasarnya tidak diketahui
keabsahannya atau kebenarannya, pesan-pesan yang sudah melampaui
aktivitasaktivitas formal organisasi. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, bahwa di dalam pola komunikasi informal terdapat bebagai
macam informasi yang mengalir.

Pola komunikasi informal memiliki kelebihan dan kelemahan yang


memberikan dampak kepada organisasi. Adapun kelebihannya adalah dapat
berfungsi sebagai papan pengumuman yang menyuarakan kepenatan
pegawai, membantu menyalurkan berita yang tidak bisa dikirim lewat
jaringan formal, memperlancar proses penyelesaian tugas-tugas pekerjaan
dan membantu memperbaiki kehidupan sosial dan organisasi karena
pegawai saling berbagi berita selentingan, sehingga satu sama lain menjadi
pemain kelompok yang kompak. Sedangkan kelemahannya adalah
meskipun akurasi berita bisa 75% sampai 95% kebenaran namun seringkali
kesalahan terjadi juga, pegawai terkadang dapat mengubah fakta sesuai
kepentingan pribadinya dari pada menyampaikan fakta sebenarnya dan sulit
memastikan siapa yang harus bertanggung jawab terhadap fakta selentingan
tersebut dimana pesan dikirim secara tidak tepat.

Efek negatif dari grapevine dapat dikontrol oleh pimpinan dengan


menjaga pola komunikasi formal yang bersifat terbuka, jujur, teliti dan

14
sensitif terhadap komunikasi ke atas, ke bawah dan horizontal. Pimpinan
dapat memanfaatkan kelebihan jaringan ini untuk menunjang dan
melengkapi pesan yang diperlukan, seperti suasana emosi, sentimen dan
sikap karyawan terhadap berbagai masalah organisasi dan menajemen yang
berkaitan dengan kepentingan pegawai dan keluarganya yang sulit didapat
melalui jaringan formal, sehingga pimpinan dapat lebih arif dalam
mengambil keputusan.

2.5. Pengaruh Komunikasi Dalam Kepemimpinan


Kepemimpinan yang efektif sangat bergantung pada komunikasi efektif
yang dilakukan oleh pemimpin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemimpin menghabiskan sekitar 75% sampai 90% waktunya dengan berbagai
kegiatan komunikasi baik komunikasi internal maupun komunikasi eksternal.
Untuk itu, agar pemimpin dapat berkomunikasi secara efektif dengan
anggotanya dan pihak eksternal, pemimpin hendaknya belajar menjadi
komunikator yang baik dan mengasah keterampilan berkomunikasi efektif. Hal
ini dikarenakan kemampuan komunikasi pemimpin sebagai komunikator
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi
organisasi yang tidak hanya dapat membantu anggotanya menyelasaikan tugas-
tugas yang diberikan melainkan juga memungkinkan bagi organisasi untuk
mencapai keberhasilan.

Seorang pemimpin yang memiliki keterampilan komunikasi yang baik


dapat membantu mengembangkan pemahaman yang lebih baik bagi orang-
orang di sekitarnya serta memberikan inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya
untuk mengikuti prinsip-prinsip serta nilai-nilai yang dianut oleh seorang
pemimpin. Sebaliknya, seorang pemimpin yang tidak memiliki keterampilan
komunikasi yang baik dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan oleh dirinya dan organisasi serta menjadikannya seorang pemimpin
yang tidak efektif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi dan
kepemimpinan yang efektif secara bersama-sama menyuguhkan komunikasi
kepemimpinan yang efektif.

15
Adapun pengaruh komunikasi dalam kepemimpinan yang dapat
menunjang keberhasilan organisasi di antaranya adalah:

1) Merumuskan Tujuan Organisasi


Seorang pemimpin harus mampu menciptakan atau merumuskan
tujuan dasar organisasi. Dalam artian, pemimpin harus mampu
membentuk visi yang jelas bagi organisasi dan merumuskan tugas-tugas
yang diperlukan untuk membantu organisasi mencapai visi yang dimiliki.

