Anda di halaman 1dari 11

Saraf parasimpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan

(medula oblongata) dan dari sakrum yang merupakan saraf pre-ganglion dan postganglion. Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral,
karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Fungsi saraf
parasimpatik umumnya memperlambat kerja organ-organ tubuh. Susunan saraf
parasimpatik berupa jaring- jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang
tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh
susunan saraf simpatik.
Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi
sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat
denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut
jantung. Berikut adalah fungsi dari sistem saraf parasimpatik.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Menghambat denyut jantung


Memperlebar diameter pembuluh darah
Mempercepat proses pencernaan
Memperlebar bronkus
Menaikkan tekanan darah
Mempercepat gerak peristaltis
Mempersempit pupil
Mempercepat sekresi empedu
Menaikkan sekresi ludah
10 Meninurunkan sekresi adrenalin.

Beberapa contoh obat yang bekerja pada sistem saraf otonom


Simpatomimetik :
1. Amfetamin
Amfetamin atau Amphetamine atau Alfa-Metil-Fenetilamin atau beta-fenilisopropilamin, atau benzedrin, adalah obat golongan stimulansia (hanya dapat
diperoleh dengan resep dokter) yang biasanya digunakan hanya untuk mengobati
gangguan hiperaktif karena kurang perhatian atau Attention deficit hyperactivity
disorder (ADHD) pada pasien dewasa dan anak-anak. Juga digunakan untuk
mengobati gejala-gejala luka-luka traumatik pada otak dan gejala mengantuk pada
siang hari pada kasus narkolepsi dan sindrom kelelahan kronis
2. Efedrin
Efedrina (En: Ephedrine; EPH) adalah simpatomimetic amine yang umumnya
dipakai sebagai stimulan, penekan nafsu makan, obat pembantu berkonsentrasi,
pereda hidung tersumbat dan untuk merawat hypotensi yang berhubungan dengan
anaesthesia. Efedrina mempunyai struktur yang sama dengan turunan sintetis
amphetamine dan methamphetamine. Secara kimia, senyawa ini adalah alkaloid yang
diturunkan dari berbagai tumbuhan bergenus Ephedra (keluarga Ephedraceae). Bahan
ini secara umum dipasarkan dalam bentuk hidroclorida dan sulfat
Simpatolitik
1. Propanolol
Propranolol adalah non-selektif beta blocker terutama digunakan dalam pengobatan
hipertensi
.
Merupakan
blocker
beta
pertama
yang
berhasil

dikembangkan. Propranolol tersedia dalam bentuk generik sebagai propranolol


hidroklorida.
Parasimpatomimetik
1. Neostigmin
Neostigmin merupakan antikolinesterase yang digunakan untuk relaksasi otot sampai
relaksasi otot non depolarisasi (anastesi). Anti kolinesterase melawan efek obat
pelemas otot non depolarisasi (kompetitif) seperti pankuronium, tetapi
antikolinesterase memperlama kerja pelemas otot depolarisasi suksometonium.
Neostigmin lama kerjanya lebih lama daripada endrofonium. Neostigmin adalah obat
spesifik untuk melawan blokade non depolarisasi (kompetitif). Neostigmin bereaksi
dalam 1 menit pada injeksi IV dan bertahan selama 20 -30 menit, mungkin diperlukan
dosis kedua. Neostigmin juga dikombinasikan dengan atropin untuk mencegah
bradikardia dan saliva berlebihan. Miastenia gavis adalah sindroma yang ditandai
dengan lemah otot yang berat sehingga menyerupai kelumpuhan otot progresif tanpa
gangguan perasaan atau atropi yang dapat menyerang setiap otot, terutama otot
kelopak mata, otot tengkuk, otot kunyah, otot pipi dan otot anggota badan. Digunakan
untuk mengobati Miastenia gravis ketika obat oral tidak memungkinkan. Distensi
sesudah operasi dan retensi urin sesudah penyumbatan mekanik. Memperbaiki efek
blok neuromuskulus non depolarisasi sesudah operasi
Parasimpatolitik
1. Atropin
Atropin adalah senyawa alam terdiri dari amine antimuscarinic tersier. Atropin adalah
antagonis reseptor kolinergik yang diisolasi dari Atropa belladona L, Datura
stramonium L dan tanaman lain keluarga Solanaceae. Meringankan gejala gangguan
pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot polos (antispasmodic);
mydriasis dan cyclopedia pada mata; premedikasi untuk mengeringkan sekret
bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi dan anestesia inhalasi;
mengembalikan bradikardi yang berlebihan; bersama dengan neostigmin untuk
mengembalikan penghambatan non-depolarising neuromuscular, antidote untuk
keracunan organophosphor ; cardiopulmonary resucitation.
2. Trihexyphenidil
Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada
perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini
bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral
terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi
pada dosis toksik.

