Anda di halaman 1dari 11

Nama : Firmansyah Agung Rizky

NIM : 201610101140
Tutorial : N

Artikel

A. Konsep Dasar Komunikasi

Kata komunikasi berasal dari kata lain cum yaitu kata depan yang berarti dengan,
bersama dengan, dan unus yaitu kata bilang yang berarti satu. Dari kedua kata itu
terbentuk kata benda cummunio yang dalam bahasa Inggris menjadi communication
dan berarti kebersamaan, persatuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Karena untuk
ber-communio diperlukan usaha dan kerja, dari kata itu dibuat kata kerja
communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian
kepada seseorang, tukar-menukar, membicarakan sesuatu dengan seseorang,
memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran,
berhubungan, berteman. Kata kerja communicare itu pada akhirnya dijadikan kata
benda communicatio, atau bahasa Inggris communication, dan dalam bahasa
Indonesia diserap menjadi komunikasi.

Berdasarkan berbagai arti kata communicare yang menjadi adalah kata


komunikasi, maka secara harfiah komunikasi berarti pemberitahuan, pembicaraan,
percakapan, pertukaran pikiran, atau hubungan. Komunikasi berawal dari gagasan
yang ada pada seseorang. Gagasan itu diolah menjadi pesan dan dikirimkan melalui
media tertentu kepada orang lain sebagai penerima. Penerima pesan itu, dan sesudah
mengerti isi pesan itu kemudian menanggapi dan menyampaikan tanggapannya
kepada pengirim pesan. Dengan menerima tanggapan dari si penerima pesan itu,
pengirim pesan dapat menilai efektifitas pesan yang dikirimkannya. Berdasarkan
tanggapan itu, pengirim dapat mengetahui apakah pesannya dimengerti dan sejauh
mana pesannya dimengerti oleh orang yang dikirimi pesan itu.1

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata
latin communis yang berarti “sama”. Komunikasi menyatakan bahwa suatu pikiran,
suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi pengertian terdahulu

1. Dra. Agus M. Hardjan, M. Sc., Ed., Komunikasi Interpersonal Dan Intrapersonal (Yogyakarta:
Kaninus, 2003), Hal. 11.
menyarankan bahwa komunikasi merujuk berbagai hal-hal tersebut, seperti dalam
kalimat (Deddy Mulyana, 2011). Menurut Handoko komunikasi adalah proses
pengalihan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke lain
orang, yang melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam
percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus lokal dan sebagainya
(Ngalimun, 2017).

Istilah komunikasi saat ini telah digunakan dalam arti yang sangat luas, artinya
mengalami perluasan makna. Kalau dulu komunikasi diartikan percakapan atau
interaksi antar individu. Namun saat ini komunikasi sudah dianggap sebagai upaya
untuk mempengaruhi dan menyampaikan pemikiran dari sebuah pemikiran ke
pemikiran yang lainnya. Karena semua proses komunikasi adalah upaya untuk
mempengaruhi orang lain. Secara tekstual-normatif, ilmu komunikasi sudah ada dan
berkembang dalam tradisi Islam, hanya saja karena pengkajian, penelitian dan
perkembangannya secara ilmiah dimulai dari Barat (Eropa AS) maka secara historis-
kontekstual, ilmu komunikasi sebagai ilmu muncul dan berkembang dari barat. 2

Ada beberapa macam komunikasi tergantung dari segi yang ditentukan.

