Anda di halaman 1dari 19

Skenario

Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke dokter dengan keluhan nyeri dan bengkak pada lutut kiri
dan pergelangan kaki (Ankle) kiri bagian belakang. Keluhan muncul setelah olahraga basket, pasien
melompat dan mendarat dengan kaki tidak sempurna saat berolahraga dan terdengar suara “pop”.
Setelah kejadian pasien mengaku masih bisa berjalan walaupun sulit dan nyeri. Pada pemeriksaan fisik
tidak tampak deformitas pada lutut dan anklenya. Selama ini pasien hanya berobat ke sinshe tetapi
tidak ada perkembangan.

Diskusikan kasus diatas dengan langkah seven jumps !


Klasifikasi istilah:
 Deformitas: perubahan bentuk pada kaki atau suatu kondisi kelainan bentuk secara anatomi
dimana struktur tulang berubah dari bentuk yang seharusnya.
 Sinshe: ahli pengobatan tradisional china yang menjual obat dan memberi naishan untuk
menjaga kesehatan
 Ankle adalah Sendi ankle adalah sendi yang paling utama bagi tubuh untuk menjaga
keseimbangan saat berjalan dipermukaan yang tidak rata. Sendi ini tersusun dari tulang,
ligamen, tendon, dan seikat jaringan penghubung. Sendi ankle dibentuk oleh empat tulang yaitu
tibia, fibula, talus, dan calcaneus.

Pertanyaan
 Mengapa terjadi nyeri dan bengkak pada lutut kiri dan pergelangan kaki kiri bagian belakang?
 Mengapa keluhan muncul setelah olahraga basket, melompat, dan mendarat kejadian seperti di
scenario?
 Mengapa adanya bunyi pop setelah adanya kejadian di scenario?
 Mengapa pada pemeriksaan fisik tidak tampak deformitas?
 Bagaimana pentalaksanaan untuk kasus pada scenario tersebut?
 Apakah ada faktor faktor yang berpengaruh dalam kasus scenario tersebut?

Jawaban bismillah
 Mengapa terjadi nyeri dan bengkak pada lutut kiri dan pergelangan kaki kiri bagian belakang?
Pada kasus tersebut, telah diketahui bahwa pasien mendapatkan trauma setelah
olahraga basket, pasien melompat dan mendarat dengan kaki tidak sempurna saat
berolahraga. Kemudian kita ketahui lagi bahwa nyeri dan bengkak itu terjadi pada lutut dan

1
juga pergelangan kaki. Dari area yang diketahui kemungkinan pasien mengalami cedera atau
trauma pada sendinya terutama di sendi lutut dan sendi pergelangan kaki. Jika kita
menghubungkan dari keterangan-keterangan yang ada maka kemungkinan pasien
mendapatkan trauma ketika berolahraga sehingga membuat terjadi cedera pada sendi yang
akan menimbulkan perdarahan pada sendi yang disebabkan karena adanya kerusakan pada
jaringan di sekitar sendi. Dari perdarahan itu atau yang disebut haemarthrosis. Hal ini akan
mengakibatkan daerah yang terkena mengalami pembengkakan. Pembengkakan itu bisa
menimbulkan nyeri karena bisa menekan pada syaraf yang ada disekeliling daerah tersebut.
Selain itu, adanya perdarahan yang banyak otomatis akan banyak juga sitokin sitokin dan sel
sel inflamasi yang ikut terbawa sehingga akan menimbulkan inflamasi. Akibatnya, mediator
nyeri akan dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan histamin yang akan
merangasng nosiseptor.

 Inflamasi pada acl


TNF-α merupakan suatu sitokin dari makrofag yang juga menyebabkan degradasi
cartilage dan mensupresi sistensi dari matriks. TNF- α juga menyebabkan sekresi IL-6
dari kondrosit serta IL-1 dan metalloprotease dari sel synovial. konsentrasi IL-6,
MMP-3 dan TIMP-1 akan lebih tinggi pada individu dengan cedera ACL dibandingkan
dengan sendi lutut yang normal. TNF-α dan IL-1β juga terdeteksi pada individu dengan
cedera ACL. Cedera akut ACL menimbulkan reaksi inflamasi yang berlangsung kronis
setelah resolusi efusi akut. Sitokin inflamasi sendi-lutut dapat mendorong katabolisme
tulang rawan melalui sintesis radikal bebas dan metaloprotease dan membentuk OA.
Sitokin IL-6, IL-8, dan IL-1β meningkatkan aktivitas osteoklastik dan dapat berkontribusi
pada resorpsi tulang. IL-6 dan IL-8 adalah sitokin proinflamasi yang memiliki peran
penting dalam kerusakan tulang rawan dan tulang. IL-6 di lingkungan sendi mengurangi
produksi kolagen tipe II, meningkatkan produksi MMPs, dan dianggap sebagai sitokin
kunci dalam degradasi tulang subchondral. IL-6 memiliki kemampuan untuk
meningkatkan produksi kemokin inflamasi, seperti IL-8 pada sinoviosit dan monosit.

