Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

SISTEM RESPIRASI

Disusun oleh :

Jeremy Halim / 60117015

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CIPUTRA SURABAYA
2017
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas berkat rahmatnya
Laporan Praktikum Fisiologi Blok Sistem Respirasi dapat selesai dengan baik dan
tepat waktu. Dalam Laporan Praktikum Fisiologi ini akan membahas tentang
pengukuran kapasitas udara dengan menggunakan spirometer melalui simulasi dari
komputer. Tidak lupa juga praktikum ini juga membahas tentang kapasitas paru-paru
terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan volume udara

Tujuan dibuatnya Laporan Praktikum Fisiologi ini juga untuk menambah


wawasan tentang Sistem Respirasi dan adapun tujuan untuk memenuhi nilai
praktikum yang diberikan oleh dr.Adrianta dan dr.Jefry , untuk menyelesaikan
laporan ini dengan baik dan menambah wawasan pengetahuan.

Demikian . semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi sesama dan
dapat berguna untuk pembelajaran tentang Sistem Respirasi . Mohon maaf apabila ada
kesalahan kata dan kata-kata yang tidak berkenan.

Surabaya, 7 Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... 1


Kata Pengantar ...................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan .............................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 4
1.2 Tujuan Praktikum .................................................................................. 5
BAB II Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 6
2.1 Sistem Respirasi .................................................................................... 6
2.2 Mekanisme Dasar Paru........................................................................... 7
2.3 Volume dan Kapasitas Paru................................................................... 8
2.4 Spirometer .....................................................................................… 10
BAB III Metode Praktikum .................................................................................. 13
3.1 Alat dan Bahan....................................................................................... 13
3.2 Prosedur Kerja ....................................................................................... 13
BAB IV Hasil Pengamatan dan Pembahasan........................................................ 14
4.1 HasilPengamatan.................................................................................14
4.2 Pembahasan........................................................................................... 15
BAB V Penutup.................................................................................................... 20
5.1 Kesimpulan............................................................................................ 20
5.2 Saran...................................................................................................... 20
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 21
Lampiran............................................................................................................... 22
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paru-paru adalah organ yang sangat penting dalam pernapasan. Fungsi paru-paru
terutama adalah untuk mengedarkan oksigen keseluruh tubuh. Pengedaran oksigen itu
dilakukan melalui bernafas , oksigen akan menyebar ke sel-sel yang memerlukan oksigen .
Paru-paru tidak hanya memiliki oksigen (O2) ,tetapi mempunyai hasil zat sisa yaitu
Karbondioksida dan air , zat sisa tersebut akan dibuang dari tubuh.

Pernapasan dibagi menjadi 2 fase yaitu fase inspirasi dan fase ekspirasi . Fase inspirasi
adalah fase dimana oksigen dihirup dari luar tubuh masuk kedalam paru-paru , sesudah
oksigen diedarkan kesemua sel-sel tubuh dan menghasilkan zat sisa berupa
karbondioksida. Fase ekspirasi akan mulai jika terjadi zat sisa dari oksigen ,
karbondioksida ini akan dikeluarkan dari paru-paru keluar tubuh. Proses respirasi
dipengaruhi oleh beberapa hal mulai dari ventilasi paru , proses difusi gas diparu , dan
besarnya volume paru.

Pengukuran volume paru sangat penting karena kita dapat mengetahui bagaimana
kemampuan paru dalam mengembang dan mengempis dan apakah akan terjadi abnormal
seperti obstruksi dan retriksi. Pada respirasi juga terdapat keseimbangan kondisi atau kita
sebut homeostasis . Homeostatis ini dapat mempengaruhi kemampuan bernapas yang
berbeda-beda seperti kecepatan aliran udara ada yang lambat dan ada yang cepat.