2) Membangun Pemahaman yang Lebih Baik


Seorang pemimpin harus dapat membangun pemahaman yang lebih
baik di antara anggota timnya agar tidak terjadi kesalahpahaman. Hal
pertama yang harus dilakukan oleh pemimpin adalah dengan cara
menyadari dan memahami apa yang dibicarakan atau disampaikan kepada
anggota timnya. Setelah itu, pemimpin memilih dan merumuskan pesan
tanpa adanya ambiguitas agar dapat dimengerti dan dipahami oleh anggota
tim. Pesan yang dirumuskan dengan baik belum cukup jika tidak didukung
dengan pengetahuan yang cukup baik tentang subyek pembicaraan serta
teknik komunikasi yang tepat.

3) Membangun Kepercayaan dengan Berbagai Pihak


Kepercayaan adalah faktor yang ingin dimiliki oleh setiap individu
sebelum mereka memutuskan untuk menjadi pengikut di setiap situasi.
Agar seorang pemimpin memperoleh kepercayaan dari pengikutnya,
seorang pemimpin harus membangun kepercayaan itu dengan cara
mengkomunikasikan visi yang dimiliki serta berinteraksi dengan mereka.
Jika di antara anggota tim ada yang merasa kurang percaya dengan
pemimpinnya, maka hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab
gagalnya komunikasi dalam organisasi.

4) Menjalin Hubungan Baik dengan Pengikut


Berbicara mengenai kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dari
hubungan antar pemimpin dan yang dipimpin. Pemimpin dan pengikut
atau yang dipimpin umumnya memiliki hubungan yang sifatnya dua arah.

16
Hubungan antara pemimpin dan pengikut ini dapat memberikan dampak
yang sangat besar terhadap organisasi. Agar hubungan dapat terjalin
dengan baik, maka seorang pemimpin harus selektif dalam membagikan
sumber daya yang dimiliki dengan pengikutnya. Hubungan yang baik
antara pemimpin dan pengikutnya ditandai dengan besarnya masukan
dalam pengambilan keputusan, dukungan yang sama dan saling
menguntungkan, besarnya pengaruh informal, kepercayaan dan latitude
negosiasi yang besar.

5) Menyatakan Visi, Misi, Nilai-Nilai dan Aturan


Seorang pemimpin yang baik hendaknya menyatakan visi, misi, nilai-
nilai, atau aturan secara jelas kepada timnya dan memberikan contoh
kepada timnya bahwa ia juga mengikuti aturan yang telah dibuatnya
sambil berharap apa yang dilakukan olehnya akan diikuti oleh orang lain
atau pengikutnya. Selain itu, seorang pemimpin juga harus
mengkomunikasikan kepada timnya secara tidak langsung bahwa ia
memiliki kapabilitas untuk melaksanakan apa yang ia harapkan dari
timnya. Singkatnya, seorang pemimpin harus mengarahkan atau
memimpin timnya dengan cara memberikan contoh kepada timnya.
Komunikasi yang dilakukan pemimpin harus jelas, singkat, dan juga harus
menilai pikiran, ide, dan perasaan orang lain. Kepemimpinan yang baik
sangat dibutuhkan untuk merangkul semua budaya, pengetahuan,
pendidikan, nilai-nilai moral, demografi yang berbeda, dan penyimpangan
komunikasi.

6) Membangun Sistem Komunikasi yang Transparan


Seorang pemimpin harus dapat membentuk sistem komunikasi yang
transparan. Caranya adalah dengan menciptakan dan mengawasi sistem
komunikasi formal dan komunikasi informal di dalam organisasi. Hal ini
dimaksudkan agar tidak ada ruang bagi komunikasi informal seperti
selentingan untuk berkembang. Dalam keadaan tertentu, antara pemimpin
dan tim hendaknya tidak ada rahasia yang disembunyikan kecuali memang
situasi dan kondisi menuntut demikian. Beberapa hal yang harus

17
diperhatikan untuk membangun sistem komunikasi yang transparan di
antaranya adalah adanya saluran komunikasi, setiap orang mengetahui
beragam saluran komunikasi yang dapat digunakan, setiap orang memiliki
akses ke saluran komunikasi formal, komunikasi yang dilakukan bersifat
singkat dan langsung, dan lain-lain. Perlu diingat bahwa komunikasi yang
efektif merupakan salah satu kunci tercapainya kepemimpinan yang
efektif.

