Anda di halaman 1dari 16

MODUL PENANGANAN LUKA

TIM BANTUAN MEDIS


BEM IKM FKUI

1
PENDAHULUAN

Luka merupakan bagian dari cedera yang terjadi akibat suatu kecelakaan, baik ringan
maupun berat. Kecelakaan sudah menjadi kejadian yang tidak asing lagi di masyarakat.
Kecelakaan itu sendiri dapat terjadi akibat kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan rumah
tangga. Bahkan, cedera menduduki peringkat 8 dari 15 penyebab kematian.1 Dalam penelitian
oleh Murray dan dalam penelitian WHO, cedera dapat menyebabkan kematian dan semakin
tahun angka kejadiannya semakin meningkat. Pada penelitian tersebut juga didapatkan bahwa
kematian akibat cedera meningkat dari 5.1 juta hingga mencapai 8,4 juta.1,2 Selain itu,
didapatkan juga penelitian bahwa dari 972.317 pasien, terdapat 77.248 orang yang
mengalami cedera selama kurun waktu 1 tahun terakhir.3 Proporsi pada cedera-cedera
tersebut ialah 59.6% cedera akibat jatuh, 27% akibat kecelakaan, dan 18.3% akibat terluka
benda tajam/tumpul.4
Luka menimbulkan perdarahan, sementara darah adalah salah satu organ penting
dalam tubuh yang berperan menjaga bagian-bagian tubuh tetap adekuat menjalankan
fungsinya karena darah berfungsi untuk mengalirkan oksigen dan nutrisi. Angka prevalensi
luka yang cukup tinggi menjadi perhatian kita untuk mengetahui tatalaksana penanganan luka
pada kondisi emergency, antara lain dengan metode balut. Dengan tatalaksana balut,
perdarahan yang ditimbulkan akibat cedera dapat diminimalisasi sehingga diharapkan dengan
mengetahui tatalaksana balut akan mengurangi angka kematian.

Sumber
1. World Health Organization. Injuries, violence and disabilites. Biennial Report 2004-
2005. Geneva: WHO Press; 2006.
2. Murray C, Lopez A. Alternative projections of mortality and disability by cause 1990-
2020. Glob Burd Dis Study. 1997;349:1498504.
3. Riyadina W. Profit Cedera Akibat Jatuh, Kecelakaan Lalu Lintas dan Terluka Benda
Tajam/Tumpul pada Masyarakat Indonesia. J Biotek Medisiana Indones [Internet].
2009 [cited 2015 Feb 23];1(1). Available from:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jbmi/article/view/1280
4. Riyadina W. Profil cedera akibat jatuh, kecelakaan lalu lintas dan terluka benda tajam/
tumpul pada masyarakat Indonesia. JurPenyTdkMIr Indo. 2009;1:111.

2
TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum


Membentuk safe community dari kalangan siswa SMA yang dapat melakukan identifikasi
luka sekaligus tatalaksana awal luka

Tujuan Pembelajaran khusus


Siswa dapat mengidentifikasi luka
Siswa mengerti cara menghentikan perdarahan
Siswa mengerti prinsip pembalutan
Siswa dapat melakukan pembalutan luka

3
LAMPIRAN

Materi : Penanganan Luka

Luka adalah kondisi terputusnya jaringan lunak, baik kulit, otot, saraf atau pembuluh
darah.1 Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, contohnya seperti keutuhan
kulit yang melapisi jaringan lunak tersebut. Berdasarkan keutuhan kulit, luka dapat dibagi
menjadi dua, yaitu luka terbuka dan luka tertutup.1 Selain itu, terdapat jenis luka lain, yaitu
luka bakar. Pada modul ini, hanya akan dibahas mengenai penanganan luka terbuka, luka
bakar, dan mimisan.

Luka Terbuka
Pada luka terbuka, terjadi cedera pada kulit yang menyebabkan jaringan di bawah
kulit tersebut mengalami paparan terhadap dunia luar, sehingga risiko terjadinya infeksi
meningkat. Contoh dari luka terbuka antara lain luka tusuk, luka tembak/tembus, luka sayat,
luka serut/cakar, luka lecet/ laserasi, dan luka amputasi.
Penanganan pada luka terbuka perlu dilakukan segera terutama jika disertai
perdarahan yang parah karena dapat menyebabkan syok.2 Beberapa hal yang harus
diperhatikan sebelum melakukan penanganan luka adalah:3
o Pastikan kondisi lingkungan sekitar penolong dan korban aman. Jika kondisi tidak aman
(di tengah jalan, reruntuhan, dll) segera pindahkan korban ke tempat yang aman.
o Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker dan sarung tangan
o Pastikan tidak ada gangguan pada pernapasan dan sirkulasi pasien
o Jika terlihat perdarahan yang parah, segera aktifkan SPGDT dengan menghubungi
ambulans

Setelah itu, mulai dilakukan penanganan pada luka dengan langkah-langkah berikut:
o Pastikan lokasi dan jumlah bagian tubuh yang terluka dengan memeriksa keseluruhan
tubuh korban (expose)
o Jika memungkinkan tidak melukai korban lebih jauh, lepaskan perhiasan, jam tangan, atau
aksesoris lainnya pada bagian tubuh korban yang terluka karena dapat terjadi
pembengkakan dan mengganggu aliran darah
o Bersihkan luka dengan mengalirkan air bersih hingga tidak ada kotoran yang menempel3

4
o Lakukan kontrol perdarahan agar perdarahan berhenti. Berikut adalah beberapa cara untuk
mengontrol perdarahan:
Penekanan Langsung (Direct Pressure)
Penekanan langsung pada luka adalah cara yang paling baik untuk menghentikan
perdarahan3, kecuali pada luka di mata4. Cara untuk melakukan penekanan langsung
adalah dengan menggunakan kasa atau kain yang diletakkan di atas luka lalu ditekan.3
Jika perdarahan tidak berhenti, tambahkan kain atau kasa baru di atas yang lama
kemudian ditekan kembali.3 Penekanan langsung dapat juga dilakukan dengan
menggunakan tangan penolong bila memang tidak ada kain/kassa.4 Penekanan tidak
hanya dilakukan dengan kuat, tetapi juga dalam waktu yang cukup lama untuk
menghentikan perdarahan (sekitar 20 menit atau lebih).2,5 Jika perdarahan tidak
berhenti, dapat dilakukan balut tekan dengan cara menaruh benda padat seperti kasa
tebal di atas luka kemudian dibalut.2
Elevasi
Jika luka terdapat di area tangan/kaki, tinggikan posisi tangan/kaki hingga di atas
ketinggian jantung korban. Hal ini dilakukan untuk mengurangi aliran darah ke area
luka sehingga perdarahan dapat melambat. Cara ini tidak boleh dilakukan pada korban
dengan patah tulang/cedera karena dapat memperparah kondisi patah
tulang/cederanya.2,4
Penekanan dengan Jari
Penekanan dengan ujung permukaan jari dilakukan di pembuluh darah sebelum area
luka untuk mengurangi aliran darah ke area luka.2,4 Lokasi-lokasi penekanan pembuluh
darah dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Lokasi penekanan dengan jari1

5
Elevasi dan penekanan dengan jari adalah cara
yang kurang efektif untuk menghentikan
perdarahan, tetapi dapat membantu dalam
prosesnya. Oleh karena itu, ketiga cara di atas
dilakukan secara bersamaan seperti
ditunjukkan pada gambar 2.2

Gambar 2. Cara mengontrol perdarahan2


Torniket (Tourniquets)
Cara ini hanya digunakan jika perdarahan masih terus berlanjut walaupun cara lain
seperti penekanan langsung, balut tekan, dll sudah dilakukan dan hanya dapat dipasang
di tangan/kaki.3 Penggunaan torniket dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan
jaringan karena tidak adanya aliran darah pada area luka dan bawahnya dan berakibat
hilangnya fungsi dari tangan/kaki.3 Berikut adalah cara memasang torniket:2

a. Lingkarkan kain 5-10cm di atas area luka


kemudian diikat

b. Letakkan batang kayu kecil atau pensil di


bawah simpul ikatan

c. Kecangkan ikatan kain dengan memutar batang


kayu hingga perdarahan berhenti

d. Ikat ujung batang kayu agar kain tidak kembali


kendur

Gambar 3. Cara memasang torniket3

Tiap 10-15 menit, torniket dapat dikendurkan selama 1-2 menit agar aliran darah tidak
sepenuhnya hilang di area luka dan bawahnya.2

6
o Memeriksa PMS korban, apakah pada ujung tubuh korban yang cedera masih teraba nadi
(P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik), dan masih dapat merasakan sentuhan
(S, Sensorik) atau tidak.
o Membalut Luka
Tujuan dari pembalutan luka adalah:
Mencegah kontaminasi lebih lanjut
Mencegah kerusakan lebih lanjut pada luka jika ada paparan luar
Menjaga luka tetap kering
Mencegah pergerakan pada luka
Mempercepat penyembuhan
Untuk kenyamanan korban

Pembalutan luka dapat dilakukan menggunakan kassa, mitela, perban gulung biasa atau
elastic bandage. Prinsip-prinsip yang harus diingat adalah :
Jangan sentuh luka dengan tangan kotor
Bahan yang digunakan untuk membalut harus steril, jika tidak ada dapat digunakan
kain bersih
Balutan harus menutupi semua luka
Jangan ada ujung balutan yang bebas melayang
Ikatan balutan jangan terlalu longgar atau kencang
Pada pembalutan daerah kaki dan tangan, mulailah melilitkan dari daerah pangkal luka
(bagian yang dekat dengan tubuh)
Plester ujung balutan di tempatnya atau ikat dengan simpul di atas luka

Berikut gambar-gambar dari cara melakukan pembalutan pada beberapa daerah luka:
o Pembalutan pada daerah kepala

7
Gambar 4. Cara membalut luka di dahi1

Gambar 5. Cara membalut luka di telinga1

Gambar 6. Cara membalut luka di rahang1

o Pembalutan pada daerah bahu dan anggota gerak atas

8
Gambar 7. Cara membalut luka di bahu1

Gambar 8. Cara membalut luka di siku1

Gambar 9. Cara membalut luka di telapak tangan1

9
Gambar 10. Cara membalut luka di tangan1

o Pembalutan pada daerah anggota gerak bawah

Gambar 11. Cara membalut luka di lutut1

Gambar 12. Cara membalut luka di tungkai bawah1

10
Gambar 13. Cara membalut luka di telapak kaki1

Jika luka terjadi pada area mata akibat benda tumpul, benda tajam, terpapar bahan-bahan
kimia, atau masuknya benda asing, penanganan pertama yang harus dilakukan antara lain:4
o Korban diminta untuk tenang, tidak menggerakkan bola mata dan kepalanya agar luka
tidak semakin parah
o Bila luka pada mata terjadi akibat bahan kimia, alirkan mata dengan air bersih (irigasi)
seperti pada gambar 14
o Lindungi mata yang mengalami trauma dengan kassa atau eye pad tanpa memberikan
tekanan seperti pada gambar 15. Jika ada benda asing yang menancap, jangan dicabut
o Aktifkan SPGDT dengan menelepon ambulans terdekat

Gambar 14. Irigasi mata4 Gambar 15. Perlindungan mata4

11
o Memeriksa kembali PMS korban, apakah pada ujung tubuh korban yang cedera masih
teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik), dan masih dapat merasakan
sentuhan (S, Sensorik) atau tidak. Bandingkan dengan keadaan saat sebelum pembalutan.
Apabila terjadi perubahan kondisi yang memburuk (seperti: nadi tidak teraba dan / atau
tidak dapat merasakan sentuhan dan / atau tidak dapat digerakkan) maka balutan perlu
dilonggarkan.
o Terakhir, jangan lupa tanyakan kepada korban apakah balutan terlalu ketat atau tidak.
Longgarkan balutan jika kulit disekitarnya menjadi :
Pucat atau kebiruan.
Nyeri bertambah.
Kulit di bagian ujung luka menjadi dingin
Ada kesemutan atau mati rasa

Mimisan (Epistaksis)
Mimisan merupakan perdarahan yang keluar dari hidung akibat robeknya pembuluh darah.6
Penanganan yang perlu dilakukan pada pasien dengan epistaksis adalah:5,6
o Duduk dengan posisi tubuh condong ke depan dan jangan baringkan korban karena bisa
menyebabkan darah mengalir ke dalam dan menyumbat sistem pernapasan
o Lakukan penekanan pada bagian pangkal cuping dari hidung seperti pada gambar 16
o Bila darah tidak berhenti keluar dalam 10-15 menit, segera bawa ke rumah sakit

Gambar 16. Cara menangani mimisan5

Luka Bakar

12
Luka bakar dapat terjadi akibat suhu yang sangat tinggi, paparan kimia, radiasi (UV, terapi)
dan juga dari listrik.4 Penanganan luka bakar yang dapat dilakukan adalah:4
Jauhkan sumber panas dari korban
Dinginkan luka bakar dengan cara mengalirkan air atau merendam area luka bakar jika
memungkinkan selama 20 menit seperti pada gambar 17
Lepaskan pakaian dan aksesoris lainnya seperti jam tangan dan cincin yang berada di
sekitar area luka bakar dengan hati-hati
Jika korban terluka parah, merasa sangat kesakitan, melibatkan mata atau lebih dari
setengah lengannya segera aktifkan SPGDT dengan menelepon ambulans terdekat
Balut area luka bakar dengan pembungkus plastik bersih seperti pada gambar 18

Gambar 17. Pendinginan area luka bakar4 Gambar 18. Membungkus area luka bakar4

Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan dalam penanganan luka bakar:4
Memecahkan bula atau mencabut kulit yang terkelupas
Melepaskan secara paksa apapun yang sudah melekat pada kulit akibat luka bakar
Mengoleskan krim, pasta gigi, mentega, atau apapun ke area luka bakar karena dapat
menyebabkan infeksi

13
Referensi:
1. Encyclopaedia Britannica. Wound. 2014 [cited 2015 July 24]. Available from:
http://www.britannica.com/science/wound.
2. United States Army John F. Kennedy Special Warfare Center and School. Survival.
North Carolina; 2002.
3. Markenson D, Ferguson J, Chameides L, Cassan P, Chung K, Epstein J, et al. Part 17:
First Aid: 2010 American Heart Association and American Red Cross Guidelines for
First Aid. Circulation. 2010;122(18_suppl_3):S934-S946.
4. St John Ambulance. First aid manual. 10th ed. New York: DK; 2014.
5. Werner D, Thuman C, Maxwell J. Where there is no doctor. 2nd ed. Hesperian
Foundation; 2013. Chapter 10, first aid.
6. Bamimore O. Acute epistaxis [Internet]. 2015 Apr 23 [cited 2015 July 25]. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/764719-overview#a4.

Referensi Gambar:
1. Department of The Army. First aid for soldiers. Wahington DC; 1988.
2. Lee W. Control bleeding [Internet]. 2004 [cited 2015 July 26]. Available from:
http://www.ic.sunysb.edu/Stu/wilee/e-zine-controlbleeding.html
3. United States Army John F. Kennedy Special Warfare Center and School. Survival,
chapter. North Carolina; 2002. Chapter 4, basic survival medicine.
4. St John Ambulance. First aid manual. 10th ed. New York: DK; 2014.

14
5. Healthwise Staff. Stopping a nosebleed [Internet]. 2013 [cited 2015 July 26].
Available from: http://www.webmd.com/first-aid/tc/stopping-a-nosebleed-topic-
overview

Daftar Tilik Penanganan Luka

No. Proses yang Dilakukan ()


Luka Terbuka
1. Amankan diri, lokasi, dan korban, serta perkenalkan diri
2. Menilai apakah korban dalam keadaan kondisi umum baik; tidak ada
gangguan pada pernapasan dan sirkulasi korban
3. Aktifkan SPGDT
4. Pastikan lokasi dan jumlah bagian tubuh yang terluka dengan
memeriksa keseluruhan tubuh korban (expose)
5. Lepaskan perhiasan, jam tangan, atau aksesoris lainnya pada bagian
tubuh korban yang terluka karena dapat terjadi pembengkakan dan
mengganggu aliran darah
6. Bersihkan luka dengan air mengalir
7. Kontrol perdarahan:
Penekanan langsung (direct pressure); balut tekan
Elevasi
Penekanan dengan jari
8. Cek PMS, apakah pada ujung tubuh korban yang cedera masih teraba
nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik), dan masih
dapat merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau tidak
9. Balut bagian tubuh yang terluka dengan kassa/perban/kain bersih
10. Cek PMS kembali, apakah pada ujung tubuh korban yang cedera
masih teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik),
dan masih dapat merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau tidak.
Bandingkan dengan pemeriksaan sebelum pembalutan.

15
11. Tanyakan kepada korban apakah balutan terlalu ketat atau tidak.
Longgarkan balutan jika kulit disekitarnya menjadi :
Pucat atau kebiruan
Nyeri bertambah
Kulit di bagian ujung luka menjadi dingin
Ada kesemutan atau mati rasa
12. Akhiri balutan dengan simpul/peniti
Luka Bakar
1. Amankan diri, lokasi, dan korban (jauhkan dari sumber panas), serta
perkenalkan diri
2. Menilai apakah korban dalam keadaan kondisi umum baik; tidak ada
gangguan pada pernapasan dan sirkulasi korban
3. Aktifkan SPGDT
4. Dinginkan luka bakar dengan cara mengalirkan air atau merendam
area luka bakar jika memungkinkan selama 20 menit
5. Lepaskan pakaian dan aksesoris lainnya seperti jam tangan dan cincin
yang berada di sekitar area luka bakar dengan hati-hati
6. Balut area luka bakar dengan pembungkus plastik bersih

16

Anda mungkin juga menyukai