Anda di halaman 1dari 21

KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

Definisi
Komunikasi dalam organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi
organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian.
Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang
sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal
dan horisontal.

Berikut merupakan beberapa definisi komunikasi dalam organisasi dari beberapa ahli
antara lain:
1. Komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang mapan dari mereka yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan dan
pembagian tugas. (Everet M. Rogers)
2. Komunikasi organisasi adalah sarana dimana manajemen mengkoordinasikan
sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-
tugas dan wewenang. (Robert Bonnington)
3. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi didalam kelompok fomal maupun informal dari suatu organisasi.
(Wiryanto, 2005)
 
Jenis-jenis komunikasi dalam organisasi
1. Komunikasi lisan dan tertulis
Dasar penggolongan komunikasi lisan dan tertulis ini adalah bentuk pesan yang akan
disampaikan. Banyak bentuk komunikasi: terutama komunikasi antar pribadi
(interpersonal communication), disampaikan secara lisan maupun tertulis.

2. Komunikasi verbal dan non verbal


Jika dua orang berinteraksi, maka informasi mengenai perasaan dan gagasan atau ide
yang timbul akan dikomunikasikan. Perasaan seseorang juga dapat dinyatakan melalui
berbagai isyarat-isyarat atau signal-signal non verbal. Dalam percakapan tatap muka
langsung, perasaan, atau suasana hati seseorang dinyatakan melalui gerakan
isyarat(gesture), ekspresi wajah, posisi dan gerakan badan, kontak fisik, kontak
pandangan mata, dan stimulasi non-verbal lain yang sama pentingnya dengan kata-
kata yang diucapkan.

3. Komunikasi kebawah, keatas, dan kesamping


Penggolongan komunikasi kebawah, keatas, dan kesamping (horisontal) ini didasarkan
pada arah aliran pesan-pesan dan informasi didalam suatu organisasi.

4. Komunikasi formal dan informal


Komunikasi formal terjadi diantara karyawan melalui garis kewenangan yang telah
ditetapkan oleh manajemen.
Komunikasi informal terjadi di antara karyawan dalam suatu organisasi yang dapat
berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi jabatan
mereka.
 
Proses  Komunikasi dalam Organisasi
1. Proses ideasi
Tahap pertama dalam suatu proses komunikasi adalah ideasi (ideation) yaitu proses
penciptaan gagasan atau informasi yang dilakukan oleh komunikator.

2. Proses encoding
Gagasan atau informasi disusun dalam serangkaian bentuk simbol atau sandi yang
dirancang untuk dikirimkan kepada komunikan dan juga pemilihan saluran dan media
komunikasi yang akan digunakan.

3. Proses pengiriman
Gagasan atau pesan yang telah disimbolkan atau disandikan (encoded) melalui saluran
dan media komunikasi yang tersedia dalam organisasi. Pengiriman pesan dapat
dilakukan dengan berbicara, menulis, menggambar dan bertindak.
4. Proses penerimaan
Penerimaan pesan ini dapat melalui proses mendengarkan, membaca, atau mengamati
tergantung pada saluran dan media yang digunakan untuk mengirimkannya.

5. Proses decoding
Pesan-pesan yang diterima diintrepretasikan, dibaca, diartikan,dan diuraikan secara
langsung atau tidak langsung melalui proses berfikir.

6. Proses tindakan
Respon komunikan dapat berbentuk usaha melengkapi informasi, meminta informasi
tambahan, atau melakukan tindakan-tindakan lain.

Gaya komunikasi dalam organisasi


Terdapat 6 gaya komunikasi dalam organisasi menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia
Moss, yaitu:
1. Gaya Komunikasi Mengendalikan
Gaya komunikasi mengendalikan (dalam bahasa Inggris: The Controlling Style) ditandai
dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur
perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya
komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way
communications.

Pihak – pihak yang memakai komunikasi ini, lebih memusatkan perhatian kepada
pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik
atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator
satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru
berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain
mematuhi pandangan-pandangannya.
2. Gaya komunikasi dua arah
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Dalam
suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai
kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya
landasan kesamaan.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini,
adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan
membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun
dalam lingkup hubungan kerja

3. Gaya komunikasi yang berstruktur


Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara
tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender)
lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan jalan
berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang
berlaku dalam organisasi tersebut.

4. Gaya Komunikasi yang Dinamis


Ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami
bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented).

