Anda di halaman 1dari 15

STRUKTUR DAN DESAIN ORGANISASI

Disusun untuk memenuhi tugas


PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Dosen pengampu : Endah Mujiasih, S.Psi, M.Si

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Alphindo Muhamad Firdaus Winasis 15000118120021


2. Humaira Alifah Wardana 15000118130126
3. Theresia Steffany 15000118130137

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat- Nya
sehingga tugas tentang struktur dan desain organisasi dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa
penyusun juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Tidak lupa pula ucapan terima
kasih kepada dosen pengampu, Ibu Endah Mujiasih, S.Psi, M.Si yang telah memberi kami
kesempatan dan kepercayaan.
Semoga makalah yang berisi tentang struktur dan desain organisasi ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian.

Semarang, 23 Agustus 2019

Penyusun

Kelompok 2

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Struktur organisasi merupakan cara dimana tugas secara formal dibagikan, dikelompokkan,
dan dikoordinasikan. Terdapat enam elemen yang perlu diperhatikan dalam merancang struktur
organisasi, yaitu spesialisasi kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi,
desentralisasi, serta formalisasi. Desain organisasi meliputi struktur sederhana, birokrasi, dan
struktur matriks.
Pada kesempatan ini, kami akan membahas lebih lanjut mengenai struktur organisasi beserta
elemennya dan tentang bagaimana desain dan struktur organisasi pada perusahaan yang kami pilih
yaitu PT MRT Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan desain dan struktur organisasi?
2. Bagaimanakah desain dan struktur organisasi PT MRT Jakarta?
3. Bagaimana analisis dari desain dan struktur organisasi dari PT MRT Jakarta?

1.3 Tujuan Makalah


1. Memahami teori-teori desain dan struktur organisasi.
2. Memahami desain dan struktur organisasi PT MRT Jakarta.
3. Mampu menganalisis desain dan struktur organisasi PT MRT Jakarta.

2
BAB II
TEORI-TEORI DESAIN & STRUKTUR ORGANISASI

A. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah cara yang mana tugas pekerjaan secara formal dibagikan,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan (Robbins & Judge, 2015). Dalam merancang struktur
organisasi, manajer perlu mempertinbangkan enam elemen penting. Enam elemen tersebut adalah
spesialisasi kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan
desentralisasi, serta formalisasi (Robbins & Judge, 2015).
1. Spesialisasi kerja
Spesialisasi kerja, dapat disebut juga dengan pembagian tugas, menggambarkan
sampai sejauh mana aktivitas dalam organisasi dibagi ke dalam pekerjaan-pekerjaan secara
terpisah. Peran spesialisasi kerja dalam organisasi adalah untuk membagi pekerjaan ke
dalam sejumlah langkah, masing-masing diselesaikan oleh individu yang berbeda (Robbins
& Judge, 2015).
Spesialisasi kerja dipandang sebagai sebuah sarana untuk membuat pemanfaatan
yang sangat efisien dan meningkatkan bagi keahlian pekerjanya, serta meningkatkan
produktivitas oleh manajemen organisasi (Robbins & Judge, 2015). Sehubungan dengan
spesialisasi kerja, menemukan dan melatih pekerja dengan keahlian yang lebih spesifik dan
repetitif dinilai lebih mudah dan lebih murah.
Menentukan apa yang seharusnya dilakukan tiap jabatan adalah hal manajerial yang

penting. Proses pembentukan spesialisasi kerja atau pembagian kerja adalah proses yang

analitis, artinya keseluruhan tugas diperinci menjadi tugas-tugas kecil yang berurutan

(Ivancevich, 2007).

2. Departementalisasi
Setelah adanya spesialisasi kerja, tugas-tugas tersebut dikelompokkan sehingga
tugas-tugas umum dapat dikoordinasikan, disebut departementalisasi (Robbins & Judge,
2015). Dalam pembentukan departemen, tim manajemen perusahaan atau organisasi dapat
membagi berdasarkan fungsi, tipe produk atau jasa, basis geografis, dan tipe konsumen.
3. Rantai komando
Rantai komando adalah garis kewenangan yang tak terputuskan yang membentang
dari organisasi puncak hingga pegawai terendah dan menjelaskan siapa yang melapor pada
siapa (Robbins & Judge, 2015). Dalam upaya menjaga terhubungnya rantai komando,
terdapat prinsip otoritas dan kesatuan komando didalamnya. Adanya kesatuan komando

