Puji syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT , karena berkat rahmat serta hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Konsep komunikasi persuasi”
dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi. Meskipun banyak hambatan
dan kendala dalam proses pengerjaannya,tetapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
mengingat keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai masukan bagi kami. Akhir
kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami
sebagai penulis pada khususnya. Atas segala perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah suatu aspek kehidupan manusia yang paling mendasar, penting,
dan kompleks. Kehidupan sehari-hari kita sangat dipengaruhi oleh komunikasi kita sendiri
dengan orang lain, bahkan oleh pesan yang berasal dari orang yang kita tidak tahu (we can
not not communication).
Karena kekompleksan komunikasi, maka Little John mengatakan, komunikasi adalah
sesuatu yang sulit untuk didefinisikan. Sementara itu, menurut ensiklopedia bebas berbahasa
Indonesia, komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain, agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.
Dalam proses komunikasi, ada lima elemen dasar yang dikemukakan oleh Harold
Lasswell dengan istilah “Who Says What in Which Channel to Whom with What
Effect”. Kelima elemen dasar tersebut adalah Who(sumber atau komunikator), Says
What (pesan), in Which Channel (Saluran), to Whom (Penerima), with What Effect (Efek
atau dampak). Lima elemen dasar dari komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Laswell di
atas akan bisa membantu para komunikator dalam menjalankan tugas mulianya.
Berhasil tidaknya suatu komunikasi tergantung dari kelima elemen dasar tersebut.
Bagaimana komunikator bisa mempengaruhi komunikannya, sehingga bisa bertindak sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh komunikator, bahkan bisa merubah sikap dan perilaku dari
komunikan tersebut. Namun, komunikator, pesan, saluran yang bagaimana yang akan bisa
merubah sikap dan perilaku komunikan.
Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya komunikasi persuasif, yaitu
komunikasi yang bersifat mempengaruhi audience atau komunikannya, sehingga bertindak
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Menurut K. Andeerson, komunikasi
persuasif didefinisikan sebagai perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah
keyakinan, sikap atau perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi beberapa pesan.
PEMBAHASAN
Dalam buku Teori Komunikasi (Littlejohn & Foss, 2009, p. 4), komunikasai adalah
sebuah sistem (misalnya telepon atau telegraf) untuk menyampaikan informasi dan perintah.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses
penyampaian suatu informasi, baik berupa pesan, simbol, ide atau gagasan yang dilakukan
oleh komunikator atau pengirim pesan kepada komunikan atau penerima pesan.
Dari pengertian komunikasi yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa unsur
yang menjadi prasyarat terjadinya suatu komunikasi. Adapun unsur-unsur komunikasi
menurut H. A. W. Widjaja dalam sebuah skripsi (Karlinda D., 2013) adalah sebagai berikut.
1) Sumber (Source)
Sumber dasar yang digunakan dalam rangka penyampaian pesan, yang digunakan
dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang,
lembaga, buku dan sejenisnya.
2) Komunikator
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok
orang, organisasi komunikasi seperti radio, surat kabar dan lain sebagainya.
Dalam penyampaian pesan terkadang komunikator dapat menjadi komunikan dan
begitu pula sebagainya.
3) Komunikan
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu personal,
kelompok dan massa.
4) Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator.
Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai perintah di dalam usaha
mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.
5) Saluran (Channel) atau media
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui
panca indera atau menggunakan media.
6) Hasil (Effect)
Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku
orang, sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan. Jadi apabila sikap atau tingkah
laku orang lain tersebut sesuai dengan keinginan kita, berarti komunikasi dapat
dikatakan berhasil demikian pula sebaliknya.
Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persuasi merupakan usaha
untuk mengubah sikap melalui penggunaan pesan, berfokus terutama pada karakteristik
komunikator dan komunikan.
Persuasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang mengubah sikap, opini, dan
perilaku. Karena persuasi merupakan suatu proses, maka persuasi akan berhasil jika
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan seluruh komponen komunikasi mulai
dari komunikator, pesan, saluran, hingga komunikan. Setiap bagian yang ikut andil di
dalamnya merupakan bagian yang saling terkait dan tidak dapat dihilangkan salah satunya.
Pesan merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam proses persuasi, karena
untuk membuat komunikan terpersuasi dengan baik, komunikan harus dapat memahami
dengan baik mengenai pesan yang disampaikan persuader atau komunikator. Dengan kata
lain, tingkat pengetahuan komunikan berperan sebagai kontrol atas komunikasi persuasi.
