Anda di halaman 1dari 128

Blok 1.

4 Basic Sciences of Control System


Copyright © 2017
Laboratorium Anatomi FK Unsoed

Tim Penyusun
Dr. Catharina Widiartini, M.Med.Ed.
Asisten:
Adiutores Anatomium 2007:
Melan Mulyana – Agus Hariyanto – Muhammad Ikbal – Supak Silawani – Nessyah Fatahan –
Manggala Sariputri – Aprianti Nur Hasanah – Elok Nurfaiqoh – Qonita Wachidah –
Aristi Intan Soraya
Adiutores Anatomium 2008
Adiutores Anatomium 2009
Adiutores Anatomium 2010
Adiutores Anatomium 2011
Adiutores Anatomium 2012
Adiutores Anatomium 2013
Adiutores Anatomium 2014:
Kusmantoro Hidayat (Koordinator) – Aulia Husna Cahyaningtyas - Dita Yulianti –
Fiahliha Nur Azizah – Nirmala Muflihatul Khalida – Puji Margiharsari –
Rio Taruna Jati – Safira Aulia Rahma – Silvana Oktaviana – Ufik Maulena
Adiutores Anatomium 2015:
Timotius Pratama (Koordinator) – Tiara Asri Nurillah – Dhuhita Ghassanizada –
Layalia Azka Fatharani – Diah Ayu Novitasari – Sonia Capirosi Ayuningtias –
Akhmad Faizal Aziz – Katarina Frenka Nadya Wijaya – Lutfia Nur Azizah –
Talitha Apta Nitisara

Editor Asisten
Katarina Frenka Nadya Wijaya
Lutfia Nur Azizah
Talitha Apta Nitisara

Desainer
Talitha Apta Nitisara

Editor Dosen
DR. Dr. Fitranto Arjadi, M.Kes
Dr. Catharina Widiartini, M.Med.Ed.

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku
ini tanpa izin tertulis dari penyusun

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


1
PENDAHULUAN

Anatomi merupakan ilmu yang mempelajari struktur tubuh dan hubungannya dengan
bagian tubuh lain manusia secara makroskopis. Ilmu anatomi akan menunjang ilmu kesehatan
lainnya hubungannya dengan manusia sebagai subjek kegiatan ilmu kesehatan. Dalam
menjalankan kegiatan rutinnya yang berkaitan dengan tindakan terhadap pasien, seorang
dokter, perawat, dan paramedis lainnya butuh penguasaan dan pengetahuan dalam identifikasi
struktur tubuh manusia. Sehingga demikian, kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan kemedisan
saat melaksanakan tindakan dapat diminimalisasi bahkan dihindari.
Anatomi merupakan ilmu kedokteran yang memiliki karakteristik penggunaan bahasa
latin dalam istilah-istilah organ dan struktur organ baik istilah posisi maupun nama organnya.
Tujuan penggunaan bahasa latin ini untuk menyamakan persepsi anggota tim medis dalam
mengidentifikasi struktur tubuh yang dimaksud sehingga setiap anggota tim medis dapat
mengerti dan menghindari kesalahan persepsi terutama saat pencatatan dan dokumentasi
tindakan medis. Selain itu, tim medis lain dapat mengerti persepsi yang sama jika catatan harus
dipindah tangankan ke anggota tim medis lainnya dalam rujukan.
Peranan anatomi yang penting dalam kegiatan medis inilah yang melatarbelakangi
pembuatan modul anatomi oleh Laboratorium Anatomi. Modul ini diharapkan dapat
mempermudah kegiatan pembelajaran anatomi di laboratorium sehingga praktikan dapat
mengefisiensikan waktu praktikum. Selain memudahkan praktikan, hal ini juga mempermudah
asisten laboratorium anatomi.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


2
TATA TERTIB PRAKTIKUM

A. Ketentuan Penampilan atau Berpakaian


1. Praktikan wajib memakai jas praktikum beridentitas diri sendiri atau dilengkapi
dengan tanda pengenal. Memakai dan melepaskan jas praktikum harus di luar
ruangan.
2. Praktikan wajib memakai sepatu selama praktikum, berpakaian rapi, dan sopan.
3. Praktikan dilarang memakai kaos oblong.
4. Praktikan dilarang memakai rok atau celana berbahan jeans. Khusus untuk
perempuan yang tidak mengenakan jilbab, dilarang menggunakan rok mini atau
rok panjang dengan belahan hingga diatas lutut.
5. Praktikan dilarang berkuku panjang.
6. Bagi praktikan pria, rambut disisir rapi. Bagi praktikan berhijab, kerudung
dimasukkan ke dalam jas praktikum, dan bagi praktikan wanita yang tidak berhijab,
apabila berambut panjang diikat rapi ke belakang.
B. Ketentuan Selama Praktikum
1. Praktikan wajib menjaga sopan santun, ketertiban, ketenangan, dan kebersihan di
laboratorium.
2. Praktikan wajib berperilaku sopan, santun, dan saling menghargai antara
praktikan dan praktikan, praktikan dan asisten, praktikan dan dosen, serta praktikan
dan cadaver (guru diam).
3. Praktikan harus sudah mengerti tentang rencana yang akan dikerjakan selama
praktikum dan telah siap dengan teori dan gambar yang diperlukan selama
praktikum.
4. Praktikan dilarang makan, minum, dan merokok selama melaksanakan kegiatan
di arena praktikum.
5. Praktikan wajib membawa perlengkapan praktikum individual: masker, goggle
glass, sarung tangan, pinset, serta atlas setiap kali praktikum.
6. Tiap kelompok menghadapi satu meja preparat (cadaver atau preparat lepas atau
manekuin).
7. Tiap kelompok bergiliran mempelajari preparat dari satu meja ke meja lain secara
bersama-sama dengan alokasi waktu yang telah disepakati.
8. Praktikan mendapat bimbingan dari asisten dosen yang bertugas pada meja preparat
yang bersangkutan.
9. Cadaver sebagai “guru diam” mahasiswa harus diperlakukan selayaknya.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


3
10. Praktikan tidak boleh memotret atau merekam cadaver ataupun preparat lepas.
11. Praktikan tidak diperkenankan mengambil sendiri atau meminjam alat, bahan, dan
sarana praktikum kecuali atas seijin asisten dosen dan dosen pengampu.
12. Praktikan wajib menjaga keutuhan kondisi baik manekuin, preparat lepas dan
cadaver sesuai dengan kondisi awal sebelum praktikum. Coretan pada manekuin,
kerusakan manekuin, kerusakan atau kehilangan jaringan berlebihan pada cadaver
atau preparat lepas tidak dapat ditoleransi. Praktikan bertanggung jawab penuh
apabila terjadi hal tersebut dengan membayar penggantian sesuai taksiran pihak
laboratorium anatomi.
C. Ketentuan Kehadiran
1. Praktikan wajib hadir di Laboratorium Anatomi paling lambat 5 menit sebelum
waktu praktikum. Terlambat lebih dari 10 menit dilarang mengikuti praktikum,
kecuali dengan izin khusus.
2. Kehadiran praktikum adalah 100%.
3. Syarat ketidakhadiran praktikum sesuai dengan yang tercantum dalam peraturan
akademik.
4. Izin ketidakhadiran praktikum disertai penyerahan surat izin kepada dosen pengampu
dan menghubungi koordinator asisten dosen yang membimbing pada blok yang
bersangkutan.
5. Praktikan yang tidak hadir dan telah mengikuti prosedur perizinan ketidakhadiran
akan diberikan tugas pengganti.
D. Ketentuan Lain
1. Praktikan wajib mematuhi peraturan yang berlaku yang dibuat Laboratorium
Anatomi FK Unsoed dan peraturan FK Unsoed secara keseluruhan.
2. Praktikan yang melanggar ketentuan tersebut tidak diperbolehkan mengikuti
praktikum.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. 1


PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 2
TATA TERTIB PRAKTIKUM ............................................................................................... 3
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 5

SYSTEMA NERVOSUM......................................................................................................... 7
EMBRIOLOGI ......................................................................................................................... 8
PEMBAGIAN SISTEM SARAF ........................................................................................... 11
SCALP ..................................................................................................................................... 12
MENINGES ............................................................................................................................ 13
A. Meninx cranialis ......................................................................................................... 13
B. Spatium ........................................................................................................................ 13
C. Plica Duramatris ......................................................................................................... 13

CRANIUM .............................................................................................................................. 18
A. Neurocranium .................................................................................................................... 18
B. Viscerocranium ................................................................................................................. 20

PARS CENTRALE/SYSTEMA NERVOSUM CENTRALE: ENCEPHALON .............. 24


A. Prosencephalon .................................................................................................................. 24
1. Telencephalon/Cerebrum ........................................................................................... 24
2. Diencephalon .............................................................................................................. 35
B. Truncus Cerebri ................................................................................................................. 37
1. Mesencephalon ........................................................................................................... 37
2. Rhombencephalon ...................................................................................................... 37
C. Cerebellum ........................................................................................................................ 39
D. Vaskularisasi Pars Centralis/Systema Nervosum Centrale ............................................... 41
1. Arteri .......................................................................................................................... 41
2. Vena............................................................................................................................ 41

LIQUOR CEREBROSPINALIS (LCS) ET VENTRICULUS CEREBRI........................ 44


A. LCS .................................................................................................................................... 44
B. Ventriculus Cerebri ........................................................................................................... 44
C. Sistem Sinus Duramatris ................................................................................................... 45

PARS CENTRALE/SYSTEMA NERVOSUM CENTRALE: MEDULLA SPINALIS .. 48


A. Meninx Spinalis ................................................................................................................. 48
B. Struktur Longitudinalis Medulla Spinalis ......................................................................... 48
C. Penampang Horizontal Medulla Spinalis .......................................................................... 49
D. Substantia Alba Medulla Spinalis ..................................................................................... 50
E. Substantia Grisea Medulla Spinalis ................................................................................... 50
F. Vaskularisasi Medulla Spinalis ......................................................................................... 50
G. Columna Vertebralis .......................................................................................................... 51
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
5
JARAS ASCENDENS DAN JARAS DESCENDENS......................................................... 56
A. Jaras/Tractus Ascendens .................................................................................................... 56
B. Jaras/Tractus Descendens .................................................................................................. 60

PARS PERIPHERICA/SYSTEMA NERVOSUM PERIPHERICUM ............................. 62


A. Nervus Spinalis et Plexus Spinalis .................................................................................... 62
B. Inervasi Bagian Tubuh Tertentu ........................................................................................ 69
C. Divisio Autonomica; Pars Autonomica Systematis Nervosi Peripherici .......................... 72
1. Pars Symphatica ......................................................................................................... 72
2. Pars Parasymphatica ................................................................................................... 73
3. Plexus Viscerales et Ganglion Visceralia ................................................................... 73
D. Nervus Cranialis ................................................................................................................ 73

SYSTEMA SENSUUM .......................................................................................................... 85


A. Organon Visuum ............................................................................................................... 86
B. Organon Auditivum ........................................................................................................... 90
C. Organon Gustatorium ........................................................................................................ 94
D. Organon Olfactorium ........................................................................................................ 96

SYSTEMA ENDOCRINAE .................................................................................................. 97


A. Hypothalamus .................................................................................................................... 99
B. Glandula Hypophysis ...................................................................................................... 103
C. Glandula Pineal ............................................................................................................... 105
D. Glandula Thyroidea ......................................................................................................... 107
E. Glandula Parathyroidea ................................................................................................... 111
F. Glandula Thymus ............................................................................................................ 113
G. Glandula Adrenal/Suprarenal .......................................................................................... 115
H. Pancreas ........................................................................................................................... 119
I. Testis ............................................................................................................................... 122
J. Ovarium ........................................................................................................................... 124

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 126

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


6
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
7
EMBRIOLOGI

Hari 21 Hari 28 Hari 36 Hari 49 (matur) Hari


Gambar Embriologi sistem saraf pusat (Pearson Education, 2006)

Pembentukan Sistem Saraf Pusat


Sistem saraf pusat mulai terbentuk
pada awal minggu ketiga kehamilan
(hari 17-19) sebagai penebalan
ektoderm (neural plate) pada regio
middorsal di frontal primitive node. Sisi
lateralnya kemudian akan membentuk
neural fold dan neural groove (hari 19-
21). Neural fold akan menebal dan
bertemu satu sama lain pada garis
tengah, sehingga membentuk saluran di
tengahnya yang dinamakan neural tube
(hari 21) (Sadler, 2000).

Neural fold ini tidak berfusi


bersamaan, tetapi dimulai dari regio
setinggi cervical baru kemudian
dilanjutkan fusinya ke arah cranial
(kepala) dan ke arah caudal (ekor). Saat
fusi ini dimulai, daerah ujung cranial dan
caudal yang masih terbuka (open ends)
dinamakan cranial/anterior neuropore
dan caudal/posterior neuropore, yang
saling berhubungan lewat cavitas
amnion (hari 21-22) (Sadler, 2000).
Gambar Pembentukan Neural Tube

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


8
Pada akhirnya, masing-masing neuropore
normalnya juga akan menutup/berfusi
(Sadler, 2000):
a. Penutupan cranial neuropore adalah dari
cervical ke cranial dan area ini akan
menjadi forebrain/telencephalon
(sempurna menutup hari ke-25).
b. Penutupan caudal neuropore adalah dari
cervical ke caudal dan area ini akan
menjadi medulla spinalis (sempurna
menutup hari ke-27/28).

Gambar Neural Tube

Ujung cephalic (cranial) neural tube akan membentuk tiga dilatasi yang dinamakan
primary brain vesicles (Sadler, 2000):
a. Procencephalon/forebrain
b. Mesencephalon/midbrain
c. Rhombencephalon/hindbrain

Neural tube akan membentuk


dua flexura (Sadler, 2000):
a. Cervical flexure : batas antara
rhombencephalon dengan
medulla spinalis
b. Cephalic flexure : di daerah
mesencephalon

Gambar Flexura dan Vesicle Sekunder

Pada usia 5 minggu, procencephalon menjadi dua bagian (Sadler, 2000):


a. Telencephalon/cerebrum: dibentuk oleh dua penonjolan keluar ke lateral  merupakan
hemispherium cerebri primitif
b. Diancephalon: dicirikan dengan penonjolan keluar optic vesicles

Sebuah alur yang dalam (isthmus rhombencephalon) akan memisahkan mesencephalon


dari rhombencephalon. Rhombencephalon juga terdiri dari dua bagian (Sadler, 2000):
a. Metencephalon : akan menjadi pons dan cerebellum
b. Myelencephalon : akan menjadi medulla oblongata
Batas antara metencephalon dan myelencephalon adalah flexura pontine

Medulla spinalis berasal dari bagian caudal neural tube.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


9
Pembentukan Sistem Saraf Tepi
Sebagian sel ektoderm dari neural fold akan bermigrasi menjadi neural crest (bakal sistem
saraf tepi, neurocranium, sel glia, sel adrenal, dan lainnya). Sistem saraf tepi ini berupa
ganglion cranialis dan ganglion spinalis.

Gambar Migrasi Neural Crest


Cavitasi
Cavitasi adalah proses membentukan ruang-ruang pada organ sistem saraf. Pada sistem
saraf pusat, ruang ini dinamakan ventriculus cerebri, dan struktur ini akan berhubungan
dengan ruang/lumen yang ada di tengah-tengah medulla spinalis, yang dinamakan canalis
centralis (bagan ada di gambar pertama)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


10
PEMBAGIAN SISTEM SARAF

Sistem saraf terbagi menjadi dua yaitu systema nervosum centrale/central nervous
system/sistem saraf pusat (CNS/SSP) dan systema nervosum periphericum/peripheral
nervous system/sistem saraf tepi (PNS/SST).

Gambar Pembagian Sistem Saraf

Organ-organ anatomis yang berperan dalam sistem saraf adalah:


1. Sistem saraf pusat : encephalon (otak) dan medulla spinalis
2. Sistem saraf tepi : berupa serabut saraf yang keluar dari encephalon (disebut nervus
cranialis) dan dari masing-masing segmen medulla spinalis (disebut nervus spinalis)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


11
STRUKTUR KULIT KEPALA

Struktur penyusun kulit kepala terdiri dari lima lapisan yang disingkat SCALP
1. Skin kulit, tebal, berambut, dan banyak mengandung
kelenjar sebacea
2. Connective tissue jaringzan ikat di bawah kulit, merupakan jaringan lemak
fibrosa. Banyak mengandung pembuluh darah
3. Aponeuresis (epicranial) lembaran tendon yang tipis, menghubungkan venter frontale
dan venter occipital m. occipitofrontalis.
4. Loose areolar tissue jaringan ikat longgar yang mengisi spatium
subaponeuroticum
5. Pericranium Lapisan periosteum cranium

Gambar SCALP

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


12
MENINGES
A. MENINX CRANIALIS
Otak dibungkus oleh tiga membran atau meninges yaitu DURAMATER,
ARACHNOIDEAMATER, dan PIAMATER.
1. Duramater
Terdiri dari dua lapisan : lapisan endosteal dan lapisan meningeal
1) Lapisan endosteal = periosteum yang menutupi permukaan tulang tengkorak
 Lapisan ini tidak bersambung dengan dura mater medulla spinalis
 Melekat kuat pada tulang-tulang di atas basis cranii.
2) Lapisan meningeal = lapisan dura mater yang sebenarnya.
 Bersambung dengan dura mater medulla spinalis melalui foramen magnum.
 Membentuk empat septa ke arah dalam yang membagi rongga kranium
menjadi ruang-ruang yang dapat berhubungan bebas dan merupakan tempat
bagian-bagian otak.
 Fungsi septa-septa ini untuk membatasi pergeseran otak akibat akselesari dan
deselerasi saat otak digerakkan.
2. Arachnoideamater
- Villi arachnoidea
villi arachnoidea adalah arachnoid yang menonjol ke sinus venosus yang
berfungsi sebagai tempat difusi cairan serebrospinal ke dalam aliran darah. Villi
arachnoidea paling banyak terdapat di sepanjang sinus sagittalis superior.
- Granulationes arachnoidea
Merupakan kumpulan villi arachnoidea.
- Trabeculla arachnoidea
3. Piamater
Membran vaskular yang melekat erat pada otak, menutupi gyrus-gyrus, dan turun
hingga mencapai bagian sulcus yang paling dalam.

B. SPATIUM INTRACRANIALIS
1. Spatium Epidural  ruang antara duramater dengan cranium
2. Spatium Subdural  ruang yang memisahkan arachnoidea dengan duramater
3. Spatium Subarachnoidea  ruang yang memisahkan arachnoidea dengan piamater

C. PLICA DURAMATRIS
Plica duramatris adalah lipatan-lipatan lapisan duramater yang membentuk sekat atau
septa yang terdiri darI :
1. Falx Cerebri
Lipatan dura mater yang berbentuk bulan sabit yang terletak di garis tengah diantara
kedua hemispherium cerebri.
Keterangan :
Sinus sagittalis superior berjalan pada pinggir atasnya. Sinus sagittalis inferior
berjalan pada pinggir bawah yang berbentuk konkaf. Sinus rectus berjalan di
sepanjang perlekatannya dengan cerebelli.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


13
2. Falx Cerebelli
Lipatan dura mater kecil yang berbentuk bulan sabit, melekat pada crista occipitalis
interna dan menonjol ke depan di antara kedua hemispherium cerebelli. Pinggir
posteriornya berisi sinus occipitalis.
3. Tentorium Cerebelli
Lipatan dura mater yang berbentuk bulan sabit yang membentuk atap di fosa cranii
posterior.
4. Diapraghma Sellae
Lipatan dura mater kecil dan berbentuk sirkular, yang membentuk atap sella turcica.

