Anda di halaman 1dari 22

Haya Farah K

1102012110
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Cerna Bawah
1.1. Anatomi Makroskopis
Intestinum jejunum & Intestinum ileum

Intestinum jejunum :
kosong; jejunus = kosong

Intestinum ileum : usus berkelokkelok; ilien = memutar

Panjangnya sekitar 6 meter

Selain duodenum, 2/5 proximal


usus
intestinum
tenue
merupakan bagian jejunum, 3/5
distal sisanya merupakan ileum

usus

Dalam intestinum ileum terdapat


kumpulan noduli solitarii sehingga terbentuk laminae disebut noduli agregat atau
plaques peyeri, disini tidak ada villi dan letaknya berhadapan dengan alat
penggantung ileum.

Kadang-kadang satu meter dari akhir ileum terdapat suatu tonjolan sisa ductus
omphaloenterius disebut diverticulum ilie, yaitu saluran yang menghubungkan
umbilicus dengan ileum. Bila setelah lahir masih ada disebut fistula umbilicalis.

Diameter jejunum cenderung lebih besar daripada ileum

Mesentrium jejunum cenderung lebih tebal dari pada ileum

Arteriae : berasal dari A.mesentrica superior, cabang cabangnya membentuk


anyaman yaitu arcade jejunalis da ilei A.ileocolica menuju bagian bawah ileum

Vena : senama dengan arteri

Inervasi : simpatis dan parasimpatis berasal dari N. Vagus dari plexus mesentricus
superior.

Intestinum Crassum (Usus Besar)


Intestinum Crassum (crasum =
tebal) , dibagi dalam colon dan
intestinum rextum Colon dapat
dibagi dalam :

Haya Farah K
1102012110

Colon ascendens, dimulai dari caecum. Pada ujujng caecum berbuara bagunan kecil
berupa pipa menyerupai cacing disebut appendix vermiformis

Colon transversum

Colon descendens

Colon sigmoideuim

Caecum

Terletak pada region ileaca dextra

Dibagian bawah terdapat juncture ileocolica tempat bermuaranya ileum

Panjangnya sekitar 6cm

Pada sisi media bawah caecum terdapat appendix vermiformis:


1. Bentuk seperti cacing dengan panjang 8-13 cm o Pada orang mati dapat
ditemukan beberapa tipe:
a. Post caecalis (65%), terletak dibelakang caecum
b. Diescending = pelvic type (31%), terletak dibawah ileum
c. Subcaecalis (2,6%), terletak dibawah caecum
d. Ante ilei (1,0%), terletak didepan ileum
e. Post ilei (0,4%) terletak di belakang ileum
2. Letak diregio iliaca
3. Pada orang hidup dapat ditemukan semua type, karena caecum selalu
berkontraksi sehingga ujung appendix berubah-ubah, sedangkan pada orang mati
tetap
4.Pada orang hidup dapat ditemukan 2 type:
a. Mobile type, bias berubah-ubah dapat ditemukan pada semua type
b. Fixed type, tetap dapat ditemukan bila ujung appendix pada peritoneum dan type
retrocaecal

c.Appendix punya penutp peritoneum yang lengkap pada bagian bawah usus halus
diesbut mesiappendix

Haya Farah K
1102012110
d.Cara pemeriksaan appendix verniformis
dengan sepertiga titick MC. Burney
5.Letak taenia pada colon transversum :
a. Perlekatan alat penggantung
dibelakang disebut taenia mesocolica
b. Perletakatan omentum majus
dimuka disebut taenia omentalis
c. Diding caudal tidak ada alat
yang melekat disebut taenia libera
6.Taenia ini, berkas longitudinale, karena lebih pendek dari stratum circulare,
mengakibatkan stratum circulare melipat- lipat. Lipatan keluar disebut haustra dan
lipatan kedalam disebut plica semilunaris.
a.Lekuk diantara haustra disebut incisura
b.Pada caecum dilengkapi valvula ileocolica (valvula ileocaecalis) yang terdiri dari
labium superios dan labium inferior. Labium ini dibentuk oleng lipatan stratum
circular eke ventral dan dorsal membentuk frenulum.
1.2. Anatomi Mikroskopis
Intestinum Tenue

Panjang: 23kaki(7m)

Terdiri dari : duodenum, jejunum dan ileum

Dinding terdiri dari 4 lapisan, sesuai pola saluran cerna

Susunan intestinum tenue dibuat khusus untuk mencerna absorbsi


Untuk memperluas permukaan absorbsi terdapat struktur :
1. Plica semicircularis Kerkringi
Lipatan tunica mucosa dan submucosa berbentuk bulan sabit mengelilingi 12 - 23
lingkaran lumen 2. Villi intestinalis Penonjolan pada mukosa, 12 - 112 mm yang
terdiri dari l. propria dan dibatasi epithel pada permukaannya epithel pada

Haya Farah K
1102012110
permukaannya

Pada duodenum, lebar spt daun

Pada jejunum, lbh halus mirip jari

Di dasar villi terdapat muara-muara kelenjar berbentuk sumur-sumur disebut Crypti


Lieberkuhn
Kelenjar ini merupakan tubulosa simplex, terbentang sampai mencapai muscularis
mucosa
Lamina propria villi :

Jar reticular halus, dgn sedikit serat elastin & collagen

Terdapat sel-sel lymphosit, netrophyl, plasmocyte &


macrophag
Di tengah villi tdpt pembuluh lymph, besar, tunggal,
ujung buntu, disebut pembuluh lacteal
Juga terdapat jala kapiler darah plexus saraf dan
serat- serat mus cular polos berasal dari permukaan
dalam muscularis mucosa
3. Microvilli Tonjolan-tonjolan dinding sel
permukaan lumen merupakan brushborder

ke

Tunica mucosa
Epithel usus halus epithel selapis, silindris terdiri dari : - Sel absorbtif
Bentuk silindris. Pada permukaan terdapat microvilli (brushborder)
- Sel Goblet Tersebar diantara sel-sel
absorbtif, makin ke distal usus halus makin
banyak.
Kelenjar
Unicellular.
Mensekresikan mucus. Memberikan reaksi
PAS +

Sel enteroendocrine Mengeluarkan


peptida pengatur aktif yang berhubungan
dengan
sekresi
lambung,
motilitas
intestinal, sekresi pankreas, dan kontraksi
kandung empedu. Tersebar diantara selsel absortif dan sel goblet:

Sel gastrinintestinal pada vili dan kriptus

Haya Farah K
1102012110

Sel penghasil somastatin (sel D) sepanjang usus halus

Sel penghasil cholecystokinine (sel I)

Sel penghasil enteroglucagon/glycentine (sel L)


sepanjang mukosa usus halus , penghasil
serotonin dan substan P
Sel K
gastric inhibitory peptide.

- Sel Paneth Terdapat pada dasar crypti Lieberkuhn. Berbentuk piramid, inti di basal
dengan granula sekretorik sangat eosinophyl yang terdapat supranuclear. Fungsi
dan mekanisme pelepasan granula belum diketahui
Lamina propria

Jaringan ikat reticular jarang


Terdapat sel limphocyte kecil, lymphonodulus soliter, dengan atau tanpa sentrum
germinativum
Makin kedistal nodulus bertambah besar dan bertambah banyak. Membentuk
agregat besar terdiri dari 20/lebih lymphonodulus disebut plaques Peyeri
Tunica muscularis mucosa

Dua lapis tipis, sebelah dalam sirkular, sebelah luar longitudinal


Diterobos pembuluh darah dan limf, duktus, saraf otonom, plexus Meissneri
Tunica submucosa

Jaringan ikat jarang, pembuluh darah, pembuluh lymph

Plexus Meissneri

Kelenjar Brunner : - Kelenjar tubulosa bercabang complex - Berkembang paling


baik pada duodenum - Sel-sel mukosa, mensekresi lendir
Tunica muscularis externa
Ada 2 lapisan :

Lapisan dalam, circular

Lapisan luar, longitudinal Diantara keduanya sering terdapat ganglion parasimpatis,


plexus myentericus Auerbach motor inervasi peristaltik
Tunica serosa
Terdiri dari anyaman peny jarang yang dilapisi oleh mesothelium, kecuali bagian
retroperitoneal duodenum ditutupi tunica adventitia

Haya Farah K
1102012110
Duodenum

Usus 12 jari, panjang 25 cm

Tidak mempunyai mesenterium

Tempat muara ductus empedu dan pancreas

Villus berbentuk daun, 40/mm

Bagian depan diliputi serosa dan bagian belakang


diliputi adnventitia
Submucosa mgd kel Brunner, Tubulosa
bercabang-cabang berkelok- kelok. Tersusun dalam
lobuli. Ductus menembus m. mucosa bermuara ke
dalam cryptus Lieberkuhn
Jejunum

Paling panjang, 2,5 3 mm

Mesenterium menggantung pada bgn posterior


rongga abdomen

Di proximal villi, bentuk spt lidah, makin ke distal bentuk seperti jari dan lebih
panjang

Tidak ada kel Brunner dan plaque Peyeri

Plica semicircularis tinggi mudah dikenal


Ileum

Panjang 4 4,5 m

Villi intestinalis kurus-kurus

Sel Goblet amat banyak

Plica semicircularis pendek

Seperti jejunum juga digantung kan pada mesenterium


Ciri : banyak mgd lymphonoduli agregati (plaque Peyeri) di dalam l. propria
menembus sampai submucosa. Letaknya pada arah berlawanan dgn mesenterium.
Lymphonoduli berbentuk buah pir, kubah menonjol ke arah Lumen. Bila nodulus
mencapai lumen, biasanya tidak diliputi villi, tetapi oleh epithel selapis yang disebut
epithel kubah. Epitel kubah terdiri dari sel khusus yang berfungsi untuk transport

Haya Farah K
1102012110
antigen dari lumen usus ke lapisan bawah lymphonodulus, disebut Associated
Follicle epithelium (M cell), berbentuk cuboid. Colon (Usus besar) Tunica
mucosa Tidak mempunyai villi, permukaan relatif rata Sel epithel : - Sel
absorbtif, silindris, brushborder lbh pendek dari usus halus - Sel Goblet jauh lbh
banyak, makin ke distal makin banyak

Colon (Usus Besar)


Tunica mucosa
Lamina propria
Nodulus soliter, lbh besar, lbh banyak sering menonjol kedalam
submucosa. Crypti Lieberkuhn lebih panjang dan lebih lurus
Muscularis mucosa 2 lapis : Lap dalam sirc, lap luar long

Tunica submucosa

Terdiri dari any peny jarang tanpa kelenjar

Pada lapisan lebih dalam terdapat plexus Meisner


Tunica muscularis

Lap dalam circular

Lap luar longitudinal, membentuk penebalan berbentuk pita di 3 tempat (Taenia


coli) selebar 1 cm

2
Taenia lbh pendek dari lapisan lapisan sebelah dalamnya terbentuk lipatan
2
kearah lumen dan kantong

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Ileus


2.1. Definisi Ileus
Ileus adynamic atau paralitic yaitu obstruksi usus akibat hambatan motilitas usus,
yang ditimbulkan oleh beberapa sebab, paling sering peritonitis.
Ileus mekanik atau occlusive yaitu obstruksi usus akibat penyebab mekanis seperti
hernia, perlekatan, volvulus, dll..
Ileus meconium yaitu obstuksi usus ileus pada neonates yang disebabkan oleh
sumbatan usus dengan meconium yang kental; suatu manifestasi penyakit fibrokistik
(mukoviskidosis).
Ileus spastic yaitu obstruksi usus yang disebabkan oleh kontraktur persisten segmen
usus.
Ileus subsparta yaitu obstruksi yang disebabkan oleh tekanan uterus gravid pada
kolon pelvic.
(Dorland, 2008)

Haya Farah K
1102012110
2.2. Klasifikasi Ileus
Ada dua tipe obstruksi yaitu : 1. Mekanis(IleusObstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus
obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma
yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis,
obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.
2. Neurogenik/fungsional(IleusParalitik) Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf
ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu
mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan
endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit
Parkinson.
Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok
(Bailey,2002):
a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi. Ileus
obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar (Sjamsuhidajat & Jong, 2005;
Sabiston,1995) :
1. Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya
pembuluh darah. 2. Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai
adanya penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang
disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.
3. Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar
suatu gelung usus tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.
Untuk keperluan klinis, ileus obstruktif dibagi dua (Stone, 2004): 1. Ileus obstruktif
usus halus, termasuk duodenum 2. Ileus obstruktif usus besar
2.3. Etiologi Ileus
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh (Doherty et al 2002) :
1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif,
sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi
intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang
disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi
abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus
obstruktif di dalam masa anak-anak.
2. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal)
merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif , dan
merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi
abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia
foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.
3. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,
sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan
obstruksi melalui kompresi ekstrinsik.

Haya Farah K
1102012110
4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus
yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus
mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
5. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut
selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
6. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi
usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
7. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu
menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang
besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup
ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
8. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi,
atau trauma operasi.
9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan
cairan.
10. Benda asing, seperti bezoar.
11. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia
Littre.
12. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis
dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.

Perlengketan : Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara
lambat atau pasda jaringan parut setelah pembedahan abdomen
Intusepsi : Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada
dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen
berikutnya oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus.
Paling sering terjadi pada anaka-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding
ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat
coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.
3. Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri
dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan
menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi.
Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar
pada mesentriumnya
Gbr Menunjukan bentuk normal intestin (atas warna pink)
dan intestin yang mengalami volvulus (bawah warna
ungu) Tindakan bedah, infeksi dan bahkan endometriosis
sering menyebabkan peradangan peritoneum loka atau
generalisata (peritonitis). Pada penyembuhan dapat terjadi
perlekatan antara segmen usus atau dinding abdomen dan
tempat operasi.

Hernia : Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot
abdomen atau defek di dinding rongga peritoneum yang memungkinkan

Haya Farah K
1102012110
terbentukkan tonjolan peritoneum mirip kantong yang dilapisi serosa Gbr. Kantung
Hernia

Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor
diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.
6.Inkarserasi (terperangkap) massa visera yang meningkat di dalam hernia
sehingga massa tersebut terperangkap akibat adanya stasis dan edema secara
permanen.
7. Strangulasi gangguan lebih lanjut dimana pasokan darah dan drainase
menyebabkan infark segmen yang terperangkap

Faktor Risiko
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terkena ileus meliputi:
Pembedahan perut , infeksi , atau cedera
Operasi sendi atau tulang belakang
Sebuah riwayat ileus
Penggunaan nyeri atau tekanan darah tinggi obat-obatan tertentu
Kondisi tertentu kesehatan atau penyakit, seperti :
Lobus pneumonia lebih rendah
serangan jantung
(Medicine.med.nyu.edu, 2014)
2.4. Epidemiologi Ileus
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson,
2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap
tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan
obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun
2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia.
2.5. Patofisiologi Ileus
Perubahan patofisiologi utama pada ileus obstruktif dapat di lihat pada bagan 1.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas
(70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar
8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya
absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah
dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan
utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang
cairan ekstrasel yang mengakibatkan syokhipotensi, pengurangan curah
jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus
yang terus menerus mengakibatkan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan
sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat
distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksintoksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk
menyebabkan bakteriemia. Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus
obstruktif sederhana, distensi timbul tepat di proksimal dan menyebabkan muntah
refleks. Setelah mereda, peristaltik melawan obstruksi dalam usaha mendorong
isi usus melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik kram dengan masa relatif
tanpa nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik lebih sering timbul setiap 3
sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam ileum. Aktivitas
peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung usus, yang menyebabkan
gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya
obstruksi, maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak

Haya Farah K
1102012110
ada. Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian timbul
muntah dan mulainya tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus halus
menyebabkan muntahnya lebih dini dengan distensi usus relatif sedikit, disertai
kehilangan air, natrium, klorida dan kalium, kehilangan asam lambung dengan
konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan alkalosis metabolik.
Berbeda pada ileus obstruktif usus besar, muntah bisa muncul lebih lambat (jika
ada). Bila timbul, biasanya kehilangan isotonik dengan plasma. Kehilangan cairan
ekstrasel
tersebut
menyebabkan
penurunan
volume
intravascular,
hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak diberikan dalam
perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia, penurunan curah jantung,
hipotensi dan syok. Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan
terancamnya sirkulasi pada usus mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan
distensi. Disamping cairan dan gas yang mendistensi lumen dalam ileus obstruksi
sederhana, dengan strangulasi ada juga gerakan darah dan plasma ke dalam
lumen dan dinding usus. Plasma bisa juga dieksudasi dari sisi serosa dinding
usus ke dalam cavitas peritonealis. Mukosa usus yang normalnya bertindak
sebagai sawar (penghambat) bagi penyerapan bakteri dan produk toksiknya,
merupakan bagian dinding usus yang paling sensitif terhadap perubahan dalam
aliran darah. Dengan strangulasi yang memanjang maka timbul iskemik dan
sawar rusak. Bakteri (bersama dengan endotoksin dan eksotoksin) bisa masuk
melalui dinding usus ke dalam cavitas peritonealis. Disamping itu, kehilangan
darah dan plasma maupun air ke dalam lumen usus cepat menimbulkan syok.
Jika kejadian ini tidak dinilai dini, maka dapat menyebabkan kematian. Ileus
obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan jalan keluar suatu gelung
usus tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini lebih bahaya dibandingkan ileus
obstruksi yang lainnya, karena ia berlanjut ke strangulasi dengan cepat sebelum
terbukti tanda klinis dan gejala ileus obstruktif. Penyebab ileus obstruktif gelung
tertutup mencakup pita lekat melintasi suatu gelung usus, volvulus atau distensi
sederhana. Pada keadaan terakhir ini, sekresi ke dalam gelung tertutup dapat
menyebabkan peningkatan cepat tekanan intalumen, yang menyebabkan
obstruksi aliran keluar ke vena. Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut
(kecuali bagi volvulus) dibandingkan ileus obstruksi usus halus. Karena kolon
bukan organ pensekresi cairan dan hanya menerima sekitar 500 ml cairan tiap
hari melalui valva ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan cairan yang cepat.
Sehingga dehidrasi cepat bukan suatu bagian sindroma yang berhubungan
dengan ileus obstruksi kolon. Bahaya paling mendesak karena obstruksi itu
karena distensi. Jika valva ileocaecalis inkompeten maka kolon terdistensi dapat
didekompresi ke dalam usus halus. Tetapi jika valva ini kompeten, maka kolon
terobstruksi membentuk gelung tertutup dan distensi kontinu menyebabkan
ruptura pada tempat berdiameter terlebar, biasanya di sekum. Hal didasarkan
atas hukum Laplace, yang mendefinisikan tegangan di dalam dinding organ
tubular pada tekanan tertentu apapun berhubungan langsung dengan diameter
tabung itu. Sehingga karena diameter kolon melebar di dalam sekum, maka area
ini yang biasanya pecah pertama.
2.6. Manifestasi Klinis Ileus
Obstruksi sederhana
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang
jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri abdomen
bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian
atas. Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah
periumbilikal atau nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan
adanya fase bebas keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya bervariasi
tergantung sumbatan. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan

Haya Farah K
1102012110
semakin fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit. Tanda
vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi
abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas
pada sumbatan di daerah distal. Peristaltik usus yang mengalami dilatasi dapat
dilihat pada pasien yang kurus. Bising usus yang meningkat dan metabolic sound
dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal
Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya bekas operasi atau hernia. Bila
dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat
hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk
mencegah terjadinya nekrosis usus.
Obstruksi pada kolon
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat
sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus
menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul
sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi
komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul
kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat
refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus
halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang
paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum karena
tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis
akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada
pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang
terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.

2.7. Diagnosis Ileus


Inspeksi Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup
kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat
adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat
dilihat gerakan peristaltik usus (Gambar 2.4) yang bisa bekorelasi dengan mulainya
nyeri kolik yang disertai mual dan muntah. Penderita tampak gelisah dan menggeliat
sewaktu serangan kolik (Sabiston, 1995; Sabara, 2007)
Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri
tekan, yang mencakup defance musculair involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal (Sabiston, 1995; Sabara, 2007).
3. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing
logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa tenang. Tetapi setelah
beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka
aktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah.
Tidak adanya nyeri usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus

Haya Farah K
1102012110
obstruksi strangulata (Sabiston, 1995).
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rektum dan
pelvis. Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor serta tidak adanya
feses di dalam kubah rektum menggambarkan ileus obstruktif usus halus. Jika darah
makroskopik atau feses postif banyak ditemukan di dalam rektum, maka sangat
mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas lesi intrinsik di dalam usus (Sabiston,
1995). Apabila isi rektum menyemprot; penyakit Hirdchprung (Anonym, 2007).
4. Radiologi
Pemeriksaan sinar-X bisa sangat bermanfaat dalam mengkonfirmasi diagnosis ileus
obstruktif serta foto abdomen tegak dan berbaring harus yang pertama dibuat.
Adanya gelung usus terdistensi dengan batas udara-cairan dalam pola tangga pada
film tegak sangat menggambarkan ileus obstruksi sebagai diagnosis. Dalam ileus
obstruktif usus besar dengan katup ileocaecalis kompeten, maka distensi gas dalam
kolon merupakan satu-satunya gambaran penting (Sabiston, 1995). Penggunaan
kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis. Barium enema diindikasikan
untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan pada kecurigaan volvulus (Anoym,
2007).

Laboratorium Leukositosis, dengan pergeseran ke kiri, biasanya terjadi bila


terdapat strangulasi, tetapi hitung darah putih yang normal tidak menyampingkan
strangulasi. Peningkatan amilase serum kadang- kadang ditemukan pada semua
bentuk ileus obstruktif, khususnya jenis strangulasi (Harrisons, 2001)
BNO
Ileus merupakan penyakit abdomen akut yang dapat muncul secara mendadak yang
memerlukan tindakan sesegera mungkin. Maka dari itu pemeriksaan abdomen harus
dilakukan secara segera tanpa perlu persiapan. Pada kasus abdomen akut
diperlukan pemeriksaan 3 posisi, yaitu:
1. Posisi terlentang (supine): sinar dari arah vertical, dengan proyeksi anteroposterior (AP)
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri (erect), bila memungkinkan, dengan
sinar horizontal proyeksi AP3.

Haya Farah K
1102012110
3. Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus), dengan arah horizontal, proyeksi
AP. Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat
mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu dipersiapkan ukuran
kaset dan film ukuran 35x 45cm.
Untuk radiologi ileus perlu diperhatikan beberapa hal :
1. Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di
proksimal daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri
ikan (Herring Bone Appearance). Gambaran ini didapat dari pengumpulan
gas dalam lumen usus yang melebar.
2. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis didapatkan adanya
air fluid level dan step ladder appearance.
3. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari
air fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek
berarti ada ileus letak tinggi, sedangkan jika panjang-panjang kemungkinan
gangguan di kolon. Gambaran yang diperoleh adalah adanya udara bebas
infra diafragma dan air fluid level. Pada foto polos abdomen, 60-70% dapat
dilihat adanya pelebaran usus dan hanya 40% dapat ditemukan adanya air
fluid level. Walaupun pemeriksaan radiologi hanya sebagai pelengkap saja,
pemeriksaan sering diperlukan pada obstruksi ileus yang sulit atau untuk
dapat memperkirakan keadaan obstruksinya pada masa pra-bedah.

Pemeriksaancolokdubur
-

Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease


Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
Feses yang mengeras : skibala
Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

2.8. Diagnosis Banding Ileus


leus obstruksi harus dibedakan dengan:
Carcinoid gastrointestinal.
Penyakit Crohn.
Intussuscepsi pada anak.
Divertikulum Meckel.
Ileus meconium.
Volvulus.
Infark Myocardial Akut.
Malignansi, Tumor Ovarium.
TBC Usus.

Haya Farah K
1102012110
2.9. Komplikasi
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir
dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat
peritonitis umum. Komplikasi dari ileus obstruktif antara lain terjadinya nekrosis
usus, perforasi usus, Sepsis, Syok-dehidrasi, Abses Sindrom usus pendek dengan
malabsorpsi dan malnutrisi, Pneumonia aspirasi dari proses muntah, gangguan
elektrolit, meninggal.
2.10. Tatalaksana Ileus
Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya mengalami dehidrasi dan kekurangan
Natrium, Khlorida dan Kalium yang membutuhkan penggantian cairan intravena
dengan cairan salin isotonic seperti Ringer Laktat. Urin harus di monitor dengan
pemasangan Foley Kateter. Setelah urin adekuat, KCl harus ditambahkan pada
cairan intravena bila diperlukan. Pemeriksaan elektrolit serial, seperti halnya
hematokrit dan leukosit, dilakukan untuk menilai kekurangan cairan. Antibiotik
spektrum luas diberikan untuk profilaksis atas dasar temuan adanya translokasi
bakteri pada ostruksi intestinal. (Evers, 2004)
Dekompresi
Pada pemberian resusitasi cairan intravena, hal lain yang juga penting untuk
dilakukan ialah pemasangan nasogastric tube. Pemasangan tube ini bertujuan untuk
mengosongkan lambung, mengurangi resiko terjadinya aspirasi pulmonal karena
muntah dan meminimalkan terjadinya distensi abdomen. Pasien dengan obstruksi
parsial dapat diterapi secara konservatif dengan resusitasi dan dekompresi saja.
Penyembuhan gejala tanpa terapi operatif dilaporkan sebesar 60 85% pada
obstruksi parsial. (Evers, 2004)
Terapi Operatif
Secara umum, pasien dengan obstruksi intestinal komplit membutuhkan terapi
operatif. Pendekatan non operatif pada beberapa pasien dengan obstruksi
intestinal komplit telah diusulkan, dengan alasan bahwa pemasangan tube intubasi
yang lama tak akan menimbulkan masalah yang didukung oleh tidak adanya tandatanda demam, takikardia, nyeri tekan atau leukositosis. Namun harus disadari bahwa
terapi non operatif ini dilakulkan dengan berbagai resikonya seperti resiko terjadinya
strangulasi pada daerah obstruksi dan penundaan terapi pada strangulasi hingga
setelah terjadinya injury akan menyebabkan intestinal menjadi ireversibel. Penelitian
retrospektif melaporkan bahwa penundaan operasi 12 24 jam masih dalam batas
aman namun meningkatkan resiko terjadinya strangulasi.

Pasien dengan obstruksi intestinal sekunder karena adanya adhesi dapat


diterapi dengan melepaskan adhesi tersebut. Penatalaksanaan secara hati hati
dalam pelepasan adhesi tresebut untuk mencegah terjadinya trauma pada serosa
dan untuk menghindari enterotomi yang tidak perlu. Hernia incarcerata dapat
dilakukan secara manual dari segmen hernia dan dilakukan penutupan
defek. Penatalaksanaan pasien dengan obstruksi intestinal dan adanya riwayat
keganasan akan lebih rumit. Pada keadaan terminal dimana metastase telah
menyebar, terapi non-operatif, bila berhasil, merupakan jalan yang terbaik; walaupun
hanya sebagian kecil kasus obstruksi komplit dapat berhasil di terapi dengan nonoperatif. Pada kasus ini, by pass sederhana dapat memberikan hasil yang lebih baik
baik daripada by pass yang panjang dengan operasi yang rumit yang mungkin
membutuhkan reseksi usus. Pada saat dilakukan eksplorasi, terkadang susah untuk

Haya Farah K
1102012110
menilai viabilitas dari segmen usus setelah strangulasi dilepaskan. Bila viabilitas
usus masih meragukan, segmen tersebut harus dilepaskan dan ditempatkan pada
kondisi hangat, salin moistened sponge selama 15-20 menit dan kemudian dilakukan
penilaian kembali. Bila warna normalnya telah kembali dan didapatkan adanya
peristaltik, berarti segmen usus tersebut aman untuk dikembalikan. Ke depannya
dapat digunakan Doppler atau kontras intraoperatif untuk menilai viabilitas usus.
Beberapa tindakan bedah tergantung dari etiologi masing-masing :
Adhesi
Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih
kembali.
Hernia inkarserata
Dapat dilakukan Herniotomi untuk membebaskan usus dari jepitan.
Neoplasma
Operasi berupa pengangkatan tumor. Pada tumor jinak pasase usus harus
dipulihkan kembali, sedangkan pada tumor ganas sedapat mungkin dilakukan
reseksi radikal.
Askariasis
Jika terdapat obstruksi lengkap, atau jika pengobatan konservatif tidak berhasil dapat
dilakukan operasi dengan jalan enterotomi untuk mengeluarkan cacing, tapi apabila
usus sudah robek, atau mengalami ganggren dilakukan reseksi bagian usus yang
bersangkutan.
Carsinoma Colon
Operasi dengan jalan reseksi luas pada lesi dan limfatik regionalnya. Apabila
obstruksi mekanik jelas terjadi, maka diperlukan persiapan Colostomi atau
Sekostomi.
Divertikel
Reseksi bagian colon yang mengandung divertikel dapat dikerjakan secara elektif
setelah divertikulitis menyembuh. Dapat dianjurkan untuk menempatkan colostomy
serendah mungkin, lebih disukai dalam colon desendens, atau colon sigmoideum.
Untuk memungkinkan evaluasi melalui colostomy dan mencegah peradangan lebih
lanjut pada tempat abses
Reseksi sigmoid biasanya dilakukan dengan cara Hartman dengan colostomy
sementara. Cara ini, dipilih untuk menghindari resiko tinggi gangguan penyembuhan
luka anastomosis yang dibuat primer dilingkungan radang. Prosedur Hartman jauh
lebih aman karena anastomosis baru dikerjakan setelah rongga perut dan lapangan
bedah bebas kontaminasi dan randang.
Volvulus
Pada volvulus sekum dilakukan tindakan operatif yaitu melepaskan volvulus yang
terpelintir dengan melakukan dekompresi dengan sekostomi temporer, yang juga
berefek fiksasi terhadap sekum dengan cara adhesi. Jika sekum dapat hidup dan
tidak terdistensi tegang, maka detorsi dan fiksasi sekum di qudran bawah bisa
dicapai.
Pada volvulus sigmoid jika tidak terdapat strangulasi, dapat dilakukan reposisi
sigmoidoskopi. Cara ini sering meniadakan volvulus dini yang diikuti oleh keluarnya
flatus. Reposisi sigmoidodkopi yang berhasil pada volvulus dapat dicapai sekitar
80% pasien. Jika strangulasi ditemukan saat laparatomi, maka reseksi gelung
sigmoideum yang gangrenous yang disertai dengan colostomi double barrel atau
coloctomi ujung bersama penutup tunggal rectum (kantong Hartman) harus

Haya Farah K
1102012110
dilakukan.
Intusussepsi
Sebelum dilakukan tindakan operasi, dilakukan terlebih dahulu dengan reduksi
barium enema, jika tidak ada tanda obstruksi lanjut atau perforasi usus halus.
Bila reduksi dengan enema tidak dapat dilaksanakan maka dilakukan operasi berupa
eksplorai abdomen melalui suatu insisi transversal pada quadran kanan bawah.
Intusussepsi tersebut kemudian direduksi dengan kompressi retrograde dari
intusussepsi secara hati-hati. Reseksi usus diindikasikan bila usus tersebut tidak
dapat direduksi atau usus tersebut ganggren.

Terapi umum
1.Istirahat
Dirawat di ruangan gawat darurat
Segera pasang sonde lambung (NGT)
Selang rectal
Pasang kateter 2.Diet
Pasien puasa
Nutrisi perenteral total sampai ada bising usus atau mulai flatus 3.Medikamentosa
Obat pertama :

Prostigmin 3 x 1 sampai IV untuk memacu mobilitas usus


Antibiotik
OBAT ANTIEMETIK
Antagonis reseptor H1
Antagonis reseptor muskarinik
Antagonis reseptor dopamin
Antagonis reseptor serotonin
Cannabinoid
Steroid
Antagonis reseptor H1
Cinnarizine, cyclizine, dimenhydrinate, promethazine
Tidak dapat digunakan utk mual-muntah krn rangsangan pada CTZ
Efektif utk mabuk kendaraan dan mual-muntah krn rangsangan pada lambung
Diberikan sebelum timbul gejala mual-muntah
Puncak antiemetik : 4 jam, bertahan selama 24 jam KI : wanita hamil trimester I

Haya Farah K
1102012110
(kec. Promethazine)
Antagonis reseptor muskarinik
Hyoscine
Untuk mual-muntah krn gangguan labirin dan rangsangan lokal di lambung
Tidak dapat digunakan utk mual muntah krn rangsangan pada CTZ
Puncak antiemetik : 1-2 jam
ES : drowsiness, mulut kering, penglihatan kabur, retensi urin
Antagonis reseptor dopamin
Metoklopramid
Domperidone
Phenothiazine
Metoklopramid
Bekerja di CTZ
P.o., T1/2 4 jam, ekskresi via urine
ES : krn blokade reseptor dopamin di SSP gangguan pergerakan pada anak2
dan dewasa muda, mengantuk, fatigue/lemah
Stimulasi release prolaktin galaktore dan gangguan menstruasi
Efek pada motilitas usus diare
Domperidone
Antagonis reseptor D2
Antiemetik untuk vomitting postoperatif dan akibat kemoterapi kanker
ES : diare
Phenothiazine
Neuroleptik : chlorpromazine, prochlorperazine, trifluoperazine dpt sebagai
antiemetik
Triethylperazine hny sbg antiemetic
Dapat digunakan utk vomitting krn rangsangan pada CTZ
Tidak efektif utk muntah krn rangsangan di lambung

Haya Farah K
1102012110
Cara kerja antagonis reseptor D2 di CTZ, menghambat reseptor histamin dan
muskarinik
Pemberian p.o., rektal, atau parenteral
Antagonis serotonin Serotonin (5-hidroksitriptamin) a direlease oleh CNS atau
lambung a transmitter emesis Antagonis serotonin : ondansetron, granisetron
Sangat baik utk terapi mual-muntah akibat obat sitotoksik Pemberian p.o, injeksi
IV pelan, infus T1/2 5 jam ES : sakit kepala, gangguan GIT
Cannabinoid Nabilone derivat cannabinol sintetik menurunkan muntah krn
rangsangan pada CTZ Pemberian : p.o, absorpsi baik T1/2 120 menit, ekskresi
via urine dan feses ES : jarang, a. l. drowsiness, dizziness, mulut kering,
perubahanmood, hipotensi postural, halusinasi, dan reaksi psikotik
Steroid Dosis tinggi, dpt digunakan sendiri atau kombinasi dgn obat lain
Glukokortikoid deksametason dan metilprednisolon Mekanisme kerja blm
diketahui Sinergisme dg ondansetron
MOTILITAS GIT
1. MENINGKATKAN PERGERAKAN :
PENCAHAR
TANPA EFEK PENCAHAR
PENCAHAR
BULK LAXATIVE meningkatkan volume residu padat yg tidak diabsorpsi
OSMOTIC LAXATIVE meningkatkan jumlah air
FAECAL SOFTENER mengubah konsistensi faeces STIMULANT
PURGATIVE meningkatkan motilitas dan sekresi Bulk Laxative
Metilselulose, sterculia, agar, bran, ispaghula husk
Polimer polisakarida a tidak dapat dipecah
Mekanisme kerja a menahan air di lumen usus merangsang peristaltis a beberapa
hari
ES : ringan
Osmotic Laxative
Pencahar salin dan laktulosa cairan yg absorpsinya jelek meningkatkan
volume cairan di lumen bowel mempercepat transfer makanan ke usus halus
massa yg sangat besar masuk kolon distensi ekspulsi faeces
Pencahar salin garam MgSO4 dan Mg(OH)2
Laktulosa disakarida semisintetik fruktosa dan galaktosa bakteri di kolon
fermentasi asam laktat dan asam asetat osmotik laksatif
Efek baru timbul 1 2 hari
Faecal Softener
Docusate sodium

Menghasilkan
feses
yg
lebih lumen
Efek
stimulan
laksatif
lemah Stimulant Purgative Bisacodyl, sodium picosulfat, preparat senna
Meningkatkan peristaltis dengan cara stimulasi mukosa usus ES : kram abdomen,
jangka panjang atonia colon Bisacodyl p.o. atau suppositoria efek laksan
15-30 menit Sodium picosulfat p.o. Preparat senna dosis tunggal efek
laksan dalam 8 jam
OBAT YG MENINGKATKAN MOTILITAS GIT DOMPERIDONE
Antagonis reseptor D2 a antiemetic
Memblok adrenoreseptor a-1 dan menurunkan efek relaksannya
a menurunkan tekanan sfingter esofagus bawah a meningkatkan motilitas GIT
Tidak menstimulasi sekresi asam lambung
Digunakan untuk gangguan pengosongan lambung dan refluks esofagitis kronis
ES : hiperprolaktinemia METOKLOPRAMID Efek sentral antiemetik Efek
lokal percepatan pengosongan lambung tanpa menstimulasi sekresi asam
lambung

Haya Farah K
1102012110
Efeknya kecil pada motilitas usus bag. bawah
Digunakan untuk refluks gastroesofagus dan gangguan pengosongan lambung
Tidak dapat digunakan untuk ileus paralitik
CISAPRIDE
Menstimulasi release ACh pada pleksus myenterik di GIT bag. Atas
Digunakan utk refluks esofagitis dan gangguan pengosongan lambung
Tidak mempunyai efek antiemetik
ES : diare, kram abdomen, takikardi (jarang)

2.11. Prgognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkanoperasi dapat
segera
dilakukan.
Keterlambatan
dalam
melakukan
pembedahanatau jika terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan
mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%. Prognosisnya baik bila diagnosis
dantindakan dilakukan dengan cepat (Nobie, 2009).
2.12. Pencegahan
LI.3. Memahami dan Menjelaskan Tindakan Bedah Menurut Agama Islam
A. OPERASI MEDIS
Terkadang seorang muslim diuji oleh Allah dengan suatu penyakit, dia ingin sembuh
dari penyakit tersebut, dia mengetahui bahwa berobat dianjurkan, akan tetapi
penyakit di mana dia diuji oleh Allah dengannya, jalan menuju kepada
kesembuhannya menurut para dokter adalah operasi. Pertanyaannya bagaimana
pandangan syariat terhadap operasi medis yang umumnya adalah tindakan
pembedahan?
Dalil-dalil dari al-Qur`an dan sunnah menetapkan dibolehkannya operasi medis
dengan syarat-syaratnya, dan bahwa tidak ada dosa atas seorang muslim
melakukannya untuk meraih kesembuhan dari penyakit yang Allah ujikan kepadanya
dengan izin Allah.
Adapun dalil-dalil tersebut maka ia sebagai berikut:
Firman Allah, Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (Al-Maidah: 32).
Dalam ayat ini Allah memuji orang yang berusaha menghidupkan dan
menyelamatkan jiwa dari kematian dan sudah dimaklumi bahwa dalam banyak kasus
operasi medis menjadi sebab terselamatkannya jiwa dari kematian yang hampir
dipastikan.
Tidak sedikit penyakit di mana kesembuhannya tergantung setelah Allah kepada
operasi medis, tanpa operasi penyakit penderita akan memburuk dan
membahayakannya, jika tim medis melakukannya dan penderita sembuh dengan izin
Allah berarti mereka telah menyelamatkannya. Tanpa ragu ini termasuk perbuatan
yang dipuji oleh ayat di atas.
Adapun dari sunnah maka ada beberapa hadits yang bisa dijadikan pijakan dalam
menetapkan dibolehkannya operasi medis, di antaranya
1. Hadits hijamah (berbekam)
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw berbekam di kepalanya. (HR. Al-Bukhari).
Dari Jabir bahwa dia menjenguk orang sakit. Dia berkata, Aku tidak meninggalkan
tempat ini sebelum kamu berbekam karena aku mendengar Rasulullah saw
bersabda,
Padanya terdapat kesembuhan. (HR. Al-Bukhari).
Hadits tersebut menetapkannya disyariatkannya hijamah dan sudah dimaklumi

Haya Farah K
1102012110
bahwa hijamah dilakukan dengan membedah atau menyayat tempat tertentu pada
tubuh untuk menyedot darah kotor dan membuangnya. Jadi disyariatkannya hijamah
merupakan dasar dibolehkannya membedah tubuh untuk membuang penyakit atau
penyebab penyakit.
2.Hadits Jabir bin Abdullah
Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah SAW mengirim seorang tabib kepada Ubay
bin
Kaab maka tabib tersebut memotong pembuluh darahnya dan menempelnya dengan
besi
panas. (HR. Muslim).
Dalam hadits ini Nabi SAW menyetujui apa yang dilakukan oleh tabib tersebut
terhadap Ubay bin Kaab, dan apa yang dilakukan oleh tabib tersebut adalah salah
satu bentuk operasi medis yaitu pemotongan terhadap anggota tertentu.
Kemudian dari sisi pertimbangan kebutuhan penderita kepada operasi yang tidak
lepas dari dua kemungkinan yaitu menyelamatkan hidup dan menjaga kesehatan,
pertimbangan yang dalam kondisi tertentu bisa mencapai tingkat dharurat maka tidak
ada alasan yang rajih menolak operasi medis.

Snell, R S. (1997), Clinical Anatomi for Medical Student, 3


Jakarta.

th

edition Indonesia, EGC,

Dorland, W. (2008). Dorland's illustrated medical dictionary. Philadelphia, PA:


Saunders.
Medicine.med.nyu.edu,
(2014).
Ileus.
[online]
Available
at:
http://medicine.med.nyu.edu/conditions-we-treat/conditions/ileus [Accessed 21 May.
2014].
Nobie, B. A. (2009, November 12). Obstruction, Small Bowel. Retrieved June 6th,
2011, from emedicine: http://emedicine.medscape.com/article/774140- overview
Ganiswara, SG, Setiabudy, R, Suyatna, FD, dkk, (2006), Farmakologi Dan Terapi,
Edisi 5, Gaya Baru, Jakarta.
Junquiera L.C., Carneiro J, (2007), Histologi Dasar, Text dan Atlas, edisi 10, Penerbit
buku kedokteran EGC
Siti Boedina Kresno,(2005), Imunologi, Diagnosis dan Prosedur Laboratorim ed FKUI
http://ilmubedah.info/ileus-obstruksi-definisi-etiologi-gambaran-klinikdiagnosis- terapi-prognosis
www.fk.uwks.ac.id/elib/.../TRAKTUS%20GASTROINTESTINAL
http://www.infokedokteran.com

Haya Farah K
1102012110

Anda mungkin juga menyukai