Pada dasarnya komunikasi persuasi bertujuan menguatkan atau mengubah sikap dan
perilaku, sehingga penggunaan fakta, pendapat, dan himbauan motivasional harus bersifat
memperkuat tujuan persuasifnya. Kita perlu memahami kemampuan melakukan kominikasi
persuasif dengan membayangkan bagaimana hidup kita tanpa kemampuan untuk mempanguri
atau membujuk orang lain.
Salah satu contoh dari implementasi komunikasi persuasi adalah di dalam kegiatan
proses pembelajaran di sekolah. Dalam kegiatan mengajar, seorang guru melakukan
komunikasi dengan teknik persuasi agar setiap materi yang disampaikan kepada peserta didik
mampu dimengerti dan mengakibatkan perubahan sikap, pendapat, dan perilaku peserta
didik.
Dalam buku (Cangara, 2008, p. 217) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keefektivan komunikasi persuasif, yaitu sebagai berikut.
1) Kejelasan tujuan
Dalam melakukan komunikasi persuasif tentu tidak sebebas dalam melakukan proses
komunikasi biasa, komunikator perlu memahami dan menerapkan asas yang dijadikan
sebagai landasan dalam proses berkomunikasi, karena komunikasi persuasif memiliki tujuan
tersendiri dilihat dari kata persuasi itu sendiri.
Terdapat empat prinsip utama yang dapat dimanfaatkan dalam komunikasi persuasif.
Prinsip tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk keberhasilan mengubah sikap,
kepercayaan, dan mengajak sasaran persuasi untuk berbuat sesuatu sesuai yang dikehendaki
persuader.
Apabila informasi yang didapatkan khalayak sesuai dengan yang mereka harapkan,
maka khalayak akan cenderung tertarik dengan pesan persuasif yang disampaikan
persuader. Begitu pula sebaliknya, apabila khalayak mendapatkan informasi yang
bertolak belakang dengan yang mereka harapkan, maka sasaran persuasif tidak akan
tertarik bahkan menolak pesan persuasi dari komunikator atau persuader.
Keempat prinsip tersebut mempunyai peran penting dalam proses persuasi karena
akan membantu keefektivan mempengaruhi khalayak. Prinsip-prinsip diatas menitikberatkan
kepada kepentingan sasaran persuasi yang harus diperhatikan oleh persuader dalam
melakukan komunikasi persuasif.
Sedangkan dalam skripsi (Karlinda D., 2013) terdapat 5 (lima) prinsip komunikasi
persuasif, diantaranya:
Khalayak lebih mungkin untuk mengubah perilaku mereka apabila perubahan yang
disarankan berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan mereka.
Kelima prinsip tersebut memang sedikit berbeda dengan prinsip menurut Littlejohn
dan Jabusch, namun pada dasarnya kedua pendapat tersebut memiliki konsep dan tujuan yang
sama dalam kaintannya dengan proses mempengaruhi khalayak.
Kemudian dalam buku Opini Publik (Olii & Erlita, 2011, p. 63), dijelaskan bahwa
beberapa tahun terakhir sebagai hasil penelitian eksperimental ilmu-ilmu sosial, diketahui
empat prinsip persuasi sebagai berikut.
1. Prinsip Indentifikasi
Pesan yang harus disampaikan harus disusun dengan memperhatikan kepentingan
khalayak. Kebanyakan orang mengabaikan ide, opini, atau sudut pandang orang lain,
sekalipun diketahui akan mempengaruhi hasrat, rasa takut, dan harapan pribadi seseorang.
2. Prinsip Tindakan
Jarang orang menerima gagsan yagn terpisah dari tindakan, baik tindakan oleh
penganjur ide maupun ide yang diyakini bisa membuktikan kebenaran ide itu. Walaupun
saran tindakan yang diberikan, orang cenderung menganggap enteng himbauan untuk
mengerjakan tindakan itu.
3. Prinsip Familiaritas dan Kepercayaan
Kita hanya menerima ide yang disampaikan orang yang kita percaya atau organisasi
yang kita anggap terperecaya. Sekalipun pendengar mempercayai pembicara,dia mungkin
tidak mendengar dan mempercayai informasi yang disampaikannya.
4. Prinsip Kejelasan
Untuk berkomunikasi kita harus menggunakan kata-kata atau simbol yang dipahami
dan mendapat respons pendengar.