Harapan saya , dengan mempelajari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi


respirasi , kita dapat mengetahui kemampuan paru dan mengetahui apakah ada penyakit
yang berhubungan dengan paru-paru agar kita bisa cegah dari awal.
1.2 Tujuan Praktikum

1.2.1 Kegiatan 1 (Spirometer)


1) Memahami fungsi, prinsip kerja dan indikasi penggunaan spirometer.
2) Mengenal bagian-bagian dari spirometer.
3) Mengenal macam volume dan kapasitas paru.
4) Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan dalam menilai fungsi sistem
respirasi.
1.2.2 Kegiatan 2 (Pengukuran Volume Paru dan Menghitung Kapasitas Paru)
1) Memahami mekanisme respirasi eksternal (ventilasi pulmonal).
2) Memahami volume dan kapasitas paru.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SISTEM RESPIRASI

Respirasi adalah proses menyerap oksigen dari luar tubuh yang akan digunakan oleh
sel-sel dalam tubuh , dan menghasilkan zat sisa berupa karbondioksida yang berikutnya
akan dibuang . Respirasi ini juga volumenya berubah sesuai dengan aktivitas.dan
metabolisme.Mekanisme Pernapasan juga dibagi beberapa mekanisme :
1. Ventilasi Paru
2. Pengaturan Ventilasi
3. Transport udara
4. Difusi udara antar alveoli dan darah
2.1.1 Ventilasi Paru

Ventilasi adalah proses masuknya udara inspirasi kedalam alveoli . Ventilasi


dipengaruhi oleh beberapa faktor :
 Volume paru
 Sifat Elsatik Paru
 Resistensi aliran di saluran nafas

2.1.2 Komplians Paru


Komplians atau daya kembang paru adalah perubahan volume per liter yang
disebabkan oleh perubahan satu unit cmHg. Daya kembang paru juga tergantung pada
ukuran paru. Jadi daya kembang bayi lebih kecil daripada orang dewasa, dan daya
kembang orang yang berbadan kecil juga berbeda dengan daya kembang orang yang
berbadan besar (Guyton & Hall, 1996).
2.2 MEKANISME DASAR PENGEMBANGAN DAN PENGEMPISAN PARU
Paru-paru, baik pada saat ekspirasi maupun inspirasi, dapat dikembangkan dan
dikonstraksikan dengan dua cara, yaitu dengan gerakan turun dan naik dari diafragma
untuk memperbesar atau memperkecil diafragma dan depresi dan elevasi costa untuk
meningkatkan dan menurunkan diameter anteroposterior dari rongga dada (Guyton & Hall,
1996; Astrand, 1970). Pada pernapasan normal dan tenang biasanya hanya memakai
gerakan dari diafragma. Selama inspirasi, kontraksi dari diafragma akan menarik
permukaan bawah paru ke bawah. Kemudian selama ekspirasi, diafragma akan berelaksasi
dan sifat elastis daya lenting paru, dinding dada dan perut akan menekan paru-paru. Selama
bernapas hebat, bagaimanapun tenaga elastik tidak cukup untuk menyebabkan ekspirasi
cepat yang diperlukan, sehingga perlu kontraksi otot perut, yang mendorong isi perut ke
atas mendorong dasar dari diafragma (Guyton & Hall, 1996; Patton, 1989).
Mekanisme kedua untuk mengembangkan paru adalah dengan mengangkat rangka
iga. Pengembangan paru ini karena pada posisi istirahat, iga miring ke bawah ke arah
kolumna spinalis. Tetapi bila rangka iga dielevasikan, tulang iga dan sternum secara
langsung maju menjauhi spinal, membentuk jarak anteroposterior dada ± 20% lebih besar
selama inspirasi maksimal daripada ekspirasi. Oleh karena itu otot-otot yang meninggikan
iga dapat diklasifikasikan sebagai otot inspirasi dan otot yang menurunkan iga sebagai otot
ekspirasi. Otot yang paling penting untuk mengangkat iga adalah M. Intercostalis eksterna
(Guyton & Hall, 1996).
Uji fungsi paru terbagi atas dua kategori, yaitu uji yang berhubungan dengan
ventilasi paru dan dinding dada, serta uji yang berhubungan dengan pertukaran gas. Uji
fungsi ventilasi termasuk pengukuran volume paru-paru dalam keadaan statis atau dinamis.
Uji fungsi paru ini dapat memberikan informasi yang berharga mengenai keadaan paru,
walaupun tidak ada uji fungsi paru yang dapat mengukur semua kemungkinan yang ada.
Metode sederhana untuk meneliti ventilasi paru adalah merekam volume pergerakan udara
yang masuk dan keluar dari paru, dengan proses yang dinamakan spirometri, dengan
menggunakan spirometer. Dari spirometri didapatkan dua istilah yaitu volume dan
kapasitas paru (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970).