5. The Relinguishing Style


Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat
ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun
pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol
orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender
sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman,
teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang
dibebankannya.
6. The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk
berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan
antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.

Pengertian, Unsur, Tujuan & Model Komunikasi


Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa
latin communis yang berarti “sama”, communico, communnicatio, atau  communicare
yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling
sering disebut sebagai asal kata komunikasi yang merupakan akar dari kata latin
lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau
suatu pesan dianut secara sama. Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada
definisi yang benar ataupun yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus
dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan
mengevaluasinya (Mulyana, 2005:46).

Pengertian komunikasi secara umum ada tiga, yaitu (Suprapto, 2011:6):


1. Pengertian secara etimologis atau asal katanya, istilah komunikasi berasal dari
bahasa latin communicatio, yang bersumber dari kata communis yang berarti
sama, dalam arti kata sama makna, communication yang berarti memberi tahu
atau bertukar pikiran tentang  pengetahuan,  informasi atau pengalaman
seseorang  (trough communication people share knowledge, information or
experience).
2. Pengertian secara terminologis adalah komunikasi merupakan proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian
ini menjelaskan bahwa komunikasi ini melibatkan sejumlah orang dengan
seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain dan orang yang terlibat dalam
komunikasi disebut human communication.
3. Pengertian secara paradigmatik yaitu komunikasi yang berlangsung menurut
suatu pola dan memiliki tujuan tertentu, dengan pola komunikasi yang
sebenarnya memberi tahu, menyampaikan pikiran dan perasaan, mengubah
pendapat maupun sikap.

Unsur-unsur Komunikasi
Setiap proses komunikasi terdapat unsur-unsur pendukung di dalamnya sehingga dapat
berlangsung dan membentuk sebuah proses komunikasi, yaitu:

Unsur-unsur
Komunikasi
1. Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau
kepada sejumlah orang.
2. Encoding adalah proses penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam
bentuk lambing
3. Message atau pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna yang
disapaikan oleh komunikator
4. Channe/medial, adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari
komunikator terhadap komunikan.
5. Decoding adalah proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang
yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
6. Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
7. Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah
diterpa pesan.
8. Feedback adalah umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila
tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
9. Noise adalah gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi
sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Tujuan Komunikasi
Setiap proses terdapat tujuan yang ingin dicapai, tanpa terkecuali dalam proses dalam
komunikasi. Beberapa tujuan komunikasi tersebut antara lain perubahan sikap (attitide
change), perubahan pendapat (opinion change) dan perubahan perilaku (social
change).

Selain itu, Ada empat tujuan utama komunikasi yaitu (Devito:1997:32):


Penemuan diri (personal discovery). Seseorang berkomunikasi dengan orang lain,
maka orang tersebut dapat belajar mengenali  dirinya selain juga tentang orang lain.
Cara lain manusia melakukan penemuan diri adalah dengan cara proses perbandingan
sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan
kegagalan dari orang lain, yang menurut Thibaut dan Kelley dalam Devito (1997).
Manusia mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membandingkan diri
kita dengan orang lain.
1. Untuk berhubungan. Komunikasi untuk berhubungan dengan orang lain,
membina dan memelihara hubungan dengan orang lain.
2. Untuk meyakinkan. Komunikasi sehari-hari, manusia berusaha untuk mengubah
sikap dan perilaku orang lain
3. Untuk bermain. Perilaku komunikasi dirancang untuk menghibur diri sendiri dan
orang lain. 

Model Komunikasi
Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata atau pun abstrak, dengan
menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Menurut Sereno dan
Mortensen model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang
dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Sedangkan B. Aubrey Fisher mengatakan
model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan,
unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model
(Suprapto, 2011:12).

Menurut Windahl dan McQuail seperti yang dikutip oleh Dani (2004:113),
mengemukakan bahwa model komunikasi diterjemahkan sebagai representasi
fenomena komunikasi dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting guna memahami
suatu proses komunikasi. Dalam West & Turner (2009:11-14), dijelaskan lebih jauh
mengenai tiga model komunikasi yang paling menonjol yakni: (a) model komunikasi
linear/satu arah (komunikasi sebagai aksi), (b) model komunikasi interaksional
(komunikasi sebagai interaksi), dan (c) model komunikasi transaksional (komunikasi
sebagai transaksi).

a. Model Komunikasi Linear/Satu Arah


Model komunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver pada
tahun 1949 dalam buku The Mathematical of Communication. Menurut Shannon dan
Weaver, komunikasi model linear melibatkan beberapa elemen saja yaitu : a source, or
transmitter of a message, sends a message to a receiver, the recipient of the message.
The receiver is the person who makes sense out of the message. Menurut paradigma
ini, komunikan akan memberikan respon sesuai dengan stimulus yang diterimanya dari
komunikator. Dalam paradigma ini, komunikan dianggap sebagai makhluk pasif yang
menerima apapun yang disampaikan oleh komunikator (West & Turner, 2009:11).