Read more: Anatomi,Fisiologi dan Farmakologi Sistem Saraf


http://easthomas.blogspot.com/2010/10/sistem-otonom-ini-dibagi-menjadisistem.html#ixzz3N4Pbd6la

Otonom

Sistem saraf parasimpatis adalah bagian saraf otonom yang berpusat dibatang otak
dan bagian kelangkang sumsum belakang yang mempunyai dua reseptor terhadap
reseptor muskarinik dan reseptor nikotik.
Susunan saraf parasimpatis disebut sebagai syaraf kolinergik karena bila dirangsang
ujung sarafnya akan melepaskan asetilkolin (Ach). Dan Efek asetilkolin ini adalah:
Jantung: Denyut diperlambat, Arteri koronari: Kontriksi, Tekanan darah: Turun, Pupil
mata: Kontriksi, S.P.M: Peristaltik bertambah.

A. Sistem Saraf
Sistem saraf adalah sistem organ yang terdiri atas sel neuron yang mengkoordinasikan
aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau menghentikan masukan dari indra,
mengaktifkan aksi, dan mempertahankan kelangsungan hidup melalui berbagai
mekanisme sehingga tubuh tetap mencapai keseimbangan. Sedangkan cabang dari
ilmu kedokteran yang menangani kelainan pada sistem saraf adalah neurologi.
Sistem saraf tak sadar (otonom)
a) Sistem saraf simpatik
b) Sistem saraf parasimpatik
Kedua saraf tersebut bersifat antagonis. Jika saraf simpatik menyebabkan kontraksi
pada suatu efektor, saraf parasimpatik menyebabkan relaksasi pada efektor tersebut.
Mekanisme kerja seperti itu bertujuan agar proses-proses di dalam tubuh berjalan
dengan normal. Contoh pengaruh saraf simpatik dan parasimpatik terhadap efektor
adalah saraf simpatik menyebabkan kecepatan dan volume kecepatan jantung
bertambah, sedangkan saraf parasimpatik menyebabkan kecepatan volume kecepatan
jantung berkurang.