2.3 VOLUME DAN KAPASITAS PARU


2.3.1 Volume Paru
Berdasarkan gambar di atas, volume paru terbagi menjadi :
1) Volume paru statik
 Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap
kali pernapasan normal. Besarnya ± 500 ml pada rata-rata orang dewasa.
 Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah
volume tidal, dan biasanya mencapai ± 3000 ml.
 Volume Cadangan Eskpirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan
dengan ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal
besarnya ± 1100 ml.
 Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru
setelah ekspirasi kuat. Besarnya ± 1200 ml (Guyton & Hall, 1996; Astrand,
1970).

2) Volume Paru Dinamis


Merupakan volume paru yang diukur pada orang coba yang bernapas aktif
dan dengan kekuatan penuh. Volume Paru dinamis terdiri dari :
 FEV1 ( Forced Expiratory Volume one second )
Merupakan volume udara yang dikeluarkan maksimal selama detik pertama
ekspirasi setelah inspirasi maksimal.
 FEV2 ( Forced Expiratory Volume two second )
Merupakan volume udara yang dikeluarkan maksimal selama dua detik ekspirasi
setelah inspirasi maksimal. (jarang dipakai)
 FEV3 ( Forced Expiratory Volume three second )
Merupakan volume udara yang dikeluarkan maksimal selama detik pertama
ekspirasi setelah inspirasi maksimal.
 KPM ( Kapasitas Pernapasan Maksimal ) atau Maximal Breathing Capacity
(MBC) atau Maximal Voluntary Volume (MVV)
Merupakan jumlah udara yang keluar masuk paru maksimal selama satu menit.
KPM berbeda dengan Minute Volume yang merupakan jumlah udara yang keluar
masuk paru selama satu menit dengan pernapasan biasa (tidal).

2.3.2 Kapasitas Paru


Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi
menjadi empat bagian, yaitu:
 Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi.
Besarnya ± 3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang
mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru sampai jumlah
maksimum.
 Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume
residu. Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam
paru pada akhir eskpirasi normal.
 Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal +
volume cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara
maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru
secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.
 Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya ±
5800 ml, adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar mungkin
dengan inspirasi paksa (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970). Volume dan
kapasitas seluruh paru pada wanita ± 20 – 25% lebih kecil daripada pria, dan
lebih besar pada atlet dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang
bertubuh kecil dan astenis (Guyton & Hall, 1996).

