Anda di halaman 1dari 11

SKENARIO 3

MENGGIGIL DI SERTAI DEMAM

KELOMPOK A-7
Ketua

Fitri Permatasari

( 1102012089 )

Sekertaris

Intan Nurul Hikmah

( 1102011128 )

Anggota

Dika Cahaya Putri

( 1102012065)

Aditya Wicaksono

( 1102012007 )

Aprilia Aqmarina Indah

( 1102012026 )

Bayyuni Izzat Nabillah

(1102012042 )

Haya Farah Khansa

( 1102012110 )

Indrayanti

( 1102012126 )

Iqbal Hakkiki

( 1102012132 )

Luthfi Nur Hanfan

( 1102012147 )

FAKULTAS KEDOTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2012/2013

SKENARIO 3
MENGGIGIL DI SERTAI DEMAM

Seorang laki-laki 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan utama dengan


sejak satu minggu yang lalu. Demam dirasakan setiap dua hari sekali. Setiap kali
demam di dahului dengan menggigil dan diakhiri berkeringan. Setelah demam hilang
tubuhnya terasa bugar kembali. Beliau baru kembali dari melakukan studi lapangan di
sumatera selatan selama dua minggu. Setelah melakukan pemeriksaan sedian hapus
darah tepi, dokter mengatakan belia terinfeksi Plasmodium Vivax.

Unfamiliar terms

Sedian hapus darah tepi : menilai untuk berbagai sel darah merah, leukosit,
trombosit dan mencari adanya parasite.

Menggigil : mekanisme pertahanan tubuh alami untuk menjaga agar tubuh


tetap hangat.

Plasmodium Vivax : satu dari empat spesies malaria yang menyerang manusia
di bawa oleh nyamuk anopheles betina

Pertanyaan
1. Mengapa demam dirasakan setiap dua hari sekali?
2. Bagian darah mana yang di ambil untuk memeriksa sedian hapus darah tepi?
3. Menggapa setiap kali demam di awali dengan menggigil dan di akhiri dengan
berkeringat?
4. Bagaimana menegakkan diagnosis plasmodium vivax?
5. Bagaimana prognosis dari penyakit yang di karnakan oleh plasmodium vivax?
6. Berapa lama masa inkubasi penyakit yang disebabkan oleh plasmodium
vivax?
Jawaban
1. Beberapa kelompok parasite masing-masing mempunyai saat sporolasi
tersendiri sehingga demam tidak teratur. Demam meninggi pada pagi dan sore
hari, menurun pada siang dan malam hari.
Pada saat parasite masuk kedalam tubuh manusia, tubuh akan menyesuaikan
diri dengan meningkatnya suhu tubuh dan menyebabkan demam tidak teratur.
Ketika parasite masuk terjadi siklus sporolasi (skizon pecah) sehingga demam
teratur.
2. - darah kapiler : tanpa koagulan
- darah vena : dengan koagulan EDTA dengan perbandingan 1ml/cc darah.
3. Respon pertahanan tubuh, menggigil adalah manifestasi klinis pra-eritrosit,
setelah panas turun uap panas keluar sebagai keringat.
4. - pemeriksaan fisik : demam dan menggigil
- pemeriksaan penunjang : pemeriksaan sediaan hapus darah tepi
5. baik, kalau tidak di obati bias terinfeksi berlangsung selama 3 tahun, bias
terkena komplokasi bahkan kematian.
6. Masa inkubasi plasmodium vivax adalah 8-14 hari.

SASARAN BELAJAR
LI.1 Memahami dan Menjelaskan Tentang Malaria
LO.1.1 Definisi malaria
LO.1.2 Epidemiologi malaria
LO.1.3 Etiologi malaria
LO.1.4 Patogenesis malaria
LO.1.5 Manifestasi klinis mlaria
LO.1.6 Diagnosis malaria
LO.1.7 Komplikasi malaria
LO.1.8 Prognosis malaria
LO.1.9 Penatalaksanaan malaria
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Plasmodium Vivax
LO.2.1 Definisi Plasmodium Vivax
LO.2.2 Morfologi Plasmodium Vivax
LO.2.3 Klasifikasi Plasmodium Vivax
LO.2.4 Siklus hidup Plasmodium Vivax

