Disusun oleh :
Kelompok 2
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga tugas tentang visi, misi, dan budaya organisasi dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Tidak lupa pula
ucapan terima kasih kepada dosen pengampu, Ibu Endah Mujiasih, S.Psi, M.Si yang telah
memberi kami kesempatan dan kepercayaan.
Semoga makalah yang berisi tentang visi, misi, dan budaya organisasi ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian.
Penyusun
Kelompok 2
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Persaingan bisnis yang tajam menuntut para pelaku bisnis untuk mempersiapkan
strategi bisnis yang tepat, khususnya SDM agar mampu bersaing dalam skala dunia.
Diperlukan pengaplikasian SDM berbasis kompetensi yang disertai dengan budaya
perusahaan yang mendukung untuk mencapai sasaran perusahaan yang harus berorientasi
ke depan. Setiap organisasi atau perusahaan memerlukan visi dan misi untuk mencapai
sasaran yang berorientasi ke depan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan visi organisasi?
2. Apa yang dimaksud dengan misi organisasi?
3. Apa yang dimaksud dengan budaya organisasi?
C. Tujuan Makalah
1. Memahami materi tentang visi organisasi.
2. Memahami materi tentang misi organisasi.
3. Memahami materi tentang budaya organisasi.
2
BAB II
Pembahasan
A. Visi organisasi
1. Ideologi Inti
a. Visi dibangun berdasarkan nilai inti, yaitu nilai yang diharapkan oleh
perusahaan.
3
1. Menyatakan cita-cita atau keinginan perusahaan di masa depan.
B. Misi organisasi
C. Budaya organisasi
a. Konsep budaya organisasi
Budaya merujuk kepada suatu sistem pengertian bersama yang dipegang oleh
anggota-anggota suatu organisasi, yang membedakan organisasi tersebut dengan
organisasi lainnya. Sistem pengamatan bersama ini, merupakan serangkaian karakter
penting yang menjadi nilai bagi suatu organisasi. Penelitian terakhir menyatakan
bahwa terdapat tujuh karakter utama, yang kesemuanya itu menjadi elemen-elemen
penting bagi suatu budaya organisasi yakni :
Tingkat daya pendorong karyawan untuk bersikap inovatif dan berani dalam
mengambil resiko.
4
2. Perhatian terhadap detail
Tingkat aktivitas pekerjaan yang diatur secara tim bukan secara perorangan atau
secara individual.
6. Agresivitas
Tingkat tuntutan terhadap orang-orang agar berlaku agresif dan bersaing, dan
tidak bersikap santai.
7. Stabilitas
5
Budaya organisasi berhubungan dengan cara-cara bagaimana karyawan
memahami tujuh karakter tersebut, bukan perasaan suka atau tidak suka mereka
terhadap tujuh karakter tersebut. Hal ini sangat penting karena budaya organisasi
tersebut berfungsi membedakan antara konsep budaya organisasi dengan konsep
kepuasan bekerja. Penelitian terhadap budaya organisasi telah menempatkan cara
untuk mengukur pandangan karyawan terhadap organisasi mereka. Apakah ada
tuntutan sasaran dan kinerja yang jelas? Apakah suatu organisasi menghargai
inovasi? Apakah suatu organisasi mendorong terciptanya persaingan. Sebaliknya,
penelitian terhadap kepuasan kerja mencari cara untuk mengukur respons terhadap
lingkungan kerja. Penelitian ini berkaitan dengan perasaan karyawan terhadap
harapan perusahaan, praktik pemberian penghargaan, cara-cara penanganan konflik
di dalam perusahaan dan lain sebagainya.
Dalam bagian ini akan dibahas dengan mengenai fungsi-fungsi kinerja budaya dan
menilai apakah budaya tersebut dapat diandalkan bagi suatu organisasi.
1. Fungsi-Fungsi Budaya
6
Budaya memiliki beberapa fungsi di dalam suatu organisasi, yaitu:
1). Budaya memiliki suatu peran batas-batas penentu, yaitu budaya menciptakan
perbedaan antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.
5). Budaya bertugas sebagai pembentuk rasa dan mekanisme pengendalian yang
memberikan panduan dan bentuk perilaku serta sikap karyawan.
Kita memperlakukan budaya dalam cara-cara yang tidak menghakimi. Kita tidak
mengatakan baik atau buruk, tetapi budaya itu memang ada. Banyak fungsi-fungsi
sebagaimana telah disebutkan, berguna bagi organisasi dan karyawan. Budaya
mendorong terciptanya komitmen organisasi dan meningkatkan konsistensi sikap
karyawan. Keadaan ini jelas sekali akan menguntungkan sebuah organisasi.
Budaya menyampaikan kepada karyawan bagaimana pekerjaan dilakukan dan
apa-apa saja yang bernilai penting. Tetapi kita jangan mengabaikan aspek-aspek
potensial yang akan merusak fungsi budaya, terutama suatu budaya yang kuat.
Budaya merupakan suatu kecendrungan pada saat nilai-nilai bersama tidak
selaras dengan efektivitas organisasi untuk waktu-waktu selanjutnya. Situasi ini
kebanyakan terjadi jika lingkungan organisasi bersifat dinamis. Bila lingkungan
tersebut berubah dengan cepat, kemungkinan besar budaya organisasi yang ada
sekarang tidak lagi sesuai. Konsistensi terhadap perilaku merupakan aset bagi
organisasi yang berada di dalam lingkungan yang stabil. Tetapi konsistensi itu
mungkin saja akan memberatkan organisasi dan menghalangi kemampuan
organisasi tersebut dalam merespon perubahan-perubahan di dalam lingkungan.
7
Suatu budaya tidak muncul begitu saja. Bila sudah terbentuk dengan
mantap, budaya tidak akan menghilang begitu saja. Kekuatan apa saja yang bias
mempengaruhi pembentukan suatu budaya? Apa yang akan mempertahankan
kekuatan tersebut bila kekuatan tersebut sudah berada pada posisinya.
Budaya organisasi dihasilkan dari interaksi antara fakta dan asumsi para
pendiri dengan apa yang dipelajari selanjutnya oleh anggota awal organisasi,
dari pengalaman mereka sendiri.
1). Seleksi
8
pembuatan keputusan, yaitu seberapa bagus kandidat-kandidat tersebut
memiliki kesesuaian dengan organisasi.
3). Sosialisasi
9
diperoleh di masa-masa awal. Tetapi hal ini bukan merupakan keharusan. Bila
harapan dan realita berbeda, maka karyawan-karyawan baru tersebut harus
menjalani sosialisasi yang akan memisahkan mereka dari asumsi sebelumnya
dan mengganti asumsi tersebut dengan serangkaian asumsi lain yang
diinginkan organisasi tersebut. Pada kasus yang ekstrim, anggota-anggota
baru tersebut kecewa total dengan kanyataan pekerjaan mereka, dan
selanjutnya mengundurkan diri.
Budaya awal berasal dari filosofi pendiri organisasi. Hal ini selanjutnya
sangat mempengaruhi kriteria yang digunakan dalam proses penerimaan
karyawan baru. Tindakan-tindakan manajemen puncak membentuk iklim
umum mengenai perilaku-perilaku yang dapat diterima dan yang tidak
dapat diterima. Bagaimana cara karyawan-karyawan baru bersosialisasi
akan bergantung kepada tingkat keberhasilan yang diraih dalam
menyesuaikan nilai-nilai yang dianut karyawan-karyawan baru tersebut
dengan nilai-nilai yang ada di dalam organisasi saat dilakukan proses
seleksi dan dengan keinginan manajemen berkaitan dengan metode
sosialisasi.
10
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12