Anda di halaman 1dari 17

RESPIRASI MANUSIA

Laporan Praktikum

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Hewan dan Manusia

Yang dibina oleh Bapak Dr. Abdul Ghofur M, Si

Disusun oleh :

Kelompok 4 Offering I 2017

Dila Amelia (170342615507)

Dwita Novitasari (170342615560)

Fitriana Hadayani (170342615514)

Hanif Amirusdi P (170342615586)

Rizqi Layli Khusufi (170342615601)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

Oktober 2018
RESPIRASI MANUSIA

Dilakukan Pada Rabu, 17 Oktober 2018

TUJUAN

1. Menentukan volume tidal, volume cadangan ekspirasi, kapasitas vital, dan volume
cadangan inspirasi
2. Mengetahui frekuensi pernapasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi irama
pernapasan
3. Mendapatkan kandungan CO2 dalam udara ekspirasi

DASAR TEORI

Setiap makhluk hidup pasti melakukan respirasi, karena ciri makhluk hidup salah
satunya yaitu dapat bernapas. Begitu juga pada hewan kebanyakan sangat tergantung dengan
oksigen untuk memenuhi energinya, hanya beberapa hewan yang tidak membutuhkan
oksigen. Fungsi sistem respirasi adalah menyediakan oksigen untuk darah. Respirasi
(Pernapasan) merupakan proses pengambilan oksigen dan pembebasan karbondioksida.
Proses difusi merupakan perpindahan oksigen dan karbondioksida melintasi permukaan
tubuh atau organ respiratori (Soewolo, 2000).
Respirasi berdasarkan prosesnya dibagi menjadi 2, yaitu Pernapasan internal (Pernapasan
dalam) dan pernapasan eksternal (pernapasan luar). Pernapasan internal merupakan proses
metabolism intraseluler dalam sitoplasma dan mitokondria (Soewolo, 2000). Pernapasan
seluler merupakan proses masuknya oksigen (O 2) dari darah menuju jaringan, dan
penggunaan O2 oleh sel tubuh untuk menghasilkan energi, air, dan karbondioksida (CO 2)
(Sudiana, 2013). Tahapan respirasi internal yaitu (1) glikolisis, terjadi di sitoplasma secara
anaerob, (2) oksidasi asam piruvat menjadi asetil-KoA (3) Daur asam sitrat, terjadi di dalam
matriks mitokondria (4) sistem transfer electron (Soewolo, 2000). Sedangkan pernapasan
eksternal merupakan proses pertukaran O2 yang berasal dari udara luar menuju ke alveoli
kemudian masuk ke dalam darah (Sudiana, 2013). Tahapan respirasi eksternal yaitu (1) Tahap
ventilasi, proses pertukaran gas antara lingkungan eksternal dengan organ pernapasan. (2)
Tahap pertukaran O2 dan (3) tahap pengangkutan O2 dari kapiler menuju sel tubuh dan
penganngkutan CO2 menuju organ pernapasan (4) tahap pertukaran O2 dan CO2 antara darah
pada kapiler dengan sel tubuh (Soewolo, 2000).
Organ pernapasan pada manusia dimulai dari hidung dan menuju ke paru-paru. Organ-
organ tersebut meliputi (a) Hidung, dalam hidung terdapat bulu hidung yang berfungsi untuk
menyaring udara yang masuk agar benda-benda asing yang bukan berupa gas tidak masuk ke
paru-paru. (b) faring, terdapat klep (epiglotis) yang berfungsi untuk mengatur pergantian
jalan masuknya udara dan makanan. (c) laring (d) trachea, terdapat 3 lapisan jaringan epitel
yang menghasilkan lendir untuk menangkap benda asing (e) bronkus (f) bronkiolus (g)
alveolus, terjadi pertukaran gas oksigen (h) paru-paru. (Tambajong, 1995).