7) Memotivasi Anggota Tim


Seorang pemimpin yang baik hendaknya memiliki semangat, motivasi
diri, dan percaya diri yang sangat besar ketika berkomunikasi dengan
anggota timnya. Jika pemimpin tampak ragu-ragu, bersikap negatif atau
“tidak nyambung” maka tidak akan ada satu pun anggota tim yang merasa
terhubung dengannya. Hanya pemimpin yang memiliki semangat dan
motivasi diri yang besar sajalah yang dapat disebut sebagai pemimpin
yang efektif karena ia memiliki potensi yang sangat besar untuk
memotivasi dan mengangkat moral anggota timnya.
Selain memiliki semangat dan motivasi diri, pemimpin juga harus
memiliki rasa percaya diri yang cukup besar ketika berkomunikasi dengan
orang lain. Setiap orang harus percaya bahwa komunikasi dibuat oleh
pemimpin mereka. Kurangnya rasa percaya diri yang dimiliki oleh
pemimpin ketika berkomunikasi dapat membuat anggota tim merasa tidak
nyaman dan tidak antusias dengan pekerjaan mereka. Rasa percaya diri
dapat membantu sebuah tim untuk bekerja sama mencapai tujuan yang
diinginkan.

8) Mendelegasikan Tugas-Tugas
Seorang pemimpin hendaknya dapat mendelegasikan tugas-tugas
kepada anggota timnya dengan harapan masing-masing anggota individu
dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Terkait dengan hal ini,
pemimpin tidak perlu benar-benar menghindari perilaku suportif karena

18
jika hal ini terjadi, maka anggota tim akan merasa diabaikan dan hubungan
antara pemimpin dan anggota tim akan terganggu.

9) Mendorong Sistem Umpan Balik


Seorang pemimpin yang efektif harus selalu mendorong sistem umpan
balik untuk memperbaiki lingkungan dunia kerja. Umpan balik akan
membantu untuk mengatasi berbagai kesalahan yang mungkin
timbul selama proses komunikasi dalam organisasi.

10) Membangun Seni Berinteraksi dengan Orang Lain


Seorang pemimpin tidak selalu memiliki waktu untuk berkomunikasi
dengan seluruh anggota tim secara individu. Karena itu, seorang pemimpin
harus mampu membangun seni berinteraksi dengan setiap individu
meskipun mereka berada dalam kelompok. Dengan demikian, seorang
pemimpin harus dapat mengarahkan kelompok sebagaimana ia berbicara
dengan setiap individu.

11) Berpikiran dan Bersikap Terbuka


Seorang pemimpin hendaknya berpikiran dan bersikap terbuka serta
selalu membuka pintu bagi setiap kritik dan saran guna memperbaiki gaya
komunikasi, gaya kepemimpinan, dan menerimanya sebagai bentuk
pembelajaran. Selain itu, seorang pemimpin juga harus siap sedia atau
memberikan kemudahan bagi anggota timnya untuk menyampaikan
informasi selama proses komunikasi. Kesiapsediaan pemimpin bagi
anggota tim dapat menjadikannya sebagai pemimpin yang kompeten dan
berhasil. Sebaliknya, jika pemimpin selalu tidak siap sedia bagi anggota
timnya, maka pemimpin tersebut dapat dikatakan tidak kompeten sebagai
pemimpin.

12) Menggunakan Beragam Saluran dan Teknologi Komunikasi


Seorang pemimpin harus mempertimbangkan digunakannya berbagai
saluran dan teknologi komunikasi untuk memaparkan jenis-jenis
informasi seperti rapat tatap muka, video conferences, telephone
conferences, surat elektronik, dan lain-lain sebagai cara untuk tetap

19
berhubungan dengan seluruh anggota tim dan memberikan motivasi
kepada anggota tim setiap saat.

13) Manajemen Tim


Pemimpin memiliki tanggung jawab untuk membentuk lingkungan di
sekitarnya yang dapat mendorong kreativitas, pencapaian tugas,
mengangkat moral serta memotivasi anggota tim. Hal ini dijelaskan lebih
mendalam dalam salah satu teori organisasi klasik yakni teori X dan Y
dalam komunikasi organisasi khususnya teori X yang dikemukakan oleh
Douglas McGregor.