 Mengapa keluhan muncul setelah olahraga basket, melompat, dan mendarat kejadian seperti di
scenario?
 Dari aktivitas yang dilakukan itu merupakan aktivitas olahraga. Sehingga pasien
kemungkinan mengalami cedera olahraga ( sport injury). Sport injury bisa
mengenai jaringan baik hard tissue (bisa tulang ataupun sendi) maupun soft

2
tissue(sprain/ligament atau strain/otot tergantung kejadian cideranya). Sport
injury bisa terjadi karena:
• Cedera aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas fisik
• Cedera akut dan cedera overuse karena penggunaan yang berlebihan diluar
kapasitasnya
• Tergantung mekanisme cidera dan waktu mulainya gejala
Pada scenario tersebut tidak ditemukan adanya deformitas. Sehingga cedera ini
terdapat pada soft tissuenya. Dan juga karena berasal dari gerakan melompat,
mendarat kejadian kemungkinan kejadian ini disebabkan karena cedera aktivitas
yang berhubungan dengan aktivitas fisik.
 Pada lutut terdapat anterior cruciate ligament, posterior cruciate ligament,
meniscus lateral, meniscus ( bantalan sendi) medial, lateral collateral ligament,
medial collateral ligament. Articular cartilage. Meniscus berfungsi sebagai shock
absorber yaitu sebagai peredam tekanan hampir sama dengan permukaan sendi.
Ada trias yang paling sering cidera dan terjadi bersamaan adalah ACL, MCL, dan
Medial meniscus. Lalu jika terjadi cidera pada ligament tidak akan sembuh karena
minimal vaskularisasi, dan cairan sendi yang menghambat penyembuhan secara
normal menjadi ligament namun yang terjadi bukan menjadi ligament melainkan
menjadi jaringan parut .
 ACL
Memiliki fungsi menahan anterior translasi tibia dan menahan tibia agar tidak ke
depan. Akan Tegang saat ekstensi, longgar saat fleksi. Ketika sendi lutut fleksi
pada sudut yang benar, tibia tidak dapat ditarik ke anterior karena dipegang
oleh ACL. Ligamen ini berfungsi sebagai stabilisator yang mencegah
pergeseran ke depan yang berlebih dari tulang tibia terhadap tulang femur
yang stabil, atau mencegah pergeseran ke belakang yang berlebih tulang femur
terhadap tulang tibia yang stabil. Cedera ACL adalah cedera lutut tersering
yang dialami oleh atlet.
Etiologi
Diperkirakan bahwa 70% dari cedera ACL terjadi melalui mekanisme
non kontak sementara 30% adalah hasil dari kontak langsung.
Mekanisme cedera sering dikaitkan dengan perlambatan diikuti dengan
pemotongan, berputar atau “side stepping maneuver”, pendaratan canggung

3
atau "out of control play” pada atlet karena cedera ini sering terjadi pada
banyak atlet.
Penyebab lain dari hipotesis ini adalah perbedaan kelamin yang
berkaitan dengan tingkat cedera ACL yang termasuk keselarasan pelvis dan
ekstremitas bawah (kaki), peningkatan kelemahan ligamen, dan efek estrogen
pada sifat ligamen.
Jatuh dari tangga atau hilang satu langkah di tangga adalah
kemungkinan penyebab lainnya. Seperti bagian tubuh lain, ACL menjadi
lemah dengan usia. Jadi robekan terjadi lebih mudah pada orang tua dari usia
40 tahunan.
Cedera ini umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan-gerakan
zig-zag, perubahan arah gerak, dan perubahan kecepatan yang mendadak
(akselerasi-deselerasi) seperti sepak bola, basket, bola voli, dan futsal.
Mayoritas cedera yang terjadi adalah non-kontak dengan mekanisme valgus
lutut dan twisting (puntiran). Situasi ini sering terjadi ketika atlet menggiring
bola atau salah posisi lutut ketika mendarat. Trauma juga dapat menyebabkan
robeknya ACL, terutama trauma langsung pada lutut dengan arah gaya dari
samping. Cedera pada ACL terjadi melalui mekanisme nonkontak yaitu
fleksivalgus-eksternal rotasi, fleksi-varus internal rotasi, dan external rotasi
atau hiperekstensi berlebihan. Penilaian derajat cedera ACL dapat dilakukan
berdasarkan robekan yang terjadi, yaitu:
Derajat 1: Robekan mikro pada ligamen. Umumnya tidak menimbulkan
gejala ketidakstabilan dan dapat kembali bermain setelah proses
penyembuhan.
Derajat 2: Robekan parsial dengan perdarahan. Terjadi penurunan fungsi dan
dapat menimbulkan gejala ketidakstabilan.
Derajat 3: Robekan total dengan gejala ketidakstabilan yang sangat
bermakna.
 Tingkat 1
Ligamen lutut anterior mengalami kerusakan ringan. Pada tingkat ini, cedera ACL umumnya
tidak mempengaruhi kemampuan lutut untuk menahan berat badan.
 Tingkat 2
Ligamen lutut anterior tertarik dan robek sebagian. Pada tingkat ini sendi lutut mulai tidak

4
stabil. Penderita cedera ACL tingkat 2 akan membutuhkan waktu untuk menstabilkan lutut
sejenak sebelum berjalan atau berdiri.
 Tingkat 3
Ligamen lutut anterior mengalami kerusakan berat dan robek seluruhnya. Penderita cedera
ACL tingkat 3 akan merasakan lutut yang benar-benar tidak stabil.
 Avulsi
Ligamen lutut anterior tertarik dan terlepas dari salah satu tulang yang mengapitnya, baik
tulang paha maupun tulang kering.
Gerakan-gerakan yang berisiko menimbulkan ACL antara lain:
 Bergerak dengan cepat lalu berhenti tiba-tiba
 Mengubah arah gerakan kaki dan lutut secara mendadak
 Mengubah posisi dari diam ke posisi melompat atau berputar secara mendadak
 Merenggangkan lutut yang terlalu berlebihan
 Melakukan lompatan dan mendarat dengan posisi kaki yang tidak pas
 Mendapatkan tabrakan atau benturan di area lutut, misalnya mendapatkan tackle saat bermain
sepak bola