Alat bahan

Alat: 8. Pipa kaca

1. Spirometer

2. Pipa tiup Bahan:

3. Kantung plastik 1. Alkohol 70%

4. Buret 2. Aquades

5. Labu erlenmeyer 125 mL 3. Phenolpthalen

6. Tutup labu erlenmeyer 4. NaOH 0,1 M

7. Statis
Prosedur Kerja

Mengukur Volume Pernapasan

1. Menghirup udara dengan inspirasi normal, kemudian, menghembuskan sekuat mungkin


pada spirometer (volume tidal dan volume cadangan ekspirasi). Mengulangi percobaan
tersebut sebanyak tiga kali, menghitung rata-ratanya

2. Menghembuskan udara dengan ekspirasi normal, kemudian menghembuskan lagi dengan


kuat (volume cadangan ekspirasi). Mengulangi percobaan tersebut sebanyak tiga kali,
menghitung rata-ratanya

3. Mengurangkan hasil langkah satu terhadap langkah dua (Volume tidal)

Melakukan pernapasan secara dalam-dalam dan menghembuskan sebanyak-banyaknya. 4


udara (Kapasitas vital ), Mengulangi percobaan tersebut sebanyak tiga kali, hitung reratanya

Mengurangkan hasil langkah satu terhadap langkah empat (Volume cadangan inspirasi). 5

Irama Pernapasan
1. Pelaku duduk santai, hitung frekuensi pernapasannya dalam satu menit

Pelaku menarik napas panjang, menutup hidung, menahan selama mungkin sampai pelaku
. harus bernapas lagi, kemudian mencatat waktunya

Pelaku menarik napas panjang, menutup hidung, menahan selama mungkin sampai pelaku
harus bernapas lagi dengan hembusan yang sangat panjang , kemudian mencatat waktunya

2. Pelaku melakukan pernapasan dengan cepat selama satu menit, Kemudian pelaku bernapas
normal selama satu menit, hitung frekuensinya per menit

Pelaku menarik napas panjang, menutup hidung, menahan selama mungkin sampai pelaku
. harus bernapas lagi, kemudian mencatat waktunya

Pelaku menarik napas panjang, menutup hidung, menahan selama mungkin sampai pelaku
harus bernapas lagi dengan hembusan yang sangat panjang , kemudian mencatat waktunya
3. Pelaku bernapas di dalam kantong plastik dengan cara memasukan hidung dan mulutnya di
dalam plastik selama dua menit, kemudian pelaku bernapas normal di luar kantong plastik,
hitung frekuensinya per menit

Pelaku menarik napas panjang, menutup hidung, menahan selama mungkin sampai pelaku
. harus bernapas lagi, kemudian mencatat waktunya

Pelaku menarik napas panjang, menutup hidung, menahan selama mungkin sampai pelaku
harus bernapas lagi dengan hembusan yang sangat panjang , kemudian mencatat waktunya

Pelaku lari ditempat 60 langkah, setelah itu duduk di kursi dan hitung frekuensi. 4
pernapasannya per menit

Pelaku menarik napas panjang, menutup hidung, menahan selama mungkin sampai pelaku
. harus bernapas lagi, kemudian mencatat waktunya

Pelaku menarik napas panjang, menutup hidung, menahan selama mungkin sampai pelaku
harus bernapas lagi dengan hembusan yang sangat panjang , kemudian mencatat waktunya
Titrasi

Mengisi buret dengan dengan larutan 0,1 M NaOH, mencatat batas volume larutan

Meletakkan labu erlenmeyer berisi larutan tepat dibawah ujung bawah buret dengan memberi
landasan kertas putih

Meneteskan larutan ke dalam labu setetes demi setetes dengan perlahan. Setiap setetes
menggoyangkan labunya

Menggoyangkan terus labu hingga terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah

Bila sudah terjadi perubahan warna hentikan penetesan. Mencatat angka batas volume pada
buret

Menentukan titik ekivalensi dengan cara menentukan angka pertengahan dari angka volume
NaOH saat mulai namak terjadi perubahan warna dengan satu angka sebelumnya

 
Melakukan lari di tempat sebanyak 60 langkah, menghembuskan udara ke dalam labu
sampai warna hilang. Catat waktu yang diperlukan

Mengisi buret dengan dengan larutan 0,1 M NaOH, mencatat batas volume larutan

Meletakkan labu erlenmeyer berisi larutan tepat dibawah ujung bawah buret dengan
memberi landasan kertas putih

Meneteskan larutan ke dalam labu setetes demi setetes dengan perlahan. Setiap setetes
menggoyangkan labunya

Menggoyangkan terus labu hingga terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi
merah

Bila sudah terjadi perubahan warna hentikan penetesan. Mencatat angka batas volume pada
buret

Menentukan titik ekivalensi dengan cara menentukan angka pertengahan dari angka volume
NaOH saat mulai namak terjadi perubahan warna dengan satu angka sebelumnya