Sikap pendengar saat komunikasi dimulai akan berbeda-beda, mulai dari yang ramah
sampai menunjukan kebencian. Dengan mengingat tahap-tahap pengambilan keputusan
seperti telah disebutkan sebelumnya, ada 2 tujuan penting yang harus kita ketahui dulu:
1) Membuat lawan bicara merasa penting dan menciptakan hubungan yang tepat.
2) Mencari tahu (jika belum jelas ) apa hubungannya.
Dengan demikian, kita harus memilih dan memakai tata krama dengan hati-hati. Seperti
halnya perangkat lain, sifatnya netral. Cara penerapannya lah yang menimbulkan hasil positif
dan negative. Untuk itu ada teknik-teknik yang dapat kita gunakan adalah:
Dalam hal ini berarti penampilan dan perilau kita. Penampilan kita termasuk pakaian
dan semua aspek penampilan fisik kita, mulai dari ekspresi wajah hingga kuku.
Pastikan bahwa penampilan fisik dan segala sesuatu yang akan digunakan.
Salah satu cara untuk membentuk ikatan dengan orang yang masih asing adalah
dengan mencari tahu minat yang sama, seperti hobi, tempat-tempat yang pernah
dikunjungi, berita TV sebelumnya dan lain-lain. Dalam situasi persuasive, minat yang
sama baik dlam hal bisnis maupun yang bersifat sosial bisa digunakan untuk membina
hubungan dengan orang tersebut.
d. Ucapan pujian
Sebagian besar manusia ingin dikenal dan dikaitkan dengan suatu keberhasilan, jadi
dengan demikian, kita sebagai komunikan atau komunikator memberikan pujian
asalkan sunguh-singguh dan bukan sekedar basa-basi dan sifatnya khas, bahkan akan
lebih baik jika dikaitkan dengan hubungan kita sebegai komunikator kepada
komunikan.
e. Niat baik
Memulai sesuatu dengan niat baik mungkin sedikit memkana biaya dan waktu namun
langkah ini bisa membuat suasana lebih menjadi lebih baik.
f. Reputasi
Didalam reputasi ini ada 4 cara untuk mengetahui apa yang penting bagi lawan bicara,
yakni:
2) Mengajukan pertanyaan
Di dalam memaparkan ide secara persuasive terdiri atas 3 point, yang berarti harus
menganggap ide itu menarik, meyakinkan dan dapat dimengerti. Sebagai tambahannya, jika
ingin meyakinkan bahwa seseorang menganggap ide itu menarik, meyakinkan dan dapat
dipahami, berarti dperlukan umpan balikyang memastikan hal ini. Karena sebuah pencapaian
pengertian bisa dianggap sebagai dasar proses, maka akan sangat sukur untuk membujuk
sesorang untuk melakukan tindakan yang tidak mereka pahami.
Kemudian jika ide-ide lebih dapat dipahami kita harus menggunakan alat bantu
yang namanya audio visual yang dimana agar seseorang lebih paham dengan apa yang
dijelaskan atau dibicarakan. Misalnya kita memberitahu bagaimana cara
menggunakan dasi yang baik, jadi bilamana diperlukan, berilah gambaran, contoh dan
ilustrasi. Lalu ada bahasa, nahasa yang digunakan sedemikian rupa agar lawan bicara
bisa mengerti, sebisa mungkin hindari kata-kata atau ungkapan yang dapat
menimbulkan kerancuan.
Mengapa kita harus menciptakan atau menjadikan ide itu menarik, karena di
dalam komunikasi persuasive ide yang menarik itu penting karena untuk
mempengaruhi komunikan agar komunikan tersebut tertarik dengan apa yang
komunikator bicarakan.
Dalam hal ini ada tiga cara untuk menjadikan ide ini meyakinkan:
1) Memberitahu orang apa yang perlu mereka lakukan dan bagaimana cara
melakukannya agar mendapatkan keuntungan.
2) Menyebutkan cirri-cirinya
3) Mengutip contoh-contohnya
3. Menangani bantahan
Seberapa pun baiknya kita menyajikan, tentu bodoh jika beranggapan bahwa
persetujuan dengan mudah tercapai, karena pihak lawan sebagai bagian dari proses
pembelian, secara otomatis akan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan
kerugian. Ini merupakan respons naluri manusia terhadap segala situasi yang
membutuhkan tindakan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa banyak bantahan yang tidak jujur, ini
disebabkan oleh cara mengemukakan kasus. Kita dapat mengurangi frekuensi dan
intensitas bantahan dengan komunikasi yang baik, namun memang dari waktu ke
waktu tentu akan muncul perbedaan.
