PSIKOLOGI
KOMUNIKASI
Ruang Lingkup Psikologi
Komunikasi
01
Ilmu Komunikasi Hubungan MK85006 Ety Sujanti, M.Ikom
Masyarakat
Abstract Kompetensi
Modul ini akan menjelaskan dan Diharapkan mahasiswa dapat
membahas pengertian komunikasi memahami dan memiliki pengeta
dilihat dari perspektif ilmu komunikasi mampu memahami dan menjelaskan :
dan psikologi. Juga membahas
karakteristik manusia komunikan dan Pengertian dan manfaat
faktor-faktor yang memengaruhi psikologi komunikasi
perilaku manusia dan manfaat Karakteristik manusia
penggunaan psikologi komunikasi komunikan
sebagai upaya dalam mewujudkan Faktor-faktor yang
komunikasi yang efektif. mempengaruhi perilaku
komunikasi.
RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
KOMUNIKASI
Berikut ini adalah bebarapa definsi tentang komunikasi yang dikemukakan oleh para
ahli sebagai berikut :
3. Harold Lasswell
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”
“mengatakan “apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat apa”
atau “hasil apa”(who says what in which channel to whom and with what effect).
4. Barnlund
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa
ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
6. Gode
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki
oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
Dari berbagai definsi tentang ilmu komunikasi tersebut di atas, terlihat bahwa para
ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya dalam melihat komunikasi.
Masing-masing memberikan penekanan arti, ruang lingkup, dan konteks yang berbeda. Hal
ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial adalah suatu ilmu
yang bersifat multi-disipliner.
Definisi Hovland, Janis dan Kelly, memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi
adalah mengubah atau membentuk perilaku.
Definisi Lasswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu upaya
yang disengaja serta mempunyai tujuan. Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan
5 unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu Pertama; sumber (source),
sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoding), komunikator, pembicara
(speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan
untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi,
perusahaan, atau negara. Kedua; Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber
kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tersebut. Pesan mempunyai 3
komponen, yaitu makna, digunakan untuk menyampaikan pesan, dan bentuk atau
Kelima unsur tersebut di atas sebenarnya belum lengkap, bila dibandingkan dengan
unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam model-model yang lebih baru. Unsur-unsur
yang sering ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan komunikasi (noise),
dan konteks atau situasi komunikasi.
Dari perspektif psikologi, Hovland, Janis dan Kelly (psikolog) yang mendefinisikan
komunikasi sebagai “the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli
(usually verbal) to modify the behaviour of other individuals (the audience)”(1953:12). Dalam
konteks ini psikologi mencoba menganalisis komunikasi antar individu; bagaimana pesan
yang disampaikan menjadi stimulus yang menimbulkan respons bagi individu yang lain,
bagaimana lambang-lambang dapat bermakna dan bisa mengubah perilaku orang lain.
Dance (1967) mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviourisme sebagai
“usaha menimbulkan respons melalui lambang-lambang verbal.” Raymond S. Ross
(1974:b7) mendefinisikan komunikasi sebagai “proses transaksional yang meliputi
pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga
Dari definisi tentang komunikasi dari perspektif psikologi tersebut di atas, terlihat
bahwa makna komunikasi sangat luas, meliputi penyampaian energi, gelombang suara,
tanda di antara tempat, dan system atau organisme. Istilah komunikasi dipergunakan
sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau secara khusus sebagai pesan
pasien dalam psikoterapi. Psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat
dalam proses komunikasi.
Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat indera
ke otak, peristiwa penerimaan dan pengoalhan informasi, pada proses saling pengaruh di
antara berbagai system dalam diri organisme dan di antara organisme. Psikologi mencoba
menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri
komunikator, psikologi memeriksa karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor
internal dan eksternal yang memengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator,
psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya, apa sebab satu sumber komuniksi berhasil
dalam memengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak.
Psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara individu; bagaimana pesan dari
satu individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lain. Psikologi
bahkan meneliti lambang-lambang yang disampaikan. Psikologi meneliti proses
mengungkapkan pikiran menjadi lambang, bentuk-bentuk lambang, dan pengaruh lambang
terhadap perilaku manusia. Pada saat pesan sampai pada diri komunikator, psikologi
2. Proses yang mengantarai stimuli dan respons; Stimuli itu kemudian diolah dalam jiwa
kita, yaitu dalam ‘kotak hitam” yang tidak pernah kita ketahui. Kita hanya mengambil
kesimpulan tentang proses yang terjadi pada “kotak hitam” dari respons yang
tampak. Misalnya kita mengetahui bahwa bila ia tersenyum, tepuk tangan, dan
meloncat-loncat, pasti ia dalam keadaan gembira.
3. Prediksi respons; Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi
pada masa lalu dapat meramalkan respons yang akan datang. Kita harus
mengetahui sejarah respons sebelum meramalkan respons individu masa sekarang.
4. Peneguhan respons; Peneguhan adalah respons lingkungan (atau orang lain pada
respons organisme yang asli). Ahli lain menyebutnya feedback atau umpan balik.
Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada masa lalu
dapat meramalkan respons yang terjadi pada masa yang akan datang. George A. Miller
membuat definisi psikologi yang mencakup semua “Psychology is the science that attempts
to describe, predict, control mental and behaviorial events (Miller, 1974:4). Dengan
demikian, psikologi komunikasi adalah ilmu yang menguraikan, meramalkan, dan
mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah
Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, komunikasi yang efektif menimbulkan 5
hal, yaitu :
1. Pengertian: Penerimaan yang cermat dari isi stimulus seperti yang dimaksudkan
oleh komunikator.
2.Kesenangan: Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan menimbulkan
kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan hangat, akrab dan
menyenangkan.
3. Memengaruhi sikap: komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang
faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada
komunikate. Persuasi didefinisikan sebagai “proses memengaruhi pendapat,
sikap, dan tindakan dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang
tersebut bertindak atas kehendaknya sendiri.
4. Hubungan sosial yang baik: manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan
hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham
Maslow menyebutnya dengan “kebutuhan akan cinta”atau belongingness. William
Schutz memerinci kebutuhan dalam tiga hal: kebutuhan untuk menumbuhkan dan
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal
interaksi dan asosiasi (inclusion); pengendalian dan kekuasaan (control); cinta
serta rasa kasih saying (affection). Secara singkat, kita ingin bergabung dan
berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, kita
ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan
komunikasi interpersonal yang efektif. Bila orang gagal dalam menumbuhkan
Walupun psikologi telah banyak melahirkan teori-teori tentang manusia, tetapi empat
pendekatan yang dicontohkan diatas adalah yang paling dominan: psikoanalisis,
behaviourisme, psikologi kognitif, dan psikologi humanistis. Setiap pendekatan ini
memandang manusia dengan cara berlainan.
Tabel 1
Empat Teori Psikologi
Sumber: McDavid&Harari (1974:31)
Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam
kepribadian manusia yang disebutnya Id, Ego, dan Superego.
1. Id
Instink ini disebut juga instink kehidupan/eros, misalnya dorongan seksual, segala hal
yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan pada Tuhan, dan cinta
diri/narcisme.
Semua motif manusia adalah gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak
berdasarkan prinsip kesenangan, ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis,
tidak bermotral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani manusia.
Walaupun Id mampu melahirkan keinginan, tetapi ia tidak mampu memuaskan
keinginannya.
2. Ego
Superego adalah polisi kepribadian yang mewakili dunia ideal. Superego adalah hati
nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma social dan cultural
masyarakatnya. Superego akan memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak
berlainan ke alam bawah sadar. Baik Id maupun superego berada dalam bawah sadar
manusia, sedangkan ego berada di tengah, antara memenuhi desakan Id dan peraturan
superego. Untuk mengatasi ketegangan, ia dapat menyerah pada tuntutan Id, tetapi berarti
dihukum superego dengan perasan bersalah. Untuk menghindari ketegangan, konflik, atau
frustrasi, ego secara sadar lalu menggunakan mekanisme pertahanan ego, yaitu dengan
mendistorsi realitas. Secara singkat, dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan
interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen social
(superego), atau unsure animal, rasional, dan moral (hewani, akal, dan nilai).