3
membantu mengamankan garis kewenangan yang tak terputus. Dalam kesatuan komando,
individu hanya akan bertanggung jawab pada satu atasannya secara langsung, dimana
atasannya memiliki hak-hak inheren dalam posisi manajerial untuk memberikan perintah
disebut otoritas.
4. Rentang kendali
Rentang kendali membahas tentang berapa banyak pekerja yang dapat diarahkan
dibawah tanggung jawab seorang manajer. Semakin luas rentang kendali, maka semakin
efektif organisasi tersebut. Namun, rentang kendali yang terlalu luas dapat mengurangi
intensitas hubungan antara atasan dengan bawahan. Kekurangan intensitas hubungan antara
atasan dengan bawahan dapat menghalangi jalannya proyek.
Kecenderungan perusahaan pada tahun-tahun belakang ini adalah memperluas
rentang kendali. Mereka menanamkan modal besar untuk pelatihan pekerja-pekerjanya.
Mereka yakin bahwa pekerja menunjukkan performa lebih baik apabila mengerti
pekerjaannya luar dalam, sehingga dapat ditempatkan dalam rentang kendali yang luas.
5. Sentralisasi dan desentralisasi
Sentralisasi adalah kondisi yang mana pengambilan keputusan dipusatkan pada satu
titik tunggal dalam organisasi (Robbins & Judge, 2015). Sentralisasi berkaitan dengan
sistem otoritas formal pada suatu posisi, atasan dari manajer bawahannya mengambil
keputusan dan manajer yang melaksanakan arahan dari atasannya.
Desentralisasi berkebalikan dengan sentralisasi. Dalam desentralisasi, semua pekerja
mencurahkan masukannya terhadap permasalahan yang ada. Proses kerja desentralisasi
cenderung lebih cepat dan menghindarkan pekerja dari rasa terasingkan.
Riset telah membuktikan bahwa organisasi dengan sistem sentralisasi lebih baik
dalam menghindari kesalahan komisi (pilihan yang buruk), sedangkan organisasi dengan
sistem desentralisasi lebih baik dalam menghindari kesalahan akibat kelalaian (kehilangan
peluang). Manajemen berupaya membuat organisasi lebih fleksibel, sehingga mengarah
pada sistem pengambilan keputusan desentralisasi pada manajer level bawah karena mereka
lebih berpengalaman menghadapi permasalahan daripada manajer puncak. Hal ini terjadi
pada perusahaan berbasis luar negeri.

6. Formalisasi
Formalisasi mengacu pada keadaan yang mana pekerjaan di dalam organisasi telah
terstandardisasi (Robbins & Judge, 2015). Organisasi atau perusahaan dengan formalisasi
tinggi mendefinisikan tugas dan prosedur pekerjanya dengan sangat jelas dan rinci, serta
memiliki banyak peraturan. Kelemahan dari formalisasi adalah menurunnya, atau bahkan

4
hilangnya, kemampuan dan kesempatan pekerja untuk memikirkan alternatif perilaku
terhadap sebuah permasalahan.
B. Desain Organisasi dan Perilaku Organisasi
Terdapat tiga desain organisasional yang umum, yaitu struktur sederhana, birokrasi, dan
struktur matriks (Robbins & Judge, 2015).
1. Struktur sederhana
Robbins & Judge (2015) menyebutkan bahwa struktur organisasi yang sederhana
bercirikan rendahnya derajat departementalisasi, rentang kendali yang lebar, otoritas yang
tersentralisasi pada satu orang tunggal, dan kecilnya formalisasi. Bisnis dengan skala kecil
yang pemilik dan manajernya adalah satu orang yang sama sering menerapkan struktur
sederhana.
Struktur sederhana memang lebih cepat, fleksibel, dan mudah untuk
dioperasionalkan, namun seiring berkembangnya organisasi atau bisnis, sistem akan
semakin tidak memadai karena formalisasi yang rendah dan sentralisasi terlalu tinggi,
menyebabkan kelebihan muatan informasi pada posisi puncak.
2. Birokrasi
Birokrasi dicirikan dengan tugas operasional yang sangat rutin yang dicapai melalui
spesialisasi, aturan dan regulasi yang diformalisasikan dengan ketat, pengelompokan tugas
ke dalam departemen fungsional, otoritas tersentralisasi, rentang kendali yang sempit, dan
pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando (Robbins & Judge, 2015).
Sistem birokrasi memungkinkan pekerjanya untuk melakukan aktivitas yang
terstandardisasi dengan efisien, namun, birokrasi tidak memberi ruang untuk modifikasi
karena adanya kemungkinan pekerja mengembangkan sikap obsesif pada peraturan yang
ada. Birokrasi menjadi efisien hanya sepanjang para pekerja yang berkontribusi telah
mengenal permasalahan dengan aturan keputusan yang telah terprogram (Robbins & Judge,
2015).