Hal pertama yang perlu diketahui adalah bahwa kebanyakan bantahan mempunyai
dasar emosional dan rasional. Secara emosional, orang dapat menjadi defensive atau
agresif. Secara rasional, orang membutuhkan jawaban yang logis terhadap bantahan
tertentu yang sudah diutarakannya. Untuk dapat mengontrolnya dengan baik perlu
menangani sefi emosional dan rasional secara terpisah dan berurutan. Perlunya
mengendalikan kontrol dapat ditunjukkan dengan banyaknya program-program radio
dan televisi yang ditunjukkan untuk menghentikan perdebatan. Bila kita melihat lebih
cermat, kita akan melihat bahwa kesulitann dimulai ketika satu partisipan mengatakan
sesuatu yang dibantah oleh pihak lain. ia tidak mengendalikan emosi dan menangani
pokok permasalahan dengan jelas dan logis, melainkan saling mengkritik akhirnya
tentu sudah dapat kita duga sendiri.
Mengendalikan diri cukup mudah bila kita menematkan diri pada posisi orang
tersebut pada saat ia mengemukaan kelemahan di dalam tawarannya. Bila kita
berperan sebagai dia, tentu kita ingin agar kita mendengarkan pokok pandangan kita,
mempertimbangkannya, dan menyadari bahwa pokok yang diajukan memang masuk
akal bahkan sebelum dia menjawabnya. Selain itu kita juga dapat menerapkan hal
yang sama jika timbul bantahan, tetaplah kendalikan diri, biarkan dia
mempertimbangkan jawaban kita dengan tenang dan rasional. Kemudian adapun juga
bantahan yang diajukan, hanya ada tiga hal yang dapat dilakukan, dengan mengingat
analogi pertimbangan yakni:
1) Jelaskan bahwa bantahan ini keliru atau tidak tepat dan hilangkan kekurangan dari
sisi keseimbangan minus.
2) Jelaskan bahwa dia memberikan efek yang berlebihan dan kurangi kekurangan
pada segi minus.
3) Setuju, namun pada bantahan ini seringkali banyak yang berbohong atau berpura-
pura setuju. Bila bantahan nya jujur maka dia tidak akan menanyakan hal yang
lain, namun jika bantahan itu mengada-ngada, maka dia harus memikirkan alasan
lain untuk tidak setuju.
c. Jenis bantahan
Disini kita membicarakan jenis-jenis bantahan yang mungkin kita hadapi serta
pendekatan-pendekatan spesifik dalam penanganannya. Diantaranya yaitu:
1) Ketakutan
Masalahnya, lawan bicara percaya bahwa ide-ide kita mempunyai kelemahan.
Maka dari itu kita harus menujukan bahwa ketakutan seperti itu dapat dipahami
namun tidak beralasan.
Jalan keluarnya, tekankan unsur yang akan menghilangkan ketakutan. Catat
contoh-contoh situasi serupa di mana ketakutan timbul namun tak terbukti.
2) Kebiasaan
Masalahnya, bertindak berdaarkan kebisaan memang menyenangkan karena
tidak perlu banyak berpikir. Orang tidak akan mengubah kebiasaan mereka
kecuali mereka dapat melihat manfaatnya. Oleh karena itu tujuannya tentu saja
adalah member alasan dari sudut pandangnya sehingga dia merasa perlu
mempertimbangkan ulang. Jalan keluarnya, tekankan keuntungan tawaran kita.
Kemudian ikuti dengan menunjukkan keuntungan tawaran kita untuk
memperlihatkan bahwa kebutuhannya akan lebih dapat terpenuhi.
3) Informasi yang keliru
Masalahnya, lawan bicara mendapat informasiyan keliru atau salah pengertian
dalam memahami penjelasan mengenai sebagian aspek ide sehingga perlu
dikoreksi tanpa membuatnya tampak bodoh. Jalan keluarnya, jangan buat lawan
bicara nya itu malu. Tak ada ruginya memberikan pendekatan ini, sehingga ketika
kemudian kita mendengarkan tanpa merasa jengkel.