1. Dari segi penyampaian pesan: komunikasi lisan, tertulis, dan elektronik.


2. Dari segi bentuk kemasa pesan: komunikasi verbal dan nonverbal.
3. Dari segi keresmian pelaku, saluran komunikasi yang digunakan, dan bentuk
kemasan pesan: komunikasi formal dan informal.
4. Dari segi pasangan yang terlibat dalam komunikasi: komunikasi intrapersonal —
pengirim pesan dan penerima pesan adalah diri sendiri; interpersonal — satu
pengirim dan satu orang penerima; kelompok kecil — komunikasi dalam
kelompok kecil; kelompok besar — pengirim dan banyak orang sebagai penerima;
komunikasi publik atau massa — komunikasi dengan umum dan massa banyak. 3

Fungsi komunikasi menurut Wiliam I. Gorden yang dikutip dari buku Ilmu
Komunikasi karya Deddy Mulyana. Ada empat fungsi komunikasi, yakni komunikasi
sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi intrumental. Fungsi
suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya tidak sama sekali
independen, melaikan berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat
suatu fungsi yang dominan.

2. Iswandi Syahputra. Komunikasi Profetik,(Bandung : Sebiosa, 2007), Hal. 16.


3. Dra. Agus M. Hardjan, M. Sc., Ed., Komunikasi Interpersonal Dan Intrapersonal (Yogyakarta:
Kaninus, 2003), Hal. 20.
1. Komunikasi Sosial. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan komunikasi penting untuk membangun kosep diri kita,
aktualisasi-diri., untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagian,
terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang
menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.
2. Komunikasi Ekpresif. Erat kaitannya dengan komunikais sosial adalah
komuniaksi ekpresif yang dapat dilakukan baik sendiri ataupun dalam kelompok.
Komunikasi ekpresif tidak otomatis bertujuan mepengaruhi orang lain, tetapi
dapat dilakukan sejuah kimnukasi tersebut menjadi instrumen untuk
menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perassan tersebut
dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan nonverbal.
3. Komunkasi Ritual. Erat kaitannya dengan komunikasi ekpresif adalah
komunikasi ritual. Yang biasa dilakukan secara kolektif. Suatu komuntas sering
melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang hidup, yang disebut para
ontropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang
tahun, siraman, pernikahan hingga upacara kematian.
4. Komunikasi Instrumental. Komunikasi instrumental mempunyai beberapa
tujuan umum; menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
kenyakinan, dan mengubah prilaku atau gerakan tindakan, dan juga menghibur.
Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat
persuasif). Komunikasi yang bertujuan memberitahuakan atau menerangkan (to
inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara
menginnginkan pendengar mempercayai bahwa fakta atu informasi yang
disampaikan akurat dan layak diketahui.

Tambahan fungsi komunikasi menurut pendapat dari Ngalimun sebagai berikut.

1. Fungsi interaksi menekan berbagai saran dan emosi, yang sehingga hadirnya
simpati dan pengertian atau kemarahan serta kebingungan.
2. Melalui bahasa, pesan dalam komunikasi dapat diterima oleh lain pihak. Inilah
yang disebut fungsi tramisi bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi tramisi
informasi yang lintas-waktu, dengan menyambung masa terdahulu, masa
sekarang, dan masa depan, mengharapkan adanya kelanjutan dalam interaksi.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga hanya
bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat
berjalan lancar, berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya
komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan. Misalnya bila dalam suatu
sekolah kepala sekolah tidak memberi informasi kepada guru-guru kapan mengenai
kapan sekolah dimulai sesudah libur semester dan apa bidang studi yang harus
diajarkan oleh masing-masing guru, maka besar kemungkinan guru tidak datang
mengajar. Akibatnya murid-murid tidak belajar. Hal ini menjadikan sekolah tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Dari contoh itu kelihatan, bahwa dengan kelupaan
memberi informasi saja sudah memberikan efek yang lebih besar bagi sekolah.
Karena pentingnya komunikasi dalam organisasi maka perlu menjadi perhatian
pengelola agar dapat membantu dalam pelaksanaan tugasnya. 4

Komunikasi memiliki beberapa unsur. Menurut A.W.Wijaya (2000: 30) sebagai


berikut:

1. Sumber. Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan
digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa
orang, lembaga, buku, dokumen, dan lain-lain.
2. Komunikator. Komunikator adalah setiap orang atau kelompok yang
menyampaikan pesan-pesan komunikasi sebagai suatu proses. Komunikator dapat
menjadi komunikan dan sebaliknya, komunikan dapat menjadi komunikator.
3. Pesan. Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.
Inti pesan menjadi pengarah dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah
laku komunikan.
4. Channel/ saluran. Saluran adalah media penyampaian pesan. Media komunikasi
dapat berupa media massa, media cetak, radio, televisi, film, dan lain-lain.
5. Effect/ hasil. Efek adalah hasil akhir dari komunikasi, yaitu sikap dan ingkah laku
orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Senada dengan A.W.Wijaya, Deddy Mulyana (2001: 7) mengemas unsur


komunikasi ke dalam model komunikasi, yang terdiri dari:

1. Komunikator 1: pengirim/penerima. Kegiatan komunikator 1 adalah


mengirimkan sekaligus menerima pesan. Jadi fungsi utama komunikator 1 adalah
sebagai pengirim pesan. Pada tahap selanjutnya ketika pesan telah sampai dan

4. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Hal. 1.


mendapat feedback, maka fungsi komunikator 1 menjadi penerima pesan. Dalam
kegiatan komunikasi, indera berfungsi sebagai alat untuk menangkap rangsangan
dari dalam dan luar (menerima pengetahuan dan pengalaman). Rangsangan
tersebut disebut masukan data mentah (rawdata input).
2. Pesan. Pesan dari komunikator 1 dapat berupa pesan verbal maupun nonverbal.
Pesan tersebut dapat disengaja maupun tidak disengaja. Dengan demikian ada
empat jenis pesan, yaitu: pesan verbal disengaja, pesan verbal tidak disengaja,
pesan nonverbal disengaja, dan pesan nonverbal tidak disengaja. Pesan verbal
adalah semua jenis komunikasi lisan yang menggunakan satu kata atau lebih.
Pesan verbal disengaja adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dengan orang lain secara lisan. Pesan verbal tidak disengaja adalah
sesuatu yang dikatakan tanpa bermaksud mengatakan hal tersebut. Pesan
nonverbal adalah pesan yang disampaikan tanpa kata-kata atau selain dari kata
yang kita gunakan. Misal: gerakan tangan, sikap tubuh, cara busana, ekspresi
wajah, dan lain-lain. Pesan non verbal disengaja adalah pesan non verbal yang
ingin kita sampaikan. Pesan nonverbal tidak disengaja adalah semua aspek
nonverbal dalam perilaku kita yang disampaikan tanpa kita kontrol.
3. Saluran. Saluran dapat berupa alat indera, media massa/ elektronik, papan
pengumuman, dll.
4. Gangguan. Gangguan adalah segala sesuatu yang mengubah informasi yang
disampaikan kepada penerima atau mengalihkannya dari penerimaan tersebut.
Gangguan dapat berupa gangguan bunyi/ pendengaran, gangguan bau/ penciuman,
udara panas, gaya yang norak. Gangguan dibedakan 2 macam:
a. Teknis: faktor yang menyebabkan penerima merasakan perubahan dalam
informasi yang sampai.
b. Semantik: bila penerima member arti yang berlainan atas sinyal yang
disampaikan pengirim.
5. Komunikator 2: penerima/pengirim. Kebalikan dari komunikator 1, maka
komunikator 2 melakukan kegiatan menerima pesan dari komunikator 1.
Selanjutnya komunikator memberikan feedback atau umpan balik dengan
mengirimkan pesan kepada komunikator 1. Aspek penting dalam penerimaan
pesan adalah mendengarkan. Bila komunikator sedang mendengarkan, ada 4
proses yang dilakukan yaitu memperhatikan, mendengar, memahami, dan
mengingat.
6. Umpan balik/ feedback. Umpan balik merupakan balasan atas perilaku yang
diperbuat. Umpan balik menjadi sumber informasi penting mengenai diri sendiri.