D. VASKULARISASI
1. Arteri
Terdapat beberapa arteri yang memperdarahi duramater, yaitu arteri carotis
interna, arteri maxilaris, arteri pharyngea ascendens, arteri occipitalis, dan
arteri vertebralis. Arteri maxilaris akan bercabang menjadi arteri meningea media
yang sering rusak pada cedera kepala. Arteri ini masuk ke cavum cranii melakui
foramen spinosum dan terletak diantara lapisan meningeal dan endosteal duramater
(Snell, 2011).
2. Vena
Vena-vena meningea terletak di dalam lapisan endosteal duramater. Vena
meningea media mengikuti cabang arteri meningea media pada bagian lateral dan
bermuara ke plexus venosus pterygoideus atau sinus sphenoparietalis (Snell, 2011).

E. INERVASI
Cabang-cabang nervus trigeminus (n. Meningea), nervus vagus, nervus cervicalis
1-3, dan cabang-cabang nervus dari sistem simpatik berjalan menuju duramater.
Duramater juga kaya akan ujung saraf sensoris yang peka terhadap regangan dan dapat
menimbulkan sensasi sakit kepala. Stimulasi ujung sensoris dari nervus trigeminus dapat
menimbulkan sensasi nyeri alih (referred pain)

F. APLIKASI KLINIS
1. Epidural Hemorrhage /Perdarahan Epidural (EDH)
Perdarahan ekstradural atau epidural biasanya berasal dari arteri. Darah dari
cabang arteri meningea, biasanya arteri meningeal media robek dan terkumpul diantara
lapisan periosteal eksternal dari dura dan calvaria, biasanya terjadi akibat pukulan
keras ke kepala, dan membentuk hematoma ekstradural atau epidural. Biasanya, terjadi
gegar otak singkat (kehilangan kesadaran), diikuti dengan lucid interval beberapa jam.
Kemudian, mengantuk dan koma (ketidaksadaran mendalam) terjadi. Kompresi otak
terjadi sebagai massa darah meningkat, sehingga diperlukan evakuasi darah dan oklusi
dari pembuluh perdarahan.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


14
Gambar Perdarahan Epidural

2. Subdural Hemorrhage / Perdarahan Subdural (SDH)


Sebuah perdarahan perbatasan dural disebut hematoma subdural. Perdarahan
subdural biasanya terjadi karena pukulan ke kepala yang menyebabkan pergesaran
anteroposterior otak berlebihan di dalam cranium. Trauma pencetus biasanya bersifat
ringan dan mendadak. Perdarahan subdural biasanya terjadi karena robeknya vena-
vena penghubung (bridging vein) superior yang memasuki sinus sagital superior.
Manifestasi klinis akut dan menahun tergantung kecepatan pengumpulan cairan di
runag subdural.

Gambar Perdarahan Subdural


Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
15
3. Subarachnoid Hemorrhage / Perdarahan Subarachnoid (SAH)
Perdarahan subarachnoid adalah ekstravasasi dari darah, biasanya arteri, ke dalam
ruang subarachnoid. Kebanyakan perdarahan subarachnoid akibat dari pecahnya
aneurisma sakular (dilatasi kantung-seperti di sisi arteri), lokasi kejadian aneurisma
sakular yang paling sering adalah arteri komunikans anterior (40%), bifurkasio arteri
serebri media di fisura sylvii (20%), dinding lateral arteri carotis interna (30%). Dan
basilar tip (10%). Beberapa perdarahan subarachnoid yang berhubungan dengan
trauma kepala melibatkan patah tulang tengkorak dan laserasi otak. Perdarahan
subarachnoid menyebabkan iritasi meningeal, sakit kepala hebat (thunderclap), kaku
kuduk, dan sering kehilangan kesadaran.

Gambar Perdarahan Subarachnoid

4. Intracerebral Hemorrhage / Perdarahan Intraserebri (ICH)


Terjadi akibat rupturnya pembuluh-pembuluh darah intraserebral. hal ini bisa
dikarenakan karena hipertensi, aneurysma, atau malvormasi arteriovenosus
(arteriovenosus malformation).

Gambar Perdarahan Intracerebri


Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
16
5. Nyeri kepala duramater
Duramater sensitif dengan sensasi nyeri, terutama di tempat sinus venosus dan
arteri meningeal. Penekanan pada arteri di basis cranii atau vena di dekat vertex dapat
menekan duramater dan menimbulkan rasa nyeri. Distensi dari scalp atau pembuluh
darah pada meninges dipercaya menjadi salah satu penyebab sakit kepala. Gejala sakit
kepala banyak yang berasal dari stimulasi duramater, misalnya sakit kepala yang
terjadi setelah punksi lumbal untuk mengambil LCS yang menstimulasi ujung saraf
sensoris pada duramater. Saat LCS diambil, otak melonggar dan menekan duramater.
Oleh karena itu, pasien diminta untuk menundukan kepalanya setelah pungsi lumbal
untuk menimalisir penekanan duramater dan mengurangi risiko untuk sakit kepala
(Moore & Dalley, 2006).

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


17
CRANIUM

A. NEUROCRANIUM
Tulang-tulang neurocranium terdiri dari :
1. Os. Occipitalis (1 buah)
Tempat lewat/keluar
Pars Struktur
struktur
Basilaris Clivus Blumenbachi -
Sulcus sinus petrosus inferior Sinus petrosus inferior
Tuberculum pharyngeum -
Sulcus sinus sigmoid
Lateralis Tuberculum jugulare
Condyli occipitalis
Processus condyloideus
Fossa condyloidea
Canalis condylaris
Canalis nervi hypoglossi N. XII
Squamosa Protuberantia occipitalis externa
(Inion)
Crista occipitalis externa
Linea nuchae superior
Linea nuchae inferior
Protuberantia occipitalis interna
Fossa Occipitalis superior
Fossa Occipitalis inferior (fossa
cerebellaris)

2. Os. Parietalis (2 buah)


Tulang parietal berbentuk segi empat, dengan struktur sebagai berikut.
a. Margo frontalis b. Titik bregma (ubun-ubun besar)
c. Margo occipitalis d. Titik lambda (ubun-ubun kecil)
e. Margo squamosa f. Titik pterion
g. Tuber parietalis h. Titik asterion
i. Linea temporalis
superior et inferior

3. Os frontalis (1 buah)
Disebut juga tulang dahi, terdiri atas:
Pars Struktur Tempat
lewat/keluarnya
Squama Tuber frontalis
Margo supraorbitalis
Foramen supraorbitalis a.v.n. supraorbitalis

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


18
Arcus superciliaris
Gabella
Sinus frontalis
Processus zygomaticus os frontalis
Orbitalis Incissura ethmoidalis

4. Os temporalis (2 buah), terdiri atas:


a. Pars Petrossus
b. Pars Squamosa
c. Pars Tympani
d. Pars Mastoidea
Pars Mastoidea terletak di posterolateral. Terdapat struktur processus mastoidea
dan cellulae mastoidea.
Struktur yang dapat diamati adalah sebagai berikut.
Tempat Lewat/Keluarnya
Pars Struktur
Struktur
Petrosus Porus acusticus internus
Fossa suarcuata
Apertura externa aquaductus
vestibuli
Incissura jugularis
Foramen jugulare n.ix, n.x, n.xi, v. jugularis
interna, a. occipitalis dan a.
pharyngea ascendens ramus
meningea
Cavum tympani
Sulcus nervi petrosi
superficialis majoris
Sulcus nervi petrosi
superficialis minoris
Eminentia arcuata
Hiatus canalis fascialis
Apertura superior canaliculli
tympanica
Foramen caroticum
Crista petrosa – sulcus sinus
petrosus superior
Squamosa Processus zygomaticus os
temporal
Fossa mandibularis
Meatus acusticus externus
Processus mastoidea
Cellulae mastoidea
Processus styloideus
Canalis Fascialis

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


19
5. Os Ethmoidalis
Struktur yang dapat diamati adalah sebagai berikut.
Struktur Terdiri Atas Tempat Lewat/Keluarnya
Struktus
Lamina et foramina N. olfactorius
cribrosa
Perpendicularis
Labyrinthus
nasalis superior, media,
Ethmoidalis inferior
Processus uncinatus

6. Os sphenoidalis (1 buah) Terdiri atas:


Struktur Tempat lewat/keluarnya struktur
Sella turcica Glandula hipofisis
Dorsum sella -
Sulcus caroticus Arteri carotis interna
Tuberculum sella -
Ala major -
Ala minor -
Processus pterygoideus lamina medial et -
lateral
Foramen rotundum n. V2 (nervus maxillaris)
Foramen ovale n. V3 (nervus mandibularis) dan a.
meningea accessoria
Foramen spinosum n. V3 ramus mandibularis dan a. dan
v. Meningea media
Foramen Lacerum n. petrosus profunda
n. V1, n. III, n. IV dan n. VI, a. dan v.
Fissura orbitalis superior ophtalmica
Fissura orbitalis superior
Sinus sphenoidalis

B. VISCEROCRANIUM
Tulang-tulang viscerocranium terdiri dari :
1. Os. Maxilla
2. Os. Mandibullare
3. Os. Palatinum
4. Os. Nasale
5. Os. Lacrimale
6. Os. Zygomaticum
7. Chonca Nasalis Inferior
8. Os. Vomer

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


20
C. FORAMEN PADA WAJAH

Foramen Dilewati
Foramen supraorbital
Foramen infraorbitale a., v., et n., infraorbitalis
Foramen mandibulare n. mandibularis
Foramen mentale n. mentalis
Foramen zygomaticum

Gambar Viscerocranium

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


21
Gambar Basis Cranii Interna

Gambar Basis Cranii Externa


Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
22
D. APLIKASI KLINIS
1. Fraktur Le For
a. Fraktur Le Fort I:
Fraktur horizontalis maxilla, melewati processus maxillaris secara superiornya.
b. Fraktur Le Fort II:
Melewati secara posterolateral dari sinus maxillaris dan secara superomedial
lewat foramina infraorbitalis, lacrimalis, atau ethmoidalis. Sebagai hasilnya,
keseluruhan bagian dari wajah bagian tengah, meliputi palatum durum dan
processus alveolaris terpisahkan dari cranium.
c. Fraktur Le Fort III:
Fraktur horizontal yang meliputi fisura orbitalis superior, os. ethmoidalis dan os
nasal, dan memanjang ke lateral lewat ala major os sphenoid dan sutura
frontozygomatic. Sebagai hasilnya, os maxilla dan os zygomaticus berpisah dari
cranium.

2. Malar flush
Malar flush adalah kemerahan dari kulit yang menutupi processus zygomaticus yang
berkaitan dengan peningkatan temperatur karena penyakit tertentu seperti tuberculosis
dan systemic lupus erythematosus (SLE)

3. Blow out fracture

4. Fraktur calvaria
Pukulan keras pada area yang tipis di di calvaria akan menyebabkan fraktur depresi,
yaitu segmen tulang yang fraktur terdepresi ke dalam dan dapat mengkompresi otak.
Fraktur calvaria linear, biasanya terjadi pada titik yang terjadi benturan namun fraktur
tersebut sering menjalar dari titik tersebut ke arah yang lain. Pada fraktur comminuta, os
calvaria fraktur hingga menjadi beberapa segmen. Jika area calvaria yang tebal yang
terkena benturan, tulang mungkin dapat terdepresi ke dalam tanpa ada fraktur. Pada
fraktur countercoup, fraktur tidak terjadi di titik benturan tapi di titik lain yang
berlawanan.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


23
PARS CENTRALIS/SYSTEMA NERVOSUM CENTRALE: ENCEPHALON

A. Prosenchepalon
Prosencephalon terbagi menjadi dua yaitu telencephalon/cerebrum dan diencephalon
1. Telencephalon/Cerebrum
a. Struktur
Hemispherium Cerebri
Telenchepalon terdiri dari dua hemispherium cerebri (hemisphere cerebri
dexter et sinister) yang dihubungkan oleh corpus callosum. Kedua hemisphere
cerebri dipisahkan oleh celah dalam yang disebut fissura longitudinalis
cerebri/fissura interhemispherica.
Pada aspectus medialis, struktur yang dapat diidentifikasi adalah:
1) Lobus frontalis
2) Sulcus centralis (rolandi)
3) Lobus parietalis
4) Sulcus parietooccipitalis
5) Lobus occipitalis
6) Sulcus lateralis (sylvius)
7) Lobus temporalis
8) Lobus insula

Pada aspectus lateralis, struktur yang dapat diidentifikasi adalah:


1) Gyrus frontalis superior
2) Gyrus paracentralis
3) Precuneus
4) Cuneus
5) Gyrus cinguli
6) Uncus
7) Gyrus parahypocampalis
8) Gyrus occipitotemporalis temporalis
9) Gyrus occipitotemporalis medialissulcus calcarinus

Gyrus, Sulcus, dan Fissura


Pada masa embriologis, telencephalon mengalami ekspansi luas sehingga
menyebabkan munculnya gyrus dan sulcus atau fissura. Gyrus adalah konvolusi
(penonjolan) akibat pelipatan permukaan otak; sedangkan alur pemisahnya berupa
sulcus (alur tidak dalam) dan fissura (alur yang dalam).

Substantia Cerebrum
Secara makroskopis, cerebrum terdiri dari: cortex cerebri (substantia
grisea), substantia alba subcorticalis, dan ganglia basalis. Cortex cerebri
berwarna abu-abu karena disusun oleh soma/badan sel, dendrit, akson tidak
bermielin, sel glia, synapsis, dan kapiler. Substantia alba tersusun atas akson
akson bermielin. Ganglia basal adalah bagian sistem motorik dan terletak di lobus
insulae.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


24
b. Cortex Cerebri
Sulcus-sulcus utama:
1) Sulcus centralis (Rolandii)
2) Sulcus lateralis (Sylvius)
3) Sulcus parietooccipitalis
4) Sulcus calcarinus
5) Sulcus cinguli

Area fungsional cortex cerebri:


1) Lobus Frontalis
- Bagian anterior sulcus centralis
- Gyrus:
c. gyrus precentralis sebagai area cortex motorius primer yang terletak
di anterior sulcus centralis, merupakan area motorik yang mengatur
gerakan volunter sisi tubuh kontralateral
d. Gyrus frontalis superior
e. Gyrus frontalis medialis
f. Gyrus frontalis inferior, terdapat pars opercularis dan pars
triangularis (area broca yang berperan sebagai area bicara motorik,
biasanya terletak di hemisphere cerebri sinistra)
g. Gyrus orbitales
2) Lobus Parietalis
- Bagian posterior sulcus centralis
- Terdapat gyrus postcentralis sebagai cortex somatosensorius primer
yang terletak posterior terhadap sulcus centralis, merupakan area sensorik
yang sel-sel penyusunnya mampu menerima dan menginterpretasikan
sensasi nyeri, raba, dan tekan dari sisi tubuh kontralateral
3) Lobus Temporalis
- Terletak di bagian lateral hemispherium cerebri
- Terdapat gyrus termporalis superior yang berfungsi menerima dan
menginterpretasikan suara (area cortex auditorius)
- Terdapat area wernicke yang berfungsi sebagai area pemahaman bahasa
(asosiasi)
4) Lobus Occipitalis
- Terletak di posterior sulcus occipitofrontalis
- Terdapat sulcus calcarinus yang merupakan pusat penglihatan (cortex
visual)
5) Lobus Limbicus
- Terletak di sisi medial hemispherium cerebri
- Terdapat cortex olfactory
- Sistem Limbik  terdiri dari area neocortical dan area cortical yang
lebih tua secara filogenetika (archicortex dan paleocortex) dan beberapa
nuclei. Fungsi utama; pembentukan perilaku yang meningkatkan
ketahanan (survival) individu dan spesies. Dan secara khusus
hypocampus untuk belajar dan memori.
- Struktur utama sistem limbik
a) Formatio hypocampalis (hypocampus)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


25
b) gyrus parahypocampalis
c) area entorhinal
d) fornix
e) gyrus cinguli
f) gyrus dentatus
g) corpus mamillaris/corpora mamillaris/corpus mamillare
h) corpus amygdala (juga bagian pada ganglia basal)
- Circuit papez  sirkuit yang menghubungkan struktur-struktur limbik
(hypocampus  fornix  corpus mamillare  nucleus anterior thalami
 gyrus cinguli  cingulum  hypocampus)
6) Lobus Insulae
- Terletak di sisi dalam hemispherium jika cerebrum diinsisi
- Di dalamnya terdapat struktur ganglia basalis/nucleus basalis
- Terdapat cortex gustatory
Area associata (berbeda dengan fibra associata): area somatic sensorium
associata/asosiasi somatosensorik, area visuum associata/asosiasi visual, area
auditivum associata/asosiasi auditorik, area somatic motoric associata/asosiasi
motorik, cortex premotoric, cortex prefrontal.

Gambar Lobus dan Cortex Cerebri

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


26
Area Broadmann
Area Broadmann adalah klasifikasi daerah cortex cerebri secara histologis
dan fungsional yang dipopulerkan oleh Korbinian Brodmann, dan dideskripsikan
menjadi 47 pola cortex cerebral. Beberapa daerah memiliki fungsi tertentu
(Martini, Nath, & Bartholomew, 2012).