 
HASIL

Table 1 pengukuran volume pernapasan


Ulangan
Percobaan Rata-rata
1 2 3
Volume cadangan
ekspirasi dan 500 ml 500 ml 600 ml 533,33 ml
volume tidal
Volume cadangan
200 ml 400 ml 500 ml 366,67 ml
ekspirasi
Volume tidal 300 ml 100 ml 100 ml 166,67 ml
Kapasitas vital 2400 ml 2400 ml 2300 ml 2366,67 ml
Volume cadangan
-1900 ml -1900 ml -1700 ml -1833,33 ml
inspirasi

Tabel 2 Irama pernapasan


Percobaan Frekuensi (n/waktu) Waktu
Pelaku duduk santai (t=1) 17 1 menit
Menarik napas panjang dan menahan higga
- 1 menit
pelaku harus bernapas lagi
Menarik napas panjang dan menahan
hingga pelaku harus bernapas lagi dengan - 7 detik
hembusan yang lebih panjang
Bernapas cepat (t=1) 18 1 menit
Menarik napas panjang dan menahan 1 menit 25
-
hingga pelaku harus bernapas lagi detik
Menarik napas panjang dan menahan
hingga pelaku harus bernapas lagi dengan - 6 detik
hembusan yang lebih panjang
Bernapas normal setelah bernapas dengan
hidung dan mulut di dalam kantong plastik 23 1 menit
(t=1)
Menarik napas panjang dan menahan 1 menit 29
-
hingga pelaku harus bernapas lagi detik
Menarik napas panjang dan menahan
hingga pelaku harus bernapas lagi dengan - 5 detik
hembusan yang lebih panjang
Bernapas setelah lari di tempat 60 langkah
29 1 menit
(t=1)
Menarik napas panjang dan menahan
- 59 detik
hingga pelaku harus bernapas lagi
Menarik napas panjang dan menahan
6 deti
hingga pelaku harus bernapas lagi dengan -
k
hembusan yang lebih panjang

Tabel 3 Kandungan CO2 dalam udara respirasi


Percobaan Waktu yang dibutuhkan
Peniupan udara pernapasan pada labu 6 menit 30 detik
Percobaan titrasi Volume
Batas volume larutan NaOH awal 24 ml
Batas volume NaOH saat warna berubah 18,7 ml
Titik ekuivalensi 5,25 ml
Zat peniter (NaOH) terpakai 52,5 μmol

Percobaan Waktu yang dibutuhkan


Berlari di tempat 60 langkah, meniup
2 menit 50 detik
udara pernapasan pada labu
Percobaan titrasi Volume
Batas volume larutan NaOH awal 25 ml
Batas volume NaOH saat warna berubah 24 ml
Titik ekuivalensi 0,95 ml
Zat peniter (NaOH) terpakai 9,5 μmol

ANALISIS

Mengukur Volume Pernapasan


Pada percobaan pertama, kami melakukan pengukuran terhadap volume pernapasan
yang dilakukan dengan tiga ulangan. Kegiatan pertama pada percobaan ini adalah mengukur
volume cadangan ekspirasi dan volume tidal. Pada percobaan pertama didapatkan 500 ml,
percobaan kedua didapatkan 500 ml dan percobaan ketiga didapatkan 600 ml volume
cadangan ekspirasi dan volume tidal. Rerata dari percobaan ini adalah 533,33 ml. Kegiatan
selanjutnya adalah mengukur volume cadangan ekspirasi. Percobaan pertama didapatkan 200
ml, percobaan kedua didapatkan 400 ml dan percobaan ketiga didapatkan 500 ml. Rerata
yang didapatkan dalam mengukur volume cadangan ekspirasi adalah 366,67 ml. Kegiatan
ketiga adalah mengukur volume tidal dengan mengurangi volume cadangan ekspirasi dan
volume tidal dengan volume cadangan ekspirasi. Penghitungan ini mendapatkan volume tidal
pada perlakuan pertama sebesar 300 ml, perlakuan kedua sebesar 100 ml, perlakuan ketiga
100 ml sehingga didapatkan 166,67 ml. Kemudian kegiatan keempat melakukan pengukuran
pada kapasitas vital. Percobaan pertama didapatkan 2400 ml, percobaan kedua didapatkan
2400 ml dan percobaan ketiga didapatkan 2300 ml. Rerata kapasitas vital pada kegiatan ini
mendapatkan 2366,67 ml. Kegiatan kelima melakukan pengukuran pada volume cadangan
inpirasi. Percobaan pertama didapatkan -1900 ml, percobaan kedua didapatkan -1900 ml dan
percobaan ketiga didapatkan -1700 ml. Rerata volume cadangan inspirasi adalah -1833,33 ml.

