Puji Syukur, Kami persembahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Penyertaan serta tuntunan-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Laporan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Dokter Pulau 2. Kami
menyadari betul bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran
dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempuranaan laporan ini ke depan.
Dalam kesempatan ini juga kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang berperan dalam pembuatan laporan ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa dapat
membalas semuanya itu.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Tujuan
BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB III. PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat kita bergerak, otot yang bekerja memerlukan pasokan oksigen untuk mengolah
energi yang didapat dari makanan. Udara yang dihirup oleh paru-paru, dihantarkan darah
menuju jantung, kemudian oleh jantung dipompakan keseluruh tubuh, terutama pada otot
yang bekerja terutama anggota gerak tubuh, bisa kita kendalikan. Makin banyak otot yang
bekerja, makin banyak kebutuhan oksigen, makin besar kekerapan denyut jantung kita
perlukan.
Denyut jantung biasanya mengacu pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak
jantung per satuan waktu, secara umum direpresentasikan sebagai bpm (beats per minute).
Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada kapan
waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah berolahraga). Variasi
dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu.
Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam
bidang medis yang bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui
kebugaran seseorang secara umum. Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat
maka denyut jantung yang normal adalah sekitar 60-100 denyut per menit (bpm). Jika
didapatkan denyut jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada umumnya
menunjukkan fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya
(Edward R. Laskowski, M.D).
Laskowski menambahkan ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah
denyut jantung seseorang, yaitu aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang, suhu udara
disekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat yang
sedang dikonsumsi. Meskipun jumlah denyut bervariasi, tapi denyut yang terlalu tinggi atau
rendah dapat menunjukkan adanya masalah yang mendasar. Misalnya jika denyut secara
konsisten di atas 100 bpm (tachycardia) atau di bawah 60 bpm (bradycardia), terutama jika
disertai gejala lain seperti pusing, sesak napas atau sering pingsan.
Aktivitas tubuh dapat mempengaruhi fisiologi kardiovaskular dan respirasi
seseorang. Misalnya saat berenang, air yang digunakan untuk berenang biasanya akan lebih
dingin dibanding udara di sekitar. Merendamkan tubuh dalam air akan menurunkan suhu
tubuh seseorang sehingga saat keluar dari kolam renang atau ke udara yang bersuhu lebih
panas tubuh akan berusaha menormalitaskannya. Berenang atau menyelam pada suhu air
yang lebih rendah dari suhu tubuh dapat membuat pembuluh darah arteri berkontraksi dan
perluasan vena kecil, yang dapat menyebabkan darah di pembuluh darah berhenti. Dengan
kondisi ini denyut jantung dan aliran darah akan terganggu dan menyebabkan defisit
oksigen.
B. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui denyut jantung pada saat beristirahat, maupun melakukan aktivitas saat
menyelam.
2. Mengetahui durasi tahan napas saat beristirahat, maupun melakukan aktivitas saat
menyelam.
3. Mengetahui pengaruh hiperventilasi terhadap durasi menahan napas sebelum
menyelam.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pengukuran Denyut Nadi
DENYUT NADI/MENIT
NO NAMA SEBELUM SAAT MASUK SAAT
MASUK AIR AIR MENYELAM
1. Anggun L. Husein 88 kali 80 kali 48 kali
2. Linda Ohoirat 76 kali 60 kali 44 kali
3. Moren Sahertian 84 kali 60 kali 40 kali
4. Nurul A.R. Hukom 90 kali 90 kali 48 kali
5. Rahel Laritmas 96 kali 60 kali 44 kali
6. Chrisye L. Baura 92 kali 64 kali 48 kali
7. Novita Tilukay 98 kali 60 kali 40 kali
8. Jasica Siauta 68 kali 88 kali 60 kali
9. Titi N. Pune 56 kali 48 kali 28 kali
10. Stanly P. Thenu 90 kali 88 kali 60 kali
B. Pembahasan
1. Pengukuran Denyut Nadi
Dari hasil pengukuran denyut nadi, dapat dilihat bahwa denyut nadi sebelum
masuk ke dalam air lebih cepat dibandingkan dengan denyut nadi saat seseorang masuk ke
dalam air. Hal ini menunjukkan bahwa suhu luar yang dingin dapat mempengaruhi denyut
nadi. Saat menyelam dimana seluruh tubuh seseorang masuk ke dalam air, terlihat bahwa
denyut nadi menjadi lebih lambat dibandingkan dengan denyut nadi saat hanya sebagian
tubuh yang masuk ke dalam air.