B. Konsep Sosial Budaya (Moral & Etika)

Etika merupakan bagian filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi orang yang
baik, berbuat baik dan menginginkan hal baik dalam hidup. Etika, sebagaimana
metoda filsafat, mengandung permusyawaratan dan argumen eksplisit untuk
membenarkan tindakan tertentu (etika praktis) juga membahas asas-asas yang
mengatur karakter manusia ideal atau kode etik profesi tertentu (etika normatif)
(Robert C. Solomon.1984).

Istilah Etika itu sendiri berasal dari bahasa Prancis yakni Etiquete yang berarti tata
pergaulan yang baik antara manusia atau peraturan/ ketentuan yang menetapkan
tingkah laku yang baik dalam hubungan dengan orang lain. Istilah yang sepadan
dengan etika seperti tatakrama, tata sopan santun, norma sopan santun, tata cara
bertingkah laku yang baik, perilaku yang baik dan menyenangkan. Kata tata krama
berasal dari kata tata yang berarti adat aturan atau norma, sedangkan kata krama
berarti sopan santun, kelakuan, tindakan dan perbuatan, sedangkan kata pergaulan
menunjukkan hubungan manusia dengan manusia lain. Dengan demikian pengertian
etika dan tatakrama pergaulan berarti sopan santun atau tata sopan santun antar
sesama manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terdapat beberapa makna
yang dapat dipakai untuk kata Etika, diantaranya disebutkan bahwa etika adalah
sistem nilai atau norma-norma moral yang menjadi pedoman bagi seseorang atau
kelompok untuk bersikap dan bertindak. Selain itu, Etika bisa juga diartikan sebagai
ilmu tentang yang baik dan yang buruk yang diterima dalam suatu masyarakat,
menjadi bahan refleksi yang diteliti secara sistematis dan metodis. Etika seringkali
berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu
"Mos" dan dalam bentuk jamaknya "Mores", yang berarti juga adat kebiasaan atau
cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan
menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Kata-kata etika, etik dan moral merujuk ke
persoalan baik-buruk, lurus-bengkok, benar-salah dan adanya penyimpangan ataupun
pelanggaran praktek tidak lagi disebabkan oleh faktor yang bersifat di luar kendali
manusia (force majeur), tetapi lebih diakibatkan oleh semakin kurangnya pemahaman
etika yang melandasi perilaku manusia. Secara eksplisit, moral merupakan hal-hal
yang berkaitan dengan proses sosialisasi individu dalam kehidupan bermasyarakat.
Moral juga dapat dikatakan sebagai nilai keabsolutan dalam kehidupan bermasyarakat
secara utuh. Sementara itu banyak orang yang menaruh harapan terhadap lembaga
pendidikan agar tidak hanya memberi bekal pengetahuan (knowledge) ataupun
keterampilan (skill) saja kepada anak didik, melainkan juga pemahaman dan
pembentukan soft skill seperti watak, sikap dan perilaku (attitude) di dalam kehidupan
sehari-hari.5

Dengan demikian moral dan etika memiliki perbedaan, tolak ukur yang
dipakai dengan moral untuk mengukur tingkah laku manusia yaitu adat istiadat,
kebiasaan dll. Yang berlaku di masyarakat, etika dan moral sama artinya tetapi
pemakaiannya dalam sehari-hari terdapat sedikit perbedaan. Moral digunakan untuk
perbuatan yang sedang di nilai. Sedangkan etika digunakan untuk sistem nilai yang
ada.

C. Manusia sebagai Makhluk Individual dan Sosial

Menurut Zainal dalam buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Unsur-unsur hakikat
manusia terdiri dari hal-hal berikut:

1. Susunan kodrat manusia terdiri atas raga dan jiwa.


2. Sifat kodrat terdiri atas makhluk individu dan sosial.
3. Kedudukan kodrat terdiri atas makhluk berdiri sendiri dan makhluk Tuhan.

