Sistem NEUROPSIKIATRI
MODUL II
"MENGAMUK"
TUTOR :
dr. Nur Eviriani Pahisa
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Tri Wulandari Iskandar
K1A113147
K1A115068
K1A114048
Nurfadillah Ngani
K1A115100
Arhami Arman
K1A115007
Astrid Nabila
K1A115008
K1A115102
Anggry Sucialantika
K1A115056
K1A115135
K1A115067
Andreas Novianto
K1A115143
4. Mengamuk ketika keadaan rumah berantakan atau suaminya tidur-tidur saja/tidak bekerja
5. Saat mengamuk tidak sadar apa yang telah dilakukannya
6. Setelah sadar dia bingung dan menyesali apa yang telah dilakukannya
7. Penampilan : berpakaian hitam-hitam, pembicaraan lancar, aktivitas psikomotor wajar.
8. Ekspetasi perasaan (afek) wajar
9. Halusinasi, waham tidak ada
PERTANYAAN
1. Jelaskan definisi megamuk!
Jawab :
Mengamuk atau agitasi didefinisikan sebagai kegelisahan atau aktivitas motorik yang berlebihan
dan tidak bertujuan, biasanya dihubungkan dengan keadaan tegang atau ansietas, disebut juga
pschomotor.
Sumber : Dorland. 2014. Kamus kedokteran dorlan edisi 31. Jakarta : EGC
2. Jelaskan bagian-bagian otak yang terkena akibat timbulnya mengamuk ?
Jawab :
Sistem limbic merupakan emosi, perilaku dan motivasi. System limbic bukanlah suatu
struktur terpisah tetapi suatu cincin struktur-struktur otak depan yang mengelilingi batang otak dan
saling berhubungan melalui jalur-jalur neuron rumit. Struktur ini mencakup bagian dari setiap yang
berikut : lobus-lobus korteks serebrum (terutama korteks asosiasi limbic), nucleus basal, thalamus dan
hipotalamus. Anyaman interaktif kompleks ini berkaitan dengan emosi, kelangsungan hidup dasar dan
pola perilaku sosioseksual, motivasi dan belajar.
System limbic berperan penting dalam emosi. Konsep emosi mencakup perasaan emosional
subjektif dan suasana hati (misalnya marah, takut, sedih dan gembira) dan respon fisik nyata yang
berkaitan dengan perasaan-perasaan tersebut. Respon-respon ini mencakup pola perilaku spesifik
(misalnya, bersiap menyerang atau bertahan ketika terancam oleh musuh) dan ekspresi emosi yang
dapat diamati (misalnya, tertawa, menangis atau tersipu). Bukti-bukti yang ada mengisyaratkan peran
sentral system limbic dalam semua aspek emosi. Stimulasi terhadap region-regio spesifik di dalam
system limbic manusia sewaktu pembedahan otak menimbulkan beragam sensasi subjektif samar
yang dinyatakan oleh pasien sebagai kesenangan, kepuasan atau kenikmatan di satu regio dan
kekecewaan, ketakutan atau kecemasan di regio lain. Sebagai contoh, amigdala, di interior di sisi
bawah lobus temporalis , sangat penting untuk memroses masukan yang menghasilkan sensasi takut.
Pada manusia dan hingga tahap yang belum diketahui pada spesies lain, tingkat-tingkat korteks yang
lebih tinggi juga krusial bagis kesadaran akan perasaan emosional.
Struktur utama system limbic adalah formasio hipokampalis, girus parahipokampalis dan area
entorhinal, girus cinguli, korpus mamilare dan amigdala. Struktur tersebut saling berhubungan di
sirkuit Papez dan juga membentuk hubungan yang luas dengan region otak lainnya (neokorteks,
thalamus dan batang otak). System limbic dengan demikian memungkinkan komunikasi antara
struktur mesencephalon, diensefalon dan neokortikal.
Amigdala
Amigdala terbentuk dari beberapa komponen yang berbeda, beberapa diantaranya secara
fungsional berkaitan erat dengan system olfaktorius, sedangkan yang lainnya (zona medial dan
sentral) dianggap berkaitan dengan system limbic. Amigdala adalah nucleus tempat berasalnya stria
terminalis, yang membentuk lengkung besar ke atas dan ke depan di alur antara thalamus dan nucleus
kaudatus hingga mencapai tingkat foramen interventriculare, tempat stria ini terpecah menjadi
beberapa gelondong serabut yang berbeda. Beberapa serabut ini berlanjut ke area septalis, sedangkan
yang lainnya ke bagian rostral hipotalamus, dan beberapa lainnya melalui stria medularis ke nucleus
habenularis. Selain itu, amigdala dianggap membentuk hubungan dengan mesencephalon dan
terutama, dengan nucleus mediodorsalistalami, yang kemudian berproyeksi ke korteks orbitofrontalis.
