Anda di halaman 1dari 7

Petunjuk Praktikum 02

BLOK FUNGSI SISTIM STOMATOGNATI

Disusun oleh :

Dr. drg. Zahreni Hamzah, MS.


Dr. drg. Tecky Indriana, M.Kes.

BAGIAN BIOMEDIK – LAB. FISIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2021
2 2 REFLEK MUNTAH
MASTIKASI DAN

2.1 Dasar Teori


Pengunyahan merupakan hasil kerjasama antara komponen utama gigi, tulang rahang,
sendi temporo-mandibula, otot pengunyahan, peredaran darah, dan saraf; dan komponen
pendukung, meliputi: jaringan periodontal, lidah, palatum, bibir, jaringan lunak rongga mulut, pipi,
kelenjar saliva, faring, dan laring. Fungsi proses pengunyahan adalah untuk mempermudah
pencernaan makanan. Pada umumnya, otot pengunyahan dipersarafi oleh cabang motorik N.
Trigeminus, khususnya saraf mandibularis yang dikontrol oleh nukleus di batang otak.
Proses mengunyah disebabkan oleh refleks mengunyah yang berlangsung secara terus
menerus sebagaimana dijelaskan sebagai berikut.
(1) Pada saat makanan akan masuk ke dalam mulut akan merangsang refleks inhibisi otot-otot
pengunyahan, yang menstimulasi membukanya rongga mulut karena RB turun.
(2) Penurunan ini segera menginisiasi refleks regang otot-otot rahang yang menyebabkan
kontraksi otot di sekitar rongga mulut. Hal ini secara otomatis mengangkat rahang bawah
sehingga terjadi penutupan rongga mulut dan oklusi gigi-gigi.
(3) Oklusi gigi mengakibatkan terdorongnya makanan yang berada di atas permukaan oklusal gigi
bergerak ke arah pipi dan lingual, yang terjadi melalui reflex pengunyahan berulang, hingga
makanan halus.
(4) Dorongan makanan ini akan menimbulkan penghambatan kontraksi otot-otot rahang sehingga
mulut kembali terbuka.
(5) Pada saat mulut terbuka, lidah dan pipi akan berfungsi mengangkat kembali makanan ke atas
permukaan gigi-gigi dan mencampur makanan dengan enzim pencernaan dan saliva di rongga
mulut. Kondisi ini akan terus menerus terjadi sehingga terjadi pemecahan ukuran partikel
makanan menjadi lebih kecil dan siap untuk ditelan. Pergerakan lidah diatur oleh saraf
kranialis ke-12, Hypoglossus.
(6) Kecepatan pencernaan makanan sangat tergantung pada luas permukaan total makanan yang
dapat menghasilkan getah lambung. Penghancuran makanan menjadi partikel-partikel halus
berfungsi mencegah ekskoriasi/lukanya saluran pencernaan.
2.2 Persiapan Alat dan Bahan
(1) Kaca mulut, (7) Saringan kecil stainless diameter 10 cm
(2) Pinset (8) Air hangat
(3) Tongue Spatel kayu, (9) Es balok
(4) Stop watch (10) Aqua gelas (200ml)
(5) Timbangan (11) Nasi putih lunak, normal dan keras
(6) Penggaris, (12) Pipet dengan ukuran lubangn yang kecil

2.3 Prosedur Percobaan


2.3.1 Pengunyahan
a. Efisiensi Kunyah
(1) Timbang nasi putih satu sendok makan (15 mg),
(2) Timbang saringan,
(3) Satu sendok makan nasi (15 mg) dikunyah 20 kali dengan kecepatan 20x/detik (gunakan
stopwatch,
(4) Keluarkan dari mulut (jangan sampai ada yang tersisa/tumpah) dan letakkan di atas
saringan,
(5) Berkumurlah 1x dengan aqua 15 ml aqua, kemudian buang air kumuran tadi di atas
saringan yang sudah berisi nasi hasil penguyahan
(6) Siramlah nasi pada saringan dengan air mengalir 3x (bersih), dan diamkan hingga tidak
ada air yang menetes (kering) hingga kadar airnya menyamai nasi yang awal dikunyah,
lalu timbang
(7) Berat sisa makanan yang telah dikunyah/NS adalah jumlah sisa makanan (setelah
dikunyah, dibersihkan dan dikeringkan) dikurangi berat saringan,
(8) Hitung efisiensi kunyah dengan cara membagi berat makanan yang hilang dengan berat
nasi awal kali 100%,
(9) Ulangi percobaan 1 – 9 menggunakan frekuensi pengunyahan 10 dan 30 kali dengan berat
awal nasi yang sama.
(10) Prosedur 1 sampai 11 dilakukan dengan menggunakan nasi konsistensi lunak, normal dan
keras
Perhitungan Efisiensi Kunyah

Bahan makanan yang hilang = (N – S) - (NS - S)

(N – S) - (NS - S)
Ef. Kunyah = ----------------------- x 100%
(N – S)
Keterangan :
N = Berat awal nasi sebelum dikunyah + saringan
S = berat saringan
NS = berat nasi telah dikunyah yang tersisa dalam saringan setelah dibersihkan
EF = efisiensi kunyah

Jumlah Pengunyahan Jenis nasi Efisiensi kunyah (%)


(2x/detik)
10 kali lunak
normal
keras
20 kali lunak
normal
keras
30 kali lunak
normal
keras

2.3.2 Prosedur Percobaan Refleks Muntah (Gagging Reflexs)

a. Pengaruh Sentuhan Terhadap Refleks Muntah.