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Tentang Malaria


LO.1.1 Definisi malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit( protozoa ) dari
genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Istilah
malaria diambil dari dua kata dari bahasa Italia, yaitu Mal ( buruk ) dan Area ( udara )
atau udara buruk, karena dahulu banyak terdapat didaerah rawa rawa yang
mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain seperti
demam roma, demam rawa, demam tropic, demam pantai, demam charges, demam
kura dan paludisme ( Arlan prabowo 2004: 2 )
Malaria adalah penyakit protozoa yang ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk anopheles ( Nach, 2003 : 207 ).
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera, dan primata
lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh protozoa dari genus
plasmodium dan mudah dikenali gejala meriang ( panas dingin menggigil ) serta
demam berkepanjangan.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya,
malaria disebabkan oleh parasit malaria / protozoa genus plasmodium bentuk aseksual
yang masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk anopeles betina
ditandai dengan demam, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia,
( WHO. 1981 ).
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, Penyakit ini secara
alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. ( Drs. Bambang Mursito,
Apt.M.Si.2002 )
Malaria adalah penyakit yang terjadi bila eritrosit di inovasi oleh salah satu
dari empat spesies parasit protozoa plasmodium ( Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15,
Volume 2. 2002 ).
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium
yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan
splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komlikasi ataupun mengalami komlikasi sistemik yang dikenal
sebagai malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria ialah infeksi
babesiosa yang menyebabkan babesiosis.

LO.1.2 Epidemiologi malaria


Indonesia merupakan salah satu negara di dunia di mana malaria masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menonjol. Data WHO tahun 2010
menunjukan, Indonesia menyumbang sekitar 224 ribu dari 24 juta kasus malaria
sedunia. Sementara, itu dari 325 ribu kematian akibat malaria, Indonesia berkontribusi
sekitar 425 kematian. Angka ini menempatkan Indonesia menjadi salah satu negara
dengan kasus malaria dan kematian akibat malaria tertinggi di Asia Tenggara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor risiko penularan malaria di tiga
wilayah berbeda di Indonesia. Daerah pertama adalah Timor Barat yang merupakan
salah satu daerah dengan tingkat kejadian malaria tertinggi di Indonesia bagian timur.
Lokasi kedua adalah Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Sukabumi merupakan daerah
di Jawa Barat yang sering mengalami kejadian luar biasa (KLB) malaria, terutama
pada tahun 2003. Lokasi terakhir adalah Kabupaten Kebumen di Jawa Tengah, yang
merupakan salah satu daerah yang memiliki kasus malaria tertinggi di Jawa Tengah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan eko-epidemiologi yang melihat interaksi
antara faktor Host (manusia dan nyamuk) dengan lingkungan sekitarnya dengan
mempertimbangankan kondisi geografis atau tempat (spatial) dan waktu (temporal).
Penelitian ini juga melihat membandingkan interaksi faktor-faktor risiko penularan
malaria dan perilaku nyamuk malaria menurut perbedaan topografi yaitu di daerah
pesisir pantai, perbukitan dan dataran tinggi. Secara geografis; hasil penelitian
menunjukan bahwa kasus malaria umum lebih tinggi di pedesaan dibandingkan
dengan daerah perkotaan baik di Timor Barat, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Malaria
juga lebih tinggi di wilayah zona-perbatasan; hal ini disebabkan kemungkinan oleh
cross-borders migrasi. Jumlah desa risiko tinggi malaria lebih banyak pada musim
kering dibandingkan dengan musim hujan.
Pada Negara yang beriklim dingin suda tidak ditemukan lagi daerah endemic
malaria. Namun demikian, malaria masih meruo\pakan persoalan kesehatan yang
besar di daerah tropis dan subtropics seperti di brazil, asia tenggara, an seluruh subsahara afrika.
Di Indonesia, malaria ditemukan hampir di semua wilayah. Pada tahun 1996
ditemukan khusus malaria di jawa-bali dengan jumlah penderita 2.341.401 orang,
slide positive rite(SPR):9251, annual paracitic index (API): 0,08%o. CFR di rumah
sakit sebesar 10-50%. menurut laporan, di jawa tengah tahun 1999, API sebanyak
0,35%o, sebagian besar disebab kan oleh plasmodium falciparum dan p.vivax. angka
prevalensi malaria di provinsi jawa tengah terus menurun dari tahun ke tahun, mulai
dari 0,15 pada tahun 2003, menurun menjadi 0,15 dan berkurang lagi menjadi 0,07
pada tahun 2005. Plasmodium malariae banyak ditemukan di Indonesia timur,
sedangkan plasmodium ovale di paupa dan NTT.
Permasalahan resistensi terhadap obat malaria semakin lama semakin
bertambah.plasmodium falciparum dilaporkan resistensi terhadap klorokuin dan
sulfadoksinpirimetamin diwilayah amazon dan asia tenggara. P.vivax yang resisten
klorokuin yang ditemukan di papua nugini, provinsi papua, papua barat, dan Sumatra.