B. Sistem Saraf Otonom


Sistem otonom ini dibagi menjadi sistem simpatis dan parasimpatis secara anatomi,
fungsional, dan alasan farmakologis yang luas. Secara anatomis, sistem saraf simpatik
memiliki motor cell station di substansia gresia lateral torakalis dan dua segmen
teratas lumbal dari sumsum tulang belakang. Sistem parasimpatis berjalan sepanjang
saraf kranial III, VII, IX dan X, dan sakral outflow, dengan cell station di segmen
kedua, ketiga kadang-kadang segmen keempat sakral.
Menurut fungsinya, sistem saraf simpatis berhubungan erat dengan reaksi stress
tubuh. ketika saraf ini dirangsang, terjadi pupil dilatasi, konstriksi pembuluh darah
perifer, penigkatan pemakaian oksigen dan denyut jantung, dilatasi bronkus,
menurunkan aktivitas viseral dengan menghambat peristaltik dan peningkatan
kekuatan sfingter, proses glikogenolisis dihati, menstimulasi medula supradrenal dan
berkeringat dan piloereksi. saraf simpatik pelvis menghambat kontraksi vesika
urinaria.
Aliran darah koroner meningkat, sebagian disebabkan oleh efek langsung simpatis
dan sebagian disebabkan oleh faktor tidak langsung yang termasuk kontraksi jantung
yang kuat, menurunnya sistole, diastole relatif meningkat dan peningkatan konsentrasi
metabolit vasodilator.
Sistem saraf simpatis berefek antagonis terhadap sistem simpatis. perangsangannya
menyebabkan konstirksi pupil, penurunan frekwensi, hantaran dan respon rangsangan
otot jantung, peningkatan peristaltik usus dengan relaksasi spingter . tambahan pada
sistem parasimpatis pelvis menghambat spingter internal vesika urinaria.
Sistem saraf simpatis mempunyai efek yang luas, menstimulasi banyak organ yang
menimbulkan respon yang bervariasi. berbanding terbalik dengan aktivitas
parasimpatis yang biasanya tidak menyeluruh dan terlokalisir. perbedaan ini dapat
dijelaskan, setidaknya sebagian, oleh perbedaan secara anatomi yang telah
diterngkan sebelumnya.
Sistem saraf perifer dapat bekerja secara sinergis contohnya reflek penurunan detak
jantung sebagian disebabkan oleh rangsangan vagal dan sebagian karena penurunan
rangsangan simpatis. beberapa organ mendapat inervasi otonom hanya dari satu
sistem contohnya medulla supradrenal dan arteriol kutan hanya oleh saraf simpatis,
sedangkan sekresi lambung neorogenik seluruhnya dikontrol oleh sistem para
simpatis melalui saraf vagus.
C. Obat yang bekerja pada saraf parasimpatis
Sistem saraf parasimpatis adalah bagian saraf otonom yang berpusat dibatang otak
dan bagian kelangkang sum-sum belakang yang mempunyai dua reseptor terhadap
reseptor muskarinik dan reseptor nikotik.
Obat-obat yang yang termasuk kelompok obat sitem parasimpatik
* Asetilkolin (Ach)
* Fisostigmin(Eseri,Anticholium)
* Neostigmin(Prostigmin)
* Piridostigmin (Mestinon)
* Distigminbromida (ubretid)
Farmakokinetik
Ester kolin kurang diserap dan didistribusi kedalam SSP dari saluran cerna (kurang
aktif per oral),namun kepekaannya untuk di hidrolisa oleh kolinestrase sangat

berbeda.Asetilkolin sangat cepat dihidrolisa sehingga untuk mencapai efek yang


memuaskan obat ini harus diberikan melalui infus secara IV dalam dosis besar.efek
asetilkolin yang dibelikan dalam bentuk bolus besar IV diperoleh selama 5-20
detik,sedangkan suntikan IM dan SC hanya memberikan efek lokal. Metakolin lebih
tahan 3 kali terhadap hidrolisa dan dapat memberikan efek sistemik walaupun
diberikan secara SC.
Farmakodinamik
Aktifasi sistem saraf parasimpatis memodifikasi fungsi organ melalui 2 mekanisme
utama. Pertama, asetilkolin yang dilepas dari saraf para simpatis dapat mengaktifkan
reseptor muskarinik pada organ efektor unuk mengubah fungsinya secara langsung.
Kedua, asetilkolin yang dilepas dari saraf para simpatis dapat berinteraksi dengan
reseptor
muskarinik
pada
ujung
saraf
untukmenghambat
pelepasan
neurotransmiternya. Melalui mekanisme ini, asetilkolin yang dilepas dan
kemungkinan, mensirkulasi agonis muskarinik secara tidak langsung mengubah
fungsi organ dengan memodulasi efek para simpatis dan sistem saraf simpatis serta
kemungkinan juga sistem nonkolinergik, dan adrenergik.
Efek samping
Dapat menimbulkan banyak keringat, ludah, nause, muntah dan diare, yang
merupakan tanda naiknya tonus parasimpatikus.
Interaksi obat
Pemakain obat tidak dapat diberikan secara per-oral karena obat tersebut dihidrolisis
oleh asam lambung, karena cara kerjanya terlalu singkat sehingga segera dihancurkan
oleh asetilkolinestrase atau outirilkolinestrase.
D. Golongan Obat untuk Parasimpatis
Obat parasimpatis itu sendiri dibagi dalam 2 kelompok besar yakni:
A. Kolinergik
B. Antikolinergik
Kolinergik/ Parasimpatikomimetika
Sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi Susunan
Parasimpatis(SP), karena melepaskan Asetilkolin( Ach ) di ujung-ujung neuron.
dimana tugas utama SP adalah mengumpulkan energi dari makanan dan menghambat
penggunaannya, singkatnya asimilasi.
Efek kolinergis yang terpenting adalah:
o stimulasi pencernaan, dengan cara memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar
ludah dan getah lambung(HCl), juga sekresi air mata.
o memperlambat sirkulasi, dengan cara mnegurangi kegiatan jantung, vasodilatasi
dan penurunan tekanan darah.
o memperlambat pernafasan, dengan cara mengecilkan bronchi sedangkan sekresi
dahak diperbesar.
o kontraksi otot mata, dengan cara miosis( penyempitan pupil) dan menurunnya
tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.
o kontraksi kandung kemih dan ureter, dengan cara memperlancar pengeluaran urin
o dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.
o menekan SSP (Sistem Saraf Pusat), setelah stimulasi pada permulaan.