4) Rincian
Masalahnya, lawan bicara tampak dapat menerima prinsip tawaran kita tetapi
melihat permasalahan dalam penerapannya. Jalan keluarnya, cari tahu apakah
alasan itu jujur atau tidak. Tunjukkan bagaimana dia dapat mengurangi seminimal
mungkin masalah penempatan. Tawarkan bantuan, berikan contoh apa yang sudah
dilakukan
di lain tempat untuk menunjukan bagaimana rintangan dengan mudah dapat
diatasi.
5) Ide yang lebiih baik
Masalahnya, implikasinya adalah bahwa sesuatu, mungkin ide orang lain
dirasakan lebih baik atau dengan kata lain, perubahan di lain waktu akan lebih
baik. Tugas kita adalah mencari tahu alasannya dan menangani alasan sebenarnya
di balik komentar itu. Ini mungkin termasuk kategori ketakutan, kebiasaan atau
lainnya.
Jalan keluarnya, tanyakan mengapa kemudian, tergantung jawabannya, gunakan
pendekatan yang sesuai untuk menjawab pokok permasalahan yang
sesungguhnya.
6) Pihak yang berwenang
Masalahnya, ini mungkin terjadi bila melibatkan sejumlah orang dan kita
mungkin tidak berbicara pada orang yang tepat. Jalan keluarnya, kita harus
mempengaruhi orang tersebut baik secara langsung atau secara tidak langsung.
7) Biaya
Masalahnya, dalam hal ini tawaran dianggap tidak sesuai dengan biaya atau
upaya yang harus dikeluarkan. Jalan keluarnya, kita harus menjelaskan apa yang
dimaksud dengan ‘nilai’ bagi si pembeli, sehingga kita dapat memuaskan
perhatian pada kebutuhan yang sesungguhnya.
8) Keluhan
Kategori bantahan ini agak berbeda, karena didasarkan pada keluhan di masa lalu
dan bukan tawaran yang sekarang. Keluhan seperti ini perlu ditangani secara
berbeda. Masalahnya, lawan bicara merasa bahwa dia pernah menderita, jengkel,
menginginkan tindakan, dan berharap kita bisa melakukan sesuatu. Jalan
keluarnya, jangan mencari-cari alasan atau menyalahkan orang lain, karena hanya
akan membuat mereka semakin kesal.
4. Keputusan untuk bertindak
Dalam komunikasi kita tidak selalu mengejar tujuan akhir, seperti yang sudah dikatakan
sebelumnya bahwasannya kita harus selalu mengejar tujuan kearah langkah yang lebih benar.
Sebagai akibatnya mungkin kita mendapatkan 2 tujuan yakni tujuan akhir atau tujuan
sementara.
Apapun tujuannya bila lawan bicara bersedia menerima usulan kita, maka tidak perlu
meminta persetujuan untuk bertindak. Mereka cenderung akan bertindak demikian bila dalam
pertemuan awal kita telah mengidentifikasi, mencari tahu dan menyetujui kebutuhan mereka,
kemudian dalam mengutarakannya, kita mengemukakan ide-de dengan cara yang lebih
menarik misalnya, meyakinkan dapat dipahami, dan bila timbul bantahan kita harus bisa
mengendalikan diri dan memberikan jawaban yang memuaskan lawan bicara.
Usaha untuk mencapai komitmen tanpa lebih dulu menciptakan minat terhadap tawaran,
biasanya akan dilihat sebagai taktik penekanan . semakin besar keputusan yang harus
diambil, semakin besar tekanan dan semakin besar pula sikap bertahannya. Tidak ada yang
senang dipaksa untuk menyetujui apa yang dianggapnya kurang baik.
Dalam situasi seperti inilah keterampilan kita diuji untuk dapat mendorong niat bertindak.
Meskipun demikian pada semua kasus , komunikator yang berhasil tahu bahwa manusia
bertindak karena ingin memenuhi kebutuhan yang dirasakannya. Oleh karenanya mereka
berkonsentrasi pada keuntungsn yang dapat diberikan oleh keputusan yang positif dan bukan
oleh eputusan itu sendiri.