LO.1.3 Etiologi malaria


Malaria disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium. Ada empat jenis
plasmodium yang dapat menyebabkan malaria, yaitu Plasmodium falciparum
dengan masa inkubasi 7-14 hari, Plasmodium vivax dengan masa inkubasi 8-14 hari,
Plasmodium ovale dengan masa inkubasi 8-14 hari, dan Plasmodium malarie dengan
masa inkubasi 7-30 hari. Parasit-parasit tersebut ditularkan pada manusia melalui
gigitan seekor nyamuk dari genus anopheles. Gejala yang ditimbulkan antara lain
adalah demam, anemia, panas dingin, dan keringat dingin. Untuk mendiagnosa
seseorang menderita malaria adalah dengan memeriksa ada tidaknya plasmodium
pada sampel darah. Namun yang seringkali ditemui dalam kasus penyakit malaria
adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.
Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles betina infektif. Sebagianbesar nyamuk anopheles
akan menggigit pada waktu senja atau malam hari , pada beberapa jenis
nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar (Widoyono, 2005).
Nyamuk anopheles hidup didaerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa
hidup didaerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarangditemukan pada daerah
dengan ketinggian lebih dari 2000 2500meter (Sutisna, 2004). Ciri nyamuk
Anopheles relatif sulit membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali dengan
kaca pembesar. Ciri yang palingmenonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah
posisi waktu menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di
luar rumah, sesudah menghisap darah nyamuk beristirahat di dinding dalam rumah
yang gelap, lembab, di bawah meja, tempat tidur atau di bawah dan di belakang
lemari (Faisal, 2007).
Peran nyamuk sebagai faktor penular malaria tergantung kepada beberapa
faktor antara lain:
a. Umur nyamuk
Diperlukan waktu untuk berkembang biak gametosit dalam tubuh nyamuk
untuk menjadi sporozoit yakni bentukparasit yang siap menginfeksi
manusia sehat
b. Peluang kontak dengan manusia merupakan kesempatan untukmenularkan
sporozoit ke dalam darah manusia.
c. Frekuensi menggigit seekor nyamuk. Semakin sering seekor nyamuk yang
membawa sporozoit dalam kelenjar ludahnya semakin besar kemungkinan dia
berperan sebagai vektor penularan penyakit malaria
d. Kerentanan nyamuk terhadapparasit itu sendiri. Nyamuk yang terlalu banyak
parasit dalam perutnya tentu bisa melebihi kapasitas perut nyamuk itu sendiri.
Perut bisa meletus dan mati karenanya
e. Ketersediaan manusia disekitar nyamuk. Nyamuk yang memiliki kebiasaan
menggigit di luar rumah padamalam hari maka akan mencoba manysia
danmasuk ke dalam rumah setelah menggigit , beristirahat di dalam maupun di
luar rumah
f. Kepadatan nyamuk. Kalau populasi nyamuk terlalu banyak sedangkan
persediaan makanan misalnya binatang atau manusia tidakada maka
kepadatannyamuk akan merugikan populasi nyamuk itu sendiri

g. Lingkungan. Beberapa faktor lingkungan sangat berperan dalam tumbuhnya


nyamuk sebagai vektor penular penyakit malaria. Faktor- faktor tersebut
antara lain:fisik, biologi, kimia
LO.1.4 Patogenesis malaria
Patofisiologi pada malaria belum diketahui dengan pasti. Berbagai macam teori dan
hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada malaria terutama
berhubungan dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya
eritrosit yang mengandung parasit pada endotelium kapiler. Perubahan ini cepat
reversibel pada mereka yang dapat tetap hidup (survive). Peran beberapa mediator
humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam patogenesis terjadinya
demam dan peradangan. Skizogoni eksoeritrositik mungkin dapat menyebabkan
reaksi leukosit dan fagosit, sedangkan sporozoit dan gametosit tidak menimbulkan
perubahan
patofisiologik.
Patofisiologi malaria adalah multifaktorial dan mungkin berhubungan dengan hal-hal
sebagai
berikut:
a. Penghancuran eritrosit
Penghancuran eritrosit ini tidak saja dengan pecahnya eritrosit yang mengandung
parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak
mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan.
Dengan hemolisis intra vaskular yang berat, dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater
fever)
dan
dapat
mengakibatkan
gagal
ginjal.
b. Mediator endotoksin-makrofag
Pada saat skizogoni, eirtosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang
sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam
perubahan patofisiologi malaria. Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria,
mungkin berasal dari rongga saluran cerna. Parasit malaria itu sendiri dapat
melepaskan faktor neksoris tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin , ditemukan
dalam darah hewan dan manusia yang terjangkit parasit malaria. TNF dan sitokin lain
yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglimeia dan sindrom penyakit
pernafasan pada orang dewasa (ARDS = adult respiratory distress syndrome)
dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga
menghancurkan plasmodium falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan
eritrosit yang dihinggapi parasit pada endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam
serum pada anak dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan
mortalitas,
hipoglikemia,
hiperparasitemia
dan
beratnya
penyakit.
c. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi
Eritrosit yang terinfeksi plasmodium falciparum stadium lanjut dapat membentuk
tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen
malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas
eritrosit yang mengandung plasmodium falciparum terhadap endotelium kapiler darah
dalam alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam, bukan di
sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi, menempel pada endotelium kapiler
darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang membendung kapiler dalam alamalat
dalam.

Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi
permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang
cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum
ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut, sekurang-kurangnya ada empat macam
protein untuk sitoaherens eritrosit yang terinfeksi plasmodium P. falciparum.
Nyamuk yang terinfeksi plasmodium menggigit manusia sporozoit schizon
merozoit sel hati akan pecah merozoit keluar dari sel hati merozoit dapat
masuk dan tumbuh lagi dalam sel hati baru
Merozoit akan masuk dalam aliran darah siklus eritrositer tropozoit muda
(bentuk cincin) tropozoit tua skizon dengan merozoit skizon pecah
merozoit memasuki eritrosit baru makrogametosit dan mikrogametosit
Bila eritrosit yang mengandung gametosit dihisap nyamuk dalam lambung nyamuk
makrogametosismembentuk zigot yang disebut ookinet ookinet menembus
dinding lambung nyamuk ookista sporozoit dilepaskan pada nyamuk
minghisap darah manusia terpapar malaria
Penularan malaria
Tingkat penularan malaria dapat berbeda tergantung pada faktor setempat, seperti pola
curah air hujan (nyamuk berkembang biak pada lokasi basah), kedekatan antara lokasi
perkembangbiakan nyamuk dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut.
Beberapa daerah memililki angka kasus yang cenderung tetap sepanjang tahun
Negara tersebut digolongkan sebagai "endemis malaria. Di daerah lain, ada musim
malaria yang biasanya berhubungan dengan musim hujan.
Epidemik yang luas dan berbahaya dapat terjadi ketika parasit yang bersumber dari
nyamuk masuk ke wilayah di mana masyaratnya memiliki kontak dengan parasit
namun memiliki sedikit ataubahkan sama sekali tidak memiliki kekebalan terhadapa
malaria. Atau, ketika orang dengan tingkat kekebalan rendah pindah ke wilayah yang
memiliki kasus malaria tetap. Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi iklim basah
dan banjir, atau perpindahan masyarakat akibat konflik.
Selain ditularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti orang lain
melalui berbagai hal berikut diantaranya :
1. Bawaan lahir dari ibu ke anak karena infeksi pada sawar plasenta.
2. Melalui jarum suntik, yang banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik
yang sering bertukar jarum secara tidak steril.
3. Melalui transfusi darah. Dari berbagai sumber disebutkan bahwa melalui
metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi
karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati.

LO.1.5 Manifestasi klinis mlaria


Perjalanan penyakit malaria terdiri atas serangan demam yang disertai oleh
gejala lain dan diselingi oleh periode bebas penyakit. Ciri khas demam malaria adalah
periodisitasnya.
Masa tunas intrinsik
pada malaria adalah waktu antara sporozoit masuk dalam badan hospes sampai
timbulnya gejala demam, biasanya berlangsung antara 8-37 hari, tergantung pada
spesies parasit (terpendek untuk p. falciparum dan terpanjang untuk p.malariae), pada
beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes.
Masa Pre-paten
berlangsung sejak saat infeksi sampai ditemukan parasit malaria dalam darah
untuk pertama kali, karena jumlah parasit telah melewati ambang mikroskopik
(microscopic
treshold).
Serangan primer
akhir dari masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yang terdiri
dari dingin/ menggigil; panas dan berkeringat.lama dari serangan ini tergantung dari
imunitas penderita.
Gejala klasik yang sering terjadi dalam kasus malaria adalah trias malaria yaitu:
Periode dingin (15-60 menit) / stadium frigonia
Menggigil diikuti dengan meningkatnya temperatur
Periode panas (2-6 jam) / stadium makme
Nadi cepat, panas badan tinggi dalam beberapa jam, mual,muntah,
Periode berkeringat (2-4 jam) / stadium sudoris
Penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, penderita merasa sehat tetapi
lemah. Serangan demam makin lama akan berkurang beratnya karena tubuh telah
menyesuaikan diri dengan adanya parasit dalam badan dan karena respon imun
hospes.

Anda mungkin juga menyukai