Setelah mengetahui efek obat kolinergis, kita akan beralih ke reseptor-reseptor


kolinergis yang merupakan tempat substrat obat menempel supaya "obat" dapat
menghasilkan efek yang kita inginkan.
Reseptor kolinergis dibagi 2 yakni:
1.
Reseptor Muskarin (M)
berada pada neuron post-ganglion dan dibagi 3 subtipe, yaitu Reseptor M1, M2, dan
M3 dimana masing-masing reseptor ini memberikan efek berbeda ketika dirangsang.
Muskarin (M) merupakan derivat furan yang bersifat toksik dan terdapat pada jamur
Amanita muscaria sebagai alkaloid.
Reseptor akan memberikan efek-efek seperti diatas setelah mengalami aktivasi oleh
neurotransmitter asetilkolin(Ach).
2.
Reseptor Nikotin (N)
berada pada pelat ujung-ujung myoneural dan pada ganglia otonom.
Stimulasi reseptor ini oleh kolinergik (neostigmin dan piridostigmin) yang akan
menimbulkan efek menyerupai adrenergik, berlawanan sama sekali. Misalnya
vasokonstriksi dengan naiknya tensi, penguatan kegiatan jantung, stimulasi SSP
ringan.
Efek Nikotin dari ACh juga terjadi pada perokok, yang disebabkan oleh jumlah kecil
nikotin yang diserap ke dalam darah melalui mukosa mulut.

Kerja Sistem Syaraf terhadap Jantung dan Pembuluh Darah


Bagian sistem syaraf yang berperan pada sistem kardiovaskular didominasi
oleh sistem syaraf otonom. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa sistem
syaraf otonom terbagi menjadi dua, yaitu syaraf simpatis dan syaraf parasimpatis.
Berikut ini adalah gambar yang menguraikan mengenai persyarafan simpatis dan
parasimpatis pada pembuluh darah.

Gambar di atas menunjukkan anatomi dari sistem syaraf otonom dalam


mengontrol sirkulasi. Serat saraf simpatis meninggalkan spinal cord melalui seluruh
syaraf spinal thorakal dan melalui satu atau dua serat syaraf lumbal yang kemudian
memasuki rantai simpatis yang setiap sisinya terdapat pada kolumna vertebralis.
Terdapat 2 rute untuk memasuki sirkulasi, pertama adalah melalui jalur syaraf
simpatis yang langsung menginervasi vaskularisasi pada organ-organ viseral dan
jantung dan yang kedua adalah melalui bagian peripheral dari syaraf spinal yang
memvaskularisasi daerah-daerah perifer. Pada gambar berikutnya, ditunjukkan bahwa
distribusi syaraf simpatis pada pembuluh darah mencakup arteri, arteriola, vena dan
venula. Inervasi pada arteri kecil dan arteriola menyebabkan syaraf simpatis mampu
menstimulasi pembuluh darah arteri untuk meningkatkan resistensi pad aliran darah
dan selanjutnya menurunkan aliran darah menuju ke jaringan.Inervasi pada pembuluh
darah vena, memungkinkan stimulasi syaraf simpatis untuk mengurangi volume pada
pembuluh darah ini. Hal ini akan menyebabkan darah terdorong ke dalam jantung dan
selanjutnya berperan dalam proses pengaturan pompa jantung, yang akan dibahas

selanjutnya. Syaraf simpatis pada jantung berperan dalam meningkatkan aktivitas


jantung, baik dalam hal meningkatkan detak jantung, meningkatkan kekuatan dan
volume untuk memompa.
Meskipun sistem syaraf parasimpatis berperan sangat penting dalam
pengaturan banyak fungsi autonom dalam tubuh, sebagai contoh untuk mengontrol
sistem gastrointestinal, parasimpatis juga memiliki peran pada regulasi sirkulasi,
meskipun tidak sedominan sistem syaraf simpatis. Salah satu efek terpentingnya pada
sirkulasi adalah mengontrol detak jantung melalui nervus vagus, yang berjalan dari
batang otak langsung menuju ke jantung. Sistem parasimpatik akan menyebabkan
penurunan pada detak jantung dan sedikit penurunan pada kontraktilitas otot jantung.