Manusia sebagai makhluk individu. Menurut Effendi (2010) dalam


Purwantiasning (2017) individu merupakan penjabaran dari kata “in” dan “divided”
yang dapat dimaknai sebagai kesatuan, tidak dapat dipisahkan, dan tidak dapat
dibagi-bagi. Artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu merupakan satu
kesatuan antara aspek jasmani (fisik) dan rohani (psikologis) yang tidak dapat
dipisahkan. Sementara itu, manusia sebagai makhluk sosial berasal dari kata latin
“socius” yang artinya ber-masyarakat yang dalam makna sempit adalah
mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat. Sehingga arti dari manusia
sebagai makhluk sosial dapat diartikan sebagai makhluk yang hidup bersama dengan
manusia lain dan tidak dapat melakukan kegiatannya sendiri tanpa adanya keterlibatan
orang lain. Dalam kegiatannya tersebut manusia akan selalu membutuhkan orang lain
dan membutuhkan wadah untuk melakukan kegiatan tersebut. Wadah inilah yang

5. Sri Hudiarini, Penyertaan Etika Bagi Masyarakat Akademik Di Kalangan Dunia Pendidikan
Tinggi, Juni 2017, Jurnal Moral Kemasyarakatan - Vol.2, No.1.
kemudian dikenal sebagai ruang berinteraksi bagi individu baik secara individu
maupun secara berkelompok (Purwantiasning, 2017).

Manusia makhluk sosial (zoon politicion) adalah kodrat, yaitu manusia sebagai
individu tidak akan hidup sendiri dan berkembang sempurna apabila tidak hidup
bersama dengan individu manusia lainnya. Sejak lahir manusia sudah harus hidup
bersama, setidaknya dengan ayah dan ibu yang memeliharanya dan melindunginya
melindunginya. Dengan kata lain, manusia harus hidup bermasyarakat. Hidup
bermasyarakat berarti saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dalam
kelompoknya dan juga terhadap individu di luar kelompoknya guna memperjuangkan
dan memenuhi kepentingan hidupnya.6

Manusia lahir merupakan sebagai makhluk individual yang bermakna tidak


terbagi atau tidak terpisah antara raga dan jiwa. Dalam Perkembangannya, manusia
sebagai makhluk individu tidak bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi
yang khas dengan corak kepribadian. Pertumbuhan dan perkembangan individu
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:

a. Pandangan nativistik yang menyatakan pertumbuhan ditentukan atas dasar faktor


individu sendiri.
b. Pandangan empiristik menyatakan pertumbuhan didasarkan atas fakta lingkungan.
c. Pandangan konvergensi menyatakan pertumbuhan dipengaruhi atas dasar individu
dan lingkungan.

Adapun yang menyebabkan manusia selalu bermasyarakat antara lain karena


dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, misalnya:

a. Hasrat untuk memenuhi keperluan makanan dan minuman.


b. Hasrat untuk membela diri.
c. Hasrat untuk mengadakan keturunan.

Hal ini dinyatakan semenjak manusia lahir yang dinyatakan untuk mempunyai dua
keinginan pokok, yaitu:

1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya.


2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. 7

6. Sarinah, Ilmu Sosial Budaya Dasar di Perguruan Tinggi (Sleman: Deepulish, 2019), Hal. 4
7. Zainal, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Sleman: Deepublish, 2015), Hal. 54.
D. Manusia sebagai Makhluk Budaya

Manusia makhluk budaya adalah juga kodrati, artinya sejak lahir sudah menjadi
makhluk paling sempurna karena dibekali oleh Sang Pencipta dengan akal, perasaan,
kehendak yang membedakannya dengan mahkluk hewan. Dalam hubungan tersebut,
manusia mempertimbangkan mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk,
serta mana yang bermanfaat dan merugikan. Pertimbangan ini merupakan awal
terjadinya suatu sistem nilai budaya yang menjadi norma kehidupan bersama.
Manusia mahkluk budaya (homo humanus) artinya manusia itu makhluk ciptaan
Tuhan yang paling sempurna karena sejak lahir dibekali dengan unsur akal (ratio),
rasa (sense), dan karsa (will, wish).6