No. Area Penamaan Lokasi Fungsi


1. Area Cortex Gyrus Bagian ini akan menerima
1,2,3 somato- postcentralis sensasia dari semua bagian
sensorius (lateral tubuh dan disinilai
primer/somes hemisphere), menggapai kesadaran.
tetik primer lobulus Sensasi umum ini
paracentralis mencakup nyeri, suhu,
posterior raba, tekan, dan
(medial proprioseptif
hemisphere)
2. Area 4 Cortex Gyrus Merupakan area motorik
motoric precentralis, primer yang bertanggung
primer/cortex lobulus jawab untuk gerakan
agranularis paracentralis volunter
anterior
3. Area 6, Lapang Anterior gyrus Area 6 dan 8 ini
8, 9 pandang precentralis s.d. bertanggung jawab untuk
frontal gyrus frontalis gerakan-gerakan menyidik
4. Area 6 Cortex medialis volunter dan deviasi
premotoric/m konjugat mata dan kepala.
otorik Gerakan mata volunter
sekunder mendapat input dari area
4,6,8,9 dan 46
5. Area 5 Cortex Lobus parietalis Bagian ini banyak
dan 7 somatic superior (medial berhubungan dengan area-
sensorium dan lateral area sensorik lain dari
associata/aso hemisphere) korteks sensorik. Korteks
siasi asosiasi sensorik
somestetik menerima dan
mengintegrasi berbagai
modalitas sensorik.
Misalnya
mengidentifikasikan mata
uang dalam tangan tanpa
melihat.
6. Area Cortex Gyrus frontalis Merupakan area-area yang
9,10,11 prefrontal superior, media, berkaitan dengan
, dan 12 et inferior, gyrus kepribadian seseorang.
orbitalis, gyrus Fungsi utamanya adalah
cinguli anterior melakukan kegiatan
intelektual kompleks,
beberapa fungsi ingatan,
rasa tanggung jawab untuk
melakukan tindakan dan
sikap yang dapat diterima
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
27
oleh masyarakat, ide-ide,
pikiran yang kreatif,
penilaian dan pandangan
ke masa depan.
7. Area 17 Cortex visual Dinding bagian Bertanggung jawab untuk
primer/area belakang sulcus menerima informasi
striata calcarius s.d. penglihatan dan menyadari
polus occipitalis sensasi warna
permukaan
lateral
hemisphere
8. Area 18 Cortex Mengelilingi Bagian ini menyebabkan
dan 19 visuum area 17 pada informasi-informasi
associata/cort permukaan penglihatan menjadi
ex asosiasi medial dan berarti, berperan juga
visual/visual lateral dalam refleks gerakan
sekunder hemisphere mata apabila sedang
memandang atau
mengikuti suatu objek
9. Area 22 Cortex Posterior Bertanggung jawab atas
auditorium auditorik primer, intrepetasi dari korteks
associata/cort sulcus lateral auditorik primer dan
ex asosiasi dan gyrus bekerja sama dengan aera
auditorik/ temporalis wernicke di dekatnya
auditorik superior untuk pemahaman bahasa
sekunder melalui pendengaran
tersebut
10. Area 39 Daerah Gyrus angularis Mengirim informasi visual
Integrasi ke area wernicke untuk
Umum mencerna arti dari kata-
kata visual (tulisan)
11. Area 40 Cortex Gyrus Bertanggung jawab untuk
parietalis/ supramarginalis mengenal benda melalui
ideomotor sentuhan
12. Area 41 Cortex Gyri temporalis Berfungsi sebagai
dan 42 auditorius transversi penerima suara
primer Heschl
13 Area 43 Cortex Ujung bawah Penerima sensorik
gustatory gyrus gustatorius
postcentralis
pada dinding
superior sulcus
lateralis
14. Area 44 Area bicara Pars opercularis Bertanggung jawab atas
dan 45 motorik dan triangularis pelaksanaan motorik
Broca gyrus frontalis berbicara
inferior
hemisphere
cerebri sinistra
(dominan)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


28
15. - Daerah bicara Pemahaman dan
sensorik pemrosesan bahasa dan
wernicke komunikasi

Gambar Beberapa area dari 47 area Brodmann (Martini, Nath, & Bartholomew, 2012)

Gambar Area Brodmann Tampak Lateral (Atas) dan Tampak Medial (Bawah)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


29
APLIKASI KLINIS

1. Afasia
Afasia merupakan gangguan fungsi bahasa. Afasia berbeda dengan disartria ataupun
anartria. Disartria dan anartria mempengaruhi artikulasi dan fonasi, sedangkan afasia
mempengaruhi pembentukan bahasa (kosa kata, morfologi, sintaks,dll). Afasia dibagi
menjadi:
a. Afasia Broca: pada kasus ini, gangguan terletak pada penurunan atau hilangnya
kemampuan pembentukan bahasa. Pasien dapat mengerti kata-kata dan nama objek
yang sederhana, namun membuat kalimat-kalimat aneh (paragramatisme atau
agramatisme) dan membuat kesalahan paraphrase fonemik (perubahan suara dalam
suatu kata)
b. Afasia Wernicke: dalam hal ini yang terganggu adalah kemampuan memahami
bahasa. Pasien dapat berbicara dengan lancar namun terdapat kesalahan paraphrase
semantic (perubahan kata-kata dalam suatu kalimat)
c. Afasia Konduksi: afasia akibat gangguan pada fasciculus arcuatus

2. Cerebral Herniation Syndrome


Hernia cereberum terjadi ketika otak bergeser melewati struktur-struktur di dalam
tenggorak seperti falx cerebri, tentorium cerebellum, dan foramen magnum. Terdapat
empat tipe utama hernia cerebrum, yaitu:
h. Subfalcine herniatio
Terjadi akibat pergeseran otak sampai falx cerebri, pergeseran septum pellucidum
dari garis tengah dapat diukur dalam millimeter dan dapat dibandingkan dari
waktu ke waktu untuk melihat progresivitas hernia
i. Uncal Herniation
Uncus (bagian tengah lobus temporal) tergeser ke cisterna supracellar yang dapat
menekan mesencephalon serta N III kranialis.
j. Central herniation
Diencephalon dan bagian medial dari kedua lobus temporal tergeser ke lubang di
tentorium cerebelli.
k. Transcalvarial Herniation
Bergesernya bagian otak keluar dari rongga intrakranial yang disebabkan oleh
fraktur cranial atau tindakan craniectomy
l. Tonsil herniation
Tonsil cerebellum bergeser kebawah melalui foramen magnum yang
menyebabkan kompresi medulla oblongata dan korda spinalis cervicalis atas

Gambar Hernia Cerebrum

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


30
3. Parkinson
Pada penyakit Parkinson idiopatik, terjadi degenarasi proyeksi nigrostriatal dopaminergik.
akibatnya, peningkatan aktivitas GABAergik neuron striatal karena deficit dopamine.hal ini
menyebabkan terjadinya kenaikan aktivitas di lengkung ganglia basalis tidak langsung. Selain
itu, pada saat yang sama aktivitas nukkleus subtalamikus juga meningkat yang menyebabkan
penghambatan neuron glutamatergik pada thalamus meningkat. Efek keseluruhannya adalah
inhibisi dari keluaran lengkung ganglia basalis yang menyebabkan penurunan aktivasi area
motoric kortikal.

Gambar Gangguan Parkinson

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


31
c. Substantia Alba
Masing-masing hemisphere memiliki banyak substantia alba subkortikalis,
yang terdiri dari serabut akson bermielin dengan ketebalan bervariasi dan sel
neuroglia. Substantia alba berkaitan dengan korteks cerebri, ventriculus lateralis,
dan striatum. Serabut saraf substantia alba terbagi menjadi tiga (Baehr dan
Frotscher, 2010):
1) Fibra projecta/serabut proyeksi
- Menghubungkan berbagai bagian SSP walaupun jarak jauh. Terdapat
serabut eferen dan serabut aferen yang membentuk jaras panjang (akan
dibahas selanjutnya).
- Serabut aferen dari thalamus ke cortex (tractus thalamocortical) dan eferen
dari cortex ke thalamus (tractus corticothalamicus) secara bersama-sama
membentuk proyeksi masif tractus di dalam substantia grisea yang dikenal
sebagai corona radiata (terdiri dari pedunculus thalamicus anterior,
superior, posterior, dan inferior).

aferen: tractus
merupakan thalamocorticalis
proyeksi tractus
yang besar aferen: tractus
corticothalamicus
corona radiata
anterior
Terdiri dari superior
pedunculus
thalamicus posterior
inferior

Gambar Corona Radiata

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


32
- Di area striatum dan pallidum ganglia basalis, fibra projecta harus
melewati ruang-ruang sempit tempat semua serabut menyatu. Area sempit
ini ada 3 yaitu:
a) Capsula Interna:
Sintopi anteromedial : nucleus caudatus
Sintopi medioposterior : thalamus
Sintopi lateral : nucleus lentiformis
Capsula interna sangat bermakna secara klinis karena mengandung
hampir sema neurofibrae projecta kortikal yang terkumpul dalam satu
ruang kecil. Struktur capsula interna menekuk seperti extremitas yang
sedang flexi. Strukturnya adalah:
- Crus anterius (dilewati tractus frontopontinus, radiatio thalami
anterior)
- Genu (dilewati tractus corticonuclearis)
- Crus posterius (dilewati tractus corticospinalis, tractus
corticorubralis, tractus corticoreticularis, radioatio thalami
posterior, radiatio centralis thalami, tractus parietotemporopontine,
tractus occipitopontinus, radiatio optica, radiatio acustica)
b) Capsula Externa: antara putamen dan claustrum
c) Capsula Extrema: antara claustrum dan cortex lobus insula
2) Fibra associata/serabut asosiasi
- Membentuk sebagian besar substantia alba.
- Menghubungkan area kortikal di sekitarnya pada jarak berjauhan di
hemisphere ipsilateral
- Ada jaras atau jalur saraf seperti:
a) Fasciculus longitudinalis (superior et inferior)
b) Fasciculus arcuatus  menghubungkan broca dengan wernicke
c) Fasciculus frontotemporalis
d) Fasciculus uncinatus
e) Fasciculus occopitofrontalis (superior et inferior)
f) Fasciculus occipitalis verticalis
g) Fibra arcuata cerebri (menghubungkan gyrus berdekatan
maupun berjauhan)
h) Cingulum  untuk asosiasi sistem limbik

Gambar Fibra Associata dan Fibra Comissural


Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
33
3) Fibra comisural/serabut comissura
- Serabut yang menghubungkan regio kortikal dengan struktur yang sama di
sisi hemisphere cerebri kontralateral
- Jarasnya terdiri dari:
a. Corpus callosum
b. Comissura anterior

Ganglia Basalis
Ganglia basalis merupakan sekelompok massa substantia grisea yang terletak
dalam setiap hemispherium cerebri. Ganglia basalis adalah bagian sistem motorik,
berfungsi dalam inisiasi dan modulasi pergerakan serta pada kontrol tonus
otot/postur. Pusat motorik tertua adalah medulla spinalis dan aparatus primitif
formatio reticularis. Kemudian pusat motorik digantikan oleh nucleus striatum
pada ganglia basalis yang terdiri atas:
1) Paleostriatum  menjadi globus palidus
2) Neostriatum  menjadi nucleus caudatus dan putamen

Struktur ganglia basalis tersebut masih ada walaupun sifatnya primitif dan
berada di bawah kontrol cortex cerebri. Nucleus (jamak: nuclei, adalah kumpulan
soma di sistem saraf pusat) pada ganglia basalis terdiri dari (Baehr dan Frotscher,
2010):
1) Nucleus caudatus
2) Nucleus lentiformis (terdiri dari globus palidus dan putamen)
3) Nucleus amygdala/corpus amygdala
- Terletak di dalam lobus temporalis dekat uncus
- Merupakan penyusun sistem limbik, bersama dengan thalamus dan
hipothalamus
- Mempengaruhi respon tubuh terhadap perubahan lingkungan
4) Claustrum fungsi pasti tidak jelas

Gambar Ganglia Basalis

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


34
2. Diencephalon
Diencephalon dapat dibagi menjadi empat besar: thalamus, subthalamus,
epithalamus, dan hypothalamus.

Gambar Diencephalon

a. Thalamus
Merupakan massa substantia grisea yang berbentuk oval, meliputi sekitar 80%
volume diencephalon. Merupakan pusat penerima tractus-tractus sensorik
utama/station relay (kecuali jaras olfactorius).
Margo superior : plexus choroideus
Margo inferior : hypothalamus
Margo medial : adhesio interthalamicus
Margo lateral : capsula interna
Margo posterior : glandula pineal, aquaductus mesencephalicus sylvius

Gambar Thalamus
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
35
massa intermedia
nuclei anterior
pulvinar
nucleus/corpus
Struktur yang ada thalamus
geniculatum lateral
nucleus/corpus
geniculatum medial
adhesio interthalamica

b. Subthalamus
Terletak di inferior thalamus dan di antara thalamus dan tegmentum
mesencephalon, serta dorsolateral dari corpus mamillaris. Komponen utamanya
adalah nucleus subthalamus (Corpus Luysii).

c. Epithalamus
Terdiri dari habenula, nucleus habenularis, glandula pinealis/epifisis, serta
hubungan-hubungannya. Nucleus habenularis diduga merupakan pusat integrasi
jaras aferen olfaktorius, visera, dan somatic. Glandula pineal berperan dalam
regulasi irama circadian.

d. Hypothalamus
Bagian paling basal diencephalon, untuk mengoordinasikan fungsi tubuh vital
(respirasi, sirkulasi, keseimbangan cairan, suhu, asupan nutrisi) sebagai organ
regulasi sistem saraf otonom tertinggi.
Nuclei hypothalamus: supraoptic, paraventricularis, preoptic,
suprachiasmaticus.

Gambar Nucleus Hypothalamus

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


36
Sulcus hypothalamus  sulcus pada dinding lateral ventriculus tertius,
menandai batas antara thalamus dan hypothalamus.

Gambar Diencephalon

Chiasma opticum  anterolateralnya bersambung dengan nervus opticus dan


posterolateralnya dilanjutkan sebagai tractus opticus.
Tuber cinereum  Bagian inferior bersambung dengan infundibulum.
Eminentia mediana adalah bagian tuber cinereum yang meninggi. Eminentia
mediana, infundibulum, dan lobus posterior hypophysis cerebri membentuk
neurohypophysis.

B. Truncus Cerebri
1. Mesencephalon
Struktur pembentuk mesenchepalon adalah:
a. Terdiri dari dua belahan lateral yang disebut pedunculus serebri. Masing-masing
dibagi dalam pars anterior yaitu crus cerebri, dan bagian posterior yaitu
tegmentum.
b. Fossa interpeduncularis adalah tempat keluar nervus occulomotorius.
c. Aspek dorsal dinamakan tectum mesencephali, terdapat dua pasang tonjolan ke
posterior yaitu colliculus superior et inferior  keempatnya menjadi corpora
quadrigemina tektum mesencephalicus.
d. Mesenchepalon dilalui oleh aquaductus mesenchepalii yang diapit oleh
tegmentum di bagian anterior dan tectum di bagian posteriornya.
e. Beberapa bagian mesencephalon yang disebut nucleus ruber (red nucleus) dan
substantia nigra berfungsi dalam mengontrol gerakan badan
f. Glandula pineal mengalami kalsifikasi pada usia pertengahan, sehingga dapat
terlihat pada radiografi
g. Tampak pedunculus cerebellaris superior jika dilihat dari dorsal.

2. Rhombencephalon, terdiri dari:


a. Pons
Terletak pada permukaan anterior cerebellum, di bawah mesencephalon dan
di atas medulla oblongata. Terutama tersusun atas serabut-serabut saraf yang
menghubungkan kedua belahan cerebellum.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


37
Batang otak di keseluruhan
panjangnya berisi kumpulan difus
nukleus dan serabut yang menyebar
di antara struktur yang lain. Ini
disebut formatio reticularis.
Formatio reticularis menerima
impuls dari semua traktus desenden
dan asenden dan berfungsi sebagai
pembangkit kesadaran.
Struktur nervus cranialis yang
keluar dari pons adalah N. V, VI,
VII, VIII

Gambar Formatio Reticularis

Struktur pons:
- Fibra transversae pontis  serabut yang berjalan dari nucleus pontis
menuju cerebellum melalui pedunculus cerebellaris medius
- Nampak pedunculus cerebellaris medius dari arah dorsal
- Colliculus fascialis  suatu struktur penebalan berisi serabut nervus fascialis
(N. VII) yang terdapat pada fossa rhomboidea.
- Locus coeruleus nucleus pigmentosus pontine tempat yang terdiri nucleus
noradrenergic berpigmen kebiru-biruan. Terbentuk oleh 4 subnuclei: central,
anterior, ventral, posterior dorsal.

b. Myelencephalon/Medulla Oblongata
Struktur:
- Berbentuk kerucut dan menghubungkan pons dengan medulla spinalis.
- Terdapat benjolan di setiap sisi yang disebut pyramis.
- Pyramis mengecil ke bawah, dan hampir seluruh serabut descenden menyilang
ke sisi lain disebut decussatio pyramidalis
- Posterior terhadap pyramis terdapat oliva.
- Di belakang oliva terdapat pedunculus cerebellaris inferior.
- Tuberculum gracilis dan tuberculum cuneatus yaitu struktur menonjol pada
dorsal medulla akibat adanya nucleus gracilis dan nucleus cuneatus
- Fossa rhomboidea sebagai dasar
ventriculus quartus
- Nervus cranialis IX, X, XI, XII
keluar dari sistem saraf pusat
melalui medulla oblongata
- Area postrema sebagai pusat
kontrol muntah involunter, ada di
bagian inferiror fossa rhomboidea
- Cerebello-pontine angle  area
yang ada di lateral cysterna
pontocerebellum.

Gambar CPA
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
38
Systema Limbicus
- Sebagai bagian dari telencephalon pada lobus limbicus
- Sistem Limbik  terdiri dari area neocortical dan area cortical yang lebih tua secara
filogenetika (archicortex dan paleocortex) dan beberapa nuclei. Fungsi utama;
pembentukan perilaku yang meningkatkan ketahanan (survival) individu dan spesies.
Dan secara khusus hypocampus untuk belajar dan memori.
- Struktur utama sistem limbik
a) Lobus limbicus
b) Formatio hypocampalis (hypocampus)
c) gyrus parahypocampalis
d) area entorhinal
e) fornix
f) gyrus cinguli
g) gyrus dentatus
h) corpus mamillaris/corpora mamillaris/corpus mamillare
i) corpus amygdala (juga bagian pada ganglia basal)
- Circuit papez  sirkuit yang menghubungkan struktur-struktur limbik (hypocampus
 fornix  corpus mamillare  nucleus anterior thalami  gyrus cinguli 
cingulum  hypocampus)

C. Cerebellum
- Terletak di fossa cranii posterior dan terletak di posterior ventriculus quartus, pons,
serta medulla oblongata.
- Fungsinya:
1. Penerima informasi aferen yang berkaitan dengan gerakan volunter dari cortex
cerebri
2. Penerima informasi keseimbangan dari n.vestibularis.
- Terdiri dari dua hemispherium cerebelli : hemisphere cerebelli dextra dan
hemisphere cerebelli sinistra.
- Kedua hemispherium dihubungkan oleh vermis.
- Bagian-bagian pada vermis :

lingula cerebelli
yang tampak dari lobus cerebelli anterior lobulus centralis
culmen
Declive
folium vermis
tuber vermis
yang tampak dari lobus cerebelli posterior
pyramis vermis
uvula vermis
nodulus vermis

- Cerebellum terbagi menjadi tiga lobus utama: lobus anterior, lobus medius/lobus
posterior, dan lobus flocculonodularis.
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
39
- Fissura prima = memisahkan permukaan superior dan inferior
- Fissura uvulonodularis = memisahkan lobulus tonsila dan flocculus
- Fissura horizontalis = memisahkan fascies superior dan fascies inferior
- Pedunculus cerebellaris: pedunculus cerebellaris superior, pedunculus cerebellaris
medius, dan pedunculus cerebellaris inferior
1. Pedunculus cerebellaris superior = menghubungkan cerebellum dengan
mesencephalon.
2. Pedunculus cerebellaris medius = menghubungkan cerebellum dengan pons.
3. Pedunculus cerebellaris inferior = menghubungkan cerebellum dengan medulla
oblongata.
Aplikasi klinis: hernia tonsillaris cerebellum

Gambar Cerebellum

- Nuclei cerebelli
a. Nucleus Dentatus (terbesar)
- Input aferennya berasal terutama dari cortex hemisphere cerebelli
(cerebrocerebellum), dna sebagian kecil dari cortex zona paravemian
- Serabut eferennya berjalan melalui pedunculus cerebellaris superior ke
nucleus ruber kontralateral dan thalamus.
b. Nucleus Emboliformis dan Nucleus Globosus
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
40
- Input aferen dari cortex zona paravemian dan vermis (spinocerebellum)
- Serabut eferen ke nukleus ruber kontralateral
c. Nucleus Fastigii
- Input aferen dari el purjinje lobus flocculonodularis
- Serabut eferen ke nucleus vestibularis (tractus fasatigiobulbaris) atau
menyilang ke sisi cerebellum kontralateral dan kemudian berlanjut ke formatio
reticularis dan nuclei vestibularis (fasciculus uncinatus)

D. Vascularisasi Pars Centralis/Systema Nervosum Centrale


1. Struktur
Arteri
A. Meningea Media
A. Carotis Externa
A. Carotis Interna
Circulus Arteriosus Willisi
A. Cerebri Media
A. Cerebri Anterior
A. Communicans Anterior
A. Communicans Posterior
A. Cerebri Posterior
A. Basilaris
A. Cerebellaris Superior
A. Labirinthy
A. Cerebellaris Inferior Anterior
A. Vertebralis
A. Cerebellaris Inferior Posterior
Vena
Vena Cerebri Superficialis
Bridging Vein
Vena Magna Cerebri
(Vena Galen(I))
Vena Cerebri Interna

Gambar Vaskularisasi Arteri Otak

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


41
Gambar Vaskularisasi Arteri Otak

Gambar Vaskularisasi Vena Otak

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


42
3. Aplikasi Klinis (Vascularisasi Pars Centralis)
a. Oklusi vena cerebri dan sinus venosus, dapat berasal dari thrombus,
thromboflebitis (inflamasi vena) atau tumor (misalnya meningioma). Sinus yang
biasanya mengalami thrombosis adalah sinus transversus, cavernosus, dan sinus
sagital superior. Thrombosis pada sinus cavernosus dapat berasal dari infeksi pada
mata, sinus paranasal, dan bagian wajah atas karena vena pada wajah berhubungan
dengan sinus cavernosus melalui vena ophtalmica superior. Pada orang dengan
thrombophlebitis vena fascialis profunda, thrombus dapat berjalan hingga ke sinus
cavernosus, menyebabkan thrombophlebitis sinus cavernosus yang dapat
menyebabkan penekanan pada nervus occulomotorius (III), troclearis (IV), atau
kadang nervus abducent (VI). Sepsis thrombosis dari sinus cavernosus dapat
berkembang menjadi meningitis akut. Infeksi yang terjadi awalnya hanya
mengenai satu sinus, namun dapat berkembang ke sisi yang lain melalui sinus
cavernosus (Moore & Dalley, 2006).