Kedua amigdala juga berhubungan satu sama lain.
Stimulasi eksperimental pada amigdala diketahui menimbulkan aktivasi afektif. Reaksi
emosional, seperti kemarahan dan agresi, muncul dan disertai oleh reaksi otonom seperti peningkatan
tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan frekuensi pernapasan. Perubahan atensi, asupan nutrisi
dan perubahan perilaku seksual terjadi tergantung pada subdivisi nucleus amigdala yang terstimulasi.
Mekanisme neurofisiologis mendasar yang berperan dalam observasi psikologis emosi dan
perilaku termotivasi sebagian besar masih belum diketahui, meskipun neurotransmitter norepinefrin,
dopamine dan serotonin diperkirakan berperan.
SUMBER :
1. Sherwood, Lauralee. 2015. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi 8. Jakarta : EGC
2. Baehr&Frotscher. 2016. Diagnosis Topik Neurologis DUUS, Edisi 4. Jakarta : EGC
3. Jelaskan klasifikasi mengamuk dan gambaran klinisnya!
Jawab :
KLASIFIKASI MENGAMUK DAN GAMBARAN KLINIS
a. Gangguan mental organik :
-
Delirium
Gambaran Klinik
1. Gangguan kesadaran dan perhatian (kesadaran menurun, berkabut, perhatian tidak
terarah)
2. Gangguan fungsi kognitif secara menyeluruh (disorientasi, hendaya daya ingat
segera)
3. Gangguan psikomotor (Hipo/hiperaktif, bicara banyak atau kurang)
4. Gangguan siklus tidur - bangun yang berubah atau terbalik dari
biasanya
Tumor otak
akal.
(siang
Gambaran Klinik
1. Riwayat dan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya penyakit, kerusakan atau
disfungsi otak.
2. Disertai dua atau lebih dari hal berikut :
a. Penurunan kemampuan mempertahankan aktivitas bertujuan untuk waktu yang
lama dan penundaan kepuasan.
b. perubahan perilaku emosional
c. Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa mempertimbangkan konsekwensi
atau kelaziman sosial.
d. Gangguan proses pikir
e. Perubahan kecepatan arus bicara
f.
Skizofrenia paranoid
Gambaran Klinik
Gejala-gejala paranoid yang paling umum :
(a)
(b)
(c)
5. Rigiditas (rigidity : mempertahankan sikap tubuh yang kaku melawan upaya untuk
memnggerakkannya);
6. Fleksibilitas serea (waxy flexibility : mempertahankan posisi anggota gerak dan
tubuh yang dilakukan dari luar;
7. Gejala-gejala lain seperti otomatis terhadap perintah (command automatisme ;
ketaatan secarra otomatis terhadap perintah), dan perseverasi kata-kata serta kalimat.
-
rendah
Gambaran Kognitif
1. Harga diri meningkat, grandiositas.
2. Bicara cepat dan membanjir (logorrhea)
3. Desakan pembicaraan (pressure of speech)
4. Lompat gagasan (flight of ideas)
5. Kadang-kadang inkoherensi
6. Daya nilai buruk, disorganisasi
7. Waham dan halusinasi.
Gangguan paranoid
c. Gangguan kepribadian
-
4. Mempertahankan dengan gigih bila perlu dengan kekuatan fisik tentang hak
pribadinya yang sebenarnya tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
5. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual dari pasangannya
6. Kecendrungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang dinyatakan dalam
sikap menyangkut diri yang menetap.
7. Dirundung oleh rasa persekongkolan dari suatu peristiwa terhadap dirinya maupun
dunia pada umumnya tanpa bukti.
d. Masalah situasional
-
Panik homoseksual
serotonin, dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Kadar serotonin yang di
korteks orbital menyebabkan perilaku yang kooperatif, sedangkan serotonon yang rendah
menyebabkan perilaku agresif.
6. Bagaimana langkah-langkah penegakkan diagnosis dari skenario?
Jawab :
LANGKAH LANGKAH DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
Autoanamnesis, menggali informasi, tanda dan gejala langsung kepada
penderita
Menggali gejala yang ada
Menggali stressor yang dialami bagi penderita non psikotik
Menggali riwayat kehidupan, pekerjaan dan informasi lainnya bagi
2.Pemeriksaan, terdiri dari
Fisik diagnostic, status mentalis, laboratorium, radiologik, evaluasi psikologik, dan lainnya.