Gejala klinis
Adanya riwayat klasik seperti cedera saat berputar dengan fleksi lutut yang
sedikit, mendarat dan beputar saat melompat seperti sepak bola, bola tennis,
dll. Riwayat klasik seperti noncontact deceleration, melompat dan cutting
action. Mekanisme cedera yang lain termasuk external forces pada kaki. Kaki
pasien sering hiperekstensi atau sendi keluar dan berkurang
Atlet akan mendengar bunyi “pop” pada lutut yang menandakan robeknya
ligamen kemudian diikuti dengan pembengkakan dalam 12-16 jam pertama
karena adanya perdarahan di ruang sendi (hemartrosis).
Tambahan youtube:
Acl robek ketika kaki melakukan perubahan secara tiba tiba. Misla berhenti
tiba2, atau ketika kaki dan lutut terbentur benda keras secara tiba tiba. Banyak
terjadi di pesebak bola karena ada lompatan, putiran, dan putaran.
PCL
Memiliki fungsi menahan gerakan posterior translasi tibia, menahan tibia agar tidak
ke belakang. PCL menghubungkan tulang paha (femur) dengan tulang betis (tibia).

5
PCL berada di bagian belakang lutut. PCL menjaga tibia agar tidak bergerak ke
belakang terlalu jauh. Meskipun PCL lebih besar dan lebih kuat dari ACL, PCL juga
dapat mengalami cedera. Cedera ligamen lutut PCL lebih jarang terjadi dibandingkan
dengan cedera ligamen lutut ACL. Cedera pada PCL memerlukan gaya yang besar.
Grade 1. Ligamen mengalami kerusakan ringan. Ligamen sedikit teregang, tetapi
masih mampu menjaga sendi lutut tetap stabil.
Grade 2. Ligamen meregang hingga menjadi longgar. Kondisi ini sering disebut
sebagai robekan ligamen sebagian.
Grade 3. Grade ini mengacu pada robekan ligamen lengkap. Ligamen terbagi
menjadi dua, dan sendi lutut menjadi tidak stabil.  
Etiologi
Kecelakaan kendaraan bermotor. “Cedera dashboard" terjadi ketika lutut yang
dalam posisi tertekuk membentur dashboard, sehingga mendorong tulang betis
yang berada tepat di bawah lutut dan menyebabkan robekan ligamen cruciatum
posterior.
Olahraga kontak. Atlet olahraga seperti sepakbola, baseball, atau ski, dapat
mengalami robekan ligamen cruciatum posterior ketika terjatuh dengan posisi lutut
tertekuk. Tulang betis membentur tanah terlebih dahulu dan bergerak ke belakang.
Terjegal ketika lutut dalam posisi tertekuk juga dapat menyebabkan cedera pada
PCL.
Gejala
 Nyeri. Nyeri ringan hingga sedang di lutut dapat menyebabkan penderita mengalami
sedikit pincang atau sulit berjalan.
 Pembengkakan. Pembengkakan lutut terjadi dengan cepat, dalam beberapa jam
setelah cedera.
 Instabilitas. Lutut dapat terasa longgar, seolah akan lepas.
Histori
- Dashboard Struck
- Jatuh dengan kaki PF
- Nyeri posterior

Meniscus

6
Meniscus adalah bangunan fibrocartilago yang memisahkan antara tulang paha
(femur) dan tulang kering (tibia). Berdasarkan anatomy letaknya meniscus pada sendi
lutut dibagi menjadi dua yaitu medial meniscus (letaknya berada didalam) dan lateral
meniscus (letaknya diluar). Bentuk dari meniscus ini sangat unik yaitu seperti ginjal
dengan posisi yang terjepit. Fungsi utama dari meniscus adalah peredam getaran/shock
absorber dimana tekanan yang dihasilkan disaat kita jalan, berlari dan melompat sangat
berbeda. Jadi meniscus membantu meredam tekanan yg dihasilkan saat aktivitas tersebut
dan dampaknya kerusakan pada permukaan sendi diminimalisirkan. Jumlah tekanan yang
dihasilkan saat beraktivitas meningkat tajam dari kita berjalan, berlari dan melompat,
disini meniscus berusaha meredam tekanan dan menyebarkannya sehingga tekanan yang
dihasilkan pada sendi tidak terjadi pada satu point saja, sehingga permukaan sendi lutut
tidak rusak dengan mudah.
Etiologi
 Traumatology olahraga dengan traumatis langsung atau berulang
 Aktivitas sehari - hari, seperti berjalan dan memanjat tangga melibatkan gerakan
berputar yang mendadak, berhenti tiba-tiba dan bergantian, tiba-tiba
berlutut, jongkok dalam atau mengangkat suatu beban yang berat$ada orang
dewasa yang lebih tua, dapat disebabkanoleh penuaan atau degeneratif. Resiko
cedera meningkat seiring usia karena tulang rawan dan mulai berdegenerasi,
kekuranganan suplai darah danketahanan.
 Meningkatnya berat badan

Cedera meniskus dapat terjadi baik trauma maupun non trauma. Cedera meniskus
oleh karena non trauma, biasanya terjadi pada orang usia dewasa pertengahan dan usia
tua. Hal ini disebabkan oleh suatu proses degeneratif seperti osteoarthritis. Sedangkan
cedera meniskus oleh karena trauma, umumnya terjadi pada orang muda dan
berhubungan dengan kegiatan olahraga (sepakbola, basket, ski, dan baseball). Mekanisme
injuri dari cedera meniskus karena trauma ini biasanya berhubungan dengan gerakan lutut
yang melakukan gaya twisting, cutting, hiperekstensi, atau akibat adanya kekuatan yang
begitu besar
Cedera:
- Robekan di zona merah 25% perifer. Cedera ini dapat sembuh melalui
pembentukan bekas luka fibrocartilage
- Robekan sentral 75%. Cedera ini memiliki kemampuan penyembuhan intrinsik
yang terbatas atau tidak ada

7
Klasifikasi cedera menikus bergantung pada lokasi, ketebalan, stabilitasnya, dan bentuk
robekannya. Berdasarkan lokasinya, robekan meniskus dapat terjadi pada bagian perifer (red –
red zone), bagian transisi (red – white zone), dan bagian dalam (white – white zone). Sedangkan
berdasarkan bentuk robekannya, dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu : vertikal –
longitudinal (bucket handle), flat/oblique, vertikal radial/transverse, dan horisontal/kompleks
(degeneratif).
Cedera meniskus berdasarkan lokasinya, dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu (Makris et al.,
2011):
1. Cedera meniskus bagian perifer (daerah vaskular)

Berbagai macam teknik operasi telah digambarkan dan dilaksanakan dalam memperbaiki cedera
meniskus di daerah perifer (vaskular). Meskipun berbagai macam teknik operasi terus
berkembang, namun tetap secara prinsip teknik operasi meniskus menggunakan empat kategori
teknik (inside out, outside in, dan all inside arthroscopic techniques, dan open repair).
Keberhasilan penyembuhan meniskus pada zona ini adalah sangat baik sekitar 69-91%.
2. Cedera meniskus bagian dalam (daerah avaskular)

Cedera meniskus pada daerah avaskular ini merupakan suatu bagian yang paling luas, kompleks,
dan sering berhubungan dengan prognosis yang buruk jika dilakukan tindakan perbaikan
meniskus. Untuk peningkatan proses penyembuhan meniskus pada daerah ini, menjadi suatu
tantangan bagi para klinis dan peneliti. Banyak teknik operasi termasuk banyak penelitian –
penelitian dilakukan untuk meningkatkan proses penyembuhan di daerah avaskular meniskus ini,
namun hasilnya tetap saja tidak memuaskan. Oleh karena itu, para dokter sering melakukan
tindakan menisektomi pada daerah avaskular meniskus ini, namun memberikan efek buruk bagi
permukaan tulang rawan.
1. Cedera
Di kalangan pecinta olahraga, cedera meniskus kerap disebut dengan cedera lutut. Cedera ini bisa
terjadi akibat gerakan yang memaksa lutut memutar sewaktu kaki sedang berpijak kuat, misalnya
gerakan memutar mendadak ketika bermain sepakbola, futsal, badminton, tenis, atau bermain
bola basket.
Robekan meniskus juga bisa terjadi bersamaan dengan cedera lutut lain, seperti cedera ligamen
ACL (anterior cruciate ligament).
2. Penuaan
Robekan meniskus lebih sering terjadi pada orang berusia di atas 30 tahun. Seiring bertambahnya
usia, meniskus akan melemah fungsi dan strukturnya sehingga lebih mudah robek. Hal ini bisa

8
terjadi meskipun gerakan yang dilakukan sederhana saja, misalnya jongkok atau menginjak
permukaan yang tidak rata.
3. Osteoatritis
Penderita osteoartritis atau pengapuran sendi juga rentan mengalami meniskus robek. Selain
karena kebanyakan penderita osteoarthritis sudah tua, robekan meniskus juga lebih rentan terjadi
karena struktur sendi yang sudah rusak pada osteoarthritis.

Sprain ankle
Sprain ankle adalah kondisi dimana terjadinya penguluran dan robekan pada ligamentum lateral
compleks. Yang meliputi ligamentum calcaneofibularis, ligamentum talofibularis anterior dan
ligamentum talofibularis posterior bahkan dapat mengenai ligamentum talocalcaneare
interosseum. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya gaya inversi dan plantar fleksi secara tiba-
tiba saat kaki tidak menumpu sempurna pada tumpuan seperti lantai atau tanah, biasanya terjadi
pada permukaan yang tidak rata

Sprain ankle terjadi karena adanya cedera berlebihan (overstreching dan hypermobility) atau
trauma inversi dan plantar fleksi yang tiba - tiba, ketika sedang berolahraga, aktivitas fisik, saat
kaki tidak menumpu sempurna pada lantai/ tanah yang tidak ratasehingga hal ini akan
menyebabkan telapak kaki dalam posisi inversi, menyebabkan struktur ligamen yang akan
teregang melampaui panjang fisiologis dan fungsional normal, terjadinya penguluran dan
kerobekan pada ligamen kompleks lateral, hal tersebut akan mengakibatkan nyeri pada saat
berkontraksi, adanya nyeri tersebut menyebabkan immobilisasi sehingga terjadi penurunan
kekuatan otot dan kerterbatasan gerak
Faktor faktor yang memengaruhi:
Faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya sprain ankle kronis yakni, faktor intrinsik dan
ekstrinsik. Yang termasuk di dalam faktor ekstrinsik yaitu kesalahan pelatihan, kinerja yang
buruk , teknik yang salah dan menapak pada permukaan yang tidak rata, sedangkan untuk faktor
intrinsik terdiri dari kerusakan jaringan penyangga, ketidakstabilan aktif oleh otot-otot penggerak
kaki dan ankle (muscle weaknes), poor proprioceptive, hypermobile kaki dan ankle. Sprain ankle
kronis setelah pasca cedera 4 sampai 7 hari atau lebih di tandai dengan adanya memar, bengkak
disekitar persendian tulang, nyeri bila digerakkan atau diberi beban, fungsi persendian terganggu,
kelemahan ligamen atau ketidakstabilan fungsional, dan penurunan proprioseptive. Gejala -
gejala tersebut menyebabkan ketidakmampuan yang ditandai terjadinya cedera berulang

9
. MEKANISME CEDERA ANKLE

· Inversion (lateral) ankle sprain : Merupakan mekanisme cedera ankle yang paling sering terjadi,
mengenai ligamen sebelah luar dari sendi ankle (ligamen talofibular).

· Eversion (medial) ankle sprain : Cedera ankle yang jarang terjadi, mengenai ligamen bagian
dalam ankle (ligamen deltoid)

· High ankle sprain : Cedera ankle yang mengenai ligamen yang menghubungkan antara tulang
tibia dan tulang fibula. Biasanya terjadi dari sebuah gerakan memutar secara tiba-tiba, merubah
arah gerakan secara tiba-tiba dan biasanya akibat kontak langsung.

DERAJAT

· Derajat I sprain ankle

Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamen dan hanya beberapa serabut yang
putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkakan dan rasa sakit pada daerah tersebut.

10
· Sedangkan derajat II

Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligament yang putus, tetapi lebih separuh serabut
ligamen yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi (cairan
yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.

· Derajat III

Pada cedera ini seluruh ligamen putus, sehingga kedua ujungnya terpisah. Persendian yang
bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat
bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.

1) Derajat I, ditandai dengan : ligametum teregang tetapi tidak mengalami


kerobekan. Pergelangan kaki biasanya tidak terlalu membengkak, nyeri ringan
dan sedikit bengkak namun dapat meningkatkan resiko terjadinya cedera
berulang.
2) Derajat II, ditandai dengan: sebagian ligamen mengalami kerobekan,
pembengkakan dan memar tampak dengan jelas, nyeri hebat (aktualitas
tinggi), penurunan fungsi ankle (gangguan berjalan) dan biasanya berjalan
menimbulkan nyeri.
3) Derajat III, ditandai dengan: ligamen mengalami robekan total, sehingga
terjadi pembengkakan dan kadang perdarahan di bawah kulit. Akibatnya
pergelangan kaki menjadi tidak stabil dan tidak mampu menahan beban.

Rupture tendon aschiles


• Ruptur tendon achilles (parsial atau komplit) merupakan salah satu gangguan pada tendon
achilles yang disebabkan karena trauma atau karena penggunaan berlebih dari tendon
achilles. Ruptur tendon achilles merupakan pecahnya atau terpisahnya serabut tendon
diakibatkan karena tarikan yang melebihi kekuatan tendon

11
Klasifikasi
Ada 4 klasifikasi ruptur Tendon achilles yaitu:
1.Tipe I: Pecah parsial, yaitu sobek yang kurang dari 50%, biasanya diobati dengan manajemen
konservatif
2.Tipe II: sobekan yang penuh dengan kesenjangan tendon kurang dari sama dengan 3 cm,
biasanya diobati dengan akhir-akhir anastomosis
3.Tipe III: sobek yang penuh dengan jarak tendon 3 sampai 6 cm
4.Tipe IV: perpisahan yang penuh dengan cacat lebih 6 cm (pecah diabaikan)
Etiologi
Dorsofleksi yang tiba-tiba secara pasif pada keadaan kontraksi maksimal otot betis dan etiologi
yang lain adalah pecah lengkap tendon Achilles. Dalam kebanyakan kasus tendon tidak sehat
sebelum robek dan terjadi pada tendo yang kurang menerima aliran darah. Biasanya ruptur tendo
Achilles lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita.
Penyebab lainnya juga bisa karena penyakit tertentu seperti arthritis dan diabetes, obat-
obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan risiko pecah,
cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton,tenis, basket
dan sepak bola ataupun olahraga berat lainnya, trauma benda tajam atau tumpul pada bawah
betis, dan obesitas.
Patofisiologi
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading).
Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau
ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci
paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak. Dapat pula karena latar belakang
degenerasi tendon.

Ditandai dengan pasien tidak bisa jinjit.


Faktor risiko
• Jadi atlit dadakan
• Menggunakan antibiotik Flouroquinolon
• Suntikan steroid
• Kondisi dimana kekuatan dari otot dan fleksibilitasnya berkurang
• Kurang pemanasan
• Ada cedera sebelumnya
Mekanisme

12
• Biasanya cedera traumatis selama acara olahraga
• Dapat terjadi dengan melakukan gerakan plantar flesi secara tiba-tiba dan dorsofleksi
keras pada kaki yang sedang plantar
Anatomy
• Tendon Achilles à Merupakan tendon terbesar di tubuh. Tendon ini merupakan
pertemuan dari tendon otot soleus dan tendon gastrocnemius medial dan lateral.
Tendon ini mendapat suplai darah dari arteri tibia posterior.

Tendon Achilles Manusia Tendon Achilles merupakan struktur tendon terbesar dan terkuat
dalam tubuh. Secara anatomis merupakan konfluensi distal otot gastrocnemius dan soleus
serta plantaris longus. Saat aktivitas, tendon Achilles dan menahan beban sampai dengan
3500 N sehingga 12\\ walaupun kuat tetapi rentan terhadap cedera. Tendon Achilles terdiri
dari 90% kolagen tipe I yang dapat membentuk struktur fibril, fiber dan fasiculus yang
disatukan dalam molekul matriks proteoglycan (PGA). Disamping itu juga mengandung
elastin sebanyak 2% dari massa kering tendon. Saat cedera, komponen tendon akan
mengalami perubahan sel dan matriks ekstraselulernya. Pada daerah cedera akan terjadi
inflamasi kemudian diikuti dengan penurunan jumlah kolagen. Sel tenosit kemudian akan
menurun jumlahnya serta ekspresi scleraxis (marker tenosit) yang berkurang akibat adanya
apoptosis. Proses ini kemudian dapat berlanjut dengan meningkatnya ekspresi MMPs,
decorin dan ADAMs yang mengindikasikan mulainya proses remodeling. Namun, akibat
cedera komplit tendon Achilles komponen kolagen dan kekuatan tensile tendon akan
menurun sehingga secara biologis menurunkan kualitas tendon dibandingkan dengan sebelum
cedera.

Tipe olaharaga yang berisiko tinggi menyebabkan cedera tendon Achilles adalah olahraga yang
menuntut Anda untuk mendadak berlari, berhenti berlari, mempercepat lari, atau mengubah arah.
Contohnya, basket, sepak bola, gimnastik, bulu tangkis, voli, dan banyak lagi.Proses pemanasan
yang kurang memadai setelah berolahraga juga bisa meningkatkan risiko Anda untuk terkena
cedera tendon Achilles.
 Mengapa adanya bunyi pop setelah adanya kejadian di scenario?
https://ifixphysiotherapy.com.my/kecederaan-acl-bunyi-pop-di-lutut-seolah-mimpi-ngeri-buat-
ramai-atlit/
bunyi pop itu disebabkan oleh Karena adanya robekan pada ligament.
Diagnosis Cedera Ligamen Lutut Anterior

13
Cedera ligamen lutut anterior bisa ditangani oleh dokter spesialis kedokteran olahraga. Dokter
akan menanyakan gejala dan keluhan yang dialami pasien, termasuk riwayat gerakan,
olahraga, dan aktivitas sebelumnya.
Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik di area tungkai dan lutut. Beberapa
pemeriksaan yang akan dilakukan, meliputi melihat dan membandingkan lutut yang normal dan
bermasalah, serta menilai ROM ( range of motion) atau kemampuan rentang gerak yang
mampu dilakukan oleh pasien.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan dilakukan pemeriksaan penunjang berikut:
 Foto Rontgen, untuk memeriksa adanya retak atau patah tulang pada area lutut
 MRI, untuk melihat tulang dan jaringan lunak yang bermasalah
 Arthroscopy, untuk memeriksa sendi dan kerusakan yang terjadi dengan alat khusus yang
memiliki lensa
Pengobatan Cedera Ligamen Lutut Anterior
Pengobatan cedera ligamen lutut anterior disesuaikan dengan gejala yang dialami dan tingkat
keparahan cedera. Pengobatan yang bisa dilakukan antara lain:
Pertolongan pertama
Bila cedera yang dialami ringan, Anda dapat melakukan pertolongan pertama berikut.
Tujuannya adalah mengurangi rasa sakit dan bengkak pada area yang dicurigai mengalami
cedera ACL. Langkah pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah:
 Beristirahat sejenak untuk mengurangi beban pada lutut
 Mengompres lutut dengan es selama 20 menit untuk meredakan bengkak
 Membebat lutut dengan perban elastis untuk menekan lutut
 Berbaring dan menyangga lutut di atas bantal untuk mengurangi pembengkakan
Obat-obatan
Dokter dapat memberikan obat-obatan untuk mengurangi peradangan dan nyeri yang
dirasakan, seperti ibuprofen, ketorolac, atau paracetamol. Jika diperlukan, dokter dapat
menyuntikkan obat kortikosteroid ke lutut pasien untuk mengurangi peradangan.
Penyangga lutut dan tongkat penopang
Penderita cedera ligamen lutut anterior akan diberikan penyangga lutut untuk memberikan
perlindungan ekstra pada lutut. Selain itu, penderita juga akan disarankan untuk menggunakan
tongkat penopang guna mengurangi tekanan pada lutut.
Fisioterapi

14
Terapi fisik (fisioterapi) dilakukan untuk mengembalikan kekuatan otot dan fungsi pergerakan
lutut. Fisioterapi perlu dilakukan beberapa kali dalam seminggu untuk menguatkan otot di
sekitar lutut, sekaligus mengembalikan kemampuan gerak lutut.
Fisioterapi juga bisa dilakukan untuk menguatkan otot-otot paha depan dan otot-otot paha
belakang sebelum menjalani operasi lutut.
Operasi
Operasi akan dilakukan jika penderita cedera ACL mengalami beberapa kondisi berikut:
 Ligamen lutut anterior mengalami robekan parah atau avulsi
 Ada lebih dari 1 ligamen yang robek
 Bantalan lutut (meniskus) ikut rusak
 Lutut tidak dapat menahan berat tubuh saat berjalan
 Cedera terjadi pada atlet yang aktif
Operasi biasanya baru dilakukan setelah tidak ada perbaikan fungsi lutut dalam rentang waktu
5 bulan. Lamanya waktu tunggu ini juga dilakukan untuk menurunkan risiko terbentuknya
jaringan parut di sekitar lutut (arthrofibrosis) setelah operasi.
Prosedur operasi ini dilakukan oleh dokter bedah dengan mengangkat ligamen lutut yang
rusak dan menggantinya dengan ligamen otot ( graft) yang baru. Graft bisa diambil dari lutut
(hamstring) atau tendon tempurung lutut ( patellar tendon), baik dari otot pasien sendiri maupun
dari donor. Setelah operasi, pasien perlu menjalani rehabilitasi.
Lamanya waktu rehabilitasi yang diperlukan untuk mengembalikan fungsi otot setelah operasi
dapat bervariasi.  Namun, secara umum, pasien yang sudah dioperasi dan menjalani
rehabilitasi dapat kembali berolahraga secara normal dalam waktu 1 tahun.
Komplikasi Cedera Ligamen Lutut Anterior
Penderita cedera ligamen lutut anterior berisiko mengalami osteoarthritis pada lutut, bahkan
ketika sudah menjalani operasi rekonstruksi ligamen. Operasi yang dilakukan untuk mengobati
cedera ligamen otot anterior juga berisiko menimbulkan komplikasi berikut:
 Nyeri di sekitar tempurung lutut
 Infeksi pada graft yang digunakan untuk mengganti ligamen yang rusak
 Rusaknya graft yang digunakan untuk mengganti ligamen yang rusak
 Lutut kaku akibat kurang aktif bergerak setelah operasi
Pencegahan Cedera Ligamen Lutut Anterior
Cedera ligamen lutut anterior sulit dicegah. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mengurangi risiko terjadinya cedera ligamen lutut, yaitu:

15
 Lakukan olahraga untuk menguatkan otot kaki dan otot lutut secara rutin guna menjaga
keseimbangan kekuatan otot kaki.
 Lakukan olahraga untuk memperkuat bagian pinggul, panggul, dan perut bagian bawah,
secara rutin.
 Lakukan latihan untuk menentukan posisi kaki saat mendarat setelah melompat.
 Gunakan alas kaki dan bila perlu pelindung ( padding) yang pas saat berolahraga.
 Selalu lakukan pemanasan sebelum berolahraga.
 Lakukan perubahan intensitas olahraga secara perlahan dan bertahap, jangan tiba-tiba
mengubah olahraga menjadi lebih intens.

 Mengapa pada pemeriksaan fisik tidak tampak deformitas?


Karena dengan tidak adanya deformitas menandakan bahwa cedera yang dialami pasien
karena aktivitas olahraga tersebut tidak mengenai pada hard tissue namun mengenai pada
bagian soft tissue.
 Bagaimana pentalaksanaan untuk kasus pada scenario tersebut?
Treatment awal yaitu
Non Medikamentosa
Dalam 48-72 jam pertama pikirkan untuk melakukan PRICE (Protection, Rest, Ice, Compression,
Elevation) dan hindari HARM (Heat, Alcohol, Running, Massage)

- PRICE digunakan untuk meredakan pembengkakan dan meningkatkan


penyembuhan, kecuali kejadian emergency yang memerlukan penangan
khusus oleh medis.
- Protection, menjaga agar cidera tidak bertambah parah. Penghentian
aktivitas sesaat setelah cedera harus dilakukan untuk mencegah cedera
lanjutan, perlambatan penyembuhan, peningkatan nyeri, dan stimulasi
pendarahan. Bisa dengan cara mengurangi gerakan dengan back slap dll.
- Rest, Istirahat meliputi meredakan weight bearing.
- Ice, Ice pack diberikan sesegera mungkin setalah cedera, 5-10 menit diikuti
istirahat 5-10 menit dan dilakukan pengulangan beberapa kali. Lakukan
treatment ini 3 x sehari untuk 2-3 hari pertama. Dalam kondisi akut yang
diberikan yaitu kompres dingin. Lapisi kulit dengan handuk tipis untuk
mencegah hipotermia jaringan.fungsi kompres dingin yaitu untuk
mengurangi perdarahan dan inflamasi.
- Compression, dengan pembalut tekan, berfungsi untuk mobilisasi, fiksasi,
dan mengurang pembengkakan. Tapi jika terlalu kencang bisa menyebabkan
sindrom kompartemen
- Elevation, Bagian tubuh yang cedera ditinggikan di atas level jantung untuk
meredakanpembengkakan dengan menggunakan prinsip gravitasi yang
berfungsi untuk mengurangi aliran peredaran darah, memperlancar aliran
darah balik, sambil dengan digerakkan, dan dilanjutkan dengan pemberian
analgesic. Dalam jangka panjang pemberian rehabilitasi

16
Hindari HARM selama 72 jam setelah cedera. Artinya, hindari :
 Panas (Heat): Panas memiliki efek berlawanan pada aliran darah ke es. Mempunyai efek
vasodilatasi sehingga dapat meningkatkan edema.
 Minuman beralkohol (Alcohol)
Dapat meningkatkan perdarahan, pembengkakan, dan dapat menurunkan tingkat
penyembuhan.
 Aktivitas (Running): Dapat menyebabkan cedera lebih lanjut.
 Pijat (Massage): Dapat meningkatkan perdarahan dan pembengkakan.

 ACL
- Tes lachman
pasien pada posisi supine, lutut difleksikan 30 derajat. Femur distabilisasikan
dengan satu tangan dan satu tangan mengerakkan tibia ke anterior. jika ACL robek,
pemeriksa akan merasakan gerakan ke depan dari tibia meningkat (ke atas atau
anterior). Ada 3 grade : grade 1 ( 1-5 mm). grade 2 ( 6-10 mm). grade 3 ( >10 mm)
- Pivot shift test
Pada pivot shift test pasien pada posisi supine, lutut difleksi 5 derajat dan valgus
stres diberikan sambil memberi gaya internal rotasi pada tibia, lutut kemudian
difleksikan 30- 40 derajat, tes positif jika lutut tereduksi ke posterior. Jika ACL robek,
tibia akan mulai maju ketika lutut diflexikan dan kemudian akan bergeser kembali
ke posisi yang benar dalam hubungannya dengan tulang paha ketika lutut
iekstensikan.

Jadi kalau lachman dimulai pd derajat 20-30 tp klo pivot dengan lansung difleksikan
bisa langsung merasa ada pergeseran.
- Anterior drawer test
Memposisikan pasien berbaring dengan lutut difleksikan. Pemeriksa
memegang kedua tibia di atas caput medial dan lateral dengan kedua
tangan dengan ibu jari diletakan pada sisi dari ligamentumm tempurung
lutut. Otot otot harmstring harus dlm kondisi relaksasi pemeriksaan
dilakukan dengan menarik tangan dari arah posterior sehingga tibia tertarik
ke depan. Jika terjadi perpindahan abnormal dari tibia kea rah anterior maka
tes dikatakan positif

 PCL
- Reserve lachman test
Pasien rentan dengan lutut tertekuk 30 °
Pemeriksa menstabilkan paha bagian belakang posterior (memastikan otot-
otot hamstring santai)
Pemeriksa kemudian melanjutkan untuk menerapkan tekanan ke atas pada
tibia proksimal.
Uji Positif Reverse Lachman
Nyeri atau perbaiki translasi: Ggn ligamen posterior cruciatum atau ruptur.
- Posterior drawer test
Pasien dalam posisi supine, lutut fleksi 90 derajat, kaki distabilisasikan oleh
pemeriksa dan tibia ditarik kearah posterior. Tes positif apabila terdapat
translasi lebih dari 6 mm. Ataupun apabila tibia didorong ke posterior akan
terjadi translasi jauh ke posterior berarti positif.
- Tes laci

17
Saat Anda berbaring dan rileks, pemeriksa menekuk lutut Anda ke sudut
kanan (90 derajat), kemudian meletakkan jari di sendi lutut dan mencoba
menekan tibia (tulang kaki depan bagian bawah) ke belakang.
Saat menerapkan tekanan ini, dokter Anda akan mencari dua hal:
a. Gerakan mundur tibia
b. Betapa kuatnya titik akhir dari gerakan itu
PCL yang sehat akan menahan tekanan ini dan menjaga tibia tetap stabil.

PCL yang cedera, sebaliknya, menawarkan lebih sedikit resistensi dan memungkinkan terlalu
banyak gerakan mundur tibia (dokter menyebut gerakan ini "terjemahan"), dan titik akhir
gerakan itu akan jauh lebih tidak tegas daripada yang seharusnya.

- Tes sg posterior
Posisi penderit terlentang, kedua lutut difleksikan 90 derajat. Amati sebelah
lateral pada sebelah cedera, tibia akan Nampak longgar pada posisi
posterior.

 Meniscus
- Mc murray
Posisi pasien telentang dengan panggul ± 110˚ fIeksi, tungkai bawah
maksimal feksi. b. Letakkan tangan tidak dominan pada tungkai atas
sedekat mungkin dengan lutut, tangan dominan memegang kaki. c.
Ekstensikan tungkai bawah disertai dengan tekanan ke valgus dan
eksorotasi (positif: provokasi nyeri pada meniscus Iateralis dan bunyi
Medial Meniscus“kIik”) d. Ekstensikan tungkai bawah dengan
tekanan ke varus dan endorotasi (positif: provokasi nyeri pada
meniscus medialis dan bunyi “kIik”) Lateral Meniscus
 Aschiles
Pedoman American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS) menyarankan
pemeriksaan Thompson test dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan lain yang
dapat dilakukan adalah Matles test, Copeland test, dan O’Brien test. [2]
Thompson Test 

Tes ini disebut juga Simmond test atau Calf-squeeze test. Cara pemeriksaan adalah pasien
dibaringkan posisi telungkup dengan kedua kaki dan pergelangan kaki menggantung.
Kemudian pegang betis seperti gerakan memeras. Pemeriksaan dinyatakan positif jika tidak
terjadi plantar fleksi pada kaki. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 98% dan spesifisitas
93% [1]
Matles Test

Namun tes ini harus dilakukan dalam

keadaan pasien terbius. Sebelum pasien dibius, pasien diminta untuk

melakukan gerakan fleksi sendi lutut secara aktif hingga 90°. Setelah dibius,

18
pemeriksa melakukan gerakan fleksi pasif pada kedua sendi lutut hingga 90°.

Kemudian dievaluasi posisi sendi ankle pada kedua kaki. Apabila posisi ankle

pada satu sisi dalam keadaan dorsofleksi atau netral, sedangkan sisi yang lain

dalam posisi plantar fleksi, maka posisi kaki yang dorsofleksi atau netral ini

dikatakan mengalami ruptur tendon achilles.

(Copeland Test

Cara pemeriksaan adalah pasien berbaring telungkup dengan kedua kaki dan pergelangan
kaki menggantung di meja periksa. Kemudian letakkan sphygmomanometer di pertengahan
betis, pompa sampai tekanan 100 mmHg lalu dorsifleksikan pergelangan kaki. Pada kondisi
normal, tekanan akan naik sampai 140 mmHg, namun jika terdapat ruptur tendon Achilles
maka kenaikan tidak ada atau hanya sedikit. [23]
O’Brien Needle Test

Tes ini lebih invasif dan jarang dilakukan. Tes ini memasukkan jarum kira-kira 10 cm pada
insersi kalkaneus, kemudian dilakukan plantarfleksi pasif. Normalnya, jarum bergerak ke
arah berlawanan sementara pada ruptur tendon Achilles, posisi jarum tetap sama.

 Apakah ada faktor faktor yang berpengaruh dalam kasus scenario tersebut?
- Adanya traumaketika berolahraga
- Tidak melalukan pemanasan atau stretching sebelum olahraga
- Ada beban yang berat

19

Anda mungkin juga menyukai