Gambar potongan koronal sinus cavernosus (Moore & Dalley, 2006)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


43
LIQUOR CEREBROSPINALIS (LCS) ET VENTRICULUS CEREBRI

A. LIQUOR CEREBROSPINALIS (LCS)


Ventriculus berisi liquor cerebrospinalis (LCS) yang dihasilkan oleh plexus choroidalis.
Aliran LCS :

Gambar Aliran LCS

B. VENTRICULUS CEREBRI
1. Ventriculus lateralis
a. Terdapat 2 buah (dextra et sinistra)
b. Terdiri dari : corpus, cornu frontale, cornu occipitale, dan cornu laterale
c. Plexus choroideus ventruculus lateralis merupakan tepi lateral tela choroidea
d. Septum Pelucidum : pembatas antara ventriculus lateralis dextra et sinistra

2. Ventriculus tertius
a. Berasal dari vesikel prosencephalon, merupakan celah sempit antar kedua
thalamus
b. Mempunyai dinding anterior, posterior, lateral, superior, inferior serta
dilapisi oleh ependymal
c. Plexus choroideus ventruculus tertius

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


44
3. Ventriculus quartus
a. Merupakan rongga yang berbentuk tenda yang berisi cairan cerebrospinal.
b. Terletak di anterior cerebellum, di posterior pons, serta setengah bagian atas medulla
oblongata

C. SISTEM SINUS DURAMATRIS

1. Atap tengkorak/falx cerebri


- Sinus sagitalis superior
- Sinus sagitalis inferior

2. Tengkorak bagian depan tengah


- Sinus cavernosus
- Sinus intercavernosi
- Sinus petrosus superior
- Sinus petroskuamos
- Sinus sphenoparietalis

3. Tengkorak bagian belakang


- Sinus transversus
- Sinus sigmoideus
- Sinus margnialis
- Sinus petrosus inferior
- Plexus basilaris
- Confluens sinuum Gambar Sinus Duramatris

Gambar Sinus Duramatris Tampak Superior

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


45
D. APLIKASI KLINIS
1. Hydrochephalus
Hydrocephalus terjadi akibat pembentukan LCS yang berlebihan, obstruksi cairan
LCS, atau ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan LCS menyebabkan
adanya kelebihan cairan di sistem ventrikel otak dan pembesaran kepala, yang
dinamakan hydrocephalus obstruktif. LCS yang berlebihan menyebabkan dilatasi pada
ventrikel, menipiskan korteks cerebri, dan memisahkan tulang pembentuk calvaria
pada bayi. Obstruksi biasanya terkadi di aquaductus mesencephali atau foramen
interventricular (Moore & Dalley, 2006). Terdapat tiga tipe hydrocephalus, yaitu
obstructive hydrocephalus, communicating hydrocephalus (obstruksi di luar sistem
ventrikel), dan tekanan normal (sindrom pada orang dewasa dengan demensia
progresif, gangguan cara berjalan, dan inkontinensia urin, dengan gambaran CT Scan
dilatasi ventrikel dan atrofi otak)

Gambar Hydrocephalus (Moore & Dalley, 2006)


2. Ventriculoperitoneal Shunt
Ventriculoperitoneal shunt (VP shunt) merupakan tatalaksana untuk menangani
hydrocephalus. Prosedur ini dilakukan dengan cara membuat bypass dari ventrikel ke
rongga peritoneum.

Gambar Ventriculoperitoneal Shunt

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


46
3. Sinus basilaris dan sinus occipitalis dapat berhubungan melalui foramen magnum
dengan plexus venosus vertebralis internus. Akibat dari vena yang tidak memiliki
katup, kompresi dari thorax, abdomen, atau pelvis yang terjadi selama batuk atau
bersin dapat membuat aliran darah dalam vena masuk ke plexus venosus vertebralis
internus dan masuk ke sinus dalam duramater. Hasilnya, apabila ada pus dalam abses
dan sel tumor dari regio tersebut dapat masuk ke vertebrae dan otak (Moore & Dalley,
2006).

Gambar Sinus Basilaris dan Sinus Occipitalis

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


47
PARS CENTRALE/SYSTEMA NERVOSUM CENTRALE: MEDULLA SPINALIS

A. Meninx spinalis
Terdiri dari:
1. Duramater spinalis
2. Arachnoideamater spinalis
3. Piamater spinalis

B. Struktur Longitudinalis Medulla Spinalis

Gambar Medulla Spinalis

Medulla spinalis terbentang dari foramen magnum os occipitalis sampai discus


intervertebralis.

Medulla spinalis mengalami pembesaran pada 2 tempat:


1. Intumescentia cervicalis (C4-T1)  keluarnya plexus brachialis
2. Intumescentia lumbosacralis (L2-

Akhir medulla spinalis dinamakan conus medullaris. Saccus duramater dan


spatium subarachnoid berakhir di S2. Di bawah L2-L3, perpanjangan piamater (mirip
benang) dinamakan filum terminale, yang menempel pada periosteum vertebrae coccygys
pertama. Serabut saraf spinalis di bawah conus medularis dinamakan cauda equina.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


48
Filum terminale terbagi menjadi dua pars:
1. Bagian superior, atau filum terminale internum, sekitar 15 cm dan mencapai margo
inferior Vertebrae Sacral II. Struktur ini dilapisi piamater dan mengandung lapisan
tubular duramater. Struktur ini dikelilingi oleh cauda equina.
2. Bagian inferior, atau filum terminale externum, terletak sangat dekat dengan
duramater. Struktur ini memanjang ke inferior dari apex lamina tubular dan terikat ke
posterior os coccyx 1 pada sebuah struktur yang disebut ligamentum coccygeale.

Perubahan Posisi Medulla Spinalis


Seiring pertambahan usia, columna vertebralis dan duramater akan memanjang lebih
cepat dari neural tube sehingga ujung terminal medulla spinalis akan bergeser ke level
yang lebih tinggi (seakan-akan memendek ke atas karena pemanjangan vertebrae dan
duramater) (Sadler, 2000. Paulse dan Wasche, 2014).
- Saat lahir, medulla spinalis berakhir
pada L3 (menempati 2/3 cranial
canalis)
- Karena pertumbuhan yang tidak
seimbang antara neural tube dan
vertebrae, nervus spinalis makin
caudal akan berjalan semakin oblique
untuk keluar dari foramen
intervertebralis setinggi segmen
columna vertebrae asalnya
- Duramater tetap melekat mengikuti
columna vertebrae dan berakhir pada
level vertebrae coccygys.
- Pada orang dewasa, medulla spinalis
berakhir di level L1-L2.

C. Penampang Horizontal Medulla Spinalis

Gambar Penampang Horizontal Medulla Spinalis (Paulse dan Wasche, 2014)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


49
Medulla spinalis memiliki struktur yang simetris dan setiap segmen tersusun juga atas
substantia grisea (di dalam, tersusun atas inti neuron, berbentuk kupu-kupu) dan
substantia alba (di luar, tersusun atas axon dan sel glia).
Struktur yang dapat diamati:
1. Fissura mediana anterior  berupa saluran sempit yang menjadi pemisah pada
bagian anterior. Terdapat piamater yang juga melipat ke dalam. Sulcus ini tempat
dilewatinya a. spinalis anterior
2. Sulcus mediana posterior  berupa saluran yang lebih sempit dari fissura mediana
anterior, menjadi pemisah pada bagian posterior
3. Columna  merupakan bagian substantia grisea dan ada tiga. Digambarkan sebagai
3 sayap kupu-kupu: columna grisea anterior, columna grisea intermedia, columna
grisea posterior. Masing-masing columna membentuk cornu (tanduk): anterior,
lateralis, posterior.
4. Funniculus  substantia alba medulla spinalis, ada 3: Funiculus anterior, funniculus
posterior, funniculus lateralis
5. Tractus (fasciculus)  jaras saraf berbentuk saluran memanjang yang dibentuk oleh
bundel/fasikulus akson.
6. Canalis centralis  saluran di tengah-tengah substantia grisea tempat lewatnya LCS
di medulla spinalis.
7. Comissura grisea  menghubungkan kedua columna intermedia.

D. Substantia Alba Medulla Spinalis


Funiculus anterior, funniculus posterior, funniculus lateralis

E. Substantia Grisea Medulla Spinalis


1. Columna grisea anterior memiliki cornu anterior
2. Columna grisea posterior memiliki cornu posterior
3. Columna grisea intermedia memiliki cornu lateral

F. Vaskularisasi Medulla Spinalis


1. Arteri
a. A. radicularis anterior magna/a. adamkiewicz
b. A. radicularis posterior
c. A. spinalis anterior
d. A. spinalis posterior
e. Arteri cervicalis ascenden, berasal dari cabang arteri subclavia
f. Arteri intercostalis posterior, berasal dari arteri thoracica
g. Arteri lumbalis, berasal dari aorta abdominalis
h. Arteri sacralis lateral, berasal dari arteri internal iliaka di bagian plevis\

Arteri vertebralis, berasal dari arteri subclavia, dan bercabang menjadi arteri
spinalis anterior dan posterior tunggal yang berjalan turun sepanjang medulla spinalis
dan masuk ke setiap segmen dengan arteri segmental. Arteri segmental yang paling
besar (arteri segmental Adamkiewicz) ditemukan di bagian bawah regio thorax dan
atas regio lumbalis, yang merupakan perdarahan utama 2/3 bagian medula spinalis.
Sementara itu, radix anterior dan posterior diperdarahi oleh ateri radicularis.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


50
Gambar Arteri Medulla Spinalis (Hansen, 2010)
2. Vena
a. Vena spinalis anterior
b. Vena spinalis posterior
c. Plexus venosus vertebralis

Beberapa vena spinalis anterior dan posterior  vena radicularis  vena


segmentalis  vena cava superior (regio cervicalis), vena azygos (regio thoracica),
vena cava inferior (regio lumbal dan sacral)

G. Columna Vertebralis
Columna Vertebralis/ Skeletal Vertebrae terdiri dari:
1. Vertebrae cervicales I-VII  curvatura : lordosis
d. Tulang-tulang di leher (bagian dari ossa vertebrae / tulang belakang), disebut os
vertebralis pars cervicalis. Terdiri dari 7 ruas tulang. Collumna vertebralis
cervicalis yang memiliki kekhasan:
8. Columna vertebrae cervicalis 1 (C1) disebut atlas
9. Columna vertebrae cervicalis 2 (C2) disebut axis
10. Columna vertebrae cervicalis 7 (C7) disebut vertebrae prominens
2. Vertebrae thoracica I-XII  curvatura : kifosis
3. Vertebrae lumbales I-V  curvatura : lordosis
4. Vertebrae sacrales I-V menyatu (Os Sacrum)  curvatura: kifosis
5. Vertebrae coccygis I-IV menyatu (Os coccygeus)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


51
Vertebrae Cervicales
c

Vertebrae Thoracales

Vertebrae Lumbales

Os Sacrum c

Os coccygys
Gambar Columna Vertebrae dan Curvatura Spinalis

Aplikasi klinis : kelainan pada curvatura collumna vertebralis, misalnya: kifosis,


lordosis, skoliosis, spondylolisthesis

Columna Vertebrae tersusun atas:


1. Segmen-segmen vertebrae
2. Sendi (articulatio)
3. Bantalan fibrocartilago sebagai discus intervertebralis

Pada setiap os vertebrae, terdapat struktur-struktur berikut:


1. Corpus vertebrae
2. Arcus vertebrae: terdiri dari lamina arcus vertebrae, pediculus arcus vertebrae
3. Foramen vertebralis
4. Foramen intervertebralis
5. Incisura vertebralis superior et inferior
6. Processus pada arcus:
a. Processus spinosus
b. Processus transversus
c. Processus articularis superior et inferior
7. Discus intervertebralis
Paling tebal di cervical dan lumbal (paling banyak bergerak)  Setiap discus terdiri
atas:
a. Annulus fibrosus
b. Nucleus pulposus
8. Canalis vertebralis/canalis spinalis  saluran yang dibentuk dari rangkaian
foramen vertebrales, akan dilalui medulla spinalis

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


52
Gambar Discus Intervertebralis
Aplikasi klinis : hernia nucleus pulposus

Aplikasi Klinis Lainnya pada Medulla Spinalis:


1. Pungsi lumbal (LCS), pada anak-anak dilakukan setinggi LIII-LIV sedangkan pada dewasa
setinggi LI-LII
2. Plexus venosus vertebralis  tempat metastasis sel kanker ke vertebrae atau otak dari
abdomen atau pelvis
3. Brown Sequard Syndrome
Brown-sequard syndrome didefinisikan sebagai sebuah lesi inkomplit pada korda
spinalis yang ditandai dengan paralisis Upper Motor Neuron ipsilateral dan kehilangan
sensasi proprioseptif dengan kehilangan sensasi rasa sakit dan suhu kontralateral. Brown

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


53
sequard syndrome trajdi karena disfungsi traktus krotikospinal, spinocerebellar dan
spinothalamicus. Gejala-gejala yang akan muncul adalah sebagai berikut:
a. Paralisis spastik ipsilateral di bawah lesi. Terjadi karena lesi jaras motorik (traktus
kortikospinal) terganggu dan bersifat ipsilateral karena traktus telah menyilang pada
tingkat yang lebih tinggi.
b. Hilangnya rasa posisi dan getaran di bawah tingkat lesi ipsilateral. Terjadi karena
cedera pada bagian posterior (dorsal).
c. Rasa nyeri dan suhu menghilang pada sisi kontralateral di bawah lesi karena traktus
belum menyilang dan akan menyilang di bawah tingkat lesi.
d. Rasa taktil sederhana tidak menurun karena menggunakan 2 jaras, yaitu traktus
spinothalamicus anterior dan jaras funikulus posterior

Gambar Brown Sequard Syndrome


4. Syringomyelia
Syrigomyelia adalah penyakit degeneratif kronis karena gangguan perkembangan
sumsum tulang belakang yang ditandai dengan kelemahan tanpa rasa nyeri serta atrofi otot-
otot lengan tangan yang dsertai kedutan, reflek-reflek tendon ,enghilang dan terjadi mati
rasa segmental tipe disosiatif. Syringomyelia dapat terjadi apabila ada peningkatan LCS di
dalam canalis sentralis yang menyebar ke substansia alba dan sekitarnya, membentuk
rongga kistik atau syrinx. Apabila hanya terjadi peningkatan LCS di dalam canalis sentralis
saja maka disebut sebagai hidromyelia.