2.3.3 Makna dari Volume dan Kapasitas Paru


Pada orang normal volume udara dalam paru bergantung pada bentuk dan
ukuran tubuh. Posisi tubuh juga mempengaruhi volume dan kapasitas paru, biasanya
menurun bila berbaring, dan meningkat bila berdiri. Perubahan pada posisi ini
disebabkan oleh dua factor, yaitu kecenderungan isi abdomen menekan ke atas
melawan diafragma pada posisi berbaring dan peningkatan volume darah paru pada
posisi berbaring, yang berhubungan dengan pengecilan ruang yang tersedia untuk
udara dalam paru (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970). Faktor utama yang
mempengaruhi kapasitas vital adalah bentuk anatomi tubuh, posisi selama pengukuran
kapasitas vital, kekuatan otot pernapasan dan pengembangan paru dan rangka dada
(Compliance paru). Penurunan kapasitas paru dapat disebabkan oleh kelumpuhan otot
pernapasan, misalnya pada penyakit poliomyelitis atau cedera saraf spinal,
berkurangnya compliance paru, misalnya pada penderita asma kronik, tuberkulosa,
bronchitis kronik, kanker paru dan pleuritis fibrosa dan pada penderita penyakit
bendungan paru, misalnya pada payah jantung kiri (Guyton, 1994).

2.4 SPIROMETER

Spirometer merupakan perangkat pengukur volume udara pernapasan yang


berfungsi untuk mengetahui kondisi paru manusia saat bernapas dalam jangka waktu
tertentu dengan melakukan perekaman jumlah udara keluar (ekspirasi) dan masuk
(inspirasi) ke dalam paru-paru manusia. Pemeriksaan faal paru dengan spirometer dapat
menggambarkan beberapa segi keadaan paru. FEV1 merupakan pemeriksaan yang dapat
menunjukkan kelainan obstruktif pada saluran nafas. Sedangkan VC akan menunjukkan
kelainan yang bersifat restriktif, yang bisa terjadi karena pengurangan jaringan paru yang
berfungsi, terbatasnya pengembangan dinding toraks dan atau gerakan diafragma. Faal
paru dinyatakan masih dalam batas normal bila hasil pemeriksaan didapatkan deviasi
sampai 20% dari harga yang diperkirakan (predicted value).
Harga yang diperkirakan (predicted value) disesuaikan dengan tinggi dan berat
badan, dapat dilihat dari tabel. Kelainan bersifat ringan bila hasil pemeriksaan kurang dari
70% dari yang diperkirakan, dan bersifat sedang bila hasilnya kurang dari 60% serta berat
bila kurang dari 50%. Dengan demikian pemeriksaan faal paru selain menunjukkan
kelainan fisiologik yang ada, juga menunjukkan kelainan fungsional secara kuantitatif
disamping juga dapat memberikan data-data studi pengamatan (follow-up study) secara
obyektif dari sifat penyakitnya serta manfaat pengobatan yang diberikan. Dari hasil
pemeriksaan faal paru dengan spirometer yang dapat menunjukkan berat ringannya
kelainan yang ada, serta mengerti dan mengetahui perubahan patofisiologi pasca bedah,
maka dapat diidentifikasi kemungkinan bakal terjadinya risiko paru akibat pembedahan
torak dan bukan-toraks. Dengan demikian maka penilaian hasil-hasil pemeriksaan dengan
spirometer ini merupakan dasar evaluasi faal paru secara kuantitatif sebelum pembedahan.
Walaupun FEV1 dan FVC (Force Vital Capacity) diketahui dapat mencerminkan faal paru
pada umumnya, banyak ahli menunjukkan pula peranan pemeriksaan lainnya yang harus
diperhatikan.
Dalam bernapas keluar (ekspirasi) tekanan udara dalam paru berada di bawah
tekanan atmosfer, sehingga udara pada tekanan atmosfer dipaksa masuk ke dalamnya.
Sedangkan selama penyedotan tenang (inspirasi), tekanan relatif paru berkisar -7 cmHg,
sehingga tekanan mutlak paru 1023 cmH2O bila tekanan atmosfernya 1030 cmH2O.
Volume dinamik digunakan untuk menentukan adanya obstruksi jalan napas karena
meningkatnya tahanan jalan napas yang mengakibatkan kecepaan aliran udara keluar paru
akan berkurang. Hal tersebut akan terlihat pada berkurangnya parameter volume dinamik.
Ada 2 macam kelainan yang mungkin terjadi pada saluran napas, antara lain sebagai
berikut:
A. Obstruksi
Obstruktif merupakan gangguan akibat adanya penurunan aliran udara mulai dari
saluran nafas bagian atas sampai bronkiolus berdiameter kurang dari 2
mm ditandai dengan penurunan VEP1, VEP1/KVP, kecepatan aliran udara pada
ekspirasi. Pemeriksaan VEP1 dan rasio VEP1/KVP merupakan
pemeriksaan yang standar, sederhana, dapat diulang dan akurat untuk menilai
obstruksi saluran nafas. Pada obstruksi terdapat tonjolan dinding saluran napas
kearah lumen, yang terganggu yaitu kecepatan aliran udara pernapasan. Dapat
dideteksi dengan pengukuran FEV1 dan KPM.
B. Restriksi
keadaan ini menunjukkan adanya penyakit paru atau dari luar yang menyebabkan
kapasitas vital berkurang, khususnya kapasitas total paru. Dengan berkurangnya
kapasitas vital maka proporsi VEP1 juga menurun, sebagai hasilnya VEP1/KVP
(%) jadi menurun. Kapasitas paru kurang dari 80% nilai dugaan merupakan baku
emas untuk menentukan penyakit paru restriksi. Jaringan elastic peribronchial
diganti denagn jaringan ikat, yang terganggu yaitu pengembangan saluran napas.
Dapat dideteksi dengan pengukuran VC dan FVC. Nilai volume paru dan kapasitas
maksimal pernapasan pada manusia dengan perangkat spirometer, akan ditunjukkan
sebagai hasil akhir yang berbentuk grafik sehingga selanjutnya dilakukan
pembacaan. Sedangkan perhitungan manual dapat dilakukan dengan standard yang
telah ditentukan.
Standard volume paru:
 Laki-Laki
VC ={−5,44+ ( 0,061 ×Umur ) + ( 0,048 × TB ) }
 Perempuan
VC ={−3,37+ ( 0,028 ×Umur )+ ( 0,036× TB ) }