Model Komunikasi Linear


Gambar di atas menunjukkan bahwa sumber informasi (information Source)
memproduksi sebuah pesan (message) untuk dikomunikasikan. Pesan tersebut dapat
terdiri dari kata-kata lisan ataupun tulisan, musik, gambar dan lain-lain. Pemancar
(transmmiter) mengubah pesan menjadi isyarat (signal) yang sesuai bagi saluran yang
akan dipergunakan. Saluran (channel) adalah media yang menyalurkan isyarat dari
pemancar kepada penerima (receiver). Dalam percakapan sumber informasi adalah
benak (brain), pemancar adalah mekanisme suara yang menghasilkan isyarat, saluran
(channel) adalah udara (Musthan, 2014:42).

b. Model Komunikasi Sirkuler/Dua Arah


Model ini diperkenalkan oleh Wilbur Schramm (1954) yang mengkonseptualisasikan
model ini sebagai proses komunikasi  dua arah oleh dua (atau lebih) komunikator.
Menurut Schramm (1954), komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya tiga unsur,
yaitu sumber (source), pesan (message) dan sasaran (destination). Sumber boleh jadi
seorang individu (berbicara, menulis, menggambar, memberi isyarat) atau suatu
organisasi komunikasi (seperti penerbit, stasiun televisi, atau studio film). Pesan dapat
berbentuk tinta pada kertas, gelombang suara di udara, impuls dalam arus listrik,
lambaian tangan, bendera di udara atau setiap tanda yang dapat ditafsirkan.
Sasarannya mungkin seorang individu yang mendengarkan, menonton atau membaca,
atau anggota suatu kelompok seperti kelompok diskusi, kumpulan penonton sepak
bola, atau khalayak media massa (Mulyana, 2011:151:152).

Model Komunikasi Sirkuler


Gambar di atas menunjukkan model Komunikasi Sirkuler atau yang disebut Komunikasi
Dua Arah merupakan lanjutan dari pendekatan komunikasi satu arah. Pada model
komunikasi dua arah diperkenalkan gagasan tentang umpan balik (feedback). Dalam
model ini, penerima (receiver) melakukan seleksi, interpretasi dan memberikan respon
terhadap pesan dari pengirim (sender). Komunikasi dalam model ini dikatakan dua arah
dimana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada suatu saat bertindak
sebagai sender, namun pada suatu waktu yang lain berlaku sebagai receiver (Fajar,
2009:120).

Daftar Pustaka
 Devito. Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia (Alih Bahasa : Agus
Maulana). Jakarta: Professional Books.
 Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori & Praktek Edisi Pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta. 
 Fardiansyah, Dani 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia.
 Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
 Suprapto Tommy. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi, Dan Peran Manajemen
dalam Komunikasi, Jakarta: Buku Seru.
 Richard West, Lynn H. Turner. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba
Humanika.
Komunikasi Massa

Apa itu komunikasi massa?


Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media membuat dan
menyebarkan pesan kepada khalayak (publik).

Dalam komunikasi massa, media massa menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi,
memproduksi pesan, dan menyampaikan kepada khalayak.

Apa saja ciri – ciri komunikasi massa?


Komunikator dalam komunikasi massa melembaga.
1. Komunikan bersifat heterogen.
2. Pesannya bersifat umum.
3. Komunikasi berlangsung satu arah.
4. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan.
5. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis.

Efek dari komunikasi massa apa saja sih?

Berdasarkan teorinya, efek komunikasi massa dibedakan menjadi 3, yaitu terhadap


individu, masyarakat, dan kebudayaan.

A. Efek komunikasi massa terhadap individu


Menurut Kappler, komunikasi massa memiliki efek:
1. Conversi, yaitu menyebabkan perubahan yang ingin dan tidak diinginkan.
2. Memperlancar atau malah mencegah perubahan.
3. Memperkuat keadaan (nilai, norma, dan ideology) yang ada.
B. Efek komunikasi massa terhadap masyarakat
Donald K Robert mengungkapkan “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah
diterpa pesan media massa”. Oleh karena fokusnya adalah pesan, maka efek harus
berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa.