Gambar Syringomyelia
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
54
5. Spina Bifida
Spina Bifida adalah kelainan kongenital yang terjadi karena kelainan neural tube
(neural tube defect). Pada kelainan tersebut terjadi kegagalan neural tube untuk menutup
dengan sempurna. Spina bifida berarti terbelahnya arcus vertevrae yang bisa melibatkan
jaringan saraf di bawahnya atau tidak. Spina bifida terdiri dari sebuah hiatus yang biasanya
terletak dalam vertebrae lumbosacral dan dari hiatus ini menonjol saccus meninges
sehingga terbentuklah “Meningocele”. Jika saccus tersebut berisi medula spinalis, maka
anomali tersebut disebut “Meningomielocele”

Gambar Spina Bifida

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


55
JARAS ASCENDENS DAN JARAS DESCENDENS

A. Jaras/Tractus Ascendens
Merupakan kumpulan serabut saraf yang menghantarkan impuls sensorik dari reseptor
sensorik ke pusat saraf (gyrus postcentralis pada hemispherium cerebri). Karena arah
serabutnya adalah dari perifer ke central maka dinamakan jaras ascendens. Jaras
ascendens menghantarkan informasi aferen, yakni informasi eksteroseptif (nyeri, suhu,
raba, tekan) dan informasi propioseptif.
Jaras neuron untuk kesadaran terdiri dari tiga:
Neuron Di thalamus
tingkat
ketiga
Neuron Akson menyilang ke
tingkat sisi kontralateral,
kedua lalu naik ke susunan
saraf yang lebih
tinggi

Neuron Badan sel terletak di


tingkat dalam ganglion
pertama radix posterior saraf
tepi

Gambar Tractus Spinothalamicus Lateral


Sebagai Jaras Ascendens

Serabut-serabut saraf yang mengantarkan impuls pada jalur ini adalah serabut
penghantar cepat tipe A delta dan serabut penghantar lambat tipe C yang badan selnya
terdapat pada bagian dorsal ganglia saraf:
1. Serabut penghantar cepat (tipe A delta)  menghantarkan nyeri tajam, akut, seperti
ditusuk
2. Serabut penghantar lambat (tipe C)  nyeri seperti rasa terbakar, menyakitkan,
berdenyut

Ada jaras sensorik utama yang berjalan sebagai jaras ascenden:


1. Yang berjalan di funniculus lateralis: Tractus spinothalamicus lateralis (membawa
informasi nyeri dan suhu)
2. Yang berjalan di funniculus anterior: Tractus spinothalamicus anterior (membawa
informasi raba dan tekan)
3. Yang berjalan di funniculus posterior: fasciculus gracillis dan fasciculus cuneatus.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


56
1. Tractus Spinothalamicus Lateralis

Gambar Tractus Spinothalamicus Lateralis


Jaras:
a. Akson masuk ke medulla spinalis dari ganglion radix posterior  menuju columna
grisea posterior  membentuk tractus posterolateral Lissauer (NEURON
TINGKAT PERTAMA)
b. bersinaps dengan sel-sel di dalam columna grisea posterior (NEURON TINGKAT
KEDUA)  menyilang oblik kontralateral di substansia grisea anterior dan
commissura alba dalam 1 segmen medula spinalis  naik dalam funniculus alba
kontralateral sebagai “TRACTUS SPINOTHALAMICUS LATERALIS”,
terjadi penambahan serabut baru seiring naiknya tractus sehingga dalam segmen
cervicalis atas serabut-serabut sacralis terletak di lateral dan segmen cervicalis di
medial  naik ke medula oblongata  membentuk lemniscus spinalis (bersama
tractus spinothalamicus anterior dan tractus spinotectalis)  berjalan melalui
bagian posterior pons  melalui tegmentum mesencephalon 
c. bersinaps (NEURON TINGKAT KETIGA) di dalam nucleus
ventroposterolateralis (VPL) thalami  terjadi apresiasi nyeri dan suhu  berjalan
melalui crus posterior capsula interna dan corona radiata  gyrus postcentralis
cortex cerebri.
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
57
2. Tractus Spinothalamicus Anterior

Gambar Tractus Spinothalamicus Anterior


Jaras:
a. Akson masuk ke medulla spinalis dari ganglion radix posterior  menuju
columna grisea posterior  membentuk tractus posterolateral Lissauer
(NEURON TINGKAT PERTAMA) 
b. bersinaps dengan sel-sel di dalam columna grisea posterior (NEURON TINGKAT
KEDUA)  menyilang sangat oblik kontralateral di substansia grisea anterior dan
commissura alba dalam beberapa segmen medula spinalis  naik dalam collumna
alba kontralateral sebagai “TRACTUS SPINOTHALAMICUS ANTERIOR”,
terjadi penambahan serabut baru seiring naiknya tractus sehingga dalam segmen
cervicalis atas serabut-serabut sacralis terletak paling lateral dan segmen
cervicalis paling medial  naik ke medula oblongata  membentuk lemniscus
spinalis (bersama tractus spinothalamicus anterior dan tractus spinotectalis) 
berjalan melalui bagian posterior pons  melalui mesencephalon (tegmentum) 
c. bersinaps (NEURON TINGKAT KETIGA) di dalam nucleus
ventroposterolateralis thalami  terjadi apresiasi rasa raba dan tekan  berjalan
melalui crus posterior capsula interna dan corona radiata  gyrus postcentralis
cortex cerebri
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
58
3. Fasciculus Gracillis dan Fasciculus Cuneatus
a. Fasciculus gracillis

Gambar Fasciculus Gracillis dan Fasciculus Cuneatus


Jaras:
a. Akson masuk ke medulla spinalis dari ganglion radix posterior  menuju
columna alba posterior di sisi yang sama  membentuk tractus posterolateral
Lissauer (NEURON TINGKAT PERTAMA) 
b. bersinaps dengan sel-sel di cornu grisea posterior, neuron internuncial, dan sel-sel
di cornu anterior  naik dalam collumna alba posterior sebagai “FASCICULUS
GRACILIS dan FASCICULUS CUNEATUS”  berjalan ke atas pada sisi
ipsilateral  bersinaps dalam nucleus gracilis dan nucleus cuneatus (NEURON
TINGKAT KEDUA)  menyilang bidang median serta bersilangan dengan
serabut yang sama dari sisi kontralateral di decussatio sensorik  berjalan ke atas
sebagai lemniscus medialis  melalui medula oblongata, pons, dan
mesencephalon 
c. bersinaps (NEURON TINGKAT KETIGA) di dalam nucleus
ventroposterolateralis thalami  berjalan melalui crus posterior capsula interna
dan corona radiata  gyrus paracentralis posterior cortex cerebri  terjadi
apresiasi kesan rasa raba dengan perbedaan intensitas yang halus, lokalisasi yang
tepat, dan diskriminasi dua titik serta sensai getar dan posisi berbagai bagian
tubuh dapat disadari dengan tepat.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


59
B. Jaras/Tractus Descendens (piramidal, esktrapiramidal)
Merupakan kumpulan serabut saraf yang menghantarkan impuls motorik dari pusat
saraf (hemispherium cerebri) ke efektor (otot). Karena arah serabutnya adalah dari central
ke perifer (cerebrum dan medulla spinalis) maka dinamakan jaras descenden.
Tractus descendens berfungsi untuk impuls motorik dan gerakan volunter terutama
dicetuskan di girus presentralis lobus frontalis (korteks motorik primer, area 4
Brodmann) dan area kortikal disekitarnya (neuron motorik pertama).
Impuls tersebut berjalan didalam jaras serabut yang panjang terutama pada traktus
kortikonuklearis dan traktus kortikospinalis/jaras piramidalis, berlanjut melewati
batang otak dan turun ke medula spinalis ke kornu anterior. Selanjutnya berjalan melewati
radiks anterior, pleksus saraf serta saraf perifer. Impuls akan berakhir pada motor end
plate.
Traktus descenden ada dua:
1. Tractus Piramidalis/Tractus Corticospinalis
Traktus ini berasal dari korteks motorik dan berjalan melalui substantia alba
cerebri (korona radiata) krus posterior kapsula interna (serabut terletak sangat
berdekatan di bagian ini)  bagian sentral pedunkulus serebri (krus serebri)  pons,
dan basal medulla oblongata (bagian anterior).
Di medulla oblongata, serabut tersebut membentuk dua tonjolan yang disebut
piramida medula. Di bawah tonjolan (pedunculis cerebri), sebagian besar akson
menyeberang (di decussatio piramidalis) ke sisi berlawanan dari mana mereka berasal:
– Akson yang menyeberang (80-90%%)  tractus corticospinalis lateralis
– Akson yang tidak menyeberang (10%)  tractus corticospinalis anterior
2. Tractus Extrapiramidalis
Secara anatomi, sistem extrapiramidal adalah jaringan saraf bagian dari sistem
motorik yang menyebabkan gerakan involunter. Traktus extrapiramidal terutama
ditemukan di dalam formatio reticularis dari pons dan medulla oblongata dan neuron
targetnya di dalam medulla spinalis berperan dalam refleks, pencetus gerakan,
gerakan kompleks dan kontrol postural.
a. Tractus corticonuclearis (Tractus corticobulbaris)
Beberapa serabut traktus piramidalis membentuk cabang dari massa utama
traktus ketika melewati otak tengah dan kemudian berjalan lebih ke dorsal menuju
nuclei nervi cranialis motoric. Nuclei yang menerima input tractus piramidalis
adalah nuklei yang memediasi gerakan volunter otot – otot kranial melalui
nervus cranialis V (nervus trigeminus), nervus cranialis VII (nervus
fascialis), nervus cranialis IX, X, XI dan XII.
b. Tractus corticomesencephalicus
Ada pula sekumpulan serabut yang berjalan bersama – sama dengan traktus
kortikonuklearis yang tidak berasal dari area 4 atau area 6, akan tetapi berasal dari
area 8 lapang mata frontal. Karena asal dan fungsinya yang khas, jaras ini
memiliki nama yang berbeda yaitu tractus corticomesensephalicus, meskipun
sebagian besar ahli banyak menganggap jaras ini sebagai bagian dari tractus
corticonuclearis. Tractus corticomesensephalicus berjalan bersama dengan traktus
piramidalis dan kemudian mengarah ke bagian dorsal menuju nuklei nervi
kranialis yang memediasi gerakan bola mata yaitu nervus kranialis III, IV dan
VI.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


60
c. Komponen Sistem Motorik Sentral Lainnya
Sejumlah jaras-jaras sentral selain traktus piramidalis memiliki peran penting
pada pengendalian fungsi motorik. Jaras-jaras tersebut antara lain traktus
rubrospinal, traktus vestibulospinal, traktus retikulospinal dan traktus
tektospinalis.
Pada medula spinalis, tractus-tractus motorik tersebut secara anatomi dan
fungsional terpisah menjadi 2 kelompok :
1) Kelompok lateral yang terdiri dari tractus rubrospinalis − dan ditambah
tractus corticospinalis − berproyeksi ke otot-otot distal (terutama ekstrimitas
atas) yang berperan pada gerakan volunter lengan bawah dan tangan, yaitu
untuk mengontrol motorik halus yang tepat dan terampil.
2) Kelompok medial yang terdiri dari tractus reticulospinalis, traktus
vestibulosipnalis dan traktus tektospinalis. Traktus medial mempersarafi
neuron motor yang terletak lebih medial di cornu anterior, serabut ini
terutama berperan pada gerakan tubuh dan ekstrimitas bawah (postur and
gait).

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


61
PARS PERIPHERICA/SYSTEMA NERVOSUM PERIPHERICUM

A. Nervus Spinalis et Plexus Spinalis


Nomina Generalia dan Gambar

Radix ventralis/anterior Radix dorsalis/posterior

Ramus posterior

Ramus anterior

Ganglion spinalis

Ramus Muscularis Cabang nervus spinalis ke musculus


Ramus Cutaneus Cabang nervus spinalis ke cutis
Dermatome Pemetaan inervasi nervus spinalis ke cutis
Miotom Pemetaan inervasi nercus spinalis ke otot
Plexus Nervosus Gabungan nervus spinalis yang membentuk anyaman

1. Dermatom
Suatu area kulit yang dipersarafi oleh sebuah saraf spinal dan merupakan satu
segmen medulla spinalis disebut dermatom. Di tubuh manusia, dermatom
membentang mengelilingi tubuh dari bidang mediana anterior sampai posterior.
Dermatom yang bersebelahan saling tumpang tindih sehingga untuk membuat suatu
daerah anestesi total dibutuhkan kerusakan paling tidak tiga segmen saraf spinal yang
berdekatan. Beberapa titik acuan dermatom:
a. Dermatom T4 : setinggi papilla mammae
b. Dermatom T6 : setinggi processus xyphoideus

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


62
c. Dermatom T7 : setinggi epigastrius
d. Dermatom T7-T12+L1 : mempersarafi otot-otot anterior abdomen (sensorik)
e. Dermatom T8-T11 : mempersarafi vesica biliaris dan hepar
f. Dermatom T10 : setinggi umbilicus  persarafan intestinum tenue
g. Dermatom T11 : mempersarafi intestinum crassum
h. Dermatom T12 : mempersarafi m. piramidalis
i. Dermatom T12+L1 : mempersarafi vesica urinaria
j. Dermatom S2 : setinggi organ genital

Gambar Dermatom

Gambar Overlapping Dermatome

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


63
Aplikasi Klinis: Herpes Zoster
Herpes Zoster (Shingles), adalah infeksi
yang menyerang sistem saraf tepi yang
menyerang sesuai distribusi dermatom.
Penyakit ini disebabkan dari reaktivasi
dari infeksi sebelumnya di ganglion
sensoris oleh virus Varicella-Zoster, yang
menyebabkan cacar. Presentasi yang
muncul yaitu vesikel dan ruam dengan
nyeri yang terlokalisir sesuai dengan
distribusi dermatom unilateral, biasanya
muncul pada dermatom T5-L2, ganglion
semilunar, atau ganglion geniculata
(Hansen, 2010).

Gambar Herpes Zoster (hansen, 2010)

2. Myotom
Saraf radikuler dan perifer yang memmpersarafi otot, masing-masing otot akan
dipersarafi oleh sebuah saraf tepi, yang umumnya mengandung serabut dari beberapa
radiks (sehingga disebut persarafan poliradikulopati atau plurisegmental) (Baehr dan
Frotscher, 2010).

3. Nervus Spinalis
Nervus spinalis (bercabang dari medulla spinalis  ada 31 pasang saraf spinal
a. CI-CVIII = Nervi spinales pars cervicalis, segmenta cervicalia (C1-C8)
b. TI-TXII = Nervi spinales pars thoracalis, segmenta thoracica (T1-T12) 
terdapat percabangan menjadi ramus anterior (nervi intercostales)
c. LI-LV = Nervi spinales pars lumbalis, segmenta lumbalia (L1-L5)
d. SI-SV = Nervi spinales pars sacralis, segmenta sacralia (S1-S5)
e. CoI = Nervi spinales pars coccygea, segmenta coccygea
Masing-masing nervus spinalis dihubungkan dengan medulla spinalis oleh dua
radix, yaitu radix anterior dan radix posterior. Radix posterior terdiri atas berkas
serabut saraf yang membawa impuls ke sistem saraf pusat dan dinamakan serabut
aferen/sensorik (penghantaran informasi mengenai sensasi raba, nyeri, suhu, dan
vibrasi).
Radix anterior terdiri atas berkas serabut saraf yang membawa impuls saraf
menjauhi saraf pusat  serabut eferen/serabut motorik, sel asalnya terdapat pada
cornu anterior medulla spinalis.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


64
Gambar Morfologi Nervus Spinalis

4. Plexus Spinosus
Dalam perjalanannya, nervus spinalis akan membentuk struktur yang merupakan
cabang dan gabungan dari beberapa saraf tepi yang letaknya berdekatan (anyaman
saraf) disebut plexus nervosus, terdiri dari:
a. Plexus cervicalis = C1-C5, mempersarafi otot-otot leher, kepala, dada
b. Plexus brachialis = C4-T1, mempersarafi bahu dan otot-otot ekstremitas superior
c. Plexus lumbalis = T12-L4, mempersarafi abdomen dan daerah genital
d. Plexus sacralis = L4-S4, mempersarafi perineum dan otot-otot ekstremitas
Inferior

a. Plexus Cervicalis
Plexus cervicalis dibentuk oleh rami anteriores C1-C4 dan mempersarafi kulit
dan otot-otot kepala, leher, dan bahu. Terdapat beberapa cabang penting, yaitu
(Snell, 2011):
1) Nervus spinalis C2 dan C3 (n. auricularis magnus/major), nervus yang
menginervasi kulit di sekitar angulus mandibulae. Nervus ini juga sering
membesar pada penyakit Morbus Hansen.
2) Nervi spinalis C3 dan C4 (n. supraclaviculares), nervus yang mempersarafi
kulit bahu ini penting di klinik karena dapat menjalarkan nyeri dari nervus
yang berasal dari nervus phrenicus

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


65
3) Nervus spinalis C2 dan C3 juga mempersarafi musculus
sternocleidomastoideus dan bersifat propioseptif
4) Nervus spinalis C3 dan C4 mempersarafi m. levator scapulae dan m. trapezius
5) Nervus spinalis C3-C5 (n. phrenicus) mempersarafi diafragma
6) Ansa cervicalis

Gambar Plexus Cervicalis

b. Plexus Brachialis
Dibentuk oleh rami anteriores C5-C8 dan T1 yang berada dalam trigonum
colli posterior (Snell, 2011).

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


66
Gambar Morfologi Plexus Brachialis

Cabang-cabang penting:
1) Nervus spinalis C5 (n. dorsalis scapulae)
2) Nervus spinalis C5, C6, C7 (n. thoracalis longus)
3) Nervus spinalis C5, C6, C7 (n. musculocutaneus)
4) Nervus spinalis C6, C7, C8 (n. thoracodorsalis)
5) Nervus spinalis C5, C6 (n. axillaris)
6) Nervus spinalis C5, C6, C7, C8, T1 (n. radialis)
7) Nervus spinalis C5, C6, C7, C8, T1 radix medialis dan lateralis (n. medianus)
8) Nervus spinalis C8, T1 (n. ulnaris)

c. Plexus Lumbalis  dari L1-L4

Gambar Plexus Lumbalis


Cabang-cabang penting:
1) Nervus spinalis L1 (n. iliohypogastricus)
2) Nervus spinalis L1 (n. ilioinguinalis)
3) Nervus spinalis L2, L3 (n. cutaneus femoralis lateralis)
4) Nervus spinalis L2, L3, L4 (n. femoralis) memiliki 2 ramus: ramus
muscularis dan ramus cutaneus
5) Nervus spinalis L2, L3, L4 (n. obturatorius)
6) Nervus spinalis L1, L2 (n. genitofemoralis) nervus yang ikut dalam
refleks cremaster, yaitu kontraksi otot musculus cremaster dan menarik ke
atas testis di dalam scrotum
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
67
d. Plexus Sacralis
Dibentuk oleh nervus L4, L5, dan nervus S1-S4. Peranan nervus lumbalis 4
bergabung dengan nervus lumbalis 5 membentuk truncus lumbosacralis, berjalan
turun ke dalam pelvis dan bergabung dengan nervi sacralis (Snell, 2011).

Gambar Plexus Sacralis


Cabang-cabang penting:
1) Nervus spinalis L4, L5, S1-S3 (n. ischiadicus atau n. sciatica): nervus
terbesar dalam tubuh, keluar dari pelvis menuju daerah glutea melalui
foramen ischiadicum majus, lalu berjalan turun dan masuk ke dalam
kompartemen posterior regio femoris. Di sepertiga bawah regio
femoris, nervus ini berakhir dengan bercabang dua menjadi nervus
tibialis dan nervus peroneus communis.
2) Nervus spinalis L4-S1 (n. gluteus superior)
3) Nervus spinalis L5-S2 (n. gluteus inferior)
4) Nervus spinalis S1-S3 (n. cutaneus femoris posterior)
5) Nervus spinalis S2, S3, S4 (n. pudendus)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


68
B. Inervasi Bagian Tubuh Tertentu
1. Inervasi Abdomen
Nervus thoracalis (T7-T12) Plexus lumbalis (L1)
↓ ↓
T7-T11 (nervus T12 (nervus
N. ilioinguinalis n. iliohypogastrica
intercostalis) subcostalis)

Sensorik abdomen, dari 3 plexus:


a. Plexus Lumbalis
Nama Nervus Asal Daerah yang Dipersarafi
n.iliohypogastricus T12-L1 Kulit diatas pubis dan sisi lateral bokong
n.ilioinguinalis L1 Bersama funikulus spermaticus masuk
canalis inguinalis (laki-laki), untuk
mempersarafi scrotum atau labia mayora
dan bagian paha
n.genitofemoralis L1-L2 m.cremaster, skrotum, atau labia mayora
n.femoris cutaneus L2-L3 Paha bagian lateral
lateral
n.obturatorius L2-L4 Region femoris (m.gracilis)
n.femoralis L2-L4 Kulit, paha, tungkai, otot depan paha,
m.iliacus
b. Plexus Aorticus
Terbagi menjadi 4 bagian yaitu :
1) Plexus coeliacus  punya ganglion coeliacus, ganglion mesenterica superior
2) Plexus renalis
3) Plexus mesenterica superior et inferior
c. Truncus simphaticus dextra et sinistra, terbagi menjadi dua yaitu:
1) N. splanchnicus major (Thorakal 5-9)
2) N. splanchnicus minor (Thorakal 9-10)
keduanya bersatu di ganglion coeliacus

2. Inervasi Pelvis
a. Somatis
Dipersarafi oleh dua plexus yaitu plexus sacralis dan plexus lumbalis.
1) Plexus lumbalis  lewat foramen obturatorius terdiri dari:
a) Truncus lumbosacralis  L4-L5
b) Nervus obturatorius (L3-L4), ada di canalis obturatorius. Inervasi untuk
tungkai atas
c) Cabang sensorik untuk peritoneum parietal, aplikasi klinis apendisitis

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


69
2) Plexus sacralis  terletak di dinding posterior pelvis, di depan musculus
pyriformis. Penyusun:
a) Rami anterior Nn.lumbales IV dan V  sebagian nervus lumbalis IV
bergabung dengan n.lumbales V membentuk truncus lumbosacralis
b) Rami anterior Nn.sacralis I-IV  keluar melalui foramina sacralia
anterior nervi sacralis akan bergabung dengan truncus sacralis
c) Cabang plexus sacralis yang terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
i. Cabang yang meninggalkan pelvis melalui foramen ischiadicus
majus menuju ekstremitas inferior
- Nervus ischiadicus
- Nervus gluteus superior  menginervasi m. gluteus medius, m.
gluteus minimus, m.tensor fascia latae
- Nervus gluteus inferior  menginervasi m.gluteus maximus
- Nervus cutaneus femoris posterior (S1-S3)  menginervasi
kulit bokong bagian tungkai bawah
- Nervus untuk inervasi m.obturatorius internus  menginervasi
m.gemellus superior  menghubungkan os.coxae
- Saraf di m.quadratus femoris juga menginervasi m.gemellus
inferior
ii. Cabang untuk otot pelvis (visera pelvis) : peritoneum
- Nervus pudendus (S1-S4) masuk melalui foramen ischiadicus
majus ke perineum melalui foramen minus. Berfungsi untuk
kontraksi m. sphincter uretra eksterna, m. sphincter ani externa,
sensorik klitoris dan labia mayora
- Nevus untuk musculus piriformis.
iii. Nervus cutaneus perforans  biasanya nyeri saat hemoroid,
mensarafi kulit bagian medial bawah bokong
b. Otonom
1) Truncus sympaticus pars pelvicus
2) Nervus splanchnicus pelvicus (S2-S4)  parasimpatis untuk organ
visceral pelvis, kontraksi m. sphincter vesicae
3) Plexus hypogastricus superior  bersifat simpatis dan parasimpatis
4) Plexus hypogastricus inferior  parasimpatis

4. Inervasi Extremitas Superior


Catatan:
a. N. medianus: untuk gerak musculus bagian flexor antebrachii, ½ digiti 1, digiti 2
& 3, ½ digiti 4, m.fleksor brachii, m.pronator teres, m.palmaris longus
b. N. musculocutaneus: untuk gerak musculus bagian brachii seperti m. biceps
brachii, m.brachialis, dll
c. N. ulnaris: untuk m.flexor antebrachii; ½ digiti 4, digiti 5, m.flexor carpi ulnaris
d. N. axillaris : m.deltoideus
e. N. radialis : untuk ekstensor bagian antebrachii dan brachii, ½ digiti 1

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


70
3. Inervasi Extremitas Inferior
a. Bagian Anterior
Fungsinya:
a) Nervus femoralis : inervasi m sartorius dan m. quadriceps femoris
b) Nervus saphenus : inervasi kulit bagian medial
c) Nervus saphenus Rr. Cutanei cruris medialis  regio cruris
d) Rami infrapatelaris  regio genu

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


71
b. Bagian Posterior

C. Divisio autonomica; Pars autonomica systematis nervosi peripherici


1. Pars Symphatica
Sel saraf simpatis terletak di kornu lateral segmen thoracolumbal medulla spinalis.
Aksonnya menjulur ke dalam ganglia rantai simpatis dan ganglia traktus
gastrointestinal. Di sini, serabut-serabut preganglionik akan bersinapsis dengan neuron
postganglionik yang mengirimkan sarafnya ke organ target. Aktivasi sistem simpatis
terjadi saat mobilisasi tubuh dan pada saat situasi darurat (3 F: flight, fright, fight)
a. Nomina Generalia:
- Truncus symphaticus
- Ganglia symphatis (ganglia paravertebralis)
- Ganglia Collateralis (ganglia prevertebralis)
- Ramus communicans albus
- Ramus communicans griseus
- Fibra preganglionic
- Fibra postganglionic
b. Ganglia Collateral (Ganglia Prevetebralis)  ganglion coeliacus, ganglion
mesenterica superior, ganglion mesenterica inferior
c. Nervi splanchnici cardiopulmonarius
d. Nervi splanchnici lumbales  n. splanchnicus major, n. splanchnicus minor, n.
splanchnicus minimus

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


72
e. Glandula adrenal/glandula suprarenalis  merupakan bagian sistem simpatis
yang menyekresi adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (norepinefrin) ke dalam
sirkulasi darah.

2. Pars Parasymphatica
Sistem saraf parasymphaticus memiliki nuclei yang terletak di batang otak dan
segmen sacrales medulla spinalis (craniosacral). Akson parasimpatis preganglionik
sampai ke ganglia di dekat organ-organ targetnya. Di sini, saraf parasimpatis bersinaps
dengan neuron postganglionik yang menjulurkan aksonnya yang pendek ke organ
target. Sistem parasimpatis mengatur intake makanan dan pencernaan serta
rangsangan seksual. Parasimpatis bersifat antagonis dengan simpatis (Paulse dan
Waschke, 2014).
Nomina Generalia:
a. Segmen sacarales medula spinalis
b. Ganglia perifer
c. Nervus pelvicus (nervus splanchnicus pelvicus)

3. Plexus Viscerales et Ganglion Visceralia


Plexus yang mempersarafi organ/viscera:
a. Plexus Cardiacus
b. Plexus Pulmonum
c. Plexus Oesophagus
d. Plexus Coeliacus
e. Plexus Renalis
f. Plexus Renalis
g. Plexus Mesentericus Superior
h. Plexus Mesentericus Inferior
i. Plexus Intermesentericus
j. Plexus Hypogastricus

D. Nervus Cranialis
Ada 12 pasang nervus Cranial yang meninggalkan otak melalui fissura dan foramina
di otak, yaitu :
1. Nervus Olfactorius (N. I)
Nervus olfactorius merupakan saraf sensorik murni yang berfungsi sebagai
penghidu. Nervus olfactorius keluar di tengkorak melalui celah-celah di lamina et
foramina cribosa ossis ethmoidalis.
Skema rangsangan nervus olfaktorius:

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


73
2. Nervus Opticus (N. II)
Nervus optikus berfungsi dalam penglihatan dan merupakan saraf aferen
sensorik khusus. Nervus opticus meninggalkan rongga orbita melalui canalis opticus

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


74
Skema rangsangan nervus opticus:

3. Nervus Occulomotorius (N. III)


Nervus oculomotorius berfungsi motorik murni dan mempunyai dua nuklei
motorik: nucleus motorik utama dan nucleus parasimpatis accesorius (Nucleus
Edinger-Westpal) terletak di posteriro nucleus motorik utama. Nucleus
occulomotorius memiliki 2 modalitas utama yaitu modalitas GSE (General Somatic
Efferent) dan GVE (General Visceral Efferent). Modalitas GSE untuk mengontrol
aktivitas 5 otot ekstraocular (m.rectus superior, m.rectus inferior, m.rectus medial,
m.obliqus inferior, dan m.levator palpebra superior). Modalitas GVE untuk
mengontrol aktivitas m.constrictor pupil dan m.cilliaris. N.oculomotor memiliki
nucleus di dalam mesencephalon tepatnya di ventral periaqueductal gray matter
setinggi colliculus superior

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


75
Jaras motorik utama nervus occulomotorius :

Jaras motorik accesorius nervus occulomotorius:

4. Nervus Trochlearis (N. IV)


• Nervus trochlearis memiliki fungsi motorik murni
• N. IV mempersarafi m. Obliqus superior yang berfungsi membantu
menggerakan bola mata ke bawah dan lateral
• Nukleus trochlearis terletak di anterior substansia grisea yang mengelilingi
aquaductus cerebri di mesencephalon
• N. IV inferior terhadap N.III
• N. IV adalah saraf cranial yang paling langsing dan satu-satunya saraf cranial
yang keluar melalui permukaan posterior batang otak
• Perjalanan n. trochlearis

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


76
5. Nervus Trigeminus (N. V)
• N. V adalah saraf cranial terbesar yang berisi serabut sensorik dan motorik
• N. V berisi nervus sensorik utnuk sebagian besar kepala
• Nervus motorik untuk beberapa otot, termasuk otot-otot pengunyahan, m.
Tensor tympani, m. Tensor veli palatini, m. Mylohyoideus, dan
m.digastricus venter anterior
• Perjalanan N. V

6. Nervus Abducens (N. VI)


• N. VI adalah saraf motorik kecil, nukleusnya terletak setinggi coliculus fascialis
• N. VI mempersarafi m. rectus lateralis bola mata yang berfungsi
menggerakan mata ke lateral
• Perjalanan N. VI :

7. Nervus Fascialis (N. VII)


 N. VII merupakan campuran saraf motorik dan sensorik
 N.facialis memiliki 4 modalitas yaitu SVE, GVE, GSA, dan SVA.
 Modalitas SVE (special visceral efferent) untuk inervasi otot-otot ekspresi wajah,
m.stapedius, m.digastricus venter posterior yang ke semua otot skelet ini
merupakan derivat dari arcus pharyngeus.
 Modalitas GVE (general visceral efferent) adalah untuk inervasi parasimpatis
glandula lacrimalis dan glandula saliva kecuali glandula parotis (glandula
submandibular, subblingual, dan glandula saliva minor).
 Modalitas SVA (specialvisceral afferent) untuk memediasi sensasi pengecapan di
2/3 anterior lidah.
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
77
 Modalitas GSA (general somatic afferent) untuk memediasi sensasi
somatosensorik di daerah dekat meatus acusticus externus
 N. VII memiliki tiga nucleus : nucleus motorik utama, nukleus parasimpatis,
dan nukleus sensorik.
 Distribusi N. VII :
Gyrus Precentralis Hypothalamus Sensasi Pengecapan
↓ ↓ ↓
Nucleus motorius nervus Nucleus salivatorius Thalamus dan
fascialis (di dan lacrimalis hypothalamus
pons/fasciculus fascialis)
↓ ↓ ↓
Otot-otot wajah dan kulit Glandula Area pengecap gyrus
kepala, m. stapedius, m. submandibularis, postcentralis
digastricus venter sublingalis, dan
posterior, m. stylohyoideus lacrimalis

8. Nervus Vestibulocochlearis (N. VIII)
• N. VIII terdiri atas dua bagian, yaitu nervus vestibularis dan nervus cochlearis.
• Nervus vestibularis berfungsi dalam koordinasi gerak dan posisi kepala
• Nervus cochlearis berfungsi sebagai pendengaran
• Perjalanan n. Vestibularis:
Impuls dari sacculus dan utriculus berupa informasi posisi kepala; impuls
dari canalis semicircularis mengenai gerakan kepala


pons

Nucleus vestibularis

cerebellum thalamus Nuclei n. III, n. IV, n. VI


↓ ↓ ↓
Orientasi kesadaran dalam ruang koordinasi gerakan kepala dan mata
• Perjalanan nervus cochlearis:

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


78
9. Nervus Glossopharyngeus (N. IX)
• N. IX merupakan saraf motorik dan sensorik
• komponen motorik mempersarafi M. stylopharingeus yang berfungsi membantu
menelan
• komponen sekremotorik parasimpatis mempersarafi kelenjar parotis
• komponen sensorik berfungsi sebagai pengecap dari sepertiga posterior lidah dan
faring; sinus caroticus (baroreseptor); corpus carotis (kemoreseptor)
• Perjalanan N. IX :

10. Nervus Vagus (N. X)


• Otonom parasimpatis
• Perjalanannya:

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


79
11. Nervus Accesorius (N. XI)
• N. XI adalah saraf motorik yang dibentuk oleh gabungan radix cranialis dan radix
spinalis
• Perjalanan nervus accesorius:

12. Nervus Hypoglossus (N. XII)


• N. XII merupakan saraf motorik dan mempersarafi semua otot intrinsik lidah
ditambah m. styloglossus, m. hyoglossus, dan m. genioglossus
• Nucleus hypoglossus dinamakan motor nuclei of medulla oblongata
• Perjalanan sarafnya:

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


80
Aplikasi Klinis Nervus Cranialis
1. Lesi Nervus Olfactorius
a. Anosmia yaitu hilangnya kemampuan menghidu.
b. Agnosia yaitu tidak bisa menghidu satu macam odoran
c. Parsial anosmia yaitu ketidak mampuan menghidu beberapa odoran tertentu
d. Hiposmia yaitu penurunan kemampuan menghidu baik berupa sensitifitas ataupun
kualitas penghidu.
e. Disosmia yaitu persepsi bau yang salah, termasuk parosmia dan phantosmia
f. Parosmia yaitu perubahan kualitas sensasi penciuman, sedangkan
g. phantosmia yaitu sensasi bau tanpa adanya stimulus odoran/ halusinasi odoran.
h. Presbiosmia yaitu gangguan penghidu karena umur tua.

2. Lesi Nervus Opticus


a. Lesi pada saraf optikus menyebabkan kebutaan pada mata yang terkena (Anopsia)
b. Lesi pada pusat/medial kiasma optikum (misalnya oleh karena tumor hipofise,
kraniofaringioma, meningioma tuberkulum sella) akan menghambat penjalaran impuls
dari bagian nasal retina sehingga mengakibatkan Hemianopsia Bitemporal
c. Lesi pada bagian lateral kiasma optikum akan menyebabkan Hemianopsia Binasal
d. Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan Hemianopsia Homonim Kontralateral
e. Lesi pada radiatio optica bagian medial akan menyebabkan Quadrantanopsia
Inferior Homonim Kontralateral
f. Lesi pada radiatio optica pada serabut lateralnya menyebabkan Quadrantanopsia
Superior Homonim Kontralateral.

Gambar Gangguan Penglihatan

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


81
3. Lesi Nervus Occulomotorius
Parese nervus okulomotorius dapat dibagi menjadi:
a. Ptosis, hal ini disebabkan oleh karena kelupuhan musculus levator palpebra (sinistra
atau dekstra) sesuai dengan letak lesi.
b. Jika lesi pada sinistra, maka bola mata kiri hanya dapat bergerak ke samping kiri. Bila
melihat ke bawah, bola mata itu akan agak memutar, karena adanya kontraksi dari
musculus obligus superior.
c. Pupil midriasis dengan refleks cahaya dan konvergensi yang negatif.
d. Tidak dapat melakukan akomodasi.
e. Strabismus divergens.
f. Diplopia dengan gambar kembar heteronim.

4. Lesi Nervus Trochlearis (N. IV)


Penekanan atau injury pada nervus ini akan membuat:
a. Mata tidak dapat bergerak ke dalam dan ke bawah, sehingga pasien akan kesulitan
untuk membaca atau menuruni tangga.
b. Diplopia adalah keluhan yang tersering dirasakan, berupa vertikal diplopia terutama
jika pasien berusaha untuk membaca, tapi dengan melakukan head tilting atau memutar
kepala kearah kontralateral dari otot oblique superior yang parese (dagu mendekati
mata yang terkena) akan memudahkan dan menghindarkan untuk melihat ganda.

5. Lesi Nervus Trigeminus


a. Neuralgia Trigeminal didefinisikan sebagai suatu serangan nyeri wajah dengan
gejala khas berupa nyeri unilateral, tiba – tiba, seperti tersengat aliran listrik
berlangsung singkat, jelas terbatas pada satu atau lebih distribusi cabang nervus
trigeminus. Nyeri umumnya dicetuskan oleh stimulus ringan dan timbul spontan.
Terdapat “trigger area” di plika nasolabialis dan atau dagu. Pada umumnya terjadi
remisi dalam jangka waktu yang bervariasi.

Gambar Neuralgia Trigeminal


b. Herpes Zoster Ophtalmicus adalah infeksi virus herpes zoster yang menyerang
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus saraf
trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi herpetik unilateral pada kulit

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


82
6. Lesi Nervus Abducens
Esotropia/Strabismus Konvergen: Suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata,
dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi (lurus ke depan), sedangkan
sumbu penglihatan mata lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah medial (ke
arah dalam) karena kerusakan m. rectus lateral

7. Lesi Nervus Fascialis


a. Lesi pada sentral akan menyebabkan kelumpuhan wajah bagian bawah (mulut) saja
yang kontralateral dengan lokasi topis.
b. Lesi pada perifer akan menyebabkan kelumpuhan satu sisi wajah (dahi dan mulut)
yang ipsilateral dengan lokasi topis  Bell’s palsy

Gambar Lesi Nervus Fascialis

8. Lesi Nervus Vestibulocochlearis

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


83
9. Lesi Nervus Glossopharyngeus
a. Disfagia ringan
b. Ageusia
c. Gangguan Saliva

10. Lesi Nervus Vagus


a. Paralisis faring
Timbul karena lesi nervus vagus sebelum meninggalkan foramen jugulare. Karena lesi
vagus tersebut, maka palatum mole, sfingter laring dan otot krikofaringeus ikut
menjadi lumpuh. Kelumpuhan faring unilateral menimbulkan kesulitan dalam
menelan makanan.
b. Kelumpuhan Plica Vocalis
Bila kedua nervus rekurrens kanan dan kiri mengalami kelumpuhan, maka pita suara
akan berada di garis tengah dan pula tidak bergerak sama sekali, dan akan
terdengarlah: (1) suara yang afonis, (2) stridor inspiratorik.
c. Paralisis laring  Akan terjadi gangguan terhadap refleks batuk dan napas.

11. Lesi Nervus Accesorius


a. Kerusakan Ramus Eksternus Unilateral (Setelah keluar dari foramen jugulare)
Memiliki efek yang berbeda pada m.sternocleidomastoideus dan m.trapezius.
M.sternocleidomastoideus paralisis seluruhnya (flasid), sedangkan m.trapezius hanya
terkena separuh bagian atasnya saja, karena otot ini juga mendapatkan persarafan dari
nervus spinalis segmen C2 sampai C4.
b. Cedera pada Nervus XI di Distal M. Sternocleidomastoideus  Hanya
menyebabkan kelemahan pada m.trapezius saja.

12. Nervus Hypoglossus


Disatria merupakan gangguan artikulasi yang disebabkan oleh gangguan sistem saraf
pusat yang secara langsung mengontrol aktivitas otot−otot yang berperan dalam proses
artikulasi dalam pembentukan suara pengucapan

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


84
\

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


85
SYSTEMA SENSUUM

A. Organon Visuum
1. Pars Accesorius
a. Palpebra (eyelids)
- Bagian: superior et inferior  fisura palpebrae
- Lapisan: kulit dan membrana mucosa (conjunctiva)
- Tunica conjunctiva palpebralis (indikasi anemia) terlipat balik kepada
bulbus oculi dan menjadi sinambung dengan tunica conjunctiva bulbaris
(identifikasi mata merah). Garis-garis pelipatan balik tunica conjunctiva
palpebralis kepada bulbus oculi membentuk relung-relung yang dalam,
disebut fornix conjuntcivae superior et inferior.
b. Cilium, pl. cilia (eyelashes)
- Glandulae ciliare: glandulae sebaceae besar yang berhubungan dengan
cilia.Aplikasi klinis : hordeolum (timbil atau bintit)
- Musculus: m. levator palpebrae superior (N. III)
c. Apparatus lacrimalis (lacrimal apparatus)
Struktur Terkait:
1) Glandulae lacrimalis (lacrimal gland)
2) Inervasi: nucleus lacrimalis n. facialis (saraf sekremotorik parasimpatis), n.
lacrimalis
3) Lacus lacrimalis (lacrimal lake)
4) Caruncula lacrimalis (lacrimal caruncle)
5) Punctum lacrimalis (lacrimal punctum)
6) Canaliculi lacrimalis (lacrimal canaliculi)
7) Saccus lacrimalis (lacrimal sac)
8) Ductus nasolacrimalis (nasolacrimal duct)
Perjalanan air mata:
Glandula lacrimalis  membasahi cornea  lacus lacrimalis  punctum
lacrimalis  canaliculi lacrimalis  saccus lacrimalis  ductus nasolacrimal 
meatus nasi inferior

Gambar Aparatus Lacrimalis


Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
86
2. Occuli
a. Cavitas:
1) Anterior cavity: berisi humor aquosus (aqueous humor, dihasilkan: proc.
ciliaris) sinus venosus sclerae (canalis Schlemm). Aplikasi klinis:
glaucoma
a) Camera anterior bulbi (anterior chamber)
b) Camera posterior bulbi (posterior chamber)
2) Posterior cavity (vitreous chamber): berisi corpus vitreum (vitreous body)
camera vitrea bulbi
Anterior cavity dan posterior cavity dipisahkan oleh lens dan corpus cillaris

Gambar Mata (potongan horizontal)


b. Lapisan Mata
1) Tunica fibrosa bulbi (fibrous tunic)
a) Cornea (transparan)  berfungsi untuk memantulkan cahaya yang
masuk ke mata
b) Sclera (opak)
c) Lamina cribosa (cribiform plate) darerah sclera yang disebut serabut-
serabut n. opticus
d) Limbus corneae (corneal margin) taut corneosclera
2) Tunica vasculosa bulbi (vascular tunic/uvea)
a) Iris
b) Pupilla (pupil)  bagian tengah iris
c) Corpus cilliaris (ciliary body)
d) Terdapat: m. cilliaris, procc. Ciliares, zonula ciliaris (fibrae zonulares et
spatia zonularia)
e) Choroidea (choroid)
3) Tunica interna bulbi/tunica nervosa (internal/neural tunic(retina))
a) Pars caeca retinae (blind part)
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
87
b) Pars optica retinae (optic part)
- Pars pigmentosa (pigment cell layer)
- Pars nervosa (neural layer)
Ora serrata  ujung akhir pars nervosa
Pada bagian posterior retina (fundus):
1) Discus nervi optici : titik buta
2) Macula, fovea centralis: daerah penglihatan tertajam

Gambar Mata (potongan sagital)


c. Media-media Refrakta
1) Cornea
2) Humor aquosus
3) Lensa
4) Humor vitreus
d. Musculus dan nervi oculi eksternus
1) M. rectus superior (N. III) 4) M. rectus lateral (N. VI)
2) M. rectus inferior (N. III) 5) M. obliquus superior (N. IV)
3) M. rectus media (N. III) 6) M. obliquus inferior (N. III)

Gambar Inervasi Otot-Otot Mata


Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
88
3. Vaskularisasi
4. Aliran limfe
5. Inervasi

Aplikasi Klinis

Hyphema

Hyphema merupakan suatu kondisi terdapatnya akumulasi darah di bilik mata depan. Hal
ini sering disebabkan oleh trauma tumpul pada mata. Trauma ini akan menginduksi
robeknya pembuluh darah pada iris atau badan silier. Hyphema dapat juga disebabkan
oleh trauma intraoperasi, pecahnya neovaskularisasi pada mata, adanya kanker, atau
kelainan vaskuler lain. Hifema umumnya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata yang
telah dijelaskan sebelumnya. Trauma tumpul tersebut mengenai bagian bola mata yang
terekspos ke dunia luar tanpa perlindungan tulang orbita. Hyphema dapat juga terjadi
karena anomali vaskuler dalam mata lain, seperti yang terjadi pada juvenile
xanthogranuloma. Bahkan, hyphema idiopatik pun dapat terjadi tanpa penyebab jelas,
meskipun hal ini sangat jarang terjadi. Terdapat dua mekanisme yang diduga
menyebabkan terjadinya hyphema. Mekanisme pertama adalah mekanisme dimana
kekuatan trauma menyebabkan kontusi sehingga terjadi robekan pada pembuluh darah
iris dan badan silier yang rentan rusak. Mekanisme kedua adalah trauma tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler sesaat sehingga menyebabkan ruptur
pembuluh darah pada iris dan badan silier.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


89
B. Organon Auditivum
Sistem auditorius (pendengaran) dan equilibrium (keseimbangan) secara umum dibagi
menjadi tiga yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam

Gambar Penampang Coronal Telinga

1. Telinga luar (auris externa; external ear)


a. Auricula; auricle/pinna
1) Bagian: tragus, antitragus, helix, antihelix, lobulus auricularis, concha
auricularis, crus helicis, scapha

Gambar Bagian-Bagian Auricula


2) Fungsi: untuk mengumpulkan getaran udara
3) Otot – otot intrinsic
4) Inervasi oleh n. facialis
b. Meatus Acusticus Externus
1) Panjang : 2,5 cm , terdapat glandulae ceruminosae dan glandulae sebaceae
membentuk serumen untuk mencegah masuknya benda asing dan
memperlambat pertumbuhan bakteri.
2) Inervasi : saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari n.
auriculotemporalis dan ramus auricularis n.vagus.
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
90
3) Aliran limfe : menuju nodi parotidei superficiales, mastoidei, dan cervicales
superficiales.
c. Membrana Timpanica
1) Fungsi : bergerak sebagai reaksi terhadap getaran yang berasal dari meatus
acusticus externus dan diteruskan ke ossicula auditoria.
2) Inervasi :
a) Permukaan luar: n. auriculotemporalis cabang dari n. mandibularis (V.3)
dan n. glossopharyngeus
b) Ramus auricularis ganglion inferius berasal dari n. vagus, saraf ini berisi
beberapa serabut dari n. glossopharyngeus dan n. facialis  mensarafi
sebagian kecil membrane tympanica
c) Aplikasi Klinis: otitis media
Keterangan :
a. Auricula (pinna)
b. Meatus acusticus
externus
c. Membrana
tympanica
d. Cavitas tympanica
e. Ossicula auditoria
f. Labyrinthus osseus

Gambar Auris dextra, tampak anterior

2. Telinga tengah (auris media; middle ear)


a. Cavitas tympanica (tympanic cavity)
b. Tuba auditiva/eustachii/pharyngotympanica (auditory/pharyngotympanic
tube), menghubungkan telinga tengah dengan nasopharynx dan
menyeimbangkan tekanan udara di dalam cavitas tympanica dengan
nasopharynx.
c. 3 tulang pendengaran (ossicula auditoria/auditiva; auditory ossicles), yaitu
malleus, incus, dan stapes

Gambar Tulang-Tulang Pendengaran, Ossicula Auditoria

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


91
3. Telinga dalam (auris interna; inner ear)
a. Labyrinthus osseus (bony labyrinth), mengelilingi labyrinthus membranaceus,
terbagi menjadi 3 struktur:
1) Vestibulum (vestibule), terdiri atas sacculus (saccule) dan utriculus (utricle)
2) Canales semicirculares ossei (semicircular canals), terdiri atas canalis
semicircularis anterior, posterior, dan lateral. Ductus semicircularis terbenam
di dalam canales semicirculares ossei.
3) Cochlea (cochlea), di dalamnya terdapat ductus cochlearis (cochlear ducts)
yang memiliki serabut-serabut saraf pendengaran
b. Labyrinthus membranaceus (membranous labyrinth), terdiri dari tiga bagian
utama:
1) Utriculus dan sacculus yang ada di dalam vestibulum
2) 3 ductus semicircularis di dalam canales semicirculares ossei
3) Ductus cochlearis di dalam cochlea  pada dasarnya terdapat organum
spirale Corti (reseptor rangsang pendengar)
c. Endolymphe (endolimph)  terletak di dalam labyrinthus membranaceus.
d. Meatus acusticus internus (internal acoustic meatus)

Gambar Labyrinthus Osseus

Gambar N. vestibulocochlearis dan Labyrinthus Membranaceus

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


92
Aplikasi Klinis
1. Otitis Eksterna
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh bakteri
dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna
adalah kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini
menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk
melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut
adalah Pseudomonas sp. (41 %), Streptococcus sp. (22%), Staphylococcus aureus (15%)
dan Bakteroides sp. (11%). Istilah otitis eksterna meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari
liang telinga bagian luar dan dapat menyebar ke pinna auricula, periaurikular, atau tulang
temporal.
2. Otitis Media
Otitis media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh dari selaput permukaan
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Mudahnya, otitis
media merupakan infeksi yang menyerang telinga dan memiliki mekanisme hampir sama
dengan otitis eksterna, hanya saja lokasi lesi terjadi pada bagian tengah telinga.
3. Miringotomy
Merupakan prosedur pembedahan dimana dibuat sayatan kecil pada gendang telinga untuk
mengurangi tekanan yang disebabkan oleh penumpukan cairan yang berlebihan, atau untuk
drainase cairan telinga tengah. Tindakan insisi (sayatan) tersebut dilakukan pada pars tensa
(kuadran posteroinferior atau anteroinferior) membran timpani.
4. Miriongoplasty
Merupakan tympanoplasty tipe satu. Membrana timpani yang diperbaiki adalah yang
berlubang, karena trauma (misalnya telinga yang dipukul, terbentur, akibat suara ledakan
yang keras dekat telinga, gendang telinga tertusuk dll) atau infeksi. Telinga yang terinfeksi
biasanya disertai dengan keluhan telinga berair yang biasa disebut dengan “congekan” atau
dalam bahasa medis disebut dengan otitis media supuratif kronis / OMSK.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


93
C. Organon Gustatorium
Informasi mengenai makanan atau minuman yang dikonsumsi akan diterima oleh
reseptor rasa atau reseptor gustatory pada lingua. Reseptor spesifik tersebut berupa epitel
khusus yang membentuk struktur sensoris disebut dengan taste buds.
Struktur lingua :
1. Apex lingua
2. Corpus lingua
3. Dorsum lingua
4. Radix lingua
5. Papila lingua, berupa tonjolan-tonjolan pada permukaan lingua yang memiliki taste
buds. Terdapat beberapa macam papilla lingua antara lain :
a. Papilla fungiformis
b. Papilla foliate
c. Papilla filiformis
d. Papilla circumvalata

Gambar Lingua tampak superior

Inervasi
1. Sensoris
a. Aferen somatik umum
1) Apex dan corpus : n. mandibularis (V.3)
2) Radix : n. glossopharyngeus (IX)
b. Aferen somatik khusus
1) Apex dan corpus : n. facialis (VII)
Taste buds  n. lingualis  chorda tympani  ganglion genikulatum (badan
sel serabut aferen gustatory)  dalam n. intermedius  nucleus solitaries
(sensoris)
2) Radix : n. glossopharyngeus (IX)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


94
Vaskularisasi
a. Arteri lingualis
b. Vena-vena akan bermuara ke v. jugularis interna

Gambar Vaskularisasi lingua

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


95
D. Organon Olfactorium
Organ olfaktorius terletak pada cavum nasi. Fili-fili olfaktori berada pada permukaan
lamina et foramina cribriformis os ethmoidale. Jaras olfaktorius terdiri dari:
1. Epitelium olfaktorius
2. Fila olfaktoria (n. olfactory)
3. Bulbus olfactorius
4. Traktus olfactorius
5. Korteks olfactorius primer : area prepiriformis
6. Korteks olfactorius sekunder : area entorhinal ( Broadman 28)

Gambar Skema Olfactory

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


96
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
97
SYSTEMA ENDOCRINAE

Systema endocrinae/sistem endokrin merupakan sistem regulasi tubuh berupa kelenjar


tanpa saluran (ductless). Sistem ini merupakan penghasil hormon yang disirkulasikan di dalam
tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ target.Sistem endokrin erat
hubungannya dengan sistem saraf karena sama-sama berperan dalam mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh serta saling bekerja sama untuk menjaga homeostatis tubuh.
Organ-organ endokrin yang bekerja untuk menghasilkan hormon antara lain:
hypothalamus, glandula hypophysis, glandula thyroidea, glandula pineal, thymus,
glandula parathyroidea, glandula adrenal, insula pancreatica langerhans, ovarium, dan
testis.
 

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


98
 HYPOTHALAMUS
Hypothalamus merupakan bagian dienchepalon yang membentang sepanjang inferior
sulcus hypothalamicus, mulai dari dorsocranial chiasma opticum di anterior sampai ke
dorsocranial aqueaductus mesenchepalicus & comissura posterior di posterior.
Hypothalamus membentuk dinding latero-inferior ventriculus tertius
1. Sintopi
- Superior : sulcus hypothalamicus
- Inferior : chiasma opticum, infundibulum hypophysis, tuber cinereum, eminentia
mediana, corpus mamillare
- Anterior : area preoptica (lamina terminalis, comissura anterior)
- Caudal : tegmentum mesenchepali
- Lateral : capsula interna

Gambar Hypothalamus
2. Skeletopi
3. Nuclei hypothalamicus
Hypothalamus terbentuk dari sel saraf kecil yang tersusum dalam kelompok-
kelompok atau nukleus-nukleus. Menurut pembagian berdasarkan bidang parasagital
imajiner, nukleus-nukleus tersebut berada di dalam 2 zona, yaitu zona medialis dan
zona lateralis.

a. Zona Lateralis
Dari anterior ke posterior, ditemukan nuclei hypothalamicus sebagai berikut:
1) Bagian nucleus preopticus lateral
2) Bagian nucleus suprachiasmaticus
3) Nucleus supraopticus
4) Nucleus lateralis
5) Nucleus tuberomammillaris
6) Nucleus tuberales laterals
b. Zona Medialis
Dari anterior ke posterior, ditemukan nuclei hypothalamicus sebagai berikut:
1) Bagian nucleus preopticus medial
2) Nucleus anterior
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
99
3) Bagian nucleus suprachasmaticus
4) Nucleus paraventricularis
5) Nucleus dorsomedialis
6) Nucleus ventromedialis
7) Nucleus infundibularis (arcuatus)
8) Nucleus posterior

Gambar Nuclei Hypothalamicus

4. Vaskularisasi
Vascularisasi hypothalamus antara lain bersumber dari:
a. Cabang a. communicans posterior
b. Cabang a. cerebri posterior
c. Cabang a. basilaris
*ketiganya merupakan penyusun circulus arteriosus Willisi Vena : v.
thalamostriata dan v. Choroidea
5. Aliran limfe
6. Inervasi
Hubungan-hubungan saraf aferen hypothalamus
a. Aferen somatik dan visceral : sensasi pengecap
b. Aferen visual : meninggalkan chiasma opticum  suprachiasmaticus
c. Penghidu
d. Aferen auditorik
e. Serabut corticohypothalamicus: lobus frontalis cortex cerebri hypothalamus
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
100
f. Serabut hipocampohypothalamicus: hippocampus fornix  corpus mammillare
g. Serabut amygdalohypothalamicus: complex amygdaloideus  stria
terminalisinferior nukleus inferior lentiformis
h. Serabut thalamohypothalamicus: dari nuklei talamus
i. Serabut tegmentalis

Hubungan-hubungan saraf eferen hypothalamus


- Serabut descendens ke batang otak dan medulla spinalis
- Turun melalui formatio reticularis  N. III, N. VII, N. IX, N. X
- Turun melalui formatio reticularis  simpatis: T1-L2; paarasimpatis: S2-S4 Traktus
mammilothalamicus: corpus mammilare  nucleus anterior thalami  gyrus cinguli
- Traktus ammilotegmentalis: corpus mammilare  formatio reticularis Jaras
multipel ke sistem limbik
7. Fungsi Endokrin Hypothalamus
Fungsi utama adalah untuk mengontrol pengeluaran hormon-hormon hipofisis
anterior. Hormon yang dihasilkan:
a. Thyrotropin-releasing hormone (TRH), berfungsi merangsang pengeluaran
thyroid
b. stimulating hormone (TSH) dan prolaktin
c. Growth hormone-releasing hormone (GHRH), berfungsi merangsang
pengeluaran hormon pertumbuhan
d. Growth hormone-inhibiting hormone (GHIH/somatostatin), berfungsi
menghambat pengeluaran hormon pertumbuhan dan TSH
e. Corticotropin-releasing hormone (CRH), berfungsi merangsang pengeluaran
adrenocorticotropin hormone (ACTH)
f. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH), berfungsi merangsang pengeluaran
follicle stimulating hormone (FSH) dan lutheinizing hormone (LH)
g. Prolactin-releasing hormone (PRH), berfungsi merangsang pengeluaran prolaktin
Prolactin-inhibiting hormone (PIH), berfungsi menghambat pengeluaran prolaktin

8. Jaras Hypothalamohypophysialis
Fungsi jaras ini memungkinkan hypothalamus mempengaruhi aktivitas kelenjar
endokrin.
a. Hypothalamus  hipofisis lobus anterior: pembuluh darah porta (sistem porta
hypothalamus-hypophysis)
b. Hypothalamus  hipofisis lobus posterior: nucleus supraopticus dan
paraventricularis

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


101
Gambar Jaras Hypothalamohypophysialis (Martini, 2012)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


102
B. GLANDULA HYPOPHYSIS
1. Holotopi
Letak: fossa hypophysealis atau sella turcica pada facies superior os. Sphenoidale
2. Bagian-bagian
Terdiri dari :
a. Infundibulum: menghubungkan hypothalamus dengan hipofisis
b. Lobus anterior (adenohipofisis): lobus anterior terbagi lagi menjadi pars
anterior (pars distalis) dan pars intermedia. Terdapat sebuah tonjolan dari pars
anterior, yaitu pars tuberalis.
c. Lobus posterior (neurohipofisis)

Gambar Glandula Hypophysis


3. Sintopi
a. Superior: diaphragma sellae (sekat duramater yang menutup fossa hypophysialis,
daerah yang tidak tertutupi dilalui infundibulum hypophsis
b. Inferior: corpus ossis sphenoidalis (dasar fossa hypophysealis menjadi atap sinus
sphenoidalis
c. Anterior (setinggi infundibulum): chaisma opticum di anterior, sinur
intercavernosus
d. Posterior (setinggi infundibulum): tuber cinereum eminentia mediana dan corpus
mamillaris, sinus intercavernosus, dorsum sellae, a. basilaris, pons
e. Lateral: sinus cavernosus dan isinya berupa arteri carotis interna yang kemudian
berlanjut menjadi a. cerebri media, N. III, N. IV, N. V(1), N. V(2), dan N. VI

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


103
Gambar Sintopi Glandula Hypophysis (Hansen, 2010)

4. Vaskularisasi
Arteri hypophysealis superior et inferior (cabang a. carotis interna)
Vena bermuara ke sinus intracavernosus
5. Aliran Limfe
6. Inervasi
7. Fungsi Hypophysis
Tabel 1. Hormon-hormon glandula hipofisis
a. Lobus anterior
No Hormon Target Hormon yang di
hasilkan
a. TSH Tiroid T3 dan T4
(Thyroid Stimulating
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
104
Hormone)
b. ACTH Korteks glandula Hormon glukokortikoid
(Adrenocorticotropic adrenal
Hormone)
c. FSH ♀ Ovarium Estrogen, progesterone
(Follicle Stimulating dan inhibin
Hormon) ♂ Testis Testosteron dan inhibin

d. LH ♀ Ovarium Estrogen, progesterone


(Luitenizing Hormon) dan inhibin
♂ Testis Testosteron dan inhibin

e. PRL (Prolaktin) Mammae Fungsi perkembangan


mammae
f. GH Seluruh tubuh Fungsi pertumbuhan
(Growth Hormone) Hati Hormon somatomedin
MSH (Melanocyte Merangsang produksi
g. Kulit
Stimulating Hormone) melanin di kulit
b. Lobus posterior
No HORMON TARGET
a. Oksitosin ♂ Otot polos ductus deferens
Glandula prostata
♀ Otot polos uterus
Glandula mammae
Retensi urin (meningkatkan reasorbsi
b. Vasopresin / ADH Ginjal air)
Arteri
(Anti Diuretic ol Vasokonstriksi pembuluh darah
Hormone)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


105
C. GLANDULA PINEAL
1. Holotopi
Terletak di linea mediana. Pada aspectus posterior tampak di antara/setinggi
colliculus superior corpora quadrigemina tectum mesenchepalii. Pada aspectus lateral
tampak di ujung dorsocaudal ventriculus tertius, antara splenium corpus callosi dengan
colliculus superior corpora quadrigemina tectum mesenchepali
2. Fungsi Endokrin  Menghasilkan hormon melatonin
Fungsi hormon melatonin:
a. Menghambat fungsi reproduksi
Melatonin berperan dalam menentukan onset maturasi seksual manusia. Pada usia
anak-anak hingga pubertas, kadar melatonin dalam tubuh manusia cenderung
tinggi, kadar melatonin yang tinggi akan menghambat sekresi GnRH sehingga
ikut menghambat fungsi seksual manusia. Pada saat pubertas, kadar melatonin
akan menurun sehingga menyebabkan dimulainya maturasi seksual manusia.
b. Melindungi kerusakan oleh karena radikal bebas
Melatonin merupakan antioksidan yang sangat efektif, melatonin melindungi
sistem saraf pusat dari radikal bebas seperti NO dan H2O2
c. Mengatur irama sirkardian
Aktifitas glandula pineal bersifat siklik. Pada keadaan gelap, kadar melatonin akan
meningkat, begitu juga sebaliknya. Keadaan ini dikarakterisasikan dengan
perubahan mood, kebiasaan makan, dan pola tidur.Pada usia pertengahan,
glandula pineal pada manusia akan mengalami kalsifikasi

Gambar Glandula Pineal

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


106
D. GLANDULA THYROIDEA
1. Holotopi dan struktur
 Terletak di anterior dan lateral trakea
 Di sekitarnya terdapat 2 cartilago, yaitu cartilago tyroidea dan cartilago trachealis
 Berbentuk seperti huruf H
 Terbagi menjadi 2 lobus, yaitu lobus dextra et sinistra yang dihubungkan oleh
isthmus glandula thyroidea
 Lobus thyroid dextra et sinistra terletak sepanjang cartilago thyroidea sampai
dengan cartilago trachea 4-5
 Isthmus glandula thyroidea terletak sepanjang cartilago trachealis 2 - cartilago
trachealis 3
 Bisa terdapat variasi kongenital
berupa:
a. Terdapatnya lobus pyramidalis
(lobus Lalouette), biasanya
linea mediana atau lebih sering
pada bidang paramedian
sinistra dengan basis pada
isthmus dan apex pada linea
mediana/paramedian, menuju
posterior os hyoid.
b. Ductus thyroglossus persisten,
yaitu saluran penghubung
glandula thyroid dengan
foramen caecum lingua yang
masih patent. Gambar Anatomi Glandula
Thyroid (Bodnar, et al., 2015)
 Setiap lobus glandula thyroidea dilapisi oleh fascia propria (true capsule) dan di
superfisialnya terdapat fascia pretracheales (false capsule) yang menutup seluruh
permukaan superficial dan profundal glandula thyroid dan parathyroid serta
struktur laryng dan trachea di sekitarnya. Di posterior oesophagus, fascia ini
berhubungan dengan fascia buccopharyngeal.
 Fascia pretracheale dan fascia buccopharyngeal disebut fascia cervicalis
profunda. Struktur dan perlekatan keduanya memungkinkan glandula thyroid
bergerak naik turun sesuai gerakan faring dan laryng, misal saat menelan.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


107
Gambar Fascia pada leher (Hansen, 2010)

2. Sintopi
 Anterior: M. sternohyoideus, M. sternothyroideus, M. Sternocleidomastoideus,

M.omohyoideus
 Posterolateral: a. carotis communis, n. Vagus, v. jugularis interna yang ketiganya

terbungkus dalam fascia tersendiri, yaitu vagina caroticum
 Medial: laryng, trachea, oesophagus. Pada kedua aspectus medialis, antara
glandula thyroid dengan laryng dan trachea, dari superior berjalan n. Laryngeus
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
108
superior ramus externus yang berjalan bersama a. Thyroidea superior dan dari
inferior berjalan n. Laryngeus recurrent (n. Laryngeus inferior) yang berjalan
bersama a. Thyroidea inferior. Lesi struktur saraf ini saat thyroidektomi

berdampak pada fungsi laryng, misal parau akibat paralisis ligamentum vocalis.

3. Vaskularisasi
Arteri utama: a. thyroidea superior, a. thyroidea inferior, dan kadang-kadang a.
thyroidea ima
Vena-vena dari glandula thyroidea antara lain v. thyroidea superior, media, et inferior

Gambar Vaskularisasi Arteri dan Vena Glandula Thyroidea


4. Inervasi
a. Asal : ganglion cervicale superius, media, et inferius
b. Ganglion cervicale superius: setinggi C1 – C2
c. Ganglion cervicale medius: terletak di anterior a. thyroidea inferior setinggi
cartilage cricoidea dan proc. transversus vertebrae cervicalis IV
d. Ganglion cervicale inferius: terletak di depan proc. transversus vertebrae
cervicalis VII, tepat di atas collum costae I, posterior terhadap a. vertebralis.
e. Saraf-saraf tersebut mencapai glandula thyroid melalui n. cardiacus, n. laryngeus
superior, dan n. laryngeus inferior, serta nervus-nervus sepanjang a. thyroidea
5. Aliran Limfe
Pembuluh limfe kelenjar thyroid melintas di dalam jaringan ikat antar lobulus dan
berhubungan dengan anyaman pembuluh limfe kapsular. Dari sini pembuluh limfe
menuju ke lymphonodi cervicalis anterior profunda prelaryngealis, lymphonodi
cervicalis anterior profunda pretrachealis dan lymphonodi cervicalis anterior profunda
paratrachealis. Di sebelah lateral, pembuluh limfe mengikuti vena thyroidea superior
dan melintas ke lymphonodi cervicalis profunda.
6. Fungsi Endokrin
Hormon yang dihasilkan:
a. Hormon triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4) Fungsi hormon:
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
109
- Mengatur pertukaran zat/metabolisme tubuh (mengatur Basal Metabolism
Rate)
- Mengatur pertumbuhan jasmani dan rohani
b. Hormon kalsitonin
Fungsi hormon: menurunkan konsentrasi kalsium plasma
Aplikasi klinis
Hipofungsi: kretinismus, penyakit miksedema
Hiperfungsi: eksotalmigoiter, Grave’s disease

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


110
E. GLANDULA PARATHYROIDEA
1. Holotopi dan morfologi
 Bentuk bulat lonjong, diameter terpanjang 6 mm
 Jumlah 4 buah
 Terletak di margo posterior glandula thyroidea. 
 Posisi gl. Parathyroidea superior konstan : tengah margo posterior lobus glandula
thyroidea & dorsal n. laryngeus recurrens. 
 Posisi gl. Parathyroidea inferior dapat terletak dalam/luar/belakang caps. gl.
thyroidea & ventral n.laryngeus recurrens 
2. Vaskularisasi
Dari A. thyroidea superior cabang A. carotis interna dan A. throidea inferior cabang
A. subclavia.
Aliran vena menuju ke V. thyroidea superior, V. thyroidea media, V. thyroidea
inferior.

Gambar Glandula Thyroidea dan Parathyroidea (Hansen, 2010)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


111
3. Inervasi
Ganglion symphaticum cervicale superius atau ganglion symphaticum cervicale
medius.
4. Aliran Limfe
Nodi lymphoidei cervicales anteriores profundi paratracheales dan nodi lymphoidei
cervicales profundi
5. Fungsi Endokrin
Menghasilkan hormon parathormon (PTH) yang berfungsi meningkatkan kadar
kalsium dalam darah (meningkatkan resorpsi/ambilan kalsium dari tulang) serta
mengatur kadar fosfat dalam darah.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


112
F. GLANDULA THYMUS
1. Holotopi
Terletak di dalam rongga mediastinum anterior dan mediastinum superius, antara
sternum dan pericardium
2. Sintopi
- Anterior : os sternum
- Posterior : Vena cava superior, Arcus aorta, Trachea, Arteri et vena subclavia,
Nervus vagus Jembatan keledai sintopi posterior
VATAN
- Superior : glandula thyroidea
- Posteroinferior : cor
- Lateral : pleura, pulmo dextra et sinistra
3. Skeletopi  Os sternum terdapat di anterior dari thymus
4. Morfologi
 Bentuk pipih berlobus 2
 Dijumpai pada anak-anak di bawah usia 18 tahun, selanjutnya akan mengalami
rudimenter
5. Vaskularisasi
dari A. throidea inferior dan A. thoracica interna, V. thyroidea inferior, V.
brachiocephalica sinistra, V. thoracica interna

Gambar Vaskularisasi Thymus (Moore, 2014)


6. Aliran limfe
Aliran limfe dari thymus bermuara ke limfe nodi parasternalis, brachiocephalicus,
tracheobronchial
7. Inervasi
Nervus vagus, nervus phrenicus, ansa cervicalis
8. Fungsi Endokrin
9. Menghasilkan hormon timosin Fungsi hormon timosin:
a. Mengaktifkan pertumbuhan badan
b. Mengurangi aktifitas glandula kelamin
c. Mengatur kadar limfosit
*Glandula thymus juga berfungsi sebagai tempat maturasi sel-sel limfosit
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
113
Gambar Thymus Dilihat dari Anterior
Aplikasi klinis: Thymectomy

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


114
G. GLANDULA ADRENAL/SUPRARENAL
1. Morfologi
- Berjumlah 2 buah, yaitu glandula suprarenal dextra (bentuk seperti piramida)
dan glandula suprarenal sinistra (bentuk semilunar).
- Mempunyai capsula, cortex dan medulla
2. Holotopi dan Sintopi
- Terletak di retroperitoneal, superomedial ren dextra et sinistra yang terbungkus
fascia renalis, dipisahkan oleh sekat jaringan areolar/adiposa tipis (glandula
suprarenalis melekat lebih erat dengan fascia renalis yang melekat pada crus
diafragma).
- Posisi ren dextra yang lebih inferior menyebabkan glandula suprarenal dextra
terletak lebih inferior dibandngkan glandula suprarenal sinistra
- Glandula suprarenal dextra  menutupi polus superior ren dextra, antara lobus dextra
hepar di lateral dan crus dextra-diafragma, serta vena cava inferior di medial. Posisi
yang “terjepit” ini menghasilkan bentuk piramid pada glandula suprarenalis dextra
- Glandula suprarenal sinistra  berbentuk semilunar membentang di sepanjang
margo medialis ren sinistra dari polus superior ren sinistra hingga hillum renalis.
Terletak di belakang pankreas, bursa omentalis, gaster, aspek posterior diafragma.
3. Perbedaan Glandula Suprarenales Dextra et Sinistra
Glandula Suprarenalis Dextra Glandula Suprarenalis Sinistra
Bentuk piramidalis Bentuk semilunaris
Ukuran lebih tebal Ukuran lebih kecil
Lebih besar Lebih tipis
Letaknya lebih rendah Letaknya lebih tinggi
V. suprarenalis dextra bermuara V. suprarenalis sinistra bermuara ke V.
langsung ke renalis sinistra lalu bermuara ke V. cava
V. cava inferior inferior
4. Skeletopi
Glandula suprarenal dextra terletak setinggi L1 di dalam fascia renalis
5. Vaskularisasi
Arteri
Dari A. suprarenalis superior, cabang A. phrenica inferior
Dari A. suprarenalis media, cabang aorta descendens pars abdominalis
Dari A. suprarenalis inferior, cabang A. renalis
Vena suprarenalis dextra bermuara ke vena cava inferior, vena suprarenalis sinistra
bermuara ke vena renalis sinistra

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


115
Gambar Glandula Suprarenal dan Vaskularisasi (Hansen, 2010)
6. Inervasi
Percabangan n. Sphlancnici abdominalis (terutama serabut simpatis preganglioner dari
neuron di cornu intermediolateral (IML) medulla spinalis segmen Thoracalis 10 s.d
Lumbalis 1, selanjutnya :
a. Mensuplai ganglion prevertebralis (coeliacus, aorticorenal, renalis):
- Bersinaps, serabut post ganglion mensuplai struktur vaskuler cortex dan
medulla adrenal
- Tidak bersinaps, langsung menuju (mengeluarkan asetilkolin langsung kepada)
sel-sel kromafin di medulla adrenal

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


116
Gambar Glandula Suprarenal (Inervasi) (Hansen, 2010)

7. Aliran Limfe
Aliran limfe dari glandula suprarenal akan bermuara ke limfe nodi lumbalis (aortici
lateralis)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


117
Gambar Aliran Limfe Glandula Suprarenalis (Moore, 2014)

Fungsi Endokrin
Hormon Fungsi
Cortex (Mesoderm)
Mineralocorticoid/aldosteron (zona Mengatur keseimbangan air, elektrolit,
glomerulosa) dan garam-garam
Glucocorticoid/hidrocortison (zona Mengatur/mempengaruhi metabolisme
fasciculata) karbohidrat dan meningkatkan sintesis
glukosa dan glikogen terutama di hati.
Antiinflamasi.
Gonadocorticoid/androgen (zona Mempengaruhi karakteristik seksual
reticularis)
Medulla (Ectoderm)
Epinephrine/Adrenalin Membantu metabolisme karbohidrat
dengan jalan menambah pengeluaran
glukosa dari hati untuk memproduksi
ATP serta efek simpatis
Norepinephrine/Noradrenalin Meningkatkan tekanan darah dengan
jalan merangsang serabut otot di dalam
dinding pembuluh darah untuk
berkontraksi

Aplikasi Klinis
Hipofungsi: penyakit Addison
Hiperfungsi: kelainan mirip tumor suprarenal bagian korteks

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


118
H. PANCREAS
Holotopi
Pancreas terletak melintang miring dari regio epigastrium hingga hypocondriaca sinistra
Morfologi
 Pancreas merupakan organ lunak, berlobus, berbentuk memanjang seperti
huruf C.
 Pancreas terdiri dari 2 kelenjar : 1% kelenjar endokrin dan 99% kelenjar
eksokrin.
Sintopi
Anterior: colon transversum dan perlekatan mesocolon transversum, bursa omentalis
(cavum peritonei minor), dan gaster
Posterior: ductus choledocus, vena porta hepatica dan vena lienalis, vena cava inferior,
aorta, arteri mesenterica superior, musculus psoas mayor sinistra, glandula suprarenalis
sinistra, ren sinistra.
Skeletopi
Setinggi vertebrae lumbalis I dan II
Struktur-struktur
1. Bagian-bagian pankreas
a. Caput pancreas
 Terdapat processus uncinatus (uncus)
 Batas: vena cava inferior, arteri renalis dextra, vena renalis dextra
et sinistra, ductus choledocus
b. Collum pancreas
Batas: arteri vena mesenterica superior, peritoneum, pylorus
c. Corpus pancreas
Batas: aorta, vertebrae L2, peritoneum, arteri mesenterica superior, glandula
suprarenalis sinistra, ren sinistra
d. Cauda pancreas
Merupakan bagian ekor pankreas, berfungsi sebagai kelenjar endokrin dan
eksokrin
2. Pulau Langerhans
- Merupakan kelenjar endokrin
penghasil hormon
- Terletak di daerah cauda pancreas
- Terdiri dari
 Sel alpha: Menghasilkan
hormon glucagon, berfungsi
untuk meningkatkan
penguraian glikogen hepar
dan meningkatkan sintesis
glukosa sehingga berefek
meningkatkan kadar glukosa
darah. 
Gambar Pankreas

 Sel beta: Menghasilkan hormon insulin, berfungsi untuk meniadakan
glukosa, memperbesar simpanan lemak dan protein, meningkatkan
penggunaan karbohidrat sel sehingga berefek menurunkan kadar glukosa
darah.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


119
 Sel delta: Menghasilkan hormon somatostatin, berfungsi menghambat
pelepasan hormon insulin dan glucagon, serta memperlambat absorpsi nutrisi
dan sekresi enzim pada traktus gastrointestinal.
 Sel F: Menghasilkan polipeptida pancreas, berfungsi menghambat produksi
somatostatin serta mempengaruhi kontraksi vesical biliaris. 
3. Ductus-ductus
Terdapat dua ductus pada pankreas, yaitu:
o Ductus pancreaticus wirsungi, bersama-sama dengan ductus choledocus dari
vesica billiaris akan bermuara ke papilla duodeni mayor
o Ductus pancreaticus santorini, bermuara ke papilla duodeni minor

Vaskularisasi

Aorta pars
abdominalis
Truncus coeliacus a. mesenterica superior

a. hepatica a. lienalis
communis

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


120
Aliran Limfe
Kelenjar limfe terletak di sepanjang arteria yang memperdarahi pankreas, pembuluh eferen
akhirnya mengalirkan cairan limfe ke limfe nodi coeliaci dan mesenterica superior.

Inervasi Pankreas
Persarafan pancreas berasal dari nervus vagus dan nervus splanchnicus abdominopelvicus.
Persarafan simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus celiacus dan plexus mesentericus
superior.

Aplikasi klinis
Pancreatitis
Pancreatectomy

Gambar Inervasi Pancreas (Hansen, 2010)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


121
I. TESTIS

Morfologi dan holotopi


 Jumlah sepasang, dextra et sinistra
 Terletak di dalam scrotum
 Memiliki ekstremitas superior et inferior, serta margo anterior et posterior
 Testis sinistra lebih rendah daripada testis dextra
 Masing-masing testis dikelilingi oleh tunica albuginea, yaitu capsula fibrosa yang kuat
 Testis terbagi menjadi lobulus-lobulus (lobuli testis)
 Di dalam setiap lobulus terdapat 1-3 tubuli seminiferi yang berkelok-kelok
 Tubuli seminiferi bermuara ke dalam jalinan saluran yang disebut rete testis
 Rete testis kemudian bermuara ke ujung atas epididymis, dihubungkan oleh ductuli
efferentes

Vaskularisasi
Arteri berasal dari arteri testicularis, cabang dari aorta abdominalis
Vena bermuara ke vena testicularis, keluar dari testis membentuk jalinan vena yang disebut
plexus pampiniformis

Innervasi
Saraf autonom testis berasal dari nervus plexus testicularis yang terdiri dari saraf parasimpatis
dan serabut aferen visceral dan saraf simpatis berasal dari T10-T11.

Aliran Limfe
Pembuluh-pembuluh limfe berjalan ke atas di dalam funiculus spermaticus dan berakhir di
nodi lymphoidei lumbales/paraaortici.

Fungsi Endokrin
 Testis merupakan organ endokrin