Standard Kapasitas Pernapasan Maksimal:


 Laki-Laki
KPM ={(86,5−( 0,522 ×Umur ) )× Luas Badan }
 Perempuan
KPM ={(71,3−( 0,474 × Umur )) × Luas Badan}

C. Kombinasi obstruktif dan restriktif atau bentuk campuran


Hal ini terjadi juga karena proses patologi yang mengurangi volumeparu, kapasitas
vital dan aliran, yang juga melibatkan salurannafas. Rendahnya VEP1/KVP (%)
merupakan suatu indikasi obstruktif saluran nafas dan kecilnya volume paru
merupakan suatu restriktif. Beberapa kerusakan dapat menghasilkan bentuk
campuran obstruktif dan restriktif, seperti penyakit parenkim paru yang melibatkan
fibrosis pada saluran nafas, sehingga terjadi obstruktif, misalnya adalah penyakit
tuberkulosis paru.
BAB 3

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan bahan


1) Komputer atau laptop
2) Software physioEx 9.0 : Labolatory stimulation in physiology

3.2 Prosedur kerja


3.2.1 Kegiatan 1 (Spirometer)
1) Bukalah software PhysioEx dan klik Exercise 7: Respiratory System
Mechanics
2) Klik activity 2. Comparative Spirometry
3) Klik introduction dan jawablah pre-lab quiz
4) Klik tab Experiment dan mulailah melakukan percobaan
5) Ikuti instruksi percobaan dalam software. Catatlah hasil percobaan
yang dilakukan dan istilah tabel dibawah.
3.2.2 Kegiatan 2 (Pengukuran Volume Paru dan Menghitung Kapasitas Paru
1) Bukalah software PhysioEx dan klik Exercise 7: Respiratory System
Mechanics
2) Klik activity 1. Measuring Respiratory Volumes and Calculating
Capacities
3) Klik introduction dan jawablah pre-lab quiz
4) Klik tab Experiment dan mulailah melakukan percobaan
5) Ikuti instruksi percobaan dalam software. Catatlah hasil percobaan
yang dilakukan dan istilah tabel dibawah.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN

Berikut adalah hasil kegiatan praktikum kegiatan 1 dan 2.

