Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Kepemimpinan dalam Organisasi Kerja

2.1.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi,

pesan, atau gagasan yang disampaikan oleh komunikator kepada

komunikan, dengan menggunakan media akhirnya mendapatkan umpan

balik atau efek tertentu. Sebuah paradigma dari Harold Laswell dalam

“The Structure and Function of Communication in Society”, Laswell

menyatakan bahwa cara yang paling baik untuk menjelaskan komunikasi

ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which

Channel To Whom With What Effect? Pernyataan tersebut menunjukkan

bahwa komunikasi meliputi 5 unsur jawaban dari pertanyan yang diajukan,

yaitu Komunikator, Pesan, Media, Komunikan, dan Efek.

Adapun beberapa ahli yang mendefinisikan pengertian komunikasi,

yaitu :

1. Weaver (1949), komunikasi merupakan segala prosedur yang mana

suatu pemikiran seseorang dapat mempengaruhi yang lainnya.

2. Miller (1951), komunikasi merupakan suatu informasi yang berlalu

dari suatu tempat ke tempat yang lainnya.

9
3. Babcock (1952), komunikasi merupakan kejadian yang bekerja

dengan simbol, dalam lingkungan tertentu, oleh seseorang atau

lebih, dengan media, untuk menyampaikan sebuah pesan.

4. Hovland, Janis, & Kelley (1953), komunikasi merupakan suatu

proses yang mana komunikator mengirim stimulus untuk memberi

pengaruh tindakan seseorang.

5. Anderson (1959), komunikasi merupakan sebuah proses yang

mana seseorang akan saling memahami satu sama lain yang

berjalan dinamis, berubah, silir berganti sesuai dengan situasi.

6. Gode (1959), komunikasi merupakan proses menciptakan

kesamaan dari beberapa orang mulai dari monopoli satu ke yang

lainnya.

7. Ruesch & Beteson (1961), komunikasi menurutnya bukan merujuk

pada pesan verbal, eksplisit, dan intensional namun juga semua

proses seseorang mempengaruhi yang lainnya.

8. Oliver, Zelko, & Holtzman (1962), komunikasi merupakan kiasan

gambaran seseorang mengenai stimulasi pikiran orang lain atas

kesadaran seseorang akan pentingnya sebuah peristiwa.

9. Emery, Ault, & Agee (1963), komunikasi merupakan senin

transmisi informasi, sikap, gagasan, dari seseorang ke yang

lainnya.

10. Lewis (1963), komunikasi merupakan proses yang mana seseorang

akan meminimalisir ketidakpastian lewat isyarat dalam sebuah

hubungan.

10
11. Berelson & Steiner (1964), komunikasi merupakan pengiriman

segala informasi, ide, emosi, dsb melalui simbol.

12. Gerbner (1964), komunikasi merupakan hubungan sosial melewati

sebuah simbol dan sistem.

13. Dance (1964), komunikasi merupakan pencapaian respon melaui

simbol verbal.

14. Hawes (1973), komunikasi merupakan aktivitas beraturan dalam

dimensi ruang serta waktu dengan menggunakan simbol.

(Sumber: Apendix A, Dance & Larson, 1976 Miller (2001:5)).

2.1.2. Proses Komunikasi

Dalam sebuah komunikasi terdapat elemen dan proses yang

mendukung terjadinya komunikasi sehingga akan mencapai tujuan

bersama. Dalam bukunya, Santoso menyebutkan paling sedikit 3 unsur

pokok dalam proses komunikasi yakni pengirim pesan, isi pesan, dan si

penerima pesan. Isi pesan akan disampaikan oleh si pengirim melalui

lambang atau simbol yang dipahami oleh mereka yang berkomunikasi,

lambang-lambang tersebut terdiri dari :

1. Bahasa lisan maupun tulisan

2. Isyarat-isyarat, seperti angkat tangan, kedipan mata, anggukan kepala,

dsb

3. Gambar, contohnya peta, bagan/struktur, dsb

4. Tanda, meliputi rambu lalu lintas, lampu peringatan, dsb

11
Unsur-unsur pokok dalam suatu proses komunikasi yakni :

1. Sumber pesan, berisi ide atau gagasan yang akan di sampaikan kepada

penerima pesan.

2. Pengirim pesan (Komunikator), unsur atau orang yang menyampaikan

ide atau gagasan kepada penerima pesan.

Tugas pengirim pesan adalah :

1. Melakukan Encoding, yakni merumuskan ide atau gagasan ke dalam

pesan sehingga dapat dimengerti oleh penerima pesan.

2. Memilih lambang atau simbol yang akan menjadi alat bagi isi pesan

agar tersampaikan pada si penerima pesan sesuai dengan situasi dan

kondisinya.

3. Memilih sarana atau media yang akan digunakan untuk menyampaikan

pesannya.

4. Media atau sarana, alat yang digunakan oleh komunikator untuk

menyampaikan pesannya agar dapat sampai kepada penerima pesan

(komunikan).

5. Penerima pesan (Komunikan), unsur atau orang yang menerima suatu

gagasan yang dikirim oleh komunikator.

6. Efek pesan, hasil yang didapat dari pesan yang disampaikan

komunikator kepada komunikan.

7. Feedback, umpan balik yang berisi jawaban atas pesan yang telah

tersampaikan pada komunikan.

12
2.1.3. Macam-macam Konteks Komunikasi

2.1.3.1.Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Komunikasi antar orang secara tatap-muka, yang

memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain

secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.

2.1.3.2.Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)

Komunikasi dengan diri-sendiri. Contohnya berpikir.

Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antarpribadi dan

komunikasi dalam konteks-konteks lainnya, meskipun dalam

disiplin komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas.

2.1.3.3.Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok yaitu komunikasi yang dilakukan

antara suatu kelompok. Tiap individu yang terlibat pada

komunikasi ini masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran

dan kedudukannya dalam kelompok. Contohnya, berbincang antara

ayah, ibu, dan anak dalam keluarga, diskusi guru dan murid di

kelas, dll.