Semua perairan bersuhu lebih dingin dari pada suhu tubuh normal (37'C atau
98'F) dan karenanya seorang penyelam akan kehilangan panas tubuhnya ke air karena
faktor konduksi. Panas dikonduksikan lebih cepat dari permukaan tubuh ke air yang
merupakan konduktor baik sehingga dapat mempengaruhi suhu inti tubuh. Sebagai usaha
untuk mempertahankan suhu inti yang konstan, kapasitas insulatif dan suhu tubuh dapat
diatur dengan mengubah-ubah gradient suhu antara kulit dengan lingkungan eksternal,
sehingga tingkat pengeluaran panas dapat dipengaruhi. Kapasitas insulatif lapisan tersebut
dapat diubah-ubah dengan mengontrol jumlah darah yang mengalir ke kulit. Kulit yang
relatif kurang mendapat darah dan dingin, membentuk isolator yang baik antara bagian
tengah tubuh dan lingkungan. Namun, kulit merupakan isolator yang sempurna, bahkan
dengan vasokonstriksi maksimum. Walaupun aliran darah ke kulit minimal, masih dapat
terjadi pemindahan sebagian panas melalui konduksi dari organ-organ dalam ke
permukaan kulit tempat panas tersebut dapat keluar ke lingkungan. Sehingga penggunaan
baju dengan ketebalan tertentu dapat membantu mengisolasi tubuh dari perpindahan panas
keluar. Hal inilah yang diperlukan seseorang saat masuk ke dalam air bahkan saat ia
menyelam.
Respon vasomotor kulit dikoordinasikan oleh hipotalamus melalui keluaran
sistem saraf simpatis melalui keluaran sistem saraf simpatis.
Vasokonstriksi perifer juga merupakan salah satu mekanisme tubuh untuk
mempertahankan penggunaan oksigen saat seseorang menyelam, disamping mekanisme
lain yakni penggunaan metabolisme anaerob. Vasokonstriksi perifer mengatur pengiriman
oksigen ke organ yang memiliki prioritas tertinggi dalam penggunaan oksigen, seperti
otak, jantung dan kelenjar adrenal. Sementara organ yang lain bertahan dengan
menggunakan oksigen yang tersimpan atau menggunakan metabolisme anaerob.
Vasokonstriksi perifer menyebabkan peningkatan resistensi perifer sehingga untuk
mempertahankan normalnya tekanan darah tubuh berkompensasi dengan mengurangi
Cardiac Output (CO). Berkurangnya Cardiac Output dicapai dengan menurunkan denyut
jantung (bradikardi).
Reflex bradikardi, vasokonstriksi perifer, dan peningkatan suplai darah ke
beberapa organ vital seperti otak dan jantung inilah yang disebut dengan diving reflex.
Beberapa studi menunjukkan bahwa diving reflex dapat terjadi hanya dengan masuknya
wajah kedalam air tanpa membasahi seluruh tubuh dengan air.
A. Kesimpulan
1. Suhu yang rendah mempengaruhi fisiologis pernapasan dan denyut nadi.
2. Diving Reflex membantu tubuh dalam mempertahankan penggunaan oksigen saat
seseorang menyelam.
3. Hiperventilasi sebelum menahan napas dapat memperlama waktu untuk seseorang
untuk kembali menarik napas. Karena tekanan CO2 yang menurun menurunkan
dorongan untuk bernapas. Namun, dapat meningkatkan daya apung penyelam
sehingga sulit masuk lebih dalam saat menyelam, disamping adanya masalah yang
terkait dengan tekanan.
B. Saran
Untuk menghindari terjadinya hipotermia akibat konduksi panas tubuh pada saat
penyelaman, sebaiknya digunakan pakaian dengan ketebalan yang sesuai sebagai
insulator.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://jap.physiology.org/content/23/6/964.extract
2. http://www.iworx.com/LabExercises/lockedexercises/LockedDivingReflex-LS2.pdf
3. http://www.dianahacker.com/pdfs/Hacker-Mart-CBE.pdf