Tabel 4.1 Kegiatan 1 (Spirometer)

Patient type TV ERV IRV RV FVC TL FEV1 FEV1


(ml) (ml) (ml) (ml) (ml) C (ml) (%)
(ml)

Normal 500 1500 3000 1000 5000 6000 4000 80%

Emphysema 500 750 2000 2750 3250 6000 1625 50%

Acute asthma attack 300 750 2700 2250 3750 6000 1500 40%

Plus inhaler 500 1500 2800 1200 4800 6000 3840 80%

Moderate exercise 1875 1125 2000 1000 - 6000 - -

Heavy exercise 3650 750 600 1000 - 6000 - -

Tabel 4.2 Kegiatan 2 (Pengukuran Volume Paru dan Menghitung Kapasitas Paru)

Radiu Flow TV ERV IRV RV VC FEV1 TLC Breath


s (mm) (ml/min) (ml) (ml) (ml) (ml) (ml) (ml) (ml) rate

5.00 7485 - - - - - - - 15

5.00 7500 500 1200 3091 1200 4791 3541 5991 15

4.50 4920 328 787 2028 16113 3143 2303 4756 15

4.00 3075 205 492 1266 1908 1962 1422 3871 15

3.50 1800 120 288 742 2112 1150 822 3262 15

3.00 975 65 156 401 2244 621 436 2865 15

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Pembahasan Tabel Hasil Praktikum

Kegiatan 1 (Spirometer):
Pada kegiatan 1 dilakukan percobaan pada pasien tipe normal, emphysema,
acute asthma attack, plus inhaler, moderate exercise dan heavy exercise. Pasien
dengan emphysema nilai ERV, IRV, FVC, FEV1 menurun, nilai RV meningkat,
dan nilai TV dan TLC tetap. Pada pasien dengan acute asthma attack ditemukan
nilai TV, ERV, IRV, FVC, FEV1 menurun, nilai RV meningkat dan nilai TLC
tetap. Pada pasien dengan plus inhaler nilai IRV, FVC, FEV1 menurun, nilai RV
meningkat dan nilai TV, ERV, TLC tetap. Pada pasien dengan moderate exercise
nilai ERV, IRV menurun, nilai TV meningkat, dan nilai RV, TLC tetap. Pada
pasien dengan heavy exercise nilai ERV, IRV menurun, nilai TV meningkat, dan
nilai RV, TLC tetap.

Kegiatan 2 (Pengukuran Volume Paru dan Menghitung Kapasitas Paru):

Pada kegiatan 2 dilakukan percobaan perbedaan radius pernapasan dengan


menggunakan alat spirometer. Pada radius 5.00 mm aliran udara 7500 ml/mm, nilai TV
500 ml, nilai ERV 1200 ml, nilai IRV 3091 ml, nilai RV 1200 ml, nilai VC 4791 ml, nilai
FEV1 3541 ml dan nilai TLC 5991 ml. Pada radius 4.50 mm aliran udara 4920 ml/mm,
nilai TV 328 ml, nilai ERV 787 ml, nilai IRV 2028 ml, nilai RV 1613 ml, nilai VC 3143
ml, nilai FEV1 2303 ml dan nilai TLC 4756 ml. Pada radius 4.00 mm aliran udara 3075
ml/mm, nilai TV 205 ml, nilai ERV 492 ml, nilai IRV 1266 ml, nilai RV 1908 ml, nilai VC
1962 ml, nilai FEV1 1422 ml dan nilai TLC 3871 ml. Pada radius 3.50 mm aliran udara
1800 ml/mm, nilai TV 120 ml, nilai ERV 288 ml, nilai IRV 742 ml, nilai RV 2112 ml,
nilai VC 1150 ml, nilai FEV1 822 ml dan nilai TLC 3262 ml. Pada radius 3.00 mm aliran
udara 975 ml/mm, nilai TV 65 ml, nilai ERV 156 ml, nilai IRV 401 ml, nilai RV 2244 ml,
nilai VC 621 ml, nilai FEV1 436 ml dan nilai TLC 2865 ml.