2.1.3.4.Komunikasi Massa

Komunikasi massa yaitu komunikasi yang ditujukan pada

masyarakat luas. Bentuk komunikasinya bisa dilakukan dengan dua

cara yaitu komunikasi melalui media massa seperti radio, surat

13
kabar, TV, dsbnya dan komunikasi langsung tanpa melalui media

massa seperti ceramah, atau pidato.

2.1.3.5.Komunikasi Organisasi

2.1.3.5.1. Konsep Komunikasi Organisasi

Kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan

komunikasi antar organisasi. Bedanya dengan komunikasi

kelompok adalah bahwa sifat organisasi organisasi lebih

formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi

dalam melakukan kegiatan komunikasinya.

Goldhaber mengatakan bahwa komunikasi

organisasi merupakan cara menciptakan dan menukar pesan

dalam suatu jaringan yang saling tergantung satu sama lain.

Goldhaber juga mengatakan bahwa tujuan komunikasi

organisasi yaitu untuk mengatasi lingkungan yang tidak

pasti dan selalu berubah-ubah.

Selanjutnya ia juga menjelaskan tujuh konsep dalam

komunikasi organisasi, yaitu :

a. Proses, konsep ini diperlukan untuk terciptanya saling

tukar-menukar pesan diantara anggota organisasi.

Kegiatan ini terjadi secara terus-menerus sehingga

dikatakan sebagai. suatu proses.

14
b. Pesan, anggota dalann organisasi harus mampu

mengirim dan menerima pesan. Pesan yang baik akan

mampu diterima oleh si penerima pesan.

c. Jaringan, terdiri atas kumpulan orang yang mendudukii

posisi atau jabatan tertentu. Sekumpulan orang. tersebut

menjalankan tugas, fungsi, dan perannya masing-

masing dalam organisasi.

d. Keadaan saling. tergantung, konsep ini dibutuhkan bila

suatu bagian tidak berfungsi sebagaimana mestinya

akan mengganggu kinerja. dari bagian lain juga.

e. Hubungan, fungsi dari bagian yang dijalankan oleh

manusia bergantung pada hubungan antara anggota satu

dengan anggota lainnya.

f. Lingkungan (internal dan eksternal),. konsep ini

merupakan totalitas fisik dan faktor sosial yg

diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai

individu dalam suatu sistem.

g. Ketiidakpastian, untuk memenuhi ketersediaan

informasi yang tersedia dan yang diiharapkan.

2.1.3.5.2. Penggolongan Komunikasi Organisasi

a. Komunikasi Lisan dan Tertulis

Komunikasi dalam konteks ini berkaitan dengan

pesan yang akan disampaikan. Komunikasi antar

personal menjadi contoh utama dalam hal ini, karena

15
komunikasi didalamnya disampaikan secara lisan

maupun tertulis. Hampir seluruh manusia berinteraksi

menggunakan komunikasi lisan dan tertulis dengan

berbagai faktor pertimbangan, yakni berapa biaya yang

dikeluarkan, seberapa cepat komunikasi tersebut

tersampaikan, sumber daya yang tersedia serta efisiensi

penyampaiannya.

b. Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Komunikasi ini menyampaikan informasinya

meliputi bagaimana perasaan seseorang dikemukakan

secara lisan dan melalui isyarat, simbol, suasana hati

yang dinyatakan melalui gerakan isyarat atau yang

biasa disebut bahasa badan (body language). Makna

dari kalimat yang disampaikan akan diperjelas melalui

nada suara yang tinggi atau rendah, bagaimana nada

suara tersebut dan kapan komunikator berbicara.

c. Komunikasi Ke Bawah, Ke Atas, dan Ke Samping

Komunikasi Ke Bawah meliputi komunikasi dari

manajemen tertinggi ke manajemen tengah, dan

berakhir pada karyawan. Komunikasi ini berfungsi

sebagai pemberian informasi, pengarahan, perintah,

tujuan organisasi, kebijaksanaan perusahaan, hak dan

kewajiban karyawan, serta evaluasi.

16
Komunikasi Ke Atas meliputi komunikasi dari

hirarki kekuasaan terendah ke yang lebih tinggi

(manajer). Komunikasi ini berfungsi untuk memperoleh

segala informasi yang ada dalam organisasi.

Komunikai Ke Samping meliputi komunikasi yang

berlangsung pada tingkatan kekuasaan yang sama.

Komunikasi ini berfungsi untuk pengkoordinasikan

serta pemecahan masalah yang ada di organisasi

tersebut.

d. Komunikasi Satu Arah dan Dua Arah

Komunikasi Satu Arah hanya menekankan pada

penyampaian pesannya. Keuntungan dari komunikasi

ini yaitu cepat dalam penyampaiannya serta menghemat

biaya dan waktu karena tidak adanya celah bagi

komunikan untuk mempertanyakan informasi yang

dikirimkan, sehingga dapat melindungi kesalahan yang

barangkali dilakukan komunikan tersebut. Namun,

terdapat kekurangan dari komunikasi ini yaitu penerima

tidak memperoleh penjelasan terhadap pesan yang telah

dikirimkan.

Komunikasi Dua Arah berbentuk umpan balik tetap

yang membuat komunikator mendapat feedback berupa

pesan yang disampaikan. Adapun kerugian dari

komunikasi ini yaitu kurang efisien, serta membutuhkan

17
banyak waktu. Namun ada juga kelebihan dari

komunikasi ini, yakni komunikator dapat

memperhatikan dan memahami pesan yang

disampaikan.

e. Komunikasi Formal dan Informal

Komunikasi Formal merupakan komunikasi yang

terjadi antara karyawan melewati kekuasaan yang sudah

ditetapkan manajer.

Komunikasi Informal berfungsi untuk memelihara

hubungan sosial dari kelompok informal yang

penyebaran informasinya bersifat pribadi. Adapun sifat

dan karakteristikmya yaitu pada kecepatan

penyebarannya. (Masmuh, 2010:07)

2.1.4. Komunikasi Kepemimpinan

Kepemimpinan berarti membimbing dan menuntun mempengaruhi,

mengontrol, pikiran, perasaan, dan tingkah laku orang lain. Pemimpin

yaitu orang yang berfungsi memimpin, atau orang yang membimbing atau

menuntun. Kepemimpinan yang bersifat tatap muka berlangsung melalui

kata-kata secara lisan, kepemimpinan jenis ini bersifat langsung karena

sang pemimpin dalam usahanya mempengaruhi orang lain. Fungsi utama

kepemimpinan berada dalam jenis khusus dari salah satu kelompoknya

(group representation). Seorang atasan harus mewakili kelompoknya

melewati saluran - saluran khusus yang direncanakan dan dibuat oleh

kelompoknya sendiri.

18
Komunikasi Kepemimpinan merupakan aktifitas yang dilakukan

pimpinan kepada bawahannya meliputi penyampaian pesan, informasi,

dan tugas melalui media tertentu untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Lewis (1987), komunikasi ke bawah atau biasa disebut

Komunikasi Pimpinan yaitu sebuah arus pesan yang mengalir dari

pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi pimpinan

bertujuan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas

- tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan

pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan

umum.

Masmuh (2010;280) menyebutkan 5 hal yang penting dalam

komunikasi pimpinan, diantaranya :

1. Apa tugas dan tujuan dari organisasi tersebut.

2. Kapan tujuan tersebut harus dicapai.

3. Bagaimana tujuan itu harus tercapai.

4. Siapa saja yang bertanggung jawab pada setiap unit kerja.

5. Mengapa tujuan tersebut harus dicapai.

Inti Komunikasi kepemimpinan adalah bagaimana pemimpin

memberi instruksi atau tugas yang jelas dan mudah dipahami oleh

bawahan, bagaimana mengkomunikasikan kebijakan organisasi kepada

semua unsur di dalamnya, bagaimana frekuensi komunikasi pimpinan

dengan bawahan, membangkitkan motif bawahan atau karyawan,

mengunggah daya gerak mereka untuk bekerja lebih giat. (Masmuh

2010;280).

19
Landasan teori penelitian ini menggunakan teori Kontingensi oleh

Fiedler (1967) atau biasa disebut Contingensi of leadership. Menurutnya,

seorang menjadi pemimpin bukan karena sifat-sifat daripada

kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi

antara pemimpin dan situasinya.

Keefektifan pemimpin bergantung pada situasi tertentu yang

dihadapinya, dan hubungan-hubungan dalam gaya kepemimpinannya.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam situasi kepemimpinan, yaitu :

1. Relasi antar pemimpin dan anggotanya, bagaimana seorang pemimpin

membangun human relation dengan baik. Dengan demikian

hubungan atasan dan bawahan akan harmonis sehingga akan tercipta

perasaan senang, percaya, dan menghargai pemimpin.

2. Struktur tugas, cara-cara melakukan pekerjaan yang dijelaskan rinci

dan bertahap. Tugas yang terstruktur dan jelas akan berpengaruh

besar terhadap pemimpin atas tim tersebut.

3. Kekuasaan jabatan, merupakan suatu tingkat hukuman, penghargaan

kenaikan pangkat, disiplin kerja, dan teguran. Posisi jabatan dalam

sebuah organisasi akan menentukan sejauh mana kekuatan atau

kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk menanamkan

nilai dan arti dari tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga

menjelaskan sejauh mana pemimpin menggunakan otoritasnya dalam

memberikan hukuman, penghargaan, promosi dan penurunan pangkat.

2.1.5. Fungsi Kepemimpinan

2.1.5.1.Fungsi Informatif

20
Seluruh anggota organisasi menginginkan informasi yang

lebih banyak,. lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat

memungkinkann setiap anggota organisasi dapat melaksanakan

pekerjaannya secara pasti, pada dasarnya informasi dibutuhkan

oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam

suatu organisasi. Orang - orang pada tataran manajemen

membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan

organisasi ataupun guna. mengatasi konflik yang terjadii di dalam

organisasi. Sedangkan. karyawan membutuhkan informasi tentang

jaminan keamanan, jaminan sosial. dan kesehatan, izin cuti dsb.

2.1.5.2.Fungsi. Regulatif

Fungsi regulatif berkaitan dengan peraturan-peraturan yang

berlaku pada suatu organisasi. Seluruh lembaga dan organisasi

mempunyai dua hal yang. berpengaruh terhadap fungsi regulatif

ini, yaitu :

a. Atasan, yakni mereka yang mempunyai wewenang untuk

mengatasi semua informasi yang disampaikan. Disamping itu

mereka juga mempunyai wewenang untuk memberikan

perintah, sehingga dalam structure organisasi kemungkinan

mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority)

supaya perintahnya dilakukan sebagaimana semestinya.

b. Berkaitan dengann pesan. Pesan regulatife dasarnya

berorientasi pada kerja. Artinya, karyawan membutuhkan

21
kepastian peraturan mengenai pekerjaan yang boleh dan tidak

boleh untuk dilakukan.

2.1.5.3.Fungsi. Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi,.kekuasaan dan

kewenangan tak selalu membawa hasil yang sesuai dengan yang

diharapkan. Adanya kenyataan. ini, maka banyak pimpinan yang

lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi

perintah. Sebab. pekerjaan yang dilaksanakan sukarela dilakukan

oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang.lebih besar

diibanding jika pimpinan sering menunjukkan kekuasaan dan

wewenangnya.

2.1.5.4.Fungsi. Integratif

Setiap.organisasi berusaha menyediiakan saluran yang

mungkin karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan

baik.. Terdapat dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan

khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan

kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti

perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja,

pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan

aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi

yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

22
2.1.6. Gaya Kepemimpinan

Menurut White & Lippit Harbani (2008) gaya kepemimpinan

terdiri dari 3 macam yaitu :

2.1.6.1.Kepemimpinan Otoriter

Merupakan kekuasaan atau wewenang sebagian besar

mutlak berada pada pimpinan. Pengambilan keputusan dan

kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan

tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan

pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Bawahan

hanya bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah ditetapkan

pimpinan. Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling

berkuasa, paling pintar, dan paling cakap. Pengarahan bawahan

dilakukan dengan memberikan instruksi atau perintah, ancaman

hukuman, serta pengawasan yang dilakukan secara ketat.

Ciri - ciri Kepemimpinan Otoriter :

a. Kewewenangan mutlak terpusat pada atasan.

b. Keputusan dan. Kebijakan dibuat oleh atasan.

c. Komunikasi berlangsung satu arah.

d. Pengawasan dilakukan. secara ketat.

e. Prakarsa dari atasan dan tanpa kesempatan bawahan untuk

memberiikan pendapat.

f. Lebih banyak kritik dibanding pujian.

g. Atasan menuntut kesetian dan prestasi sempurna.

h. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh atasan.

23
2.1.6.2.Kepemimpinan Demokratis

Merupakan pemimpin memotivasi bawahan agar merasa

ikut memiliki perusahaan dengan menciptakan kerjasama yang

serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan.

Pemimpin dengan gaya ini, akan mendorong kemampuan

bawahan mengambil keputusan. Pimpinan akan selalu membina

bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar. Disini

pemimpin mencoba mengutamakan “human relation” (hubungan

antar.manusia) yang baik dan lancar.

Ciri - ciri gaya kepemimpinan Demokratis :

a. Kewenangan atasan tidak mutlak.

b. Atasan bersedia melimpahkan wewenang kepada bawahan.

c. Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara atasan dan

bawahan.

d. Komunikasi berlangsung dua arah.

e. Pengawasan diilakukan secara wajar.

f. Bawahan diberii kesempatan untuk berprakarsa dan

menyampaikan saran.

g. Tugas yang diberi untuk bawahan lebih bersifat permintaan

daripada instruksi.

h. Pujian dan kritik pada bawahan diberikan secara seimbang.

i. Terdapat suasana saliing percaya dan saliing menghargai.

2.1.6.3.Kepemimpinan Laissez-Faire

24
Gaya ini berasumsii bahwa suatu tugas disajikan pada

kelompok yang biasanya menentukan teknik - teknik mereka

sendiri guna mencapai tujuan tersebut untuk mencapai sasaran -

sasaran dan kebijakan organisasi. Kepemimpinan pada type ini

melaksanakan perannya atas dasar aktivitas kelompok dan

pimpinan kurang mengadakan pengontrolan terhadap bawahannya.

Pada tipe ini pemiimpin akan meletakkan tanggungjawab

keputusan penuh pada para bawahannya, pemimpin akan sedikit

saja memberikan pengarahan. Pemimpin pada gaya ini sifatnya

positif dan seolah - olah tidak mampu memberiikan pengaruh

kepada bawahannya.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez-Faire :

a. Pimpinan melimpahkan sepenuhnya kepada bawahan.

b. Keputusan dan kebijakan lebih banyak diserahkan kepada

bawahan.

c. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh

bawahan.

d. Hampir tidak ada pengawasan.

e. Pengambil inisiatif selalu datang dari bawahan.

f. Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan.

g. Kepentingan pribadi lebih dominan dari pada kepentingan

kelompok.

h. Tanggung jawab dipikul oleh orang perorang.

25
2.1.7. Peran Pemimpin Sebagai Komunikator

Keberhasilan seorang pemimpin dapat dilihat dalam kegiatan

berkomunikasi. Faktor utama bagii seorang pemimpin dalam kegiatannya

sebagai komunikator ialah :

1. Faktor daya tarik komunikator, isi pesan yang disampaikan

komunikator memiliki kesamaan dengan komunikan sehingga

komunikan bersedia taat pada pesan disampaikan komunikator.

Sikap tersebut akan menimbulkan simpati komunikan pada

komunikator.

2. Faktor kepercayaan pada komunikator,. ditentukan oleh oleh

keahlian komunikator pada bidang tugasnya. Kepercayaan pada

komuniikator mencerminkan bahwa pesan yang disampaikan pada

komunikan dianggap benar dan sesuai kenyataan.

Berikut adalah beberapa faktor yang perlu diiperhatikan apabila

seorang pemimpin sebagai komunikator :

1. Kerangka. Referensi

Keberhasilan seorang pemimpin dalam berkomunikasi dapat

ditentukan apabila pesan yang disampaikan cocok dengan kerangka

referensi komunikan. Kerangka referensii seseorang dibentuk dari hasil

pengalaman, pendidikan,. dan definisi - definisi yang diperoleh dari orang

lain atau suatu kelompoknya. Pesan yang disampaikan hendaknya

menggunakan bahasa yang umum dan kalimat yang sederhana, sehingga

lawan bicara akan memahami isi pesan tersebut.

2. Konteks Situasional

26
Situasi atau suasana sangat berpengaruh terhadap kelangsungan

komunikasi. Konteks situasional adalah kondisi dalam hubungannya

dengan komunikasi. Suatu komunikasi yang dilancarkan dalam situasi

dan kondisi yang tidak menyenangkan tidak akan fungsional. Bahkan

akan menjadi boomerang kepada komunikator sehingga komunikan akan

timbil pertikaian antar keduanya akibat kesalah pahaman.

3. Konotasi

Merupakan kata-kata yang dijadikan alat untuk mengekspresikan isi

pikiran atau perasaan. Pesan komunikasi entah itu ide, informasi atau opini

merupakan pikiran komunikator yang disampaikan menggunakan bahasa

sehingga sampai kepada benak komunikan. Terdapat dua jenis pengertian

dari kata-kata, yakni denotatif dan konotatif. Denotatif yaitu kata-kata

yang diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan

kebudayaan yang sama. Sedangkan konotatif yaitu kata-kata yang

mengandung penilaian tertentu yang disebabkan latar belakang dan

pengalaman seseorang.

2.2 Macam-macam Efek Komunikasi

1. Kognitif yaitu akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya

informative bagi dirinya.

2.Afektif yaitu akibat yang timbul pada diri komunikan yang terjadi pada

perubahan sikap.

3.Behavioural yaitu akibat timbulnya pada diri seseorang dalam bentuk

perilaku, tindakan atau kegiatan.

27
Adapun efek komunikasi dalam. kepemimpinan yang dapat

menunjang keberhasilan organisasi di antaranya yaitu:

1. Membuat dan merumuskan tujuan organisasi

Atasan harus mampu membentuk visi atau tujuan yang jelas bagi

organisasi dan merumuskan tugas - tugas yang diperlukan untuk

membantu organiisasi mencapai tujuan yang telah direncanakan.

2. Membangun situasi pemahaman yang lebih baik

Atasan harus membangun pengertian yang baik antara

karyawanya agar tidak terjadi kesalahpahaman. Pesan yang

dirumuskan dengan baik tidak cukup jika tidak didukung dengan

pengetahuan yang baik tentang teknik komunikasi yang tepat.

3. Membangun kepercayaan. dengan berbagai pihak

Agar seorang atasan memperoleh kepercayaan dari karyawannya,

maka ia harus membangun kepercayaan dengan mengkomunikasikan

tujuan yang dimiliki serta berinteraksi dengan. mereka.

4. Menjalin hubungan baiik dengan karyawannya

Hubungan antara atasan dan karyawanya dapat memberikan

dampak yang besar terhadap organisasi. Agar hubungan dapat terjalin

dengan baik, maka seorang atasan harus selektif dalam membagikan

sumber daya yang dimiliki dengan pengiikutnya.

2. Menyatakan visi, misi, nilai - nilai dan aturan organisasi

Atasan harus mengarahkan karyawanya dengan memberikan

contoh seperti komunikasi yang dilakukan pemimpin harus jelas,

singkat, dan juga harus menilai pikiran, ide, dan perasaan orang lain.

28
Kepemimpinan yang baik sangat dibutuhkan untuk merangkul semua

budaya,.pengetahuan, pendidikan, nilai-nilai moral, demografi yang

berbeda, dan penyiimpangan komunikasi.

3. Membangun system komunikasi yang transparan

Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk membangun sistem

komunikasi yang transparan di antaranya adalah adanya saluran

komunikasi maka setiap orang harus mengetahui beragam saluran

komunikasi yang dapat digunakan, setiap orang juga memiliki akses

ke saluran komunikasi formal dan komunikasi yang dilakukan bersifat

singkat dan langsung, dll.

4. Memotivasi karyawan

Atasan yang memiiliki semangat dan motivasi diri yang besar

yang dapat disebut sebagai pemimpin yang efektif karena ia

mempunyai potensi yang besar untuk memotivasi dan mengangkat

moral anggota timnya.

5. Mendelegasiikan tugas dan kewajiban

Seorang atasan hendaknya dapat mendelegasikan tugas - tugas

pada karyawannya dengan harapan masing – masing karyawannya

dapat menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan baik. Atasan

tidak perlu benar - benar menghindari perilaku suportif karena jika hal

ini terjadi, maka karyawannya akan merasa diabaikan dan hubungan

antara atasan dan karyawan akan terganggu.

29
6. Mendorong system umpan balik

Seorang atasan yang efektif harus selalu mendorong sistem umpan

balik untuk memperbaiki lingkungan dunia kerja. Umpan balik

bertujuan untuk mengatasi berbagai kesalahan yang mungkin timbul

selama proses komunikasi dalam organiisasi.

7. Membangun seni berinteraksi dengan orang lain

Atasan harus mampu membangun seni berinteraksi dengan setiap

individu meskipun mereka berada dalam kelompok. Dengan

demikian, seorang atasan harus dapat mengarahkan kelompok

sebagaimana ia berbicara dengan setiap individu.

8. Berpikiran dan bersikap terbuka

Seorang atasan harus berpikiran dan bersikap terbuka bagi tiap

kritik dan saran untuk memperbaiki gaya komunikasi, gaya

kepemimpinan, dan menerimanya sebagai bentuk pembelajaran.

9. Menggunakan beragam saluran dan teknologi komuniikasi

Atasan harus mempertimbangkan berbagai saluran dan teknologi

komunikasi untuk memaparkan jenis-jenis informasi seperti rapat

tatap muka, video conferences, telephone conferences, surat

elektronik, dll sebagai cara untuk dapat berhubungan dengan seluruh

karyawannya.

10. Manajemen team

30
Atasan mempunyai tanggung jawab untuk membentuk lingkungan

di sekitarnya agar dapat mendorong kreativitas, pencapaian tugas,

mengangkat moral serta memotivasi karyawannya.

11. Menstimulasi kreativitas dan inovasi

Atasan harus dapat menstimulasi karyawannya untuk menjadi

lebih kreatif dan inovatif dalam menjalankan tugas - tugasnya serta

memberikan tantangan terhadap kepercayaan dan nilai-nilai yang

dimiliki oleh karyawannya.

12. Memberikan arahan dan bimbingan

Karyawan sangat membutuhkan arahan, bimbingan, dan

dukungan dari atasan karena mereka merasa tidak dapat

menampilkan kinerja yang maksimal dan kurang percaya diri dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Untuk itu, atasan harus

memberikan arahan dan dorongan secara langsung kepada

karyawannya sebagai upaya untuk menyelesaikan tugas - tugas yang

diberikan.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Menurut Martoyo (2002) terdapat faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi disiplin kerja yaitu motivasi, diklat, kepemimpinan,

esejahteraan, penegakkan disiplin. Sedangkan Simamora (2004) juga

menyatakan bahwa komunikasi dapat mempengaruhi disiplin kerja, karena

komunikasi merupakan sumber masalah disiplin yang bersifat

31
organisasional. Kegagalan dalam mengkomunikasikan standar dan

ekspektasi kerja yang memadai menjadi salah satu pemicu timbulnya

masalah disiplin. Oleh karena itu, komunikasi juga dapat mempengaruhi

perilaku disiplin kerja karyawan.

Malayu Hasibuan (2009:194) berpendapat beberapa faktor yang

mempengaruhi diisiplin kerja karyawan, yitu :

1. Waskat (pengawasan melekat), yaitu tindakan nyata yang paling efektif

untuk mewujudkan disiplin kerja. Tindakan ini efektif merangsang disiplin

dan moral kerja karyawan, karena karyawan dapat perhatian, bimbingan,

petunjuk dan pengarahan dari atasannya langsung. Dengan waskat ini

atasan akan dapat mengetahui secara langsung kedisiplinan karyawan

sehingga pimpinan dapat menilai kondiisi setiap karyawan. Selain

mengawasii disiplin kerja karyawan, waskat juga mencari sistem kerja

yang efektif untuk mewujudkan tujuan organisasi dan karyawan. Hal ini

juga berarti Waskat termasuk dalam penerapan komunikasi verbal dan non

verbal.

2. Tujuan dan Kemampuan, hal ini sangat berpengaruh pada tingkat

disiplin.kerja karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan

ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan.

Pekerjaan yang dibebankan pada karyawan harus sesuai dengan

kemampuan karyawan tersebut, agar mereka dapat bersungguh-sungguh

dan disiplin untuk mengerjakannya.

3. Teladan Pemimpin, hal ini sungguh berperan dalam menentukan disiiplin

kerja karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para

32
karyawannya. Seorang atasan harus menyadari bahwa dirinya menjadi

contoh dan diteladani oleh karyawannya, untuk itu pimpinan harus

mempunyai kedisiplinan yang baik agar karyawannya juga dapat

melaksanakan disiplin yang baik.

4. Balas.Jasa. Balas jasa atau kompensasi juga mempengaruhi disiplin kerja

karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan

karyawan terhadap pekerjaannya maka disiplin akan terlaksana. Balas jasa

berperan penting dalam menciptakan disiplin kerja karyawan, artinya

semakin besar kompensasi yang diberikan perusahaan, maka semakin baik

disiplin kerja karyawan. Begitu juga sebaliknya, karyawan akan sulit

bekerja dengan disiplin jika kebutuhan primer mereka tidak terpenuhi.

5. Keadilan. Keadilan akan ikut mendorong terwujudnya disiplin kerja

karyawan, karena sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan

ingin diperlakukan sama.

6. Ketegasan. Atasan harus tegas dalam melakukan tindakan akan

mempengaruhi disiplin kerja karyawan. Atasan harus berani dan bertindak

tegas untuk menghukum setiap karyawan yang tidak disiplin sesuai

dengan sanksi.

7. Sanksi atau Punishment. Sanksi berperan penting dalam memelihara

disiplin kerja karyawan, karena dengan sanksi hukum yang berat karyawan

akan semakin takut.untuk melanggar peraturan - peraturan organisasi

sehingga perilaku yang tidak disiplin akan berkurang. Berat atau ringan

sanksi yang diterapkan tersebut juga mempengaruhi baik atau buruknya

disiplin kerja.karyawan. Hendaknya sanksi hukum tersebut tidak terlalu

33
berat supaya sanksi tersebut dapat dijadikan pelajaran untuk mendiidik

karyawan agar mengubah perilakunya.

8. Hubungan..Kemanusiaan. Menciptakan hubungan yang baik dan

harmonis sesama karyawan baik hubungan keatas maupun kepada

bawahannya yang terdiri dari direct single relationship, direct group

relationship dan cross relationship akan ikut menciptakan disiplin kerja

karyawan yang baik. Dengan menciptakan hubungan kemanusiaan yang

baik yang serasi akan terwujudnya lingkungan kerja yang nyaman.

2.3.1. Pengertian Disiplin Kerja

Menurut Mangkunegara (2001:129) ”Dicipline is management

action to enforce organization standar’.

Banyak pengertian mengenai disiplin itu meliputi karyawan yang

datang dan pulang tepat waktu. Pernyataan tersebut menjadi salah satu

yang dituntut oleh organisasi. Oleh karena itu, kedisiplinan dapat diartikan

sebagai tingkah laku yang tertulis maupun yang tidak tertulis (Hasibuan,

2009:212).

Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap

menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan

yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup

menjalankannya dan tidak menggelak untuk menerima sanksi-sanksinya

apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya

(Sastrohadiwiryo, 2003:291).

34
Disiplin karyawan adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan

peraturan, prosedur kerja yang ada atau disiplin adalah sikap, tingkah laku

dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi atau

perusahaan baik tertulis maupun yang tidak tertulis (Sutrisno, 2009:94).

Adapun menurut Moekijat, 2002: 356 pembagian disiplin meliputi

2 jenis, yaitu :

1. Self imposed discipline, yaitu disiplin yang dipaksanakan oleh diri

sendiri. Disiplin ini berasal dari diri sesorang yang pada hakikatnya

berasal dari dorongan pada dirinya sendiri. Self imposed discipline juga

dapat diartikan oleh suatu keinginan dan kemauan untuk mengerjakan

apa yang sesuai dengan keinginan kelompok.

2. Command discipline, yaitu disiplin yang diperintahkan. Disiplin dalam

hal ini berasal dari suatu kekuasaan yang diakui dan menggunakan

cara-cara menakutkan seperti hukuman atau sanksi agar para karyawan

malaksanakan apa yang dikehendakinya.

2.3.2. Jenis-jenis Disiplin Kerja

Menurut.Handoko (2012 : 144) disiplin kerja digolongkan dua

jenis, yaitu :

1. Disiplin.preventif, yaitu kegiatan yang dilaksanakan dengan

maksud untuk mendorong para karyawan agar sadar menaati

berbagai standar dan aturan, sehingga dapat di cegah berbagai

penyelewengan atau pelanggaran. Yang utama dalam hal ini adalah

ditumbuhkannya “self discripline” pada setiap karyawan.

35
2. Disiplin.korektif, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi

pelanggaran yang terjadi terhadap aturan – aturan. Kegiatan

korektif ini berupa hukuman atau sanksi pendisiplinan

(discriplinary action), wujudnya dapat berupa peringatan, ataupun

berupa shorsing. Semua sasaran pendisiplinan tersebut harus

positif, bersifat mendidik, dan mengoreksi kekeliruan untuk tiidak

terulang kembali.

2.3.3. Bentuk-bentuk Disiplin Kerja

Disiplin kerja mencakup berbagai bidang dan cara pandangnya,

seperti menurut Guntur (1996) ada beberapa sikap disiplin yang perlu

dikelola dalam pekerjaan, yaitu :

- Disiplin terhadap waktu

- Disiplin terhadap target kerja

- Disiplin terhadap kualitas kerja

- Disiplin terhadap prioritas kerja

- Disiplin terhadap prosedur kerja

Kriteria yang digunakan dalam disiplin kerja dapat dikelompokkan

menjadi tiga indikator disipin kerja, yaitu :

1. Disiplin pada waktu. Disiplin waktu disini diartikan sebagai sikap

atau tingkah laku yang menunjukkan ketaatan terhadap jam kerja

yang meliputi kehadiran dan kepatuhan karyawan pada jam kerja,

dan apakah karyawan tersebut melaksanakan tugas dengan tepat

waktu dan benar.

36
2. Disiplin pada peraturan. Peraturan maupun tata tertib yang tertulis

dan tidak tertulis dibuat agar tujuan suatu organisasi dapat dicapai

dengan baik. Untuk itu dibutuhkan komitmen dari karyawan atas apa

yang telah ditetapkan pada organisasi tersebut. Komitmen disini

berarti taat dan patuh dalam melaksanakan perintah dari atasan, serta

ketaatan karyawan dalam menggunakan kelengkapan pakaiian

seragam yang telah ditentukan organisasi tersebut.

3. Disiplin pada tanggungjawab. Salah satu bentuk tanggung jawab

karyawan yaitu penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang baik

sehingga kegiatan kantor berjalan dengan lancar. Serta adanya

kesanggupan dalam menghadapi pekerjaan yang menjadi

tanggungjawabnya sebagai seorang karyawan. Robinns (2005,

h;182)

2.3.4. Indikator Disiplin Kerja

Menurut Nitisemito (1996:40), indikator yang dapat membuat

rendahnya disiplin kerja karyawan adalah :

1. Tingkat absensi yang tinggi. Menurut Gordon E. Wathins absensi

menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

“Absensi menunjukkan ketidakhadiran pekerja dalam tugasnya. Hal ini

termasuk waktu yang hilang sebab sakit, kecelakaan dan pergi

meninggalkan pekerjaan karena alasan-alasan pribadi, baik diberi

wewenang atau tidak. Yang tidak diperhitungkan sebagai absensi

adalah diberhentikan sementara, tidak ada pekerjaan, cuti yang sah,

periode libur dan pemberhentian bekerja.”Turunnya.produktivitas

37
kerja. Salah satu indikator rendahnya disiplin kerja dapat ditunjukkan

dari turunnya produktivitas kerja. Produktivitas yang turun biasanya

karena kemalasan, penundaan pekerjaan, dll.

2. Adanya.kelalaian.dalam.penyelesaian.pekerjaan.

Rendahnya kedisiplinan kerja karyawan dapat dilihat dengan sering

terjadinya kelalaian sehingga dapat menyebabkan keterlambatan

penyelesaian pekerjaan.

3. Tingkat kecerobohan atau kecelakaan yang tinggi. Tidak dapat

dipungkiri jika rendahnya disiplin kerja dapat menyebabkan pekerjaan-

pekerjaan yang gagal diluar kendali. Hal itu dapat disebabkan dari

karyawan yang bermalas-malasan dan tidak fokus.

4. Seringnya pencurian bahan-bahan pekerjaan. Pencurian bahan

pekerjaan memang hal yang kecil, namun jika suatu kedisiplinan kerja

rendah, hal yang kecil pun dapat menjadi penghalang dari kelancaran

suatu organisasi karena bisa saja menimbulkan konflik.

5. Timbul konflik antar karyawan. Perselisihan disini dapat

menyebabkan ketidaktenangan karyawan dalam bekerja yang dapat

mengganggu pekerjaan yang sedang dilakukan.

2.3.5. Aspek-aspek Disiplin Kerja

Amriany, dkk dalam Anggraeni (2008) menuliskan aspek - aspek

disiplin kerja yaitu pertama kehadiran, seorang karyawan dijadwalkan

untuk bekerja dan harus hadir tepat pada waktu tanpa alasan apapun.

Waktu, merupakan jangka waktu saat karyawan harus hadir untuk

memulai pekerjaan, waktu istirahat, dan akhir pekerjaan. Kedua kepatuhan

38
terhadap perintah dan kepatuhan terhadap aturan yakni serangkaian aturan

yang dimiliki perusahaan. Ketiga produktivitas kerja, poin ini yaitu

produktivitas kerja menjadi salah satu aspek dari disiplin kerja, karena

mau tidak mau sebuah kedisiplinan kerja pada karyawan akan menunjang

pada produktivitas kerja.

2.4.Definisi Konseptual

2.4.1. Variabel Independent (X) : Komunikasi Kepemimpinan

Variabel bebas (Independent Variable) dalam penelitian ini adalah

Komunikasi Kepemimpinan. Menurut Kriyantono (2010: 20), variabel bebas

merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari

variabel lain.

Definisi Komunikasi Kepemimpinan menurut Masmuh (2013: 279)

merupakan aktivitas penyampaian pesan, informasi, dan tugas (secara verbal

maupun non verbal) melalui cara tertentu atau yang disebut dengan gaya

komunikasi yang dilakukan oleh seorang pimpinan kepada bawahannya,

dengan tujuan tertentu. Beberapa hal penting dalam komunikasi

kepemimpinan yaitu sebagai berikut:

1. Frekuensi komunikasi pimpinan dengan bawahan

2. Pemberian instruksi dan tugas yang jelas dan mudah dipahami

3. Mengkomunikasikan kebijakan kantor

4. Membangkitkan motif bawahan atau karyawan

5. Menggugah daya gerak karyawan untuk bekerja lebih giat

39
Menurut Lewis (1987), komunikasi kepemimpinan yaitu sebuah

arus pesan yang mengalir dari pimpinan kepada bawahannya. Pesan

tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin,

perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum.

2.4.2. Variabel Dependent (Y) : Disiplin Kerja Karyawan

Variabel terikat (Dependent Variable) dalam penelitian ini adalah

Disiplin Kerja. Menurut Kriyantono (2010: 21), variabel terikat merupakan

variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang

mendahului.

Disiplin kerja menurut Robbins dalam Arisandy (2004: 28) diartikan

sebagai sebuah sikap yang dilakukan dengan sukarela dan dalam kondisi sadar

serta mampu mematuhi setiap peraturan yang berlaku dalam sebuah

perusahaan.

Robbins (2005: 182) juga menyebutkan 3 konsep pada disiplin kerja,

yaitu:

1. Disiplin pada waktu

2. Disiplin pada tanggungjawab (tugas)

3. Disiplin pada aturan berpakaian.

2.5.Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran secara terperinci dari definisi

konseptual dimana menyertakan indikator dari variabel independent dan variabel

dependen.

40
2.5.1. Variabel Independent (X) : Komunikasi Kepemimpinan

Menurut Masmuh (2010: 280) beberapa hal penting dalam komunikasi

kepemimpinan sebagai berikut:

1. Frekuensi komunikasi pimpinan dengan bawahan

2. Pemberian instruksi dan tugas yang jelas dan mudah dipahami

3. Mengkomunikasikan kebijakan kantor

4. Membangkitkan motif bawahan atau karyawan

5. Mengunggah daya gerak karyawan untuk bekerja lebih giat

Adapun beberapa indikator yang disebutkan pada tabel di bawah ini

merupakan hasil dari data sekunder yang ditemukan di lapangan.

Tabel 2.1

Indikator Penelitian Variabel Independent

No. Variabel X Konsep Indikator

1. Komunikasi Frekuensi - Berkomunikasi melalui briefing

Kepemimpinan komunikasi harian.

pimpinan dengan - Berkomunikasi melalui reporting

bawahan. bulanan.

- Pengadaan bonding tim untuk

menjalin rasa kekeluargaan.

- Keterlibatan rapat sebanyak 3 kali

dalam 1 minggu.

- Kesempatan menyampaikan

41
pendapat saat rapat.

- Kebebasan berdiskusi.

- Pemberian kritik mengenai

pekerjaan.

Pemberian - Pemberian perintah sebanyak 2

perintah/instruksi. kali dalam satu minggu.

- Penyampaian informasi

mengenai pekerjaan.

- Tanggungjawab terhadap

perintah yang diberikan.

- Pengawasan mengenai pekerjaan

yang diperintahkan.

- Tuntutan menyelesaikan

pekerjaan dengan sempurna.

Penyampaian - Penyampaian aturan/tata tertib

kebijakan kantor. kantor sebanyak 2 kali dalam satu

minggu.

- Kepatuhan terhadap setiap

keputusan pimpinan.

Membangkitkan - Pujian untuk setiap pekerjaan

motif karyawan. yang sesuai dengan target.

- Reward untuk pekerjaan yang

melampaui target.

42
Menggugah daya - Menegur karyawan ketika

gerak karyawan terlambat masuk kantor.

untuk kerja lebih - Punishment untuk karyawan yang

giat. terlambat lebih dari 3 kali dalam

satu bulan.

- Punishment pada karyawan yang

melanggar aturan kantor.

2.5.2. Variabel Dependent (Y) : Disiplin Kerja Karyawan

Disiplin kerja menurut Robbins dalam Arisandy (2004: 28) diartikan

sebagai sebuah sikap yang dilakukan dengan sukarela dan dalam kondisi sadar

serta mampu mematuhi setiap peraturan yang berlaku dalam sebuah

perusahaan yang meliputi 3 konsep, diantaranya:

1. Ketepatan waktu

2. Tanggungjawab

3. Aturan berpakaian

Adapun beberapa indikator yang disebutkan pada tabel di bawah ini

merupakan hasil dari data sekunder yang ditemukan di lapangan.

43
Tabel 2.2

Indikator Penelitian Variabel Dependent

No. Variabel Y Konsep Indikator

1. Disiplin Kerja Ketepatan - Tidak terlambat masuk kantor

Karyawan. waktu lebih dari 3 kali dalam satu bulan.

- Tidak absen/tidak masuk kantor

lebih dari 3 kali dalam satu bulan.

- Kerja selama 8 jam sesuai shift

yang telah ditentukan.

- Tidak meninggalkan kantor

selama jam kerja.

- Tidak keluar kantor pada jam

kerja tanpa seizin pimpinan.

- Menyelesaikan tugas sesuai

deadline yang telah ditentukan.

Tanggungjawab - Mengerjakan tugas yang telah

diperintahkan dengan sungguh-

sungguh.

- Tidak menolak tugas yang

diperintahkan pimpinan

sebanyak 3 kali dalam satu

minggu.

44
- Kepuasan hasil kerja.

Aturan - Menggunakan seragam sesuai

berpakaian aturan kantor (atasan dan

bawahan).

- Tidak menggunakan seragam

yang salah sebanyak 3 kali dalam

satu minggu.

- Menggunakan atribut yang telah

ditetapkan kantor pada hari

tertentu.

2.6.Hipotesis

Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu

penelitian Frankle dan Wallen (1990: 40). Selanjutnya Yatim Riyanto, (1996: 13)

menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara

terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis belum tentu

benar. Benar tidaknya siatu hipotesis tergantung hasil pengujian data empiris.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai

berikut :

45
Ho : “Ada pengaruh pada komunikasi kepemimpinan terhadap disiplin

kerja karyawan”

Ha: “Tidak ada pengaruh pada komunikasi kepemimpinan terhadap

disiplin kerja karyawan”

46

Anda mungkin juga menyukai