Tim Penyusun
Dr. Catharina Widiartini, M.Med.Ed.
Asisten:
Adiutores Anatomium 2007:
Melan Mulyana – Agus Hariyanto – Muhammad Ikbal – Supak Silawani – Nessyah Fatahan –
Manggala Sariputri – Aprianti Nur Hasanah – Elok Nurfaiqoh – Qonita Wachidah –
Aristi Intan Soraya
Adiutores Anatomium 2008
Adiutores Anatomium 2009
Adiutores Anatomium 2010
Adiutores Anatomium 2011
Adiutores Anatomium 2012
Adiutores Anatomium 2013
Adiutores Anatomium 2014:
Kusmantoro Hidayat (Koordinator) – Aulia Husna Cahyaningtyas - Dita Yulianti –
Fiahliha Nur Azizah – Nirmala Muflihatul Khalida – Puji Margiharsari –
Rio Taruna Jati – Safira Aulia Rahma – Silvana Oktaviana – Ufik Maulena
Adiutores Anatomium 2015:
Timotius Pratama (Koordinator) – Tiara Asri Nurillah – Dhuhita Ghassanizada –
Layalia Azka Fatharani – Diah Ayu Novitasari – Sonia Capirosi Ayuningtias –
Akhmad Faizal Aziz – Katarina Frenka Nadya Wijaya – Lutfia Nur Azizah –
Talitha Apta Nitisara
Editor Asisten
Katarina Frenka Nadya Wijaya
Lutfia Nur Azizah
Talitha Apta Nitisara
Desainer
Talitha Apta Nitisara
Editor Dosen
DR. Dr. Fitranto Arjadi, M.Kes
Dr. Catharina Widiartini, M.Med.Ed.
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku
ini tanpa izin tertulis dari penyusun
Anatomi merupakan ilmu yang mempelajari struktur tubuh dan hubungannya dengan
bagian tubuh lain manusia secara makroskopis. Ilmu anatomi akan menunjang ilmu kesehatan
lainnya hubungannya dengan manusia sebagai subjek kegiatan ilmu kesehatan. Dalam
menjalankan kegiatan rutinnya yang berkaitan dengan tindakan terhadap pasien, seorang
dokter, perawat, dan paramedis lainnya butuh penguasaan dan pengetahuan dalam identifikasi
struktur tubuh manusia. Sehingga demikian, kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan kemedisan
saat melaksanakan tindakan dapat diminimalisasi bahkan dihindari.
Anatomi merupakan ilmu kedokteran yang memiliki karakteristik penggunaan bahasa
latin dalam istilah-istilah organ dan struktur organ baik istilah posisi maupun nama organnya.
Tujuan penggunaan bahasa latin ini untuk menyamakan persepsi anggota tim medis dalam
mengidentifikasi struktur tubuh yang dimaksud sehingga setiap anggota tim medis dapat
mengerti dan menghindari kesalahan persepsi terutama saat pencatatan dan dokumentasi
tindakan medis. Selain itu, tim medis lain dapat mengerti persepsi yang sama jika catatan harus
dipindah tangankan ke anggota tim medis lainnya dalam rujukan.
Peranan anatomi yang penting dalam kegiatan medis inilah yang melatarbelakangi
pembuatan modul anatomi oleh Laboratorium Anatomi. Modul ini diharapkan dapat
mempermudah kegiatan pembelajaran anatomi di laboratorium sehingga praktikan dapat
mengefisiensikan waktu praktikum. Selain memudahkan praktikan, hal ini juga mempermudah
asisten laboratorium anatomi.
SYSTEMA NERVOSUM......................................................................................................... 7
EMBRIOLOGI ......................................................................................................................... 8
PEMBAGIAN SISTEM SARAF ........................................................................................... 11
SCALP ..................................................................................................................................... 12
MENINGES ............................................................................................................................ 13
A. Meninx cranialis ......................................................................................................... 13
B. Spatium ........................................................................................................................ 13
C. Plica Duramatris ......................................................................................................... 13
CRANIUM .............................................................................................................................. 18
A. Neurocranium .................................................................................................................... 18
B. Viscerocranium ................................................................................................................. 20
Ujung cephalic (cranial) neural tube akan membentuk tiga dilatasi yang dinamakan
primary brain vesicles (Sadler, 2000):
a. Procencephalon/forebrain
b. Mesencephalon/midbrain
c. Rhombencephalon/hindbrain
Sistem saraf terbagi menjadi dua yaitu systema nervosum centrale/central nervous
system/sistem saraf pusat (CNS/SSP) dan systema nervosum periphericum/peripheral
nervous system/sistem saraf tepi (PNS/SST).
Struktur penyusun kulit kepala terdiri dari lima lapisan yang disingkat SCALP
1. Skin kulit, tebal, berambut, dan banyak mengandung
kelenjar sebacea
2. Connective tissue jaringzan ikat di bawah kulit, merupakan jaringan lemak
fibrosa. Banyak mengandung pembuluh darah
3. Aponeuresis (epicranial) lembaran tendon yang tipis, menghubungkan venter frontale
dan venter occipital m. occipitofrontalis.
4. Loose areolar tissue jaringan ikat longgar yang mengisi spatium
subaponeuroticum
5. Pericranium Lapisan periosteum cranium
Gambar SCALP
B. SPATIUM INTRACRANIALIS
1. Spatium Epidural ruang antara duramater dengan cranium
2. Spatium Subdural ruang yang memisahkan arachnoidea dengan duramater
3. Spatium Subarachnoidea ruang yang memisahkan arachnoidea dengan piamater
C. PLICA DURAMATRIS
Plica duramatris adalah lipatan-lipatan lapisan duramater yang membentuk sekat atau
septa yang terdiri darI :
1. Falx Cerebri
Lipatan dura mater yang berbentuk bulan sabit yang terletak di garis tengah diantara
kedua hemispherium cerebri.
Keterangan :
Sinus sagittalis superior berjalan pada pinggir atasnya. Sinus sagittalis inferior
berjalan pada pinggir bawah yang berbentuk konkaf. Sinus rectus berjalan di
sepanjang perlekatannya dengan cerebelli.
D. VASKULARISASI
1. Arteri
Terdapat beberapa arteri yang memperdarahi duramater, yaitu arteri carotis
interna, arteri maxilaris, arteri pharyngea ascendens, arteri occipitalis, dan
arteri vertebralis. Arteri maxilaris akan bercabang menjadi arteri meningea media
yang sering rusak pada cedera kepala. Arteri ini masuk ke cavum cranii melakui
foramen spinosum dan terletak diantara lapisan meningeal dan endosteal duramater
(Snell, 2011).
2. Vena
Vena-vena meningea terletak di dalam lapisan endosteal duramater. Vena
meningea media mengikuti cabang arteri meningea media pada bagian lateral dan
bermuara ke plexus venosus pterygoideus atau sinus sphenoparietalis (Snell, 2011).
E. INERVASI
Cabang-cabang nervus trigeminus (n. Meningea), nervus vagus, nervus cervicalis
1-3, dan cabang-cabang nervus dari sistem simpatik berjalan menuju duramater.
Duramater juga kaya akan ujung saraf sensoris yang peka terhadap regangan dan dapat
menimbulkan sensasi sakit kepala. Stimulasi ujung sensoris dari nervus trigeminus dapat
menimbulkan sensasi nyeri alih (referred pain)
F. APLIKASI KLINIS
1. Epidural Hemorrhage /Perdarahan Epidural (EDH)
Perdarahan ekstradural atau epidural biasanya berasal dari arteri. Darah dari
cabang arteri meningea, biasanya arteri meningeal media robek dan terkumpul diantara
lapisan periosteal eksternal dari dura dan calvaria, biasanya terjadi akibat pukulan
keras ke kepala, dan membentuk hematoma ekstradural atau epidural. Biasanya, terjadi
gegar otak singkat (kehilangan kesadaran), diikuti dengan lucid interval beberapa jam.
Kemudian, mengantuk dan koma (ketidaksadaran mendalam) terjadi. Kompresi otak
terjadi sebagai massa darah meningkat, sehingga diperlukan evakuasi darah dan oklusi
dari pembuluh perdarahan.
A. NEUROCRANIUM
Tulang-tulang neurocranium terdiri dari :
1. Os. Occipitalis (1 buah)
Tempat lewat/keluar
Pars Struktur
struktur
Basilaris Clivus Blumenbachi -
Sulcus sinus petrosus inferior Sinus petrosus inferior
Tuberculum pharyngeum -
Sulcus sinus sigmoid
Lateralis Tuberculum jugulare
Condyli occipitalis
Processus condyloideus
Fossa condyloidea
Canalis condylaris
Canalis nervi hypoglossi N. XII
Squamosa Protuberantia occipitalis externa
(Inion)
Crista occipitalis externa
Linea nuchae superior
Linea nuchae inferior
Protuberantia occipitalis interna
Fossa Occipitalis superior
Fossa Occipitalis inferior (fossa
cerebellaris)
3. Os frontalis (1 buah)
Disebut juga tulang dahi, terdiri atas:
Pars Struktur Tempat
lewat/keluarnya
Squama Tuber frontalis
Margo supraorbitalis
Foramen supraorbitalis a.v.n. supraorbitalis
B. VISCEROCRANIUM
Tulang-tulang viscerocranium terdiri dari :
1. Os. Maxilla
2. Os. Mandibullare
3. Os. Palatinum
4. Os. Nasale
5. Os. Lacrimale
6. Os. Zygomaticum
7. Chonca Nasalis Inferior
8. Os. Vomer
Foramen Dilewati
Foramen supraorbital
Foramen infraorbitale a., v., et n., infraorbitalis
Foramen mandibulare n. mandibularis
Foramen mentale n. mentalis
Foramen zygomaticum
Gambar Viscerocranium
2. Malar flush
Malar flush adalah kemerahan dari kulit yang menutupi processus zygomaticus yang
berkaitan dengan peningkatan temperatur karena penyakit tertentu seperti tuberculosis
dan systemic lupus erythematosus (SLE)
4. Fraktur calvaria
Pukulan keras pada area yang tipis di di calvaria akan menyebabkan fraktur depresi,
yaitu segmen tulang yang fraktur terdepresi ke dalam dan dapat mengkompresi otak.
Fraktur calvaria linear, biasanya terjadi pada titik yang terjadi benturan namun fraktur
tersebut sering menjalar dari titik tersebut ke arah yang lain. Pada fraktur comminuta, os
calvaria fraktur hingga menjadi beberapa segmen. Jika area calvaria yang tebal yang
terkena benturan, tulang mungkin dapat terdepresi ke dalam tanpa ada fraktur. Pada
fraktur countercoup, fraktur tidak terjadi di titik benturan tapi di titik lain yang
berlawanan.
A. Prosenchepalon
Prosencephalon terbagi menjadi dua yaitu telencephalon/cerebrum dan diencephalon
1. Telencephalon/Cerebrum
a. Struktur
Hemispherium Cerebri
Telenchepalon terdiri dari dua hemispherium cerebri (hemisphere cerebri
dexter et sinister) yang dihubungkan oleh corpus callosum. Kedua hemisphere
cerebri dipisahkan oleh celah dalam yang disebut fissura longitudinalis
cerebri/fissura interhemispherica.
Pada aspectus medialis, struktur yang dapat diidentifikasi adalah:
1) Lobus frontalis
2) Sulcus centralis (rolandi)
3) Lobus parietalis
4) Sulcus parietooccipitalis
5) Lobus occipitalis
6) Sulcus lateralis (sylvius)
7) Lobus temporalis
8) Lobus insula
Substantia Cerebrum
Secara makroskopis, cerebrum terdiri dari: cortex cerebri (substantia
grisea), substantia alba subcorticalis, dan ganglia basalis. Cortex cerebri
berwarna abu-abu karena disusun oleh soma/badan sel, dendrit, akson tidak
bermielin, sel glia, synapsis, dan kapiler. Substantia alba tersusun atas akson
akson bermielin. Ganglia basal adalah bagian sistem motorik dan terletak di lobus
insulae.
Gambar Beberapa area dari 47 area Brodmann (Martini, Nath, & Bartholomew, 2012)
Gambar Area Brodmann Tampak Lateral (Atas) dan Tampak Medial (Bawah)
1. Afasia
Afasia merupakan gangguan fungsi bahasa. Afasia berbeda dengan disartria ataupun
anartria. Disartria dan anartria mempengaruhi artikulasi dan fonasi, sedangkan afasia
mempengaruhi pembentukan bahasa (kosa kata, morfologi, sintaks,dll). Afasia dibagi
menjadi:
a. Afasia Broca: pada kasus ini, gangguan terletak pada penurunan atau hilangnya
kemampuan pembentukan bahasa. Pasien dapat mengerti kata-kata dan nama objek
yang sederhana, namun membuat kalimat-kalimat aneh (paragramatisme atau
agramatisme) dan membuat kesalahan paraphrase fonemik (perubahan suara dalam
suatu kata)
b. Afasia Wernicke: dalam hal ini yang terganggu adalah kemampuan memahami
bahasa. Pasien dapat berbicara dengan lancar namun terdapat kesalahan paraphrase
semantic (perubahan kata-kata dalam suatu kalimat)
c. Afasia Konduksi: afasia akibat gangguan pada fasciculus arcuatus
aferen: tractus
merupakan thalamocorticalis
proyeksi tractus
yang besar aferen: tractus
corticothalamicus
corona radiata
anterior
Terdiri dari superior
pedunculus
thalamicus posterior
inferior
Ganglia Basalis
Ganglia basalis merupakan sekelompok massa substantia grisea yang terletak
dalam setiap hemispherium cerebri. Ganglia basalis adalah bagian sistem motorik,
berfungsi dalam inisiasi dan modulasi pergerakan serta pada kontrol tonus
otot/postur. Pusat motorik tertua adalah medulla spinalis dan aparatus primitif
formatio reticularis. Kemudian pusat motorik digantikan oleh nucleus striatum
pada ganglia basalis yang terdiri atas:
1) Paleostriatum menjadi globus palidus
2) Neostriatum menjadi nucleus caudatus dan putamen
Struktur ganglia basalis tersebut masih ada walaupun sifatnya primitif dan
berada di bawah kontrol cortex cerebri. Nucleus (jamak: nuclei, adalah kumpulan
soma di sistem saraf pusat) pada ganglia basalis terdiri dari (Baehr dan Frotscher,
2010):
1) Nucleus caudatus
2) Nucleus lentiformis (terdiri dari globus palidus dan putamen)
3) Nucleus amygdala/corpus amygdala
- Terletak di dalam lobus temporalis dekat uncus
- Merupakan penyusun sistem limbik, bersama dengan thalamus dan
hipothalamus
- Mempengaruhi respon tubuh terhadap perubahan lingkungan
4) Claustrum fungsi pasti tidak jelas
Gambar Diencephalon
a. Thalamus
Merupakan massa substantia grisea yang berbentuk oval, meliputi sekitar 80%
volume diencephalon. Merupakan pusat penerima tractus-tractus sensorik
utama/station relay (kecuali jaras olfactorius).
Margo superior : plexus choroideus
Margo inferior : hypothalamus
Margo medial : adhesio interthalamicus
Margo lateral : capsula interna
Margo posterior : glandula pineal, aquaductus mesencephalicus sylvius
Gambar Thalamus
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
35
massa intermedia
nuclei anterior
pulvinar
nucleus/corpus
Struktur yang ada thalamus
geniculatum lateral
nucleus/corpus
geniculatum medial
adhesio interthalamica
b. Subthalamus
Terletak di inferior thalamus dan di antara thalamus dan tegmentum
mesencephalon, serta dorsolateral dari corpus mamillaris. Komponen utamanya
adalah nucleus subthalamus (Corpus Luysii).
c. Epithalamus
Terdiri dari habenula, nucleus habenularis, glandula pinealis/epifisis, serta
hubungan-hubungannya. Nucleus habenularis diduga merupakan pusat integrasi
jaras aferen olfaktorius, visera, dan somatic. Glandula pineal berperan dalam
regulasi irama circadian.
d. Hypothalamus
Bagian paling basal diencephalon, untuk mengoordinasikan fungsi tubuh vital
(respirasi, sirkulasi, keseimbangan cairan, suhu, asupan nutrisi) sebagai organ
regulasi sistem saraf otonom tertinggi.
Nuclei hypothalamus: supraoptic, paraventricularis, preoptic,
suprachiasmaticus.
Gambar Diencephalon
B. Truncus Cerebri
1. Mesencephalon
Struktur pembentuk mesenchepalon adalah:
a. Terdiri dari dua belahan lateral yang disebut pedunculus serebri. Masing-masing
dibagi dalam pars anterior yaitu crus cerebri, dan bagian posterior yaitu
tegmentum.
b. Fossa interpeduncularis adalah tempat keluar nervus occulomotorius.
c. Aspek dorsal dinamakan tectum mesencephali, terdapat dua pasang tonjolan ke
posterior yaitu colliculus superior et inferior keempatnya menjadi corpora
quadrigemina tektum mesencephalicus.
d. Mesenchepalon dilalui oleh aquaductus mesenchepalii yang diapit oleh
tegmentum di bagian anterior dan tectum di bagian posteriornya.
e. Beberapa bagian mesencephalon yang disebut nucleus ruber (red nucleus) dan
substantia nigra berfungsi dalam mengontrol gerakan badan
f. Glandula pineal mengalami kalsifikasi pada usia pertengahan, sehingga dapat
terlihat pada radiografi
g. Tampak pedunculus cerebellaris superior jika dilihat dari dorsal.
Struktur pons:
- Fibra transversae pontis serabut yang berjalan dari nucleus pontis
menuju cerebellum melalui pedunculus cerebellaris medius
- Nampak pedunculus cerebellaris medius dari arah dorsal
- Colliculus fascialis suatu struktur penebalan berisi serabut nervus fascialis
(N. VII) yang terdapat pada fossa rhomboidea.
- Locus coeruleus nucleus pigmentosus pontine tempat yang terdiri nucleus
noradrenergic berpigmen kebiru-biruan. Terbentuk oleh 4 subnuclei: central,
anterior, ventral, posterior dorsal.
b. Myelencephalon/Medulla Oblongata
Struktur:
- Berbentuk kerucut dan menghubungkan pons dengan medulla spinalis.
- Terdapat benjolan di setiap sisi yang disebut pyramis.
- Pyramis mengecil ke bawah, dan hampir seluruh serabut descenden menyilang
ke sisi lain disebut decussatio pyramidalis
- Posterior terhadap pyramis terdapat oliva.
- Di belakang oliva terdapat pedunculus cerebellaris inferior.
- Tuberculum gracilis dan tuberculum cuneatus yaitu struktur menonjol pada
dorsal medulla akibat adanya nucleus gracilis dan nucleus cuneatus
- Fossa rhomboidea sebagai dasar
ventriculus quartus
- Nervus cranialis IX, X, XI, XII
keluar dari sistem saraf pusat
melalui medulla oblongata
- Area postrema sebagai pusat
kontrol muntah involunter, ada di
bagian inferiror fossa rhomboidea
- Cerebello-pontine angle area
yang ada di lateral cysterna
pontocerebellum.
Gambar CPA
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
38
Systema Limbicus
- Sebagai bagian dari telencephalon pada lobus limbicus
- Sistem Limbik terdiri dari area neocortical dan area cortical yang lebih tua secara
filogenetika (archicortex dan paleocortex) dan beberapa nuclei. Fungsi utama;
pembentukan perilaku yang meningkatkan ketahanan (survival) individu dan spesies.
Dan secara khusus hypocampus untuk belajar dan memori.
- Struktur utama sistem limbik
a) Lobus limbicus
b) Formatio hypocampalis (hypocampus)
c) gyrus parahypocampalis
d) area entorhinal
e) fornix
f) gyrus cinguli
g) gyrus dentatus
h) corpus mamillaris/corpora mamillaris/corpus mamillare
i) corpus amygdala (juga bagian pada ganglia basal)
- Circuit papez sirkuit yang menghubungkan struktur-struktur limbik (hypocampus
fornix corpus mamillare nucleus anterior thalami gyrus cinguli
cingulum hypocampus)
C. Cerebellum
- Terletak di fossa cranii posterior dan terletak di posterior ventriculus quartus, pons,
serta medulla oblongata.
- Fungsinya:
1. Penerima informasi aferen yang berkaitan dengan gerakan volunter dari cortex
cerebri
2. Penerima informasi keseimbangan dari n.vestibularis.
- Terdiri dari dua hemispherium cerebelli : hemisphere cerebelli dextra dan
hemisphere cerebelli sinistra.
- Kedua hemispherium dihubungkan oleh vermis.
- Bagian-bagian pada vermis :
lingula cerebelli
yang tampak dari lobus cerebelli anterior lobulus centralis
culmen
Declive
folium vermis
tuber vermis
yang tampak dari lobus cerebelli posterior
pyramis vermis
uvula vermis
nodulus vermis
- Cerebellum terbagi menjadi tiga lobus utama: lobus anterior, lobus medius/lobus
posterior, dan lobus flocculonodularis.
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
39
- Fissura prima = memisahkan permukaan superior dan inferior
- Fissura uvulonodularis = memisahkan lobulus tonsila dan flocculus
- Fissura horizontalis = memisahkan fascies superior dan fascies inferior
- Pedunculus cerebellaris: pedunculus cerebellaris superior, pedunculus cerebellaris
medius, dan pedunculus cerebellaris inferior
1. Pedunculus cerebellaris superior = menghubungkan cerebellum dengan
mesencephalon.
2. Pedunculus cerebellaris medius = menghubungkan cerebellum dengan pons.
3. Pedunculus cerebellaris inferior = menghubungkan cerebellum dengan medulla
oblongata.
Aplikasi klinis: hernia tonsillaris cerebellum
Gambar Cerebellum
- Nuclei cerebelli
a. Nucleus Dentatus (terbesar)
- Input aferennya berasal terutama dari cortex hemisphere cerebelli
(cerebrocerebellum), dna sebagian kecil dari cortex zona paravemian
- Serabut eferennya berjalan melalui pedunculus cerebellaris superior ke
nucleus ruber kontralateral dan thalamus.
b. Nucleus Emboliformis dan Nucleus Globosus
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
40
- Input aferen dari cortex zona paravemian dan vermis (spinocerebellum)
- Serabut eferen ke nukleus ruber kontralateral
c. Nucleus Fastigii
- Input aferen dari el purjinje lobus flocculonodularis
- Serabut eferen ke nucleus vestibularis (tractus fasatigiobulbaris) atau
menyilang ke sisi cerebellum kontralateral dan kemudian berlanjut ke formatio
reticularis dan nuclei vestibularis (fasciculus uncinatus)
B. VENTRICULUS CEREBRI
1. Ventriculus lateralis
a. Terdapat 2 buah (dextra et sinistra)
b. Terdiri dari : corpus, cornu frontale, cornu occipitale, dan cornu laterale
c. Plexus choroideus ventruculus lateralis merupakan tepi lateral tela choroidea
d. Septum Pelucidum : pembatas antara ventriculus lateralis dextra et sinistra
2. Ventriculus tertius
a. Berasal dari vesikel prosencephalon, merupakan celah sempit antar kedua
thalamus
b. Mempunyai dinding anterior, posterior, lateral, superior, inferior serta
dilapisi oleh ependymal
c. Plexus choroideus ventruculus tertius
A. Meninx spinalis
Terdiri dari:
1. Duramater spinalis
2. Arachnoideamater spinalis
3. Piamater spinalis
Arteri vertebralis, berasal dari arteri subclavia, dan bercabang menjadi arteri
spinalis anterior dan posterior tunggal yang berjalan turun sepanjang medulla spinalis
dan masuk ke setiap segmen dengan arteri segmental. Arteri segmental yang paling
besar (arteri segmental Adamkiewicz) ditemukan di bagian bawah regio thorax dan
atas regio lumbalis, yang merupakan perdarahan utama 2/3 bagian medula spinalis.
Sementara itu, radix anterior dan posterior diperdarahi oleh ateri radicularis.
G. Columna Vertebralis
Columna Vertebralis/ Skeletal Vertebrae terdiri dari:
1. Vertebrae cervicales I-VII curvatura : lordosis
d. Tulang-tulang di leher (bagian dari ossa vertebrae / tulang belakang), disebut os
vertebralis pars cervicalis. Terdiri dari 7 ruas tulang. Collumna vertebralis
cervicalis yang memiliki kekhasan:
8. Columna vertebrae cervicalis 1 (C1) disebut atlas
9. Columna vertebrae cervicalis 2 (C2) disebut axis
10. Columna vertebrae cervicalis 7 (C7) disebut vertebrae prominens
2. Vertebrae thoracica I-XII curvatura : kifosis
3. Vertebrae lumbales I-V curvatura : lordosis
4. Vertebrae sacrales I-V menyatu (Os Sacrum) curvatura: kifosis
5. Vertebrae coccygis I-IV menyatu (Os coccygeus)
Vertebrae Thoracales
Vertebrae Lumbales
Os Sacrum c
Os coccygys
Gambar Columna Vertebrae dan Curvatura Spinalis
Gambar Syringomyelia
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
54
5. Spina Bifida
Spina Bifida adalah kelainan kongenital yang terjadi karena kelainan neural tube
(neural tube defect). Pada kelainan tersebut terjadi kegagalan neural tube untuk menutup
dengan sempurna. Spina bifida berarti terbelahnya arcus vertevrae yang bisa melibatkan
jaringan saraf di bawahnya atau tidak. Spina bifida terdiri dari sebuah hiatus yang biasanya
terletak dalam vertebrae lumbosacral dan dari hiatus ini menonjol saccus meninges
sehingga terbentuklah “Meningocele”. Jika saccus tersebut berisi medula spinalis, maka
anomali tersebut disebut “Meningomielocele”
A. Jaras/Tractus Ascendens
Merupakan kumpulan serabut saraf yang menghantarkan impuls sensorik dari reseptor
sensorik ke pusat saraf (gyrus postcentralis pada hemispherium cerebri). Karena arah
serabutnya adalah dari perifer ke central maka dinamakan jaras ascendens. Jaras
ascendens menghantarkan informasi aferen, yakni informasi eksteroseptif (nyeri, suhu,
raba, tekan) dan informasi propioseptif.
Jaras neuron untuk kesadaran terdiri dari tiga:
Neuron Di thalamus
tingkat
ketiga
Neuron Akson menyilang ke
tingkat sisi kontralateral,
kedua lalu naik ke susunan
saraf yang lebih
tinggi
Serabut-serabut saraf yang mengantarkan impuls pada jalur ini adalah serabut
penghantar cepat tipe A delta dan serabut penghantar lambat tipe C yang badan selnya
terdapat pada bagian dorsal ganglia saraf:
1. Serabut penghantar cepat (tipe A delta) menghantarkan nyeri tajam, akut, seperti
ditusuk
2. Serabut penghantar lambat (tipe C) nyeri seperti rasa terbakar, menyakitkan,
berdenyut
Ramus posterior
Ramus anterior
Ganglion spinalis
1. Dermatom
Suatu area kulit yang dipersarafi oleh sebuah saraf spinal dan merupakan satu
segmen medulla spinalis disebut dermatom. Di tubuh manusia, dermatom
membentang mengelilingi tubuh dari bidang mediana anterior sampai posterior.
Dermatom yang bersebelahan saling tumpang tindih sehingga untuk membuat suatu
daerah anestesi total dibutuhkan kerusakan paling tidak tiga segmen saraf spinal yang
berdekatan. Beberapa titik acuan dermatom:
a. Dermatom T4 : setinggi papilla mammae
b. Dermatom T6 : setinggi processus xyphoideus
Gambar Dermatom
2. Myotom
Saraf radikuler dan perifer yang memmpersarafi otot, masing-masing otot akan
dipersarafi oleh sebuah saraf tepi, yang umumnya mengandung serabut dari beberapa
radiks (sehingga disebut persarafan poliradikulopati atau plurisegmental) (Baehr dan
Frotscher, 2010).
3. Nervus Spinalis
Nervus spinalis (bercabang dari medulla spinalis ada 31 pasang saraf spinal
a. CI-CVIII = Nervi spinales pars cervicalis, segmenta cervicalia (C1-C8)
b. TI-TXII = Nervi spinales pars thoracalis, segmenta thoracica (T1-T12)
terdapat percabangan menjadi ramus anterior (nervi intercostales)
c. LI-LV = Nervi spinales pars lumbalis, segmenta lumbalia (L1-L5)
d. SI-SV = Nervi spinales pars sacralis, segmenta sacralia (S1-S5)
e. CoI = Nervi spinales pars coccygea, segmenta coccygea
Masing-masing nervus spinalis dihubungkan dengan medulla spinalis oleh dua
radix, yaitu radix anterior dan radix posterior. Radix posterior terdiri atas berkas
serabut saraf yang membawa impuls ke sistem saraf pusat dan dinamakan serabut
aferen/sensorik (penghantaran informasi mengenai sensasi raba, nyeri, suhu, dan
vibrasi).
Radix anterior terdiri atas berkas serabut saraf yang membawa impuls saraf
menjauhi saraf pusat serabut eferen/serabut motorik, sel asalnya terdapat pada
cornu anterior medulla spinalis.
4. Plexus Spinosus
Dalam perjalanannya, nervus spinalis akan membentuk struktur yang merupakan
cabang dan gabungan dari beberapa saraf tepi yang letaknya berdekatan (anyaman
saraf) disebut plexus nervosus, terdiri dari:
a. Plexus cervicalis = C1-C5, mempersarafi otot-otot leher, kepala, dada
b. Plexus brachialis = C4-T1, mempersarafi bahu dan otot-otot ekstremitas superior
c. Plexus lumbalis = T12-L4, mempersarafi abdomen dan daerah genital
d. Plexus sacralis = L4-S4, mempersarafi perineum dan otot-otot ekstremitas
Inferior
a. Plexus Cervicalis
Plexus cervicalis dibentuk oleh rami anteriores C1-C4 dan mempersarafi kulit
dan otot-otot kepala, leher, dan bahu. Terdapat beberapa cabang penting, yaitu
(Snell, 2011):
1) Nervus spinalis C2 dan C3 (n. auricularis magnus/major), nervus yang
menginervasi kulit di sekitar angulus mandibulae. Nervus ini juga sering
membesar pada penyakit Morbus Hansen.
2) Nervi spinalis C3 dan C4 (n. supraclaviculares), nervus yang mempersarafi
kulit bahu ini penting di klinik karena dapat menjalarkan nyeri dari nervus
yang berasal dari nervus phrenicus
b. Plexus Brachialis
Dibentuk oleh rami anteriores C5-C8 dan T1 yang berada dalam trigonum
colli posterior (Snell, 2011).
Cabang-cabang penting:
1) Nervus spinalis C5 (n. dorsalis scapulae)
2) Nervus spinalis C5, C6, C7 (n. thoracalis longus)
3) Nervus spinalis C5, C6, C7 (n. musculocutaneus)
4) Nervus spinalis C6, C7, C8 (n. thoracodorsalis)
5) Nervus spinalis C5, C6 (n. axillaris)
6) Nervus spinalis C5, C6, C7, C8, T1 (n. radialis)
7) Nervus spinalis C5, C6, C7, C8, T1 radix medialis dan lateralis (n. medianus)
8) Nervus spinalis C8, T1 (n. ulnaris)
2. Inervasi Pelvis
a. Somatis
Dipersarafi oleh dua plexus yaitu plexus sacralis dan plexus lumbalis.
1) Plexus lumbalis lewat foramen obturatorius terdiri dari:
a) Truncus lumbosacralis L4-L5
b) Nervus obturatorius (L3-L4), ada di canalis obturatorius. Inervasi untuk
tungkai atas
c) Cabang sensorik untuk peritoneum parietal, aplikasi klinis apendisitis
2. Pars Parasymphatica
Sistem saraf parasymphaticus memiliki nuclei yang terletak di batang otak dan
segmen sacrales medulla spinalis (craniosacral). Akson parasimpatis preganglionik
sampai ke ganglia di dekat organ-organ targetnya. Di sini, saraf parasimpatis bersinaps
dengan neuron postganglionik yang menjulurkan aksonnya yang pendek ke organ
target. Sistem parasimpatis mengatur intake makanan dan pencernaan serta
rangsangan seksual. Parasimpatis bersifat antagonis dengan simpatis (Paulse dan
Waschke, 2014).
Nomina Generalia:
a. Segmen sacarales medula spinalis
b. Ganglia perifer
c. Nervus pelvicus (nervus splanchnicus pelvicus)
D. Nervus Cranialis
Ada 12 pasang nervus Cranial yang meninggalkan otak melalui fissura dan foramina
di otak, yaitu :
1. Nervus Olfactorius (N. I)
Nervus olfactorius merupakan saraf sensorik murni yang berfungsi sebagai
penghidu. Nervus olfactorius keluar di tengkorak melalui celah-celah di lamina et
foramina cribosa ossis ethmoidalis.
Skema rangsangan nervus olfaktorius:
↓
pons
↓
Nucleus vestibularis
A. Organon Visuum
1. Pars Accesorius
a. Palpebra (eyelids)
- Bagian: superior et inferior fisura palpebrae
- Lapisan: kulit dan membrana mucosa (conjunctiva)
- Tunica conjunctiva palpebralis (indikasi anemia) terlipat balik kepada
bulbus oculi dan menjadi sinambung dengan tunica conjunctiva bulbaris
(identifikasi mata merah). Garis-garis pelipatan balik tunica conjunctiva
palpebralis kepada bulbus oculi membentuk relung-relung yang dalam,
disebut fornix conjuntcivae superior et inferior.
b. Cilium, pl. cilia (eyelashes)
- Glandulae ciliare: glandulae sebaceae besar yang berhubungan dengan
cilia.Aplikasi klinis : hordeolum (timbil atau bintit)
- Musculus: m. levator palpebrae superior (N. III)
c. Apparatus lacrimalis (lacrimal apparatus)
Struktur Terkait:
1) Glandulae lacrimalis (lacrimal gland)
2) Inervasi: nucleus lacrimalis n. facialis (saraf sekremotorik parasimpatis), n.
lacrimalis
3) Lacus lacrimalis (lacrimal lake)
4) Caruncula lacrimalis (lacrimal caruncle)
5) Punctum lacrimalis (lacrimal punctum)
6) Canaliculi lacrimalis (lacrimal canaliculi)
7) Saccus lacrimalis (lacrimal sac)
8) Ductus nasolacrimalis (nasolacrimal duct)
Perjalanan air mata:
Glandula lacrimalis membasahi cornea lacus lacrimalis punctum
lacrimalis canaliculi lacrimalis saccus lacrimalis ductus nasolacrimal
meatus nasi inferior
Aplikasi Klinis
Hyphema
Hyphema merupakan suatu kondisi terdapatnya akumulasi darah di bilik mata depan. Hal
ini sering disebabkan oleh trauma tumpul pada mata. Trauma ini akan menginduksi
robeknya pembuluh darah pada iris atau badan silier. Hyphema dapat juga disebabkan
oleh trauma intraoperasi, pecahnya neovaskularisasi pada mata, adanya kanker, atau
kelainan vaskuler lain. Hifema umumnya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata yang
telah dijelaskan sebelumnya. Trauma tumpul tersebut mengenai bagian bola mata yang
terekspos ke dunia luar tanpa perlindungan tulang orbita. Hyphema dapat juga terjadi
karena anomali vaskuler dalam mata lain, seperti yang terjadi pada juvenile
xanthogranuloma. Bahkan, hyphema idiopatik pun dapat terjadi tanpa penyebab jelas,
meskipun hal ini sangat jarang terjadi. Terdapat dua mekanisme yang diduga
menyebabkan terjadinya hyphema. Mekanisme pertama adalah mekanisme dimana
kekuatan trauma menyebabkan kontusi sehingga terjadi robekan pada pembuluh darah
iris dan badan silier yang rentan rusak. Mekanisme kedua adalah trauma tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler sesaat sehingga menyebabkan ruptur
pembuluh darah pada iris dan badan silier.
Inervasi
1. Sensoris
a. Aferen somatik umum
1) Apex dan corpus : n. mandibularis (V.3)
2) Radix : n. glossopharyngeus (IX)
b. Aferen somatik khusus
1) Apex dan corpus : n. facialis (VII)
Taste buds n. lingualis chorda tympani ganglion genikulatum (badan
sel serabut aferen gustatory) dalam n. intermedius nucleus solitaries
(sensoris)
2) Radix : n. glossopharyngeus (IX)
Gambar Hypothalamus
2. Skeletopi
3. Nuclei hypothalamicus
Hypothalamus terbentuk dari sel saraf kecil yang tersusum dalam kelompok-
kelompok atau nukleus-nukleus. Menurut pembagian berdasarkan bidang parasagital
imajiner, nukleus-nukleus tersebut berada di dalam 2 zona, yaitu zona medialis dan
zona lateralis.
a. Zona Lateralis
Dari anterior ke posterior, ditemukan nuclei hypothalamicus sebagai berikut:
1) Bagian nucleus preopticus lateral
2) Bagian nucleus suprachiasmaticus
3) Nucleus supraopticus
4) Nucleus lateralis
5) Nucleus tuberomammillaris
6) Nucleus tuberales laterals
b. Zona Medialis
Dari anterior ke posterior, ditemukan nuclei hypothalamicus sebagai berikut:
1) Bagian nucleus preopticus medial
2) Nucleus anterior
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
99
3) Bagian nucleus suprachasmaticus
4) Nucleus paraventricularis
5) Nucleus dorsomedialis
6) Nucleus ventromedialis
7) Nucleus infundibularis (arcuatus)
8) Nucleus posterior
4. Vaskularisasi
Vascularisasi hypothalamus antara lain bersumber dari:
a. Cabang a. communicans posterior
b. Cabang a. cerebri posterior
c. Cabang a. basilaris
*ketiganya merupakan penyusun circulus arteriosus Willisi Vena : v.
thalamostriata dan v. Choroidea
5. Aliran limfe
6. Inervasi
Hubungan-hubungan saraf aferen hypothalamus
a. Aferen somatik dan visceral : sensasi pengecap
b. Aferen visual : meninggalkan chiasma opticum suprachiasmaticus
c. Penghidu
d. Aferen auditorik
e. Serabut corticohypothalamicus: lobus frontalis cortex cerebri hypothalamus
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
100
f. Serabut hipocampohypothalamicus: hippocampus fornix corpus mammillare
g. Serabut amygdalohypothalamicus: complex amygdaloideus stria
terminalisinferior nukleus inferior lentiformis
h. Serabut thalamohypothalamicus: dari nuklei talamus
i. Serabut tegmentalis
8. Jaras Hypothalamohypophysialis
Fungsi jaras ini memungkinkan hypothalamus mempengaruhi aktivitas kelenjar
endokrin.
a. Hypothalamus hipofisis lobus anterior: pembuluh darah porta (sistem porta
hypothalamus-hypophysis)
b. Hypothalamus hipofisis lobus posterior: nucleus supraopticus dan
paraventricularis
4. Vaskularisasi
Arteri hypophysealis superior et inferior (cabang a. carotis interna)
Vena bermuara ke sinus intracavernosus
5. Aliran Limfe
6. Inervasi
7. Fungsi Hypophysis
Tabel 1. Hormon-hormon glandula hipofisis
a. Lobus anterior
No Hormon Target Hormon yang di
hasilkan
a. TSH Tiroid T3 dan T4
(Thyroid Stimulating
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
104
Hormone)
b. ACTH Korteks glandula Hormon glukokortikoid
(Adrenocorticotropic adrenal
Hormone)
c. FSH ♀ Ovarium Estrogen, progesterone
(Follicle Stimulating dan inhibin
Hormon) ♂ Testis Testosteron dan inhibin
2. Sintopi
Anterior: M. sternohyoideus, M. sternothyroideus, M. Sternocleidomastoideus,
M.omohyoideus
Posterolateral: a. carotis communis, n. Vagus, v. jugularis interna yang ketiganya
terbungkus dalam fascia tersendiri, yaitu vagina caroticum
Medial: laryng, trachea, oesophagus. Pada kedua aspectus medialis, antara
glandula thyroid dengan laryng dan trachea, dari superior berjalan n. Laryngeus
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
108
superior ramus externus yang berjalan bersama a. Thyroidea superior dan dari
inferior berjalan n. Laryngeus recurrent (n. Laryngeus inferior) yang berjalan
bersama a. Thyroidea inferior. Lesi struktur saraf ini saat thyroidektomi
berdampak pada fungsi laryng, misal parau akibat paralisis ligamentum vocalis.
3. Vaskularisasi
Arteri utama: a. thyroidea superior, a. thyroidea inferior, dan kadang-kadang a.
thyroidea ima
Vena-vena dari glandula thyroidea antara lain v. thyroidea superior, media, et inferior
7. Aliran Limfe
Aliran limfe dari glandula suprarenal akan bermuara ke limfe nodi lumbalis (aortici
lateralis)
Fungsi Endokrin
Hormon Fungsi
Cortex (Mesoderm)
Mineralocorticoid/aldosteron (zona Mengatur keseimbangan air, elektrolit,
glomerulosa) dan garam-garam
Glucocorticoid/hidrocortison (zona Mengatur/mempengaruhi metabolisme
fasciculata) karbohidrat dan meningkatkan sintesis
glukosa dan glikogen terutama di hati.
Antiinflamasi.
Gonadocorticoid/androgen (zona Mempengaruhi karakteristik seksual
reticularis)
Medulla (Ectoderm)
Epinephrine/Adrenalin Membantu metabolisme karbohidrat
dengan jalan menambah pengeluaran
glukosa dari hati untuk memproduksi
ATP serta efek simpatis
Norepinephrine/Noradrenalin Meningkatkan tekanan darah dengan
jalan merangsang serabut otot di dalam
dinding pembuluh darah untuk
berkontraksi
Aplikasi Klinis
Hipofungsi: penyakit Addison
Hiperfungsi: kelainan mirip tumor suprarenal bagian korteks
Vaskularisasi
Aorta pars
abdominalis
Truncus coeliacus a. mesenterica superior
a. hepatica a. lienalis
communis
Inervasi Pankreas
Persarafan pancreas berasal dari nervus vagus dan nervus splanchnicus abdominopelvicus.
Persarafan simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus celiacus dan plexus mesentericus
superior.
Aplikasi klinis
Pancreatitis
Pancreatectomy
Innervasi
Saraf autonom testis berasal dari nervus plexus testicularis yang terdiri dari saraf parasimpatis
dan serabut aferen visceral dan saraf simpatis berasal dari T10-T11.
Aliran Limfe
Pembuluh-pembuluh limfe berjalan ke atas di dalam funiculus spermaticus dan berakhir di
nodi lymphoidei lumbales/paraaortici.
Fungsi Endokrin
Testis merupakan organ endokrin dan eksokrin
Sebagai organ endokrin, testis memiliki sel-sel interstisial leydig yang berfungsi
untuk menghasilkan hormon-hormon seks pria (androgen).
Aplikasi Klinis
Baehr, M. dan Froetscher. M. 2005. Duus Topical Diagnosis in Neurology. 4th edition. Stutgart:
Thieme.
Guyton, A.C. dan H.E. Hall. 1997. Neurofisiologi Penglihatan Sentral. Dalam: Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Judana, A., Santoso D, Kusumoputro S. 1978. Saraf-Saraf Otak. Dalam: Pedoman Praktis
Pemeriksaan Neurologi. Penerbit Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. Halaman 10 – 21.
Mangunkusumo, E. 2002. Gangguan Penghidu. Dalam: Buku Ajar ilmu Kesehatan Telinga
Hidung dan Tenggorokan Edisi Keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta. Halaman 132 – 133.
Mardjono, M. dan Sidharta P. 2000. Saraf Otak dan Patologinya. Dalam: Neurologi Klinis
Dasar. Penerbit PT. Dian Rakyat, Jakarta. Halaman 114 – 82.
Moore, K.L., Daley, A.F., dan Agur, A.M. 2014. Clinically Oriented Anatomy. 7th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Ngoerah, I. Gusti Ng. Gd. 1990. Nervi Kranialis. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf.
Penerbit Universitas Airlangga. Surabaya. Halaman 103 – 130.
Saladin, K. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function. Philadelphia:
McGraww-Hill.
Paulsen, F. dan J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 1995. Pemeriksaan Saraf Kranial. Dalam:
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. Halaman 945 – 946.