3. Struktur matriks
Struktur matriks dapat dicirikan dengan adanya otoritas ganda dan penggabungan
antara departementalisasi fungsional dan departementalisasi produk (Robbins & Judge,
2015).
Struktur matriks memfasilitasi secara baik pada saat organisasi memiliki banyak
aktivitas yang rumit dan saling bergantung, namun dalam pembentukan strukturnya
berkemungkinan terjadinya kebingungan karena adanya perebutan kekuasaan dan rusaknya
konsep kesatuan komando, serta adanya tekanan pada individu.

5
Setiap perusahaan atau organisasi memiliki struktur yang berbeda-beda. Model struktural
perusahaan atau organisasi dapat dibandingkan melalui dua model, model mekanistik dan model
organik. Model mekanistik dicirikan dengan departementalisasi yang ekstensif, formalisasi yang
tinggi, jaringan informasi yang terbatas, dan sentralisasi, sedangkan model organik memiliki ciri
struktur yang datar, formalisasi rendah, jaringan informasi komprehensif, dan sistem pengambilan
keputusan partisipatif. Beberapa penentu lain yang membentuk struktur sebuah perusahaan atau
organisasi adalah strategi organisasi (inovatif, minimalisasi, atau imitasi), ukuran organisasi,
teknologi, dan lingkungan (kapasitas, volatilitas, dan kompleksitas).

6
BAB III
CONTOH & PEMBAHASAN DESAIN & STRUKTUR ORGANISASI PT MRT JAKARTA

7
8
9
10
Sumber : https://www.jakartamrt.co.id/mrt-jakarta/struktur-organisasi/

11
ANALISIS STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi PT MRT Jakarta membentuk spesialisasi kerja dengan membagi pekerja
ke dalam beberapa departemen fungsional, yaitu departemen yang dibagi berdasarkan fungsinya.
PT MRT Jakarta memiliki delapan departemen (dipimpin oleh kepala divisi atau manajer direktur)
yang langsung bertanggung jawab pada posisi puncak, presiden direktur. Departemen selain
delapan departemen tersebut, dipimpin oleh kepala divisi atau kepala departemen bertanggung
jawab pada satu manajer direktur diatasnya dengan rentang kendali yang cukup lebar. Satu manajer
direktur dapat mencakup hingga enam divisi dan departemen. Di bawah kepala divisi, masih ada
kepala departemen yang bertanggung jawab pada satu kepala divisi diatasnya. Satu kepala divisi
dapat membawahi hingga enam departemen. Menurut struktur organisasi yang dipublikasikan,
rantai komando dari posisi puncak hingga posisi paling bawah tidak putus dengan urutan presiden
direktur, kepala divisi/manajer direktur, kepala divisi/kepala departemen, dan kepala departemen.
Struktur organisasi PT MRT Jakarta, apabila dilihat dengan teori yang sudah dijabarkan di
bab sebelumnya, menganut desain organisasi birokrasi. PT MRT Jakarta membagi departemen
berdasarkan fungsinya (departemen fungsional), otoritas tersentralisasi pada satu atasannya, dan
rantai komando yang terus menyambung dari posisi puncak hingga posisi terendah. Ciri desain
organisasi birokrasi yang tidak ditunjukkan oleh struktur organisasi PT MRT Jakarta adalah rentang
kendali yang sempit. Struktur organisasi PT MRT Jakarta menunjukkan rentang kendali yang lebar,
satu atasan dapat mencakup hingga enam bawahan.

12
BAB IV
Penutup

A. Kesimpulan
Struktur organisasi dibentuk dengan membagi dan mengkoordinasi tugas tiap pekerja
dengan mempertimbangkan enam elemen penting yang harus dilibatkan, yaitu spesialisasi
kerja, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan desentralisasi,
serta formalisasi. Enam elemen tersebut akan digabungkan dan digunakan untuk mendesain
struktur organisasi yang sesuai dengan organisasi atau perusahaan tersebut. Desain umum
yang biasanya digunakan oleh perusahaan atau organisasi adalah salah satu dari tiga desain,
yaitu struktur sederhana, birokrasi, dan struktur matriks.
PT MRT Jakarta, apabila ditelaah menggunakan teori yang telah dijabarkan,
memiliki pembagian departemen fungsional dengan rentang kendali yang cukup lebar dan
rantai komando yang tidak putus dari posisi puncak hingga posisi terendah. Struktur
organisasi PT MRT Jakarta memiliki desain struktur birokrasi, namun dengan rentang
kendali yang masih cukup luas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Robbins, S. & Judge, T. (2015). Perilaku Organisasi. Jakarta, Indonesia: Salemba Empat
Ivancevich, J., Konopaske, R. & Matteson, M. (2007). Perilaku dan Manajemen Organisasi: Jilid 2.
Semarang, Indonesia: Erlangga

14

Anda mungkin juga menyukai