C. Efek komunikasi massa terhadap kebudayaan


Kognitif
Menciptakan atau menghilangkan ambiguitas
 Pembentukan sikap
 Perluasan system keyakinan masyarakat
 Penegasan/penjelasan nilai-nilai

Afektif
Menciptakan ketakutan atau kecemasan
 Meningkatkan atau menurunkan dukungan moral

Behavioral
Menggerakan atau meredakan
 Pembentukan isu atau penyelesaiannya
 Menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas
 Menyebabkan perilaku dermawan

Komunikasi Organisasi

Apa itu komunikasi organisasi?


Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi
organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasiannya
serta budaya organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan
dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi
arus komunikasi vertikal dan horisontal.
Gaya komunikasi organisasi
1. Gaya komunikasi mengendalikan (The Controlling Style)

Gaya komunikasi ini ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk
membatasi, memaksa, dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. 
Orang-orang yang menerapkan gaya komunikasi seperti ini dikenal dengan
komunikator satu arah atau one way communications.

Pihak-pihak yang menggunakan tipe seperti ini, lebih memusatkan perhatian kepada
pengiriman pesan dibanding dengan upaya mereka untuk berharap pesan.  Pesan yang
disampaikan pun bukan berusaha menjual gagasan agar dibicarakan bersama, namun
lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. Gaya
komunikasi ini tidak jarang bernada negative sehingga menyebabkan orang lain
memberi respons atau tanggapan negative pula.

2. Gaya komunikasi dua arah (The Equalitarian Style)


Dalam gaya komunikasi ini, tindakan komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya,
setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan atau pun pendapat dalam
suasana yang rileks, santai dan informal sehingga memungkinkan anggota organisasi
mencapai kesepakatan bersama.

Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini, adalah orang-orang yang


memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik
dengan orang lain baik pribadi ataupun dilingkungan kerja. Gaya komunikasi ini efektif
untuk menjaga empati dan kerja sama.

3. The Structuring Style

Gaya komunikasi yang berstruktur ini memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis
maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan
tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.
4. The Dynamic Style
Gaya komunikasi yang dnamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena
pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya
berorientasi pada tindakan (action orientated).

Tujuan gaya komunikasi ini yang agresif ini adalah untuk menstimulasi atau
merangsang pekerja untuk bekerja dengan lebih cepat dan baik.

5. The Relinguishing Style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan keterbukaan menerima saran,


pendapat, atau gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah,
meskipun sender mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang
lain.

Gaya komunikasi ini cocok bila sender sedang bekerja sama dengan orang-


orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia
bertanggung  jawab atas semua tugas atau pekerjannya masing-masing.

Proses komunikasi organisasi

Downward Communication 
Komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran
manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya.

Fungsi arus komunikasi ini adalah:


a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja
b) Penjelasan dari pimpinan tentang perlunya suatu tugas untuk
dilaksanakan
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan yang berlaku
d) Pemberian motivasi kepada karyawan
e) Upward Communication
f) Komunikasi yang terjadi ketika bawahan mengirim pesan kepada
atasannya.

Fungsi arus komunikasi ini adalah:


a) Penyampaian informasi atas pekerjaan yang sudah dilaksanakan
b) Penyampaian informasi atas perkerjaan yang tidak bisa
diselesaikan
c) Penyampaian saran-saran dan perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri
ataupun pekerjaan

Horzontal Communication
Komunikasi yang berlangsung diantara para karyawan ataupun
bagian yang memiliki kedudukan yang setara.

Fungsi arus komunikasi ini adalah:


a) Memperbaiki koordinasi tugas
b) Upaya pemecahan masalah
c) Saling berbagi informasi
d) Upaya pemecahan konflik
e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama

Interline Communication
Tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas
fungsional. Ada dua kondisi yang harus dipenuhi dalam
menggunakan komunikasi lintas-saluran:
1. Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin
terlebih dahulu dari atasannya langsung
2. Setiap pegawai yang terlibat harus memberikan hasil komunikasinya kepada
atasannya

Komunikasi Antarpribadi

Apa itu komunikasi antarpribadi?


Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara
individu-individu. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi
yang hanya melibatkan dua orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun
nonverbal, seperti suami istri, dua sahabat dekat, guru dan muridnya, dan sebagainya.

Apa saja ciri komunikasi antarpribadi?


1. Peserta komunikasi berada pada jarak yang berdekatan
2. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara spontan, baik verbal
ataupun nonverbal.

Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh:

1. Persepsi interpersonal
Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang
berasal dari komunikan, yang berupa pesan verbal dan nonverbal.

2. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang
positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: 1. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;
2. Merasa setara dengan orang lain; 3. Menerima pujian tanpa rasa malu; 4. Menyadari
bahwa tiap orang memilliki berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak
seluruhnya dapat diterima masyarakat; 5. Mampu memperbaiki dirinya karena ia
sanggup mengungkapkan aspek kepribadian yang tidak ia senangi dan berusaha
mengubah.

3. Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik
seseorang. Bisa disebabkan oleh penafsiran pesan dan penilaian, atau karena
efektivitas komukasi.

4. Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal yang baik dapat menumbuhkan derajat keterbukaan orang
untuk mengungkapkan dirinya. Jalaludin Rakhmat memberi catatan bahwa ada tiga
factor dalam komunikasi antarpribadi yang menimbulkan hubungan interpersonal yang
baik yaitu: 1. Percaya; 2. Sikap suportif; dan 3. Sikap terbuka.

Komunikasi Antarbudaya

Apa itu komunikasi antarbudaya?


Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang
memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi atau
gabungan dari semua perbedaan). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang
dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.

Hakikat komunikasi antarbudaya

1. Enkulturasi

Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar,
bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan
lembaga pemerintahan merupakan guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi
melalui mereka.
2. Akulturasi

Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak
atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya sekelompok imigran yang
menetap di Jakarta, maka kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan
rumah.

Fungsi komunikasi antarbudaya

Fungsi Pribadi

a. Menyatakan Identitas sosial

Perilaku ini dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal ataupun
nonverbal. Dari cara berbahasa itu dapat diketahui identitas diri maupun sosial, seperti
asal suku, bangsa, agama, dan tingkat pendidikan seseorang.

b. Menyatakan intregasi sosial

Inti konsep intregasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi,
antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap
unsur. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya
adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan
anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator
dan komunikan dapat meningkatkan intregasi sosial dan relasi mereka.

c. Menambah pengetahuan

Seringkali komunikasi antarpribadi dan antarbudaya memberi banyak pengetahuan


tentang kebudayaan masing-masing.
d. Melepaskan diri atau jalan keluar

Kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencari jalan
keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Komunikasi tersebut berfungsi sebagai
komunikasi yang menciptakan hubungan komplementer atau simetris.

Fungsi Sosial

a. Pengawasan

Praktek komunikator dan komunikan dalam komunikasi antarbudaya bersifat


mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk
menginformasikan “perkembangan” tentang lingkungan. 

b. Menjembatani

Dalam komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi adalah jembatan atas


perbedaan diantara mereka. Fungsi tersebut dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang
mereka pertukarkan.

c. Sosialisasi nilai

Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengerjakan dan memperkenalkan nilai-nilai


kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.

d. Menghibur

Fungsi menghibur ini misalnya menonton tarian-tarian dari daerah lain yang termasuk
kategori hiburan antarbudaya.
Komunikasi Kelompok

Apa itu komunikasi kelompok?

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang


dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan
sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005)
mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga
orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi,
menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi
kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta
komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk
mencapai tujuan kelompok.

Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya


Kelompok primer dan sekunder

Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik


komunikasinya, sebagai berikut:
Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya
menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur
backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya
sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada
kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
1. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok
sekunder nonpersonal.
2. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada
aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
3. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok
sekunder instrumental.
4. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok
sekunder formal.

Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan

Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara


administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan
adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri
atau untuk membentuk sikap.

Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif

Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses


pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi,
kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok
pertemuan; dan c. kelompok penyadar.

Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota


kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan
enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel,
forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi

Konformitas

Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok


sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang
dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para
anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda
merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk
menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan
rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh
anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk
setuju juga.

Fasilitasi sosial
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau
peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi
pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa
kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku
individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang
menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan
dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita
kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi.
Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan
yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-
peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.

Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi
kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah
diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum
diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi
mereka akan menentang lebih keras

Anda mungkin juga menyukai