4.2.2 Pembahasan Soal Review Sheet Result

Kegiatan 1 (Spirometer):
1. Apa volume paru yang berubah (dari pasien normal) di spirogram pada pasien
dengan emphysema? Mengapa terdapat perubahan pada volume paru tersebut?
Bandingkan hasilnya dengan perkiraan Anda?
Jawaban:
Volume paru yang berubah pada pasien emphysema adalah ERV, IRV, FVC, FEV1
menurun dan RV meningkat dari normal. Penyakit pada emfisema terdapat saluran
napas yang kolaps dan dinding alveolinya rusak sehingga respirasinya tidak
maksimal. Perubahan elastisitas ini membuat keseimbangan baru yang merubah
kemampuan paru untuk mengembang dan mengempis , sehingga volume inspirasi
dan ekspirasinya pasti berbeda. Perkiraan saya penyakit emfisema ini
menghasilakan keseimbangan baru karena berkurangnya elastisitas paru , sehingga
akan terjad perubahan volume udara.

2. Pada pasien dengan emphysema, volume paru yang mana terlihat lebih besar
perubahannya? FVC atau FEV1 ?
Jawaban:
Pada pasien emphysema, volume paru yang paling besar perubahannya adalah
FEV1 dari 4000 ml menjadi 1625 ml.
3. Apa volume paru yang berubah (dari pasien normal) di spirogram pada pasien
dengan serangan asma akut? Mengapa terdapat perubahan pada volume paru
tersebut? Bandingkan hasilnya dengan perkiraan Anda?
Jawaban:
Volume paru yang berubah pada pasien dengan serangan asma akut adalah TV,
ERV, IRV, FVC, FEV1 menurun dan RV meningkat.Berbeda, jika pada pasien
dengan serangan asma akut nilai TV-nya menurun tapi pada pasien emphysema
tetap. Hal ini terjadi dikarenakan menebalnya dinding saluran napas karena edema
dan peradangan yang dipicu histamin, hiperresonpsive saluran napas yang
menyebabkan konstriksi dan mengakibatkan spasme otot polos yang diinduksi oleh
pemicu didinding saluran pernapasan.Perkiraan saya , penyakit asma ini akan
merubah volume paru pada inspirasi dan ekspirasi , karena jika saluran napas
terjadi konstriksi maka aliran pernapasan semakin kecil dan semakin lambat.

4. Apakah serangan asma akut berbeda dengan emphysema?


Jawaban:Berbeda, pada asma akut TV nya lebih rendah dibandingkan dengan
emfisema tetapi , pada emfisema IRV dan FVC lebih rendah daripada asma akut .
RV pada asma akut juga lebih rendah daripada emfisema

5. Deskripsikan pengaruh obat pada pasien asma? Apakah nilai volume parunya pada
spirogram menjadi normal? Bandingkan hasilnya dengan perkiraan Anda?
Jawaban:
Pada pasien dengan asma yang sudah diberi obat inhaler ada beberapa nilai volume
paru yang balik menjadi normal kembali yaitu TV dan IRV. Nilai IRV, RV, FVC
dan FEV1 tidak kembali persis seperti normal, namun nilainya mendekati normal
jika dibandingkan dengan volume paru pada normal. Perkiraan saya obat plus
inhaler yang diberikan kepada pasien asma akan membantu memberi keseimbangan
baru pada volume udara yang mendekati normal . Jadi akan terdapat perubahan
kembali volume inspirasi dan ekspirasi dengan nilai yang mendekati normal.