Pelaziman klasik akan menjelaskan bahwa setiap kali anak membaca, orang tuanya
mengambil bukunya degnan paksa, maka anak akan benci pada buku. Bila kedatangan
Anda selalu bersamaan dengan datangnya malapetaka, maka kehadiran Anda akan
membuat orang berdebar-debar.
Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Seorang ahli,
Bandura, menambahkan konsep belajar sosial. Ia mengemukakan permasalahan peranan
ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Dia mengatakan bahwa, banyak perilaku
manusia yang tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme pelaziman atau peneguhan.
Misalnya, mengapa anak yang berusia dua tahun dapat berbicara dalam bahasa ibunya.
Kaum behavioris tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada
maknanya, dipasangkan dengan lambang atau objek yang mempunyai makna. Menurut
Bandura, belajar terjadi karena peniruan. Kemampuan meniru respon orang lain, misalnya
meniru bunyi yang sering didengar, merupakan penyebab utama belajar. Ganjaran dan
hukuman bukan faktor yang utama dalam belajar, tetapi merupakan faktor penting dalam
melakukan suatu tindakan. Misalnya bila anak selalu diganjar/dihargai karena melakukan
sesuatu hal atau dalam mengungkapkan perasaannya, maka ia akan sering melakukannya.
Tetapi jika ia dihukum, maka ia akan menahan diri untuk melakukan sesuatu, meskipun ia
mampu untuk melakukannya. Jadi, melakukan sesuatu perilaku ditentukan oleh peneguhan,
sedangkan kemampuan potensial untuk berbuat ditentukan oleh peniruan.
Descartes dan Kant menyimpulkan bahwa, jiwa-lah/mind yang menjadi alat utama
ilmu pengetahuan, bukan alat indera. Jiwa menafsirkan pengalaman indrawi secara aktif,
mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi, dan memberikan makna. Menurut
Lewin, perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Perilaku manusia bukan sekedar
respon pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang memengaruhinya secara spontan.
Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang memengaruhi manusia sebagai ruang hayat.
Secara singkat, perkembangan psikologi kognitif dapat dilihat dari psikologi social,
antara lain dikembangkan oleh Heider dan Festinger. Festinger terkenal dengan teori
disonansi kognitifnya. Disonansi artinya ketidakcocokan antara dua
kognisi/pengetahuan.Dalam keadaan disonan orang berusaha mengurangi disonansi
dengan berbagai cara. Disonansi membuat orang resah. Kognisi/pengetahuan bahwa
“Saya tahu saya senang merokok” disonan dengan “saya tahu rokok merusak kesehatan”.
Dihadapkan dalam situasi disonan seperti itu, maka saya akan :
1. mengubah perilaku, berhenti merokok, atau memutuskan “saya merokok sedikit saja”
2. mengubah kognisi tentang lingkungan, misalnya dengan mengatakan bahwa hanya
perokok berat yang berbahaya.
3. memperkuat salah satu kognisi yang disonan, misalnya dengan “”Ah, kawan-kawan
saya juga banyak yang merokok”
4. mengurangi disonansi dengan memutuskan bahwa salah satu kognisi tidak penting,
misalnya “Tidak jadi soal merokok merusak kesehatan, Toh saya ingin hidup cepat
dan mati muda”
Menurut Lewin, perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Perilaku manusia
bukan sekedar respon pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang memengaruhinya
secara spontan. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang memengaruhi manusia
sebagai ruang hayat. Ruang hayat terdiri dari tujuan dan kebutuhan individu, semua faktor
yang disadarinya, dan kesadaran diri.
Dalam teori komunikasi, teori disonansi menyatakan bahwa orang akan mencari
informasi yang mengurangi disonansi, dan menghindari informasi yang menambah
disonansi. Bila kita terpaksa juga dikenai informasi yang disonan dengan keyakinan kita,
maka kita akan menolak informasi itu, meragukan sumbernya, mencari informasi yang
konsonan, atau mengubah sikap sama sekali.
Kritik terhadap teori psikologi kognitif datang dari pemahaman bahwa manusia adalah
pengolah informasi. Dalam konsepsi ini, manusia bergeseer dari orang yang suka mencari
1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana dia
(Sang Aku, Ku, atau Diriku / I. Me, atau Myself ) menjadi pusat.
Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang
identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan brubah-ubah, yang muncul dari suatu
medan fenomenal
Secara garis besar ada dua faktor personal yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu
faktor biologis dan faktor sosiopsikologis.
1. Faktor Biologis
Manusia adalah mahluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan. Misalnya, ia
lapar kalau tidak makan selama 20 jam, kucing pun demikian. Manusia memerlukan
lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya, sapi pun juga begitu. Faktor biologis
terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, dan bersatu dengan faktor sosiopsikologis.
- bercumbu
- memberi makan
- merawat anak
- dan beberapa perilaku agresif
- kebutuhan makan dan minum
- istirahat
- kebutuhan seksual
- kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit dan bahaya.
Perlu dipahami bahwa manusia bukan semata-mata mahluk biologis, sebab kalau
begitu ia tidak berbeda dengan kambing atau monyet.
2. Faktor-faktor Sosiopsikologis
Karena manusia mahluk social, dari proses social ia memperoleh beberapa
karakteristik yang mempengaruhi perilakunya.
Ada tiga komponen yang berkaitan dengan faktor sosiopsikologis ini, yaitu :
a. komponen kognitif; aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui
oleh manusia.
- Motif Sosiogenis
- Sikap
- Emosi
Motif ini sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif biologis). Yang
termasuk motif sosiogenis adalah sebagai berikut :
David McClelland:
a. kebutuhan berprestasi
b. kebutuhan akan kasih sayang
c. kebutuhan berkuasa
Abraham Maslow :
1. kebutuhan fisiologis
Melvin H. Marx :
1. Kebutuhan Organisme :
- motif ingin tahu
- motif kompetensi
- motif rpestasi
2. Motif-motif sosial
- motif ksih sayang
- motif kekuasaan
- motif kebebasan
2) Motif kompetensi
Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mempunyai kemampuan untuk mengatasi
masalah yang dihadapinya. Perasaan mampu ini sangat bergantung pada
perkembangan intelektual, sosial, dan emosional. Motif kompetensi ini berhubungan erat
dengan kebutuhan akan rasa aman, misalnya kita ingin memproleh jaminan masa
depan, jaminan bahwa anak kita bisa sekaolah dengan baik. Bila orang sudh memenuhi
kebutuhan biologinya, yakin akan masa depannya lebih baik, maka ia dianggap sudah
memenuhi kebutuhannya akan kemampuan diri (kompetensi).
3) Motif cinta
Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal yang esensial dari perkembangan
kepribadian manusia. Setiap orang ingin diterima di dalam kelompoknya sebgai anggota
secara sukarela. Berbagai penalitan membuktikan bahwa kebutuhan akan kasih sayang
yang tidak terpenuhi akan menimbulkan perilaku manusia yang kurang baik; orang akan
menjadi agresif; kesepian; pendiam, dan akan bunuh diri.
Sikap
Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi social dan yang paling banyak
didefinsikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh
melalui proses belajar. Ada pula yang melihat sikap sebagai kesiapan syaraf sebelum
memberikan respon.
Emosi menunjukkan keguncangan organisme yang disertai oleh gejala gejala kesadaran,
perilaku, dan proses fisiologis. Misalnya, bila orang yang kita cintai mencemooh kita, kita
akan bereaksi secara emosional, kemudian jantung akan berdetak cepat dan napas
terengah-engah, kemudian kita akan balas mencemooh atau memukulnya. Emosi tidak
selalu jelek. Emosi merupakan bumbu dalam kehidupan; tanpa emosi hidup manusia kering
dan gersang.
Dari segi lamanya, ada emosi yang berlangsung singkat dan ada yang berlangsung
lama. Mood adalah emosi yang menetap selama berjama-jam atau beberapa hari. Mood
Komponen Kognitif
1) Kepercayaan
Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan
adalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar, atau salah, atas dasar bukti, sugesti
otoritas, pengalaman,atau intuisi.
Komponen Konatif
1) kebiasaan
2) kemauan
2. Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto, PT. Rajawali Pers, Jakarta, 2012
5. Social Psychology, James W. Vander Zanden, Random House Inc., USA, 1984
6. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Dennis McQuail, Erlangga, Jakarta, 1987