Irama Pernapasan
Percobaan kedua melakukan penghitungan irama pernapasan. Kegiatan pertama
dilakukan dengan menghitung frekuensi pelaku yang duduk santai dengan waktu 1 menit.
Kegiatan ini memperoleh frekuensi pelaku sebanyak 17. Kemudian pelaku menarik napas
panjang dan menahan hingga pelaku harus bernapas lagi. Didapatkan pelaku membutuhkan 1
menit untuk bernapas lagi. Selanjutnya pelaku menarik napas panjang dan menahan hingga
pelaku harus bernapas lagi dengan hembusan yang lebih panjang. Didapatkan pelaku
membutuhkan waktu 7 detik agar pelaku dapat melakukan hembusan panjang.
Pelaku bernapas cepat selama 1 menit dan didapatkan sebanyak 18 frekuensi.
Selanjutnya pelaku menarik napas panjang dan menahan hingga pelaku harus bernapas lagi.
Pelaku membutuhkan waktu selama 1 menit 25 detik untuk bernapas lagi. Kemudian pelaku
menarik napas panjang dan menahan hingga harus bernapas lagi dengan hembusan yang lebih
panjang. Waktu yang dibutuhkan pelaku agar dapat melakukan hembusan yang panjang yaitu
menahan selama 6 detik.
Pelaku bernapas normal setelah bernapas dengan hidung dan mulut di dalam kantong
plastik selama 1 menit, frekuensi yang didapatkan pelaku sebanyak 23. Lalu pelaku menarik
napas panjang dan menahan hingga harus bernapas lagi. Pelaku membutuhkan waktu 1 menit
29 detik untuk bernapas lagi. Kemudian pelaku menarik napas panjang dan menahan hingga
pelaku harus bernapas lagi dengan hembusan yang lebih panjang. Waktu yang dibutuhkan
pelaku adalah 5 detik untuk dapat melakukan hembusan yang lebih panjang.
Pelaku bernapas setelah lari di tempat 60 langkah selama 1 menit untuk dihitung
frekuensinya. Didapatkan frekuensi pelaku sebanyak 29. Lalu pelaku menarik napas panjang
dan menahan hingga pelaku harus bernapas lagi. Pelaku menahan napas selama 59 detik
untuk dapat bernapas lagi. Kemudian pelaku menarik napas panjang dan menahan hingga
pelaku harus bernapas lagi dengan hembusan yang lebih panjang. Waktu yang dibutuhkan
untuk menahan napas selama 6 detik agar dihasilkan hembusan yang lebih panjang.

Kandungan Kandungan CO2 dalam Udara Respirasi


Terdapat dua kali percobaan dalam mengukur kandungan CO2 dalam udara respirasi.
Percobaan ini menggunakan prinsip titrasi dengan menggunakan 100 ml aquades, 5 tetes
larutan NaOH 0,1 M, 3-5 tetes indikator phenolphtalein (PP) yang dituang pada labu dan
ditutup dengan plastik. Setelah pelaku melakukan percobaan, pelaku meniup labu dengan
sedotan hingga terjadi perubahan warna (bening). Kemudian labu dititrasi dengan larutan
NaOH hingga terjadi perubahan warna ke warna semula dengan labu yang lain sebagai
pembanding warna. Percobaan pertama dilakukan dengan meniup udara pernapasan pada
labu. Waktu yang dibutuhkan pelaku untuk meniup udara pada labu hingga larutan berubah
warna adalah 6 menit 30 detik. Kemudian dilakukan percobaan titrasi dengan menggunakan
larutan NaOH 24 ml yang dituang pada biuret dan dilakukan titrasi pada labu. Larutan NaOH
yang dibutuhkan hingga larutan pada labu berubah warna adalah 5,3 ml sehingga larutan
NaOH yang tersisa adalah 18,7 ml. Titik ekuivalensi yang diperoleh sebesar 5,25 ml. Dalam
menentukan zat pentiter (NaOH) yang terpakai dengan menggunakan penghitungan:

Volume zat pentiter = Titik ekuivalensi x 10

= 5,25 ml x 10

= 52,5 μmol

Percobaan kedua dilakukan dengan pelaku yang berlari di tempat 60 langkah


kemudian meniup udara pernapasan pada labu. Waktu yang dibutuhkan pelaku untuk meniup
udara pada labu hingga larutan berubah warna adalah 2 menit 50 detik. Kemudian dilakukan
percobaan titrasi dengan menggunakan 25 ml larutan NaOH yang dituang pada biuret dan
dilakukan titrasi pada labu. Larutan NaOH yang dibutuhkan hingga larutan pada labu berubah
warna adalah 1 ml sehingga larutan NaOH yang tersisa adalah 24 ml. Titik ekuivalensi yang
diperoleh sebesar 0,9 ml. Dalam menentukan zat pentiter (NaOH) yang terpakai dengan
menggunakan penghitungan:
Volume zat pentiter = Titik ekuivalensi x 10

= 0,95 ml x 10

= 9,5 μmol
PEMBAHASAN

Volume pernapasan

Pengukuran volume pernapasan menggunakan spirometer hasilnya pada tabel hasil


percobaan diatas. Menurut Vanputte et al (2016) spirometer adalah alat yang mengukur
volume pernapasan ini. pengukuran volume pernafasan dapat memberikan informasi tentang
kesehatan paru-paru. hasil percobaan pada pengukuran volume cadangan ekspirasi
menunjukkan 366,67 ml, volume cadangan ekspirasi subjek tidak sesuai dengan volume
cadangan ekspirasi pada umumnya yaitu 1100 ml. Jumlah udara yang dihembuskan dengan
paksa setelah akhir dari ekspirasi normal adalah volume cadangan ekspirasi dengan rata-rata
sekitar 1100 ml (Silverthorn, 2010). Sedangkan pada percobaan pengukuran volume tidal
reratanya 166,67 ml, hal tersebut tidak sesuai dengan rerata volume tidal pada umumnya.
Menurut Silverthorn (2010) Volume udara yang bergerak selama inspirasi tunggal atau
ekspirasi dikenal sebagai volume tidal. Volume tidal rata-rata selama pernapasan normal
sekitar 500 ml.
Selanjutnya yaitu pengukuran kapasitas vital, hasil percobaan kami menunjukkan
volume kapasitas vital respirasi subjek sebesar 2366,67 ml. Volume kapasitas vital respirasi
subjek tidak sesuai dengan volume kapasitas vital pada umumnya yaitu sekitar 4600 ml.
Menurut Vanputte et al (2016) kapasitas vital adalah jumlah volume cadangan inspirasi,
volume tidal, dan volume cadangan ekspirasi. Kapasitas vital merupakan volume maksimum
udara yang dapat dikeluarkan seseorang dari saluran pernapasan setelah inspirasi maksimal
(sekitar 4600). Kemudian pada pengukuran volume cadangan inspirasi reratanya -1833,33
ml, volume cadangan inspirasi subjek tidak sesuai dengan rerata volume cadangan inspirasi
pada umumnya, menurut Silverthorn (2010) pada volume tambahan dari akhir inspirasi
normal merupakan volume cadangan inspirasi. Pada pria dengan berat badan 70 kg, volume
ini sekitar 3000 mL, peningkatan enam kali lipat di atas volume tidal normal.
Pengukuran volume respirasi pada subjek dari kelompok kami tidak sesuai dengan
volume respirasi rerata pada umumnya karena pada setiap orang memiliki volume respirasi
yang berbeda. Hal tersebut dapat dipengaruhi jenis kelamin, usia, dan ukuran tubuh. Subjek
pada percobaan kami yaitu laki-laki, berat badan subjek yang diukur volume respirasinya
sekitar 110 kg dengan tinggi 170 cm dan usia 19 tahun sehingga termasuk kategori orang
bertubuh besar. Sesuai dengan pendapat Vanputte et al (2016) faktor-faktor seperti jenis
kelamin, usia, dan ukuran tubuh mempengaruhi volume dan kapasitas pernapasan. misalnya,
kapasitas vital wanita dewasa biasanya 20-25% lebih rendah daripada pria dewasa. kapasitas
vital mencapai jumlah maksimum pada orang dewasa muda dan secara bertahap menurun
pada orang tua. orang tinggi biasanya memiliki kapasitas vital yang lebih besar daripada
orang pendek, dan orang kurus memiliki kapasitas vital yang lebih besar 30-40% di atas
orang yang tidak terlatih. pada pasien yang otot-otot pernafasannya lumpuh oleh cedera
sumsum tulang belakang atau penyakit seperti poliomielitis atau distrofi otot, kapasitas vital
dapat dikurangi menjadi nilai yang tidak konsisten dengan kelangsungan hidup (kurang dari
500-1000 ml).
Pendapat kami juga sesuai dengan Adesola et al (2013) dalam penelitiannya
menunjukkan kapasitas vital rata-rata pada siswa laki-laki yang lebih tinggi (dengan tinggi
lebih dari 167,4 cm) lebih besar daripada siswa laki-laki memiliki tinggi kurang dari 167,4
cm. Alasan variasi ini adalah bahwa, dengan meningkatnya tinggi badan, lingkar dada dan
area toraks meningkat dan karenanya total luas permukaan paru-paru meningkat. Pada orang
yang lebih tinggi ada lebih banyak ruang untuk pertukaran udara yang tersedia daripada yang
lebih pendek, dan karena itu lebih besar jumlah udara dapat bertukar masuk dan keluar
sehingga menyebabkan peningkatan kapasitas vital orang yang lebih tinggi. Itulah sebabnya
pada pengukuran volume respirasi kelompok kami hasilnya lebih rendah dibandingkan
volume respirasi pada umumnya, karena subjek pada kelompok kami memiliki ukuran tubuh
yang besar.
Jenis kelamin juga mempengaruhi volume respirasi, sesuai dengan pendapat Lutfi
(2017) melalui metode morfometrik standar menegaskan bahwa laki-laki memiliki ukuran
paru yang lebih besar, bronchioles pernafasan lebih banyak dan diameter saluran udara yang
lebih luas dibandingkan dengan perempuan dengan usia dan tinggi badan yang sama.
Perbedaan anatomis paru-paru antara pria dan wanita menjelaskan variasi gender dalam
volume dan kapasitas paru-paru statis. Laki-laki cenderung memiliki pengukuran
antropometri yang lebih besar dan karena itu, lebih mungkin untuk meningkatkan volume dan
kapasitas paru-paru statis.