14) Menstimulasi Kreativitas dan Inovasi


Seorang pemimpin hendaknya dapat menstimulasi orang lain atau
anggota timnya untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam
menjalankan tugas-tugasnya serta memberikan tantangan terhadap
kepercayaan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota tim. Pemimpin
yang transaksional umumnya lebih menitikberatkan pada cara-cara terbaik
untuk tetap menjaga agar organisasi dan sistem yang berada di dalam
organisasi tetap berfungsi dengan baik. Sementara itu, pemimpin
yang transformasional selalu melihat cara-cara yang baru dalam
menangani masalah. Pemimipin yang seperti ini juga umumnya
mendorong orang-orang sekitarnya agar memiliki pola pemikiran yang
tidak biasa atau “out of the box” sebagai upaya untuk membuat segala
sesuatunya menjadi lebih lagi.

15) Memberikan Arahan dan Bimbingan


Terkadang anggota tim sangat membutuhkan arahan, bimbingan, dan
dukungan dari pemimpin karena mereka merasa tidak dapat menampilkan
kinerja yang maksimal dan kurang percaya diri dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan. Untuk itu, pemimpin harus memberikan
arahandan dorongan secara langsung kepada anggota tim sebagai upaya
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan (Ambar, 15 Pengaruh
Komunikasi Dalam Kepemimpinan yang Penting dan Efektif, 2018).

20
2.6. Jenis-Jenis Hambatan Komunikasi
Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menghalangi atau
mengganggu tercapainya komunikasi yang efektif. Hambatan komunikasi
dapat mempersulit dalam mengirim pesan yang jelas, mempersulit pemahaman
terhadap pesan yang dikirimkan, serta mempersulit dalam memberikan umpan
balik yang sesuai.

Secara garis besar, terdapat 4 (empat) jenis hambatan komunikasi yaitu


hambatan personal, hambatan fisik, hambatan kultural atau budaya, serta
hambatan lingkungan.
1) Hambatan personal
Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi pada peserta
komunikasi, baik komunikator maupun komunikan/komunikate. Hambatan
personal dalam komunikasi meliputi sikap, emosi, stereotyping, prasangka,
bias, dan lain-lain.

2) Hambatan kultural atau budaya


Komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang memiliki
kebudayaan dan latar belakang yang berbeda mengandung arti bahwa kita
harus memahami perbedaan dalam hal nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap
yang dipegang oleh orang lain.
Hambatan kultural atau budaya mencakup bahasa, kepercayan dan
keyakinan. Hambatan bahasa terjadi ketika orang yang berkomunikasi tidak
menggunakan bahasa yang sama, atau tidak memiliki tingkat kemampuan
berbahasa yang sama.
Hambatan juga dapat terjadi ketika kita menggunakan tingkat
berbahasa yang tidak sesuai atau ketika kita menggunakan jargon atau
bahasa “slang” atau “prokem” atau “alay” yang tidak dipahami oleh satu
atau lebih orang yang diajak berkomunikasi.
Hal lain yang turut memberikan kontribusi terjadinya hambatan bahasa
adalah situasi dimana percakapan terjadi dan bidang pengalaman ataupun

21
kerangka referensi yang dimiliki oleh peserta komunikasi mengenai hal
yang menjadi topik pembicaraan.

3) Hambatan fisik
Beberapa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi.
Hambatan fisik komunikasi mencakup panggilan telepon, jarak antar
individu, dan radio. Hambatan fisik ini pada umumnya dapat diatasi.

4) Hambatan lingkungan
Tidak semua hambatan komunikasi disebabkan oleh manusia sebagai
peserta komunikasi. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang turut
mempengaruhi proses komunikasi yang efektif. Pesan yang disampaikan
oleh komunikator dapat mengalami rintangan yang dipicu oleh faktor
lingkungan yaitu latar belakang fisik atau situasi dimana komunikasi terjadi.
Hambatan lingkungan ini mencakup tingkat aktifitas, tingkat kenyamanan,
gangguan, serta waktu. (Ambar, Hambatan-Hambatan Komunikasi dan
Bagaimana Cara Mengatasinya, 2017)

22
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pemimpin adalah individu yang mampu mempengaruhi anggota
organisasi guna mendorong organisasi tersebut mencapai tujuan-tujuannya.
Pemimpin menunjuk pada personal atau individu. Sedangkan kepemimpinan
adalah sifat penerapan pengaruh oleh seorang anggota organisasi terhadap
anggota lainnya guna mendorong organisasi mencapai tujuan-tujuannya.