(1) Orang coba duduk tenang, dan membuka mulut.
(2) Lakukan sentuhan ringan dengan spatel lidah dari kayu (spatel kayu yang biasanya dipakai
untuk pegangan es cream), pada bagian lidah : ujung lidah (1), dorsal/bagian tengah lidah
(2), posterior lidah (3), anterior palatum (1), bagian tengah palatum (2), posterior palatum
(3), uvula, tonsil, faring (jika mungkin) (Gambar 2.1 dan 2.2)
(3) Amati bagian rongga mulut yang mana yang paling sensitif terhadap gagging refleks.
Gambar 2.1 Peta Pemeriksaan Sentuhan pada lidah dan palatum

Gambar 2.2 Pemeriksaan Sentuhan pada Lidah dengan tongue spatel

b. Pengaruh Suhu terhadap Refleks Muntah


Lakukan percobaan pada orang coba yang sama pada prosedur 2.3.2 (a) setelah
beristirahat 10 menit;
(1) Orang coba berkumur dengan air es.
(2) Lakukan percobaan yang sama dengan prosedur 2.3.2 (a)
(3) Catat bagaimana reaksinya. Apakah ada refleks muntah? Pada lokasi2 tersebut?
(4) Ulangi percobaan yang sama (1)-(3) dengan orang coba yang sama (setelah istirahat 10 menit),
tetapi orang coba diminta berkumur dengan air hangat sebelum percobaan dilakukan.
(5) Catat Respon pada tabel di bawah
Area Rangsangan Muntah Tidak Muntah
Rahang Atas Normal
Dingin
Hangat
Rahang Bawah Normal
Dingin
Hangat
Tonsil Normal
Dingin
Hangat
Uvula Normal
Dingin
Hangat
Faring Normal
Dingin
Hangat

c. Pengaruh Rasa Pahit terhadap Refleks Muntah


(1) Orang coba duduk tenang.
(2) Teteskan air pada area sensitive yang Anda temukan pada percobaan sebelumnya, catat
respons nya pada tabel berikut (gunakan pipet kecil) Setelah 3 menit, lanjutkan dengan
percobaan selanjutnya
(3) Teteskan air gula dengan perbandingan air dan gula 1 : 2 (sdm) kemudian lakukan seperti butir
2. catat responsnya pada tabel berikut Setelah 3 menit, lanjutkan dengan percobaan
selanjutnya
(4) Teteskan air garam dengan perbandingan air dan garam 1 : 2 (sdt) kemudian lakukan seperti
butir 2. catat responsnya pada tabel berikut Setelah 3 menit, lanjutkan dengan percobaan
selanjutnya
(5) Teteskan air kina dengan perbandingan air dan kina 1 : 2 (sdt) kemudian lakukan seperti butir
2. catat responsnya pada tabel berikut Setelah 3 menit,
(6) Catat reaksi orang coba. (centang sesuai hasil percobaan)
Rangsangan Muntah Tidak Muntah
Air
Air Gula
Air Garam
Larutan Kina
RUJUKAN
1. Hamzah Z., Indriana T., Endahyani DE., (2020). Barid Izzata. Fungsi Stomatognati (Pengunyahan,
Penelanan dan Bicara). Edisi 1, Deepublish, Yogyakarta, Indonesia, 235 hal.
2. Shruthi Sivakumar. (2021). Physiology, Gag Reflex.
Https://www.statpearls.com/ArticleLibrary/viewarticle/22016
3. Perryman. JH. (2021). Oral Physiology and Occlusion. 2nd Edition, Elsevier B.V. 245 hal. Doi.
10.1016/C2013-0-03059-9
4. Nelson SJ. (2014) Wheeler's Dental Anatomy, Physiology and Occlusion. 10th Edition.
https://medicalstudyzone.com/download-wheelers-dental-anatomy-physiology-and-occlusion-pdf-free-
2/

PERTANYAAN:
(1) Mengapa makanan ada yang mudah di telan dan ada yang sukar? Jelaskan mengapa?
(2) Jelaskan mekanisme timbulnya refleks muntah?
(3) Mengapa pahit merangsang efek muntah?
(4) Mengapa suhu berpengaruh terhadap penghambatan refleks muntah?

CATATAN

1. Mahasiswa bertindak sebagai orang yang melakukan kegiatan praktikum


2. Praktikan bisa minta tolong pada salah satu anggota keluarga atau teman untuk
membantu mengukur
3. Hasil dari praktikum di tulis dalam lembar kegiatan dan di bahas hasil praktikum
tersebut dengan mencantumkan referensinya
4. Pertanyaan juga harus di jawab
5. Laporan di tulis dengan font time new roman 12, spasi 1,5
6. Tuliskan nama serta kelas praktikum dan tanggal pelaksanaan praktikum
7. Laporan secara individu dikumpulkan 2 hari setelah pelaksanaan praktikum

Anda mungkin juga menyukai