Irama pernapasan
Pada percobaan irama pernapasan seperti yang ditunjukkan pada hasil dan analisis
data diatas menunjukkan frekuensi pernapasan normal permenit yaitu 17 termasuk frekuensi
pernapasan permenit pada umumnya, hal tersebut sesuai dengan pendapat Vanputte et al
(2016) tingkat pernapasan normal pada orang dewasa adalah antara 12 dan 20 napas per
menit. Pada anak-anak, tarifnya lebih tinggi dan dapat bervariasi dari 20 hingga 40 er menit.
Kemudian subjek bernapas cepat, bernapas menggunakan kantong plastik, dan lari frekuensi
pernapasannya semakin meningkat, hal tersebut disebabkan karena aktivitas yang
mempengaruhi laju pernapasan. Sesuai dengan pendapat Vanputte et al (2016) laju
pernapasan ditentukan oleh berapa kali otot-otot pernapasan dirangsang. Ritme dasar
pernapasan dikendalikan oleh neuron di dalam medulla oblongata yang menstimulasi otot-
otot respirasi. Peningkatan kedalaman pernafasan dihasilkan dari kontraksi otot-otot
pernafasan yang lebih kuat yang disebabkan oleh perekrutan serabut otot dan peningkatan
frekuensi stimulasi serat otot.
Selama berolahraga gerakan tubuh merangsang proprioceptor (reseptor yang
menerima rangsangan pada saat pergerakan) di sendi anggota badan. Serabut saraf dari
proprioceptor ini meluas ke sumsum tulang belakang untuk terhubung dengan saluran saraf
sensoris naik ke otak. serabut kolateral dari saluran saraf ini terhubung ke pusat pernapasan,
oleh karena itu, gerakan anggota badan memiliki pengaruh stimulasi yang kuat pada pusat
pernapasan. Setelah melakukan aktivitas atau berolahraga, kapasitas vital meningkat sedikit
dan volume residu berkurang sedikit. Volume tidal saat istirahat dan selama olahraga, standar
submaksimal (kegiatan biasanya ditemui dalam kehidupan sehari-hari) tidak berubah. Pada
saat olahraga yang maksimal volume tidal meningkat. Tingkat pernapasan pada setiap
individu yang sedang beristirahat memiliki laju pernapasan yang lebih rendah dibandingkan
dengan individu yang melakukan olahraga (Vanputte et al, 2016).