Komunikasi merupakan jalan bagi organisasi untuk saling memahami satu


sama lain dan mengkoordinasikan kegiatan mereka untuk mempertahankan
hubungan yang lebih baik. Untuk itulah komunikasi sangat diperlukan dalam
sebuah organisasi.

Secara linier, proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat (4) elemen


atau komponen sebagai berikut.
a. Sumber/komunikator, yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu
organisasi/institusi yang mengambil inisiatif menyampaikan pesan.
b. Pesan, berupa lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis atau secara lisan,
gambar, angka, gestura.
c. Saluran, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian/ pengiriman
pesan (misalnya telepon, radio, surat, surat kabar, majalah, TV, gelombang
udara dalam konteks komunikasi antarpribadi secara tatap muka).
d. Penerima/komunikan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau
organisasi/ institusi yang dijadikan sasaran penerima pesan.

Komunikasi organisasi (organizational communication) merupakan


komunikasu yang terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga
informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada
komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali juga melibatkan
komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi. Komunikasi formal adalah
komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi kebawah,

23
komunikasi keatas, dan komuniksi horizontal, sedangkan kamunikasi informal
tidak tergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat dan
antar rekan kerja.

Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menghalangi atau


mengganggu tercapainya komunikasi yang efektif. Hambatan komunikasi
dapat mempersulit dalam mengirim pesan yang jelas, mempersulit pemahaman
terhadap pesan yang dikirimkan, serta mempersulit dalam memberikan umpan
balik yang sesuai. Secara garis besar, terdapat 4 (empat) jenis hambatan
komunikasi yaitu hambatan personal, hambatan fisik, hambatan kultural atau
budaya, serta hambatan lingkungan.

3.2. Saran
Seorang pemimpin yang memiliki keterampilan komunikasi yang baik
dapat membantu mengembangkan pemahaman yang lebih baik bagi orang-
orang di sekitarnya serta memberikan inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya
untuk mengikuti prinsip-prinsip serta nilai-nilai yang dianut oleh seorang
pemimpin. Sebaliknya, seorang pemimpin yang tidak memiliki keterampilan
komunikasi yang baik dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan oleh dirinya dan organisasi serta menjadikannya seorang pemimpin
yang tidak efektif. Oleh karena itu penting pagi seorang pemimpin agar
pemimpin dapat berkomunikasi secara efektif dengan anggotanya dan pihak
eksternal, pemimpin hendaknya belajar menjadi komunikator yang baik dan
mengasah keterampilan berkomunikasi efektif.

24
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, F. A. (2012). Manajemen dalam Perspektif Islam. Cilacap: Pustaka El-Bayan.


Ambar. (2017, Maret 22). Hambatan-Hambatan Komunikasi dan Bagaimana Cara
Mengatasinya. Retrieved from pakarkomunikasi.com:
https://pakarkomunikasi.com/hambatan-hambatan-komunikasi
Ambar. (2018, September 26). 15 Pengaruh Komunikasi Dalam Kepemimpinan
yang Penting dan Efektif. Retrieved from pakarkomunikasi.com:
https://pakarkomunikasi.com/pengaruh-komunikasi-dalam-kepemimpinan
Devito, J. A. (1997). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books.
Doerfel, H. d. (2006). The Antecendent Consequences of Utilization in
International Srtategic Alliance. Journal of International Business
Disciplines, 45.
Effendi, O. U. (1993). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Effendy, O. U. (2002). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Judge, S. P. (2008). Perilaku Organisasi Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Purwanto, D. (2011). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tubbs, S. L., & Moss, S. (2005). Human Communication. Singapore: Mc. Graw
Hill, Inc.
Winarso, H. P. (2005). Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi Pustaka.

25

Anda mungkin juga menyukai