6. Berapa banyak kenaikan FEV1 yang Anda pikirkan karena perbaikan dari obat-
obatan?
Jawaban:
Menurut saya 100% , namun masih terdapat perubahan kembali kenormal yang
nilainya mendekati. Pada FEV1 masih terlihat perbedaan 160ml mendekati normal.

7. Pada olahraga aerobik sedang, apa yang berubah dari pernapasan normal? ERV
atau IRV? Bandingkan hasilnya dengan perkiraan Anda?
Jawaban:
Ketika seseorang melakukan olahraga nilai ERV dan IRV mengalami penurunan.
Menurut perkiraan saya dari percobaan , nilai ERV dan IRV meningkat karena
membutuhkan oksigen yang lebih untuk berolahrga.

8. Bandingan rata-rata pernapasan selama bernafas normal, olahraga sedang, dan


olahraga berat?
Jawaban:
Tidak bisa dibandingkan, karena pada orang yang melakukan olahraga sedang dan
nilai FVC dan FEV1 tidak dihitung .
Kegiatan 2 (Pengukuran Volume Paru dan Menghitung Kapasitas Paru):

1. Apa contoh dalam kehidupan sehari-hari ketika kita melakukan ERV?


Jawaban:
Contohnya adalah udara kotor yang masuk kedalam pernapasan , udara kotor
tersebut akan kita keluarkan semuanya ERV untuk mengganti dengan udara baru
yang lebih bersih IRV.
2. Apa saja otot skelet yang terlibat dalam aktivitas ERV?
Jawaban:
Otot-otot pada aktivitas ERV adalah otot abdomen yang meningkatkan tekanan
intra-abdomen sehingga menimbulkan gaya ke atas diafragma dan otot interkostalis
internal yang berfungsi untuk mengembalikan tulang iga menjadi seperti semula
menekan dari anterior parunya agar udara keluar.

3. Bagaimana FEV1 (%) ketika di radius 5,00 mm?


Jawaban:
FEV1 (%) ketika radius 5,00 mm terjadi penurunan dari 80% menjadi 70,8%

4. Apa yang terjadi pada FEV1 (%) saat radius jalan nafas menurun? Bandingkan
hasilnya dengan perkiraanmu?
Jawaban:
Radius jalan nafas menurun, maka FEV1 (%) semakin menurun. Perkiraan saya
sama , jika terjadi penurunan jalan nafas maka FEV1 nya juga akan menurun

5. Jelaskan mengapa hasil dari percobaan ini menyimpulkan adanya obstruksi,


daripada restriksi ataupun permasalahan paru lainnya?
Jawaban:
Obstruksi ditandai dengan menurunnya nilai FEV1 secara signifikan, sedangkan
pada restriksi tidak hanya nilai FEV1 yang menurun tetapi nilai VC dan FVC juga
menurun.
BAB 5

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Praktikum ini menunjukkan bahwa pada keadaan penyakit paru dapat
dideteksi dengan pemeriksaan menggunakan alat spirometer dengan melihat nilai-
nilai volume paru dibandingkan dengan normal. Volume dan kapasitas paru
berubah sesuai dengan radius jalan nafasnya, semakin kecil radius jalan nafas maka
semakin menurun nilai-nilai dari kemampuan , kapasitas dan volume paru.

5.2 SARAN
Praktikum ini sudah bagus , tetapi akan bagus jika kita mencoba dengan
bereksperimen langsung seperti olahraga atau mencoba dengan seseorang mengidap
penyakit sehingga kita tau bagaimana dari reaksi mereka dan cara pernapasan
mereka , suara bernapas mereka , dan reaksinya.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur, C. (2006). Textbook of Medical Physiology, 11th ed. Elsevier, Inc:
Pennsylvania.

Anda mungkin juga menyukai