Pusat yang berperan dalam pengaturan impuls simpatis dan parasimpatis pada
pembuluh darah terletak di dalam otak yang dikenal sebagai pusat vasomotor
(Vasomotor center). Pusat vasomotor terletak pada substansi retikular pada medulla
dan bagian terendah ketiga pada pons. Pusat ini mengirimkan impuls parasimpatis
melalui nervus vagus ke jantung dan mengirimkan impuls simpatis melaui spinal cord
dan syaraf simpatis perifer yang selanjutnya akan menuju ke pembuluh darah arteri,
arteriola, dan vena.

Dalam kondisi normal, area vasokonstriktor pada pusat vasomotor


mengirimkan sinyal pada seluruh serat syaraf simpatis ke seluruh tubuh,
menyebabkan seluruh sinyal tersebar secara kontinu pada syaraf simpatis dengan
kecepatan 1,5-2 impuls per detik. Impuls inilah yang mengatur status kontraksi pada
pembuluh darah, yang dikenal sebagai tonus vasomotor (vasomotor tone).
Pada saat yang sama, dimana pusat vasomotor mengontrol konstriksi
pembuluh darah, pusat vasomotor juga mengontrol aktivitas jantung. Bagian lateral
dari pusat vasomotor mengirimkan impuls eksitatori melalui serat syaraf simpatis ke
jantung saat tubuh membutuhkan peningkatan detak jantung dan kontraktilitas.
Sebaliknya, pada saat tubuh membutuhkan penurunan detak jantung, bagian medial
dari pusat vasomotor mengirimkan sinyal ke nervus vagus yang kemudian akan
mentransmisikan impuls parasimpatik ke jantung sehingga terjadi penuruna detak
jantung dan kontraktilitas. Oleh karenanya, pusat vasomotor dapat meningkatkan dan
menurunkan aktivitas jantung. Detak jantung dan kekuatan kontraksi meningkat saat
vasokonstriksi terjadi dan penurunan terjadi saat vasokonstriksi dihambat.

Impuls yang dikirim syaraf simpatis ke jantung akan menyebabkan


peningkatan detak jantung (efek kronotropik), kecepatan transmisi pada jaringan
konduktive jantung (efek dromotropik) dan kekuatan kontraksi (efek inotropik).
Impuls yg dikirim melalui syaraf simpatis juga dapat menghambat efek dari
parasimpatis melalui nervus vagus. Kemungkinan melalui pelepasan neuropeptida Y,
yang berperan sebagai kotransmiter pada ujung syaraf simpatis.
3. Pengaturan Sistem Syaraf Otonom Pada Jantung
Jantung merupakan organ muskular yang berongga, berukuran sebesar kepalan
tinju dan berlokasi di rongga dada, pada garis tengah tubuh dengan sternum pada
bagian depan dan vertebra thoracalis pada bagian belakang. Walaupun secara anatomi
jantung manusia hanya ada satu, namun sisi kanan dan sisi kiri jantung berfungsi
sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung terbagi menjadi dua bagian, kanan dan kiri
dengan empat ruang di dalamnya. Dua ruangan di atas disebut dengan atrium dan dua
ruangan di bawah disebut dengan ventrikel. Pembuluh darah yang membawa darah
dari jaringan kembali ke jantung disebut dengan vena dan yang membawa darah dari
jantung ke jaringan disebut dengan arteri.1
Jantung diinervasi oleh dua divisi dari sistem saraf otonom, yang dapat
mengubah kecepatan (dan juga kekuatan) kontraksi, walaupun rangsangan saraf tidak
dibutuhkan untuk memulai kontraksi. Saraf parasimpatis jantung, nervus vagus,
mempersarafi atrium terutama SA node dan AV node. Persarafan parasimpatis untuk
ventrikel hanya sedikit. Saraf simpatis jantung juga mempersarafi atrium termasuk SA
node dan AV node dan juga secara dominan mempersarafi ventrikel.1

Anda mungkin juga menyukai