Pada tahap dimana pertanyaan harus diajukan, pertama-tama kita harus mengetahui
bahwa tahap ini telah dicapai dengan melihat isyarat-isyarat sebagai pertanda dan yang
kedua, menggunakan teknik-teknik yang berbeda untuk mengajukan pertanyaan akhir, sesuai
dengan lawan bicara. Kemudian di dalam keputusan untuk bertindak kita harus mengetahui
terlebih dahulu mengenai:
a. Tanda-tanda persetujuan
Cepat atau lambat, lawan bicara aka mencapai tahap bertanya pada diri
sendiri. Yang terburuk adalah komunikan menolak tawaran komunikator. Vila
demikian kita sebagai komunikator harus mengetahui mengapa dan bertindak dengan
keadaan. Akan tetapi, biasanya lebih sering komunikan menunjukkan perhatian dan
kita sebagai komunikator bisa melihatnya dari tindakan atau kata-kata, isyarat yang
mencakup:
Dalam buku (Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, 2007, pp. 23-24) Teknik
komunikasi persuasif merupakan suatu teknik komunikasi yang dilakukan agar orang lain
bersedia menerima suatu paham atau keyakinan , melakukan suatu perbuatan atau kegiatan
dan lain sebagainya.
1. Teknik Asosiasi
Teknik ini merupakan teknik yang menyajikan pesan dengan cara menumpangkannya
pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. Teknik ini secara
umum sering dilakukan oleh kalangan pebisnis atau para politikus. Popularitas figur-figur
tertentu dimanfaatkan dalam kerangka pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
2. Teknik Integrasi
Teknik ini adalah menyatukan diri antara komunikator dengan komunikan. Penggunaan
kata-kata verbal yang menyatakan satu dengan komunikan. Contoh pada penggunaan kata
kita bukan kata saya atau kami. Kata kita berarti saya dan anda.Hal ini mengandung makna
bahwa yang diperjuangkan komunikator bukan kepentingan diri sendiri melainkan juga
kepentingan komunikan.
3. Teknik Ganjaran
Teknik ganjaran (pay-of technique) adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain
dengan cara mengiming-imingi hal yang menguntungkan atau yang menjanjikan harapan
tertentu. Teknik ini sering dipertentangkan dengan teknik pembangkitan rasa takut (fear
arousing technique), yakni cara-cara yang bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan
konsekuensi yang buruk.
Jadi, jika pay-of technique menjanjikan ganjaran (rewarding), fear arousing technique
menunjukan hukuman (punishment).Sehingga teknik ganjaran dapat menimbulkan
kegairahan emosional, sedangkan fear arousing dapat menimbulkan ketegangan emosional.
Istilah red herring sulit diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebab red herring adalah
nama ikan yang tersebar di Samudera Atlantik Utara. Jenis ikan ini terkenal dengan
kebiasaanya dalam membuat gerak tipu daya ketika diburu oleh binatang lain atau manusia.
Dalam hubungannya dengan komunikasi persuasif adalah seni komunikator untuk meraih
kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakan argumentasi yang lemah untuk kemudian
mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yanng dikuasinya guna dijadikan senjata
ampuh untuk menyerang lawan. Jadi teknik ini digunakan komunikator ketika berada dalam
posisi yang terdesak. Untuk itu, syarat yang tidak boleh dilupakan adalah pada penguasaan
materi yang didiskusikan atau diperdebatkan.
5. Teknik Tataan
Yang dimaksudkan dengan tataan disini adalah upaya menyusun pesan komunikasi
sedemikian rupa sehingga enak didengar, atau enak dilihat atau enak dibaca dan orang
memiliki kecenderungan untuk mengikuti apa yang disarankan oleh pesan tersebut. Teknik
tataan (icing technique) dalam kegiatan komunikasi persuasif adalah seni menata pesan
dengan imbauan-imbauan sedemikian rupa sehingga lebih dapat menarik sasaran persuasi.
1. Kesan Pertama
Kesan pertama hanya bisa dihadirkan satu kali, karenanya seseorang harus bisa
menciptakan kesan pertama yang baik bagi orang yang ditemuinya.Kesan pertama
merupakan faktor yang sangat penting dalam komunikasi persuasif. Kesan yang
dimunculkan komunikator dalam perjumpaan pertamanya dengan komunikan akan sangat
memengaruhi bagaimana komunikan dapat menerima pesan persuasi yang disampaikan
oleh komunikator.
Umumnya, kesan pertama didapatkan komunikan dari berbagai panca indera yang ada
pada dirinya. Misalnya, melalui indera penglihatan, komunikan akan dapat menangkap
kesan pertama komunikator dari penampilan wajah, pakaian, hingga tatanan rambutnya.
Contohnya, seorang dokter yang berbicara dalam seminar kesehatan akan lebih dipercaya
oleh para audiences jika ia memiliki penampilan yang rapi dibandingkan penampilan yang
berantakan. Hal ini disebabkan karena penampilan yang rapi cenderung memberikan kesan
sehat dibandingkan penampilan yang berantakan.