Kandungan CO2 dalam udara ekspirasi


Pernapasan eksternal merupakan proses pertukaran O2 yang berasal dari udara luar
menuju ke alveoli kemudian masuk ke dalam darah (Sudiana, 2013). Tahapan respirasi
eksternal yaitu (1) Tahap ventilasi, proses pertukaran gas antara lingkungan eksternal dengan
organ pernapasan. (2) Tahap pertukaran O2 dan (3) tahap pengangkutan O2 dari kapiler
menuju sel tubuh dan penganngkutan CO2 menuju organ pernapasan (4) tahap pertukaran O 2
dan CO2 antara darah pada kapiler dengan sel tubuh (Soewolo, 2000).
Pada praktikum ini kami menggunakan 2 gelas elemayer yang masing masing diisi
100ml KOH dan indikator pp 2-5 tetes. Kemudian tutup rapat keduanya agar warna larutan
tidak memudar. Kedua gelas diberi perlakuan yang berbeda. Larutan yang ditiup akan
berubah warna menjadi bening. Terjadinya perubahan warrna dari merah delima menjadi
bening, disebabkan akibat perubahan kondisi pada larutan dari basa menjadi asam. Gelas
pertama ditiup oleh pelaku yang tidak sedang melakukan aktivitas. Gelas kedua ditiup oleh
pelaku yang telah berlari sebanyak 60 langkah. Setelah ditiup didapatkan hasil bahwa gelas
yang ditiup oleh pelaku yang telah berlari sebanyak 60 langkah lebih cepat berubah warna
menjadi bening yaitu 2 menit 50 detik, sedangkan pelaku yang tidak melakukan aktivitas
menghabiskan waktu sebanyak 6 menit 30 detik. Hal ini sesuai dengan teori yang
menjelaskan bahwa semakin banyak aktivitas, semakin tinggi metabolisme sehingga semakin
banyak CO2 yang dihasilkan. Sehingga menyebabkan warna larutan menjadi cepat bening.
Bila dalam tubuh terdapat sedikit kenaikan PCO2 maka akan merangsang area kemosensitif
dalam medulla dan aretehemoreseptor sehingga menyebabkan area respirastori menjadi
sangat aktif dan kecepatan respirasi meningkat (Soewolo, 2005).

SIMPULAN

volume tidal merupakan volume udara yang bergerak selama inspirasi tunggal atau
ekspirasi. Volume tidal rata-rata selama pernapasan tenang adalah sekitar 500 ml. Jumlah
udara yang dihembuskan dengan paksa setelah akhir dari ekspirasi normal adalah volume
cadangan ekspirasi dengan rata-rata sekitar 1100 ml. Kapasitas vital merupakan volume
maksimum udara yang dapat dikeluarkan seseorang dari saluran pernapasan setelah inspirasi
maksimal (sekitar 4600 ml). Volume tambahan dari akhir inspirasi normal merupakan volume
cadangan inspirasi. Volume respirasi dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, usia, dan ukuran
tubuh. Sedangkan irama pernapasan dipengaruhi oleh tingkat aktivitas seseorang. Semakin
banyak aktivitas, semakin tinggi metabolisme sehingga semakin banyak CO2 yang dihasilkan

DAFTAR RUJUKAN

Adesola, O. O., Adeniran, S. A., Olubayo, F., & Onagbiye, S. 2013. Relationship between
body circumferences and lung function tests among undergraduate students of a
Nigerian university. Journal of Physiology. 9(1):3–6.
Lutfi, M. F. 2017. The physiological basis and clinical significance of lung volume
measurements. Multidisciplinary Respiratory Medicine. Volume 12, No 3.
Silverthorn, D. U. 2010. Human Physiology, 5th Edition. USA: Pearson Benjamin
Cummings.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Proyek Pengembangan Guru sekolah menengah
IBRD Loan.
Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press.
Sudiana, I., K. 2013. Dampak Adaptasi Lingkungan Terhadap Perubahan Fisiologis. Seminar
Nasional FMIPA UNDIKSHA III. Fakultas Olahraga Dan Kesehatan, Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja.
Tambajong, J. 1995. Sinopsis Histologi. Jakarta: Kedokteran EGC.

Vanputte, C., Regan, J., & Russo, A. 2016. Seeley’s Anatomy and Physiology. 9th Edition.
USA: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai