EDEMA
Anto, laki-laki, 30 tahun, mengeluh perutnya membesar dan kakinya bengkak sejak 1
bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya asites dan edema pretibial,
yang menunjukkan kelebihan cairan tubuh. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
kadar protein (albumin) di dalam plasma darah yang rendah 2,0 g/l (normal > 3,5 g/l).
Keadaan ini menunjukkan adanya gangguan tekanan koloid osmotik dan tekanan
hidrostatik di dalam kapiler darah.
2. Asites
3. Pemeriksaan fisik = Pemeriksaan tubuh untuk mencari kelainan dan apa yang
dikeluhkan pasien.
4. Edema pritibial
5. Plasma darah
= Protein yang larut dalam air dan juga dalam konsentrasi larutan garam
yang sedang dengan kadar 60% dari plasma.
8. Tekanan hidrostatik
9. Kapiler darah
Penyebab asites :
Peningkatan permeabilitas vaskuler
Peningkatan intravena
Adanya obstruksi saluran limfe
Penurunan onkotik plasma
Penyebab edema :
Gagal jantung
Sirosis hati
Syndrom nefrotik
Hypoalbuminemia
Gagal ginjal akut
Gangguan intraabdomen
5.
Gejala asites :
Pembengkakan kelopak mata
Peningkatan tekanan darah
Denyut nadi kuat
Penambahan berat badan secara cepat
Gejala edema :
Perut tegang
Pusar menjadi datar
6.
Fungsi albumin :
Mengatur tekanan osmotik
Protein pengangkut (hormon)
Anti koagulan
Komposisi albumin :
Mineral
Asam amino
a. 13.
STEP 7
I. Memahami dan menjelaskan kapiler darah
I.1. Menjelaskan pengertian kapiler darah dan susunan sirkulasi kapiler darah
kapiler merupakan saluran mikroskopik untuk pertukaran nutrient dan zat sisa
diantara darah dan jaringan.
Bagian fungsional dari sirkulasi :
Arteri, berfungsi untuk mentransport darah dibawah tekanan tinggi kejaringan,
maka dinding arteri kuat dan darah mengalir kuat di arteri
Kapiler, berfungsi untuk pertukaran cairan, zat makanan, elektrolit, hormon, dan
bahan lainnya antara darah dan cairan intertisial, dinding kapiler sangat tipis
untuk zat bemolekul kecil
Vena, berfunsi untuk saluran drah dari jaringan kembali ke jantung. Dinding vena
sangat tipis tapi dindingnya memiliki otot sehingga dapat meluas dan menampung
darah sesuai kebutuhan tubuh.
Rangkaian kapiler berawal dari darah mengalir dari arteri melalui arteriol dan
melewati serangkaian pembuluh metarteriol (pertengahan antara arteriol dan
kapiler), setelah meninggalkan arteriol kemudian darah masuk kedalam kapiler
(pembuluh yang berukuran besar disebut saluran istimewa and yang berukuran
kecil disebut kapiler murni), kemudian darah akan menuju ke sirkulasi sistemik
melalui venula. Pada titik dimana kapiler murni berasal dari metarteriol ada serat
otot polos yang mengelilingi kapiler, serat ini disebut serat sfingter prekapiler
yang dapat membuka dan menutup jalan masuk ke kapiler.
Mekanisme pertukaran zat dalam kapiler
Kapiler memiliki percabangan yang luas sehingga terjangkau oleh semua sel.
Karena percabangan kapiler yang luas juga menyebabkan lambatnya aliran darah
melalui kapiler.
Pertukaran zat antara darah dan jaringan melalui dinding kapiler ada terdiri dari
dua tahap yaitu, difusi pasif mengikuti penurunan gradient konsentrasi dan bulk
flow.
I.4. Menjelaskan definisi dan hubungan tekanan koloid osmotik dengan tekanan
hidrostatik
Tekanan osmotik koloid plasma atau tekanan onkotik adalah suatu gaya yang di
sebabkan oleh dipersi koloid protein-protein plasma, tekanan ini mendorong
pergerakan cairan ke dalam kapiler. Tekanan koloid plasma rata-rata adalah 25
mmHg.
Tekanan hidrostatik cairan interstisium adalah tekanan cairan yang bekerja di
bagian luar dinding kapiler oleh cairan interstisium, tekanan ini cenderung
mendorong cairan masuk ke dalam kapiler.
Hukum Starling: kecepatan dan arah perpindahan air dan zat terlarut antara
kapiler dan jaringan dipengaruhi oleh perbedaan tekanan hidrostatik dan osmotik
masing-masing kompartemen.
a)
b)
c)
d)
(tekanan ke dalam)
Konsep Keseimbangan
Sel-sel pada organisme multisel kompleks mampu bertahan hidup dan
hanya berfungsi dalam rentang komposisi cairan ekstrasel (CES), lingkungan
cairan internal yang membahasi sel-sel tersebut, yang sangat sempit. Kuantitas
setiap bahan tertentu di CES dianggap sebagai pool (simpanan) internal yang
siap dipakai.
Jumlah suatu bahan di dalam simpanan tersebut dapat meningkat akibat
pemasukkan dari lingkungan eksternal (terutama melalui ingesti) atau melalui
pembentukan bahan tersebut dalam metabolisme di dalam tubuh. Suatu bahan
dapat dikurangi dari tubuh dengan mengekskresikannya keluar atau
menggunakannya dalam reaksi-reaksi metabolisme.
Jika kuantitas suatu bahan akan dipertahankan stabil di dalam tubuh,
pemasukkannya melalui ingesti atau produksi metabolik haruis
diseimbangkan dengan pengeluarannya yang setara melalui ekskersi atau
konsumsi metabolik. Hubungan ini dikenal sebagai konsep keseimbangan,
sangat penting untuk mempertahankan konsep homeostasis.
Namun, tidak semua jalur pemsukkan dan pengeluiaran dapat diterapkan
untuk semua konstituen cairan tubuh. Misalnya, garam tidak disintesis atau
dikonsumsi oleh tubuh, sehingga stabilitas konsentrasi garam di dalam cairan
tubuh bergantung seluruhnya pada kesimbangan antara ingesti dan ekskresi
garam.
Simpanan di CES dapat diubah lebih lanjut oleh perpindahan konstituen
CES tertentu ke dalam sel atau tulang. Apabila tubuh secara keseluruhan
mengalami kelebihan atau kekurangan suatu bahan simpanan tertentu, tempan
penyimpanannya dapat diperbesar atau sebagian dikurangi agar konsentrasi
bahan dalam CES tetap berada dalam batas-batas homeostasis. Sebagai
contoh, setelah penyerapan makanan, saat glukosa yang memasuki plasma
lebih banyak daripada yang dikonsumsi oleh sel-sel, kelebihan glukosa
tersebut dapat disimpan sementara di sel otot atau hati dalam bentuk glikogen.
Depot simpanan ini kemudian dapat dipakai di antara waktu makan sesuai
kebutuhan untuk mempertahankan kadar glukosa dalam plasma pada saat
tidak ada nutrien yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan.
Namun, perlu diketahui bahwa kapasitas penyimpanan internal terbatas.
Walaupun pertukaran internal antara CES dan depot simpanan dapat
memulihkan konsentrasi suatu bahan di dlam plasma ke tingkat normal untuk
sementara, dalam jangka panjang setiap kelebihan atau kekurangan bahan
tersebut harus dikompensasi oleh penyesuaian dalam pemasukkan atau
pengeluaran tubuh total.
Asupan
a. 1. Cairan dari
ingesti
b. 2. Cairan
hasil
metabolisme
Latihan Berat
2.100
200
?
200
2.300
350
350
100
100
1.400
350
650
5.000
100
500
2.300
6.000
Total Asupan
1. 1.
Insensibel
kulit
2. 2.
Keluaran
Insensibel
paru
3. 3.
Keringat
4. 4.
Feses
5. 5.
Urine
Total Pengeluaran
Sindroma nefrotik
Ada dua faktor penentu terjadinya edema yaitu:
1. perubahan hemodinamik dalam kapiler yang memungkinkan keluarnya
cairan intravaskular ke dalam jaringan interstisium yang di pengaruhi oleh:
a. permeabilitas kapiler
b. selisih tekanan hidrolik dalam kapiler dengan tekanan hidrolik dalam
interstisium
c. selisih tekanan onkotik dalam plasma dengan tekanan onkotik dalam
interstisium.
2. retensi natrium di ginjal karena :
a. aktifitas sistem renin-angiotensin-aldosteron yang erat kaitannya dengan
baroreseptor di arteri aferen glomerulus ginjal .
b. aktifitas ANP (atrial natriuretik peptide) yang erat kaitannya dengan
baroreseptor di atrium dan ventrikel jantung.
c. Aktivitas saraf simpatis, ADH yang erat kaitannya dengan baroreseptor di
sinus karotikus
d. Osmoreseptor di hipotalamus
II.6. Menjelaskan mekanisme edema
1. a)
1)
ADH
Retensi air
Retensi Na
ANP N/
Retensi
ADEMA
2)
Mekanisme overfilling
Terjadinya edema yang diakibat karena kelainan yang mengganggu
ekskresi natrium di tubulus distal, sebagai akibat terjadinya peningkatan
volume darah (ocerfilling), penekanan SRAA dan vasopresin. Kondisis
volume darah yang meningkat yang disertai rendahnya tekanan osmotik
plasma mengakibatkan transudasi cairan dari kapiler ke interstitial
meningkat sehingga terjadi edema.
Defek tubulus yang primer
Retensi Na
Volume plasma
ADH
ANP
Aldosteron
tubulus resisten
terhadap ANP
EDEMA
1. b)
secara berlebihan sehingga produksi urin akan sangat berkurang. Di lain pihak,
ADH juga merangsang pusat rasa haus, menyebabkan peningkatan pemasukan air
1. c)
1. d)
1.
1)
4.
4)
1. e)
Edema idiopatik
Pada edema idiopatik ini terdapat perbedaan berat badan yang dipengaruhi
oleh posisi tubuh. Pada posisi berdiri terjadi retensi natrium dan air sehingga terjadi
peningkatan berat badan, ini diduga karena terjadi peningkatan permeabilitas
kapiler pada posisi berdiri. Pada kondisi tertentu dapat disertai penurunan volume
plasma yang kemudian mengaktivasi SRAA sehingga edema akan memberat
b.
c.
1.
a.
b.
1.
2.
3.
c)
1.
2.
d)
Kadar protein
Zat lemak
Pemeriksaan mikroskopis
Menghitung jumlah leukosit
menghitung jenis sel
Bakterioskopi
hernia umbilikalis
Tirah baring
Diet
Terapi terapisentesis
Pengobatan terhadap penyakit yang mendasari
DAFTAR PUTAKA