Sebagai makhluk berbudaya manusia mempunyai dua kekayaan yang paling


utama yaitu akal dan budi atau lazim disebut pikiran dan perasaan. Disisi lain akal dan
budi memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang sampai kapan pun tidak
akan pernah dapat dihasilkan oleh makhluk lain. Akal dan budi atau pikiran dan
perasaan memungkinkan munculnya tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih dari
pada tuntutan hidup makhluk lain. Dari sifat tuntutan itu ada yang berupa tuntutan
jasmani dan ada pula tuntutan rohani. Bila diteliti jenis maupun ragamnya sangat
banyak, namun yang pasti semua itu hanya untuk mencapai kebahagiaan. Cipta, karsa
dan rasa pada manusia sebagai buah akal budinya terus melaju tanpa hentinya
berusaha menciptakan benda-benda baru untuk memenuhi hajat hidupnya, baik yang
bersifat jasmani maupun yang bersifat rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang
disebut kebudayaan. Jadi, kebudayaan hakikatnya tidak lain adalah segala sesuatu
yang dihasilkan oleh akal budi manusia.8

Menurut Djojodiguno (1958) mengatakan bahwa kebudayaan atau budaya


merupakan budi dan daya, yang berupa cipta, karsa dan rasa. Yang memiliki
penjelasan sebagai berikut:

a)
Cipta: kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam
pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir batin. Hasil cipta berupa
berbagai ilmu pengetahuan.

6. Sarinah, Ilmu Sosial Budaya Dasar di Perguruan Tinggi (Sleman: Deepulish, 2019), Hal. 4
8. Herina, Konsep Pendidikan Humaniora Terhadap Makhluk Berbudaya, Jurnal, Prosiding
Seminar Nasional 21 Universitas PGRI Palembang, 05 Mei 2018, ISBN 978-602-52451-0-7.
b)
Karsa: kerinduan manusia untuk menginsyafi tentang hal kelahiran dan kematian.
Hasilnya berupa norma-norma keagamaan/ kepercayaan. Timbul lah bermacam-
macam agama, karena kesimpulan manusia pun bermacam-macam pula.
c)
Rasa: kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk
menikmati keindahan. Manusia merindukan keindahan dan menolak
keburukan/kejelekan. Buah perkembangan rasa ini terjelma dalam bentuk
berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan macam kesenian
(Widagdho, dkk. 2010: 20)
DAFTAR PUSTAKA

A.W. Widjaja. 2000. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi


Aksara.

Hardjan, Dra. Agus M. M.Sc.,Ed. 2003. Komunikasi Interpersonal dan


Intrapersonal. Yogyakarta: Kaninus.

Herina. 2018. “Konsep Pendidikan Humaniora Terhadap Makhluk Berbudaya”


dalam Prosiding Seminar Nasional 21 Universitas PGRI Palembang. ISBN 978-602-
52451-0-7.

Muhammad, Arni. 2008. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Ngalimun. 2017. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Parama Ilmu.

Purwantiasning, A. W. (2017). Optimalisasi Fungsi Ruang Terbuka Hijau Dengan


Melihat Pola Sebaran Pengunjung Studi Kasus: Taman Tabebuya, Jagakarsa.

Syahputra, Iswandi. 2007. Komunikasi Profetik. Bandung: Sebiosa.

Sarinah. 2019. Ilmu Sosial Budaya Dasar di Perguruan Tinggi. Sleman: Deepulish.

Sri Hudiarini, Penyertaan Etika Bagi Masyarakat Akademik Di Kalangan Dunia


Pendidikan Tinggi, Juni 2017, Jurnal Moral Kemasyarakatan - Vol.2, No.1.

Widagdho, Drs. Djoko dkk. 2010. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Zainal. 2015. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Sleman: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai