NIM : 201610101140
Tutorial : N
Artikel
Kata komunikasi berasal dari kata lain cum yaitu kata depan yang berarti dengan,
bersama dengan, dan unus yaitu kata bilang yang berarti satu. Dari kedua kata itu
terbentuk kata benda cummunio yang dalam bahasa Inggris menjadi communication
dan berarti kebersamaan, persatuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Karena untuk
ber-communio diperlukan usaha dan kerja, dari kata itu dibuat kata kerja
communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian
kepada seseorang, tukar-menukar, membicarakan sesuatu dengan seseorang,
memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran,
berhubungan, berteman. Kata kerja communicare itu pada akhirnya dijadikan kata
benda communicatio, atau bahasa Inggris communication, dan dalam bahasa
Indonesia diserap menjadi komunikasi.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata
latin communis yang berarti “sama”. Komunikasi menyatakan bahwa suatu pikiran,
suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi pengertian terdahulu
1. Dra. Agus M. Hardjan, M. Sc., Ed., Komunikasi Interpersonal Dan Intrapersonal (Yogyakarta:
Kaninus, 2003), Hal. 11.
menyarankan bahwa komunikasi merujuk berbagai hal-hal tersebut, seperti dalam
kalimat (Deddy Mulyana, 2011). Menurut Handoko komunikasi adalah proses
pengalihan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke lain
orang, yang melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam
percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus lokal dan sebagainya
(Ngalimun, 2017).
Istilah komunikasi saat ini telah digunakan dalam arti yang sangat luas, artinya
mengalami perluasan makna. Kalau dulu komunikasi diartikan percakapan atau
interaksi antar individu. Namun saat ini komunikasi sudah dianggap sebagai upaya
untuk mempengaruhi dan menyampaikan pemikiran dari sebuah pemikiran ke
pemikiran yang lainnya. Karena semua proses komunikasi adalah upaya untuk
mempengaruhi orang lain. Secara tekstual-normatif, ilmu komunikasi sudah ada dan
berkembang dalam tradisi Islam, hanya saja karena pengkajian, penelitian dan
perkembangannya secara ilmiah dimulai dari Barat (Eropa AS) maka secara historis-
kontekstual, ilmu komunikasi sebagai ilmu muncul dan berkembang dari barat. 2
Fungsi komunikasi menurut Wiliam I. Gorden yang dikutip dari buku Ilmu
Komunikasi karya Deddy Mulyana. Ada empat fungsi komunikasi, yakni komunikasi
sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi intrumental. Fungsi
suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya tidak sama sekali
independen, melaikan berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat
suatu fungsi yang dominan.
1. Fungsi interaksi menekan berbagai saran dan emosi, yang sehingga hadirnya
simpati dan pengertian atau kemarahan serta kebingungan.
2. Melalui bahasa, pesan dalam komunikasi dapat diterima oleh lain pihak. Inilah
yang disebut fungsi tramisi bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi tramisi
informasi yang lintas-waktu, dengan menyambung masa terdahulu, masa
sekarang, dan masa depan, mengharapkan adanya kelanjutan dalam interaksi.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga hanya
bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat
berjalan lancar, berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya
komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan. Misalnya bila dalam suatu
sekolah kepala sekolah tidak memberi informasi kepada guru-guru kapan mengenai
kapan sekolah dimulai sesudah libur semester dan apa bidang studi yang harus
diajarkan oleh masing-masing guru, maka besar kemungkinan guru tidak datang
mengajar. Akibatnya murid-murid tidak belajar. Hal ini menjadikan sekolah tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Dari contoh itu kelihatan, bahwa dengan kelupaan
memberi informasi saja sudah memberikan efek yang lebih besar bagi sekolah.
Karena pentingnya komunikasi dalam organisasi maka perlu menjadi perhatian
pengelola agar dapat membantu dalam pelaksanaan tugasnya. 4
1. Sumber. Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan
digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa
orang, lembaga, buku, dokumen, dan lain-lain.
2. Komunikator. Komunikator adalah setiap orang atau kelompok yang
menyampaikan pesan-pesan komunikasi sebagai suatu proses. Komunikator dapat
menjadi komunikan dan sebaliknya, komunikan dapat menjadi komunikator.
3. Pesan. Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.
Inti pesan menjadi pengarah dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah
laku komunikan.
4. Channel/ saluran. Saluran adalah media penyampaian pesan. Media komunikasi
dapat berupa media massa, media cetak, radio, televisi, film, dan lain-lain.
5. Effect/ hasil. Efek adalah hasil akhir dari komunikasi, yaitu sikap dan ingkah laku
orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Etika merupakan bagian filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi orang yang
baik, berbuat baik dan menginginkan hal baik dalam hidup. Etika, sebagaimana
metoda filsafat, mengandung permusyawaratan dan argumen eksplisit untuk
membenarkan tindakan tertentu (etika praktis) juga membahas asas-asas yang
mengatur karakter manusia ideal atau kode etik profesi tertentu (etika normatif)
(Robert C. Solomon.1984).
Istilah Etika itu sendiri berasal dari bahasa Prancis yakni Etiquete yang berarti tata
pergaulan yang baik antara manusia atau peraturan/ ketentuan yang menetapkan
tingkah laku yang baik dalam hubungan dengan orang lain. Istilah yang sepadan
dengan etika seperti tatakrama, tata sopan santun, norma sopan santun, tata cara
bertingkah laku yang baik, perilaku yang baik dan menyenangkan. Kata tata krama
berasal dari kata tata yang berarti adat aturan atau norma, sedangkan kata krama
berarti sopan santun, kelakuan, tindakan dan perbuatan, sedangkan kata pergaulan
menunjukkan hubungan manusia dengan manusia lain. Dengan demikian pengertian
etika dan tatakrama pergaulan berarti sopan santun atau tata sopan santun antar
sesama manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terdapat beberapa makna
yang dapat dipakai untuk kata Etika, diantaranya disebutkan bahwa etika adalah
sistem nilai atau norma-norma moral yang menjadi pedoman bagi seseorang atau
kelompok untuk bersikap dan bertindak. Selain itu, Etika bisa juga diartikan sebagai
ilmu tentang yang baik dan yang buruk yang diterima dalam suatu masyarakat,
menjadi bahan refleksi yang diteliti secara sistematis dan metodis. Etika seringkali
berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu
"Mos" dan dalam bentuk jamaknya "Mores", yang berarti juga adat kebiasaan atau
cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan
menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Kata-kata etika, etik dan moral merujuk ke
persoalan baik-buruk, lurus-bengkok, benar-salah dan adanya penyimpangan ataupun
pelanggaran praktek tidak lagi disebabkan oleh faktor yang bersifat di luar kendali
manusia (force majeur), tetapi lebih diakibatkan oleh semakin kurangnya pemahaman
etika yang melandasi perilaku manusia. Secara eksplisit, moral merupakan hal-hal
yang berkaitan dengan proses sosialisasi individu dalam kehidupan bermasyarakat.
Moral juga dapat dikatakan sebagai nilai keabsolutan dalam kehidupan bermasyarakat
secara utuh. Sementara itu banyak orang yang menaruh harapan terhadap lembaga
pendidikan agar tidak hanya memberi bekal pengetahuan (knowledge) ataupun
keterampilan (skill) saja kepada anak didik, melainkan juga pemahaman dan
pembentukan soft skill seperti watak, sikap dan perilaku (attitude) di dalam kehidupan
sehari-hari.5
Dengan demikian moral dan etika memiliki perbedaan, tolak ukur yang
dipakai dengan moral untuk mengukur tingkah laku manusia yaitu adat istiadat,
kebiasaan dll. Yang berlaku di masyarakat, etika dan moral sama artinya tetapi
pemakaiannya dalam sehari-hari terdapat sedikit perbedaan. Moral digunakan untuk
perbuatan yang sedang di nilai. Sedangkan etika digunakan untuk sistem nilai yang
ada.
Menurut Zainal dalam buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Unsur-unsur hakikat
manusia terdiri dari hal-hal berikut:
5. Sri Hudiarini, Penyertaan Etika Bagi Masyarakat Akademik Di Kalangan Dunia Pendidikan
Tinggi, Juni 2017, Jurnal Moral Kemasyarakatan - Vol.2, No.1.
kemudian dikenal sebagai ruang berinteraksi bagi individu baik secara individu
maupun secara berkelompok (Purwantiasning, 2017).
Manusia makhluk sosial (zoon politicion) adalah kodrat, yaitu manusia sebagai
individu tidak akan hidup sendiri dan berkembang sempurna apabila tidak hidup
bersama dengan individu manusia lainnya. Sejak lahir manusia sudah harus hidup
bersama, setidaknya dengan ayah dan ibu yang memeliharanya dan melindunginya
melindunginya. Dengan kata lain, manusia harus hidup bermasyarakat. Hidup
bermasyarakat berarti saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dalam
kelompoknya dan juga terhadap individu di luar kelompoknya guna memperjuangkan
dan memenuhi kepentingan hidupnya.6
Hal ini dinyatakan semenjak manusia lahir yang dinyatakan untuk mempunyai dua
keinginan pokok, yaitu:
6. Sarinah, Ilmu Sosial Budaya Dasar di Perguruan Tinggi (Sleman: Deepulish, 2019), Hal. 4
7. Zainal, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Sleman: Deepublish, 2015), Hal. 54.
D. Manusia sebagai Makhluk Budaya
Manusia makhluk budaya adalah juga kodrati, artinya sejak lahir sudah menjadi
makhluk paling sempurna karena dibekali oleh Sang Pencipta dengan akal, perasaan,
kehendak yang membedakannya dengan mahkluk hewan. Dalam hubungan tersebut,
manusia mempertimbangkan mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk,
serta mana yang bermanfaat dan merugikan. Pertimbangan ini merupakan awal
terjadinya suatu sistem nilai budaya yang menjadi norma kehidupan bersama.
Manusia mahkluk budaya (homo humanus) artinya manusia itu makhluk ciptaan
Tuhan yang paling sempurna karena sejak lahir dibekali dengan unsur akal (ratio),
rasa (sense), dan karsa (will, wish).6
a)
Cipta: kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam
pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir batin. Hasil cipta berupa
berbagai ilmu pengetahuan.
6. Sarinah, Ilmu Sosial Budaya Dasar di Perguruan Tinggi (Sleman: Deepulish, 2019), Hal. 4
8. Herina, Konsep Pendidikan Humaniora Terhadap Makhluk Berbudaya, Jurnal, Prosiding
Seminar Nasional 21 Universitas PGRI Palembang, 05 Mei 2018, ISBN 978-602-52451-0-7.
b)
Karsa: kerinduan manusia untuk menginsyafi tentang hal kelahiran dan kematian.
Hasilnya berupa norma-norma keagamaan/ kepercayaan. Timbul lah bermacam-
macam agama, karena kesimpulan manusia pun bermacam-macam pula.
c)
Rasa: kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk
menikmati keindahan. Manusia merindukan keindahan dan menolak
keburukan/kejelekan. Buah perkembangan rasa ini terjelma dalam bentuk
berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan macam kesenian
(Widagdho, dkk. 2010: 20)
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sarinah. 2019. Ilmu Sosial Budaya Dasar di Perguruan Tinggi. Sleman: Deepulish.
Widagdho, Drs. Djoko dkk. 2010. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.