2. Menarik Empati
Seorang komunikator yang baik adalah komunikator yang mau mendengarkan. Dengan
mendengarkan, seorang komunikator akan tahu bagaimana karakteristik, keluhan, dan
kebutuhan komunikan. Komunikator yang memahami komunikan akan lebih mampu
memengaruhi emosi dan alam bawah sadar komunikannya. Sebagai akibatnya, komunikan
akan melihat komunikator sebagai seorang yang benar-benar peduli pada permasalahan
dan kebutuhan-kebutuhannya serta dapat diandalkan untuk memberikan solusi dari
problema yang dihadapi oleh komunikan tersebut.
3. Membangun Kreadibilitas
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kredibilitas mengacu pada tiga komponen
yakni keahlian, kepercayaan, dan eksistensi.Untuk bisa membangun kredibilitas, seorang
komunikator harus bisa mengembangkan tiga komponen tersebut.Untuk membangun
kredibilitas, langkah pertama seorang komunikator adalah mengembangkan keahlian. Jika
komunikator menjadi seorang yang lebih ahli dalam suatu bidang, maka komunikan akan
bisa lebih terpengaruh ketika sang komunikator melakukan persuasi terkait bidang
keahliannya tersebut.
4. Memotivasi
Didalam strategi berkomunikasi terdapat etika dalam berkomunikasi yang baik dan
benar (Santoso, 2010, pp. 56-57). Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan pernah
lepas dari komunikasi. Dari mulai kita bangun tidur sampai kemudian tertidur kembali,
komunikasi selalu menjadi kegiatan utama kita entah itu komunikasi verbal atau non verbal,
entah itu komunikasi antar pribadi atau komunikasi organisasi.
Hal seperti ini memang telah menjadi kodrat kita sebagai seorang manusia yang
memang tidak dapat hidup sendiri. Kita selalu membutuhkan orang lain disekitar kita,
walaupun hanya untuk sekedar melakukan obrolan basa-basi karena manusia adalah makhluk
sosial dan dari dalam interaksi itulah manusia lambat laun menciptakan nilai-nilai bersama
yang kemudian disebut sebagai kebudayaan.
Dalam nilai-nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan
mengatur tata cara kita berkomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati dan menjunjung
tinggi etika sebagai sebuah tanda penghargaan pada lawan bicara kita. Namun terkadang
pemakaian sesuatu yang kita anggap sebuah etika dapat berakibat pada sesuatu yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan kesalahpahaman antar sesama.Mengapa hal itu bisa terjadi?
Padahal tujuan kita menggunakan etika adalah untuk mencoba menghargai khalayak.
Membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung jawabkan
Membantu manusia mengambil sikap dan tindakan secara tepat dalam hidup ini
Tujuan akhir untuk menciptakan kebahagiaan.
Terlepas setuju atau tidaknya kita dengan teori diatas, namun ada hal yang bisa kita
sepakati bahwa etika berhubungan dengan moral,”sistem tentang bagaimana kita harus hidup
secara baik sebagai manusia.” Persoalan etika yang potensial selalu melekat dalam setiap
bentuk komunikasi antar pribadi sehingga komunikasi dapat dinilai dalam dimensi benar-
salah, melibatkan pengaruh yang berarti terhadap manusia lain, sehingga komunikator secara
sadar memilih tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai dan cara-cara komunikasi guna
mencapai tujuan tersebut. Apakah seorang komunikator bertujuan menyampaikan informasi,
meningkatkan pemahaman seseorang, memudahkan keputusan yang bebas pada orang lain,
menawarkan nilai-nilai yang penting, memperlihatkan eksistensi dan relevansi suatu
persoalan sosial, memberikan sebuah jawaban atau program aksi atau memicu pertikaian dan
persoalan etika yang potensial terpadu dalam upaya-upaya simbolik sang komunikator.
Demikianlah keadaannya pada sebagian besar komunikasi pribadi, baik komunikasi antara 2
orang, dalam kelompok kecil, dalam retorika gerakan sosial maupun dalam hubungan
masyarakat.
1) Setiap orang tahu bahwa teknik komunikasi tertentu adalah tidak etis jadi tidak perlu
dibahas;
2) Karena yang penting dalam komunikasi hanyalah masalah kesuksesan maka masalah
etika tidak relevan.
3) Penilaian etika hanyalah masalah penilaian individu secara pribadi sehingga tak ada
jawaban pasti; dan
4) Menilai etika orang lain itu menunjukkan keangkuhan atau bahkan tidak sopan.
Secara potensial timbul ketegangan antara ” kenyataan” dan “keharusan”, antara yang
aktual dan yang ideal. Mungkin terdapat ketegangan antara apa yang dilakukan setiap orang
dengan apa yang menurut kita harus dilakukan oleh orang tersebut. Mungkin terdapat konflik
antara komunikasi yang kita pandang berhasil dan penilaian teknik tersebut tidak boleh
digunakan karena cacat menurut etika.Kita mungkin terlalu menekankan pemahaman tentang
sifat dan efektivitas teknik, proses dan metode komunikasi dengan mengorbankan perhatian
pada masalah etika tentang penggunaan teknik-teknik seperti itu. Kita harus menguji bukan
hanya bagaimana, melainkan juga apakah kita secara etis harus , memakai berbagai macam
metode dan pendekatan.
Bagaimana para peserta dalam sebuah transaksi komunikasi pribadi menilai etika dari
komunikasi itu, atau bagaimana para pengamat luar menilai etikanya, akan berbeda-beda
tergantung pada standar etika yang mereka gunakan. Sebagian diantara bahkan mungkin akan
memilih untuk tidak mempertimbangkan etika. Namun demikian, masalah etika yang
potensial tetap ada meskipun tidak terpecahkan atau tidak terjawab.
1. Menggunakan data palsu, data yang sengaja dirancang untuk menonjolkan kesan tertentu,
data yang dengan sengaja diejawantahkan secara salah, dibelokkan, atau bukti yang benar
tapi tidak ada hubungannya untuk mendukung suatu pernyataan atau mengesahkan
sesuatu.
2. Tidak diperkenankan secara sengaja menggunakan alasan yang meragukan atau tidak
masuk diakal (tidak logis).
3. Tidak diperkenankan menyatakan diri sebagai ahli pada subyek tertentu, padahal bukan
ahlinya. Tidak diperkenankan juga mengaku telah diberi informasi oleh ahlinya padahal
tidak.
4. Tidak diperkenankan untuk mengajukan hal-hal yang tidak berkaitan untuk mengalihkan
perhatian dari isu yang sedang menjadi perhatian. Di antara hal-hal yang paling sering
digunakan untuk mengalihkan perhatian adalah perilaku sengaja menyerang karakter
individu yang menjadi lawannya, pembelaan dengan menggunakan kebencian dan
(bigotry) sebagai alasan.(Innuendo), penggunaan istilah "Tuhan" atau "setan" yang dapat
menyebabkan/ mengundang keadaan tegang namun tidak mencerminkan reaksi positif
atau negatif yang sebenarnya.
5. Tidak diperkenankan untuk meminta kepada target sasaran (pembaca/ pemirsa) untuk
mengaitkan ide atau proposal yang diajukan dengan nilai-nilai yang emosional, motif-
motif tertentu, atau tujuan-tujuan yang sebenarnya tidak ada kaitannya.
6. Tidak diperkenankan untuk menipu khalayak dengan menyembunyikan tujuan
sebenarnya, atau kepentingan pribadi/ kelompok yang diwakilkan, atau menggunakan
posisi pribadi sebagai penasehat saat memberikan sisi pandang tertentu.
7. Jangan menutup-nutupi, membelokkan, atau sengaja menafsirkan dengan salah angka,
istilah, jangkauan, intensitas, atau konsekuensi logis yang mungkin diakibatkan di masa
depan.
8. Tidak diperkenankan untuk menggunakan pembelaan emosional yang tidak disertai bukti,
latar belakang, atau alasan yang tidak dapat diterima apabila target penerima memiliki
kesempatan dan waktu untuk menyelidiki subyek tersebut sendiri kemudian menemukan
sesuatu yang lain/ bertentangan.
9. Tidak diperkenankan untuk menyederhanakan sebuah situasi yang yang sebenarnya
kompleks, sehingga terlihat sebagai hitam dan putih saja, hanya memiliki dua pilihan atau
pandangan, dan (polar views).
10. Tidak diperkenankan untuk mengaku sebuah kepastian sudah dibuat padahal situasinya
masih sementara, dan derajat kemungkinan situasi masih dapat berubah sebenarnya lebih
akurat.
11. Tidak diperkenankan menganjurkan sesuatu yang kita secara pribadi sebenarnya juga
tidak percaya.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
3.2 Saran