Diagnosis pada pemeriksaan psikiatri diagnosis dibagi kedalam lima aksis sebagai berikut :
1. Aksis I
a. Gangguan klinis
b. Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis
2. Aksis II
a. Gangguan kepribadian
b. Retardasi mental
3. Aksis III
Kondisi medik umum
4. Aksis IV
Masalah psikososial dan lingkungan
5. Aksis V
Sumber : Lab. Ketrampilan Medik PPD Fk.Unsoed.pdf.2013
7. Menentukan DD dan DS.
Jawab :
Gangguan
Gangguan
Skizofrenia
Wanita 21 tahun
Bipolar
+
Disosiasi
+
Mengamuk
3 bulan
-/+
bekerja (Sterssor)
Saat Mengamuk
tidak sadar
Tidak Ada Afek
keadaan rumah
berantakn dan
suaminya tidak
& Waham
8. penatalaksanaan dari DS
Jawab :
Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap gangguan disosiatif. Bentuk terapinya berupa terapi
bicara, konseling atau terapi psikososial, meliputi berbicara tentang gangguan yang diderita oleh
pasien jiwa. Terapi ini membantu untuk memahami penyebab dari kondisi yang dialami. Psikoterapi
untuk gangguan disosiasi sering mengikutsertakan teknik seperti hipnotis yang membantu kita
mengingat trauma yang menimbulkan gejala disosiatif.
Penanganan gangguan disosiatif yang lain meliputi :
Terapi kognitif
Terapi kognitif ini bisa membantu untuk mengidentifikasikan kelakuan yang negative dan
tidak sehat dan menggantikannya dengan yang positif dan sehat, dan semua tergantung dari
ide dalam pikiran untuk mendeterminasikan apa yang menjadi perilaku pemeriksa.
Terapi obat
Terapi ini sangat baik untuk dijadikan penanganan awal, walaupun tidak ada obat yang
spesifik dalam menangani gangguan disosiatif. Tetapi biasanya diberikan resep berupa antidepresan dan obat anti-cemas untuk membantu mengontrol gejala mental pada gangguan
disosiatif ini.
Ahli terapi biasanya merekomendasikan menggunakan hypnosis yang biasanya berupa hypnoterapi
atau
hipnotis
sugesti
sebagai
bagian
dari
penanganan
pada
gangguan
disosiatif.
Hypnosis menciptakan keadaan relaksasi yang dalam dan tenang dalam pikiran. Saat terhipnotis,
pasien dapat berkonsentrasi lebih intensif dan spesifik. Karena pasien lebih terbuka terhadap sugesti
saat pasien terhipnotis. Ada beberapa konsentrasi yang menyatakan bahwa bisa saja ahli hipnotis akan
menanamkan
Pencegahan :
memori
yang
salah
dalam
mensugesti
(kenanganpalsu).
Anak- anak yang secara fisik, emosional dan seksual mengalami gangguan, sangat beresiko tinggi
mengalami gangguan disosiatif. Jika terjadi hal yang demikian, maka bersegeralah mengobati secara
sugesti, agar penanganan tidak berupa obat anti depresan ataupun obat anti stress, karena diketahui
bahwa jika menanamkan sugesti yang baik terhadap usia belia, maka nantinya akan didapatkan hasil
yang maksimal, dengan penanganan yang minimal.
(Sumber : jurnal tentang Dissociative Fugue oleh Risky Astari Deliana)
9. Prognosis dan Komplikasidari DS
Jawab :
a. Prognosis
Beberapa ahli percaya bahwa prognosis pemulihan sangat baik untuk anak-anak. Meskipun
pengobatan membutuhkan beberapa tahun, sering pada akhirnya efektif. Walaupun dikembalikan lagi
pada faktor pasien dan terapisnya. Secara umum memang diketahui bahwa semakin baik pengobatan,
maka semakin baik juga prognosisnya. Pasien mungkin mengalami gangguan dari gejala-gejalanya
saat memasuki usia empat puluhan. Stress atau penyalahgunaan zat juga berperan penting dalam
kambuhnya simtom-simtom.
Sumber : https://dokterindonesiaonline.com/2013/05/05/penanganan-terkini-gangguan-jiwa-identitasdisosiatif-atau-gangguan-kepribadian-majemuk/
b. Komplikasi
Orang-orang dengan gangguan disosiatif berisiko besar mengalami komplikasi yang terdiri
dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Mutilasidiri
Gangguan seksual
Alkoholisme
Depresi
Gangguan saat tidur, mimpi buruk, insomnia, atau berjalan sambil tidur
Gangguan kecemasan
Gangguan makan
Sakit kepala berat
Gangguan disosiatif juga selalu dihubungkan dengan penyakit yang signifikan. Orangorang dengan kondisi seperti ini sering tidak dapat mengelola emosi dan stress dengan
baik. Dan reaksi disosiatifnya dapat menyebabkan teman-temannya menganggap dirinya
aneh.
Sumber : dinkes.sulselprov.go.id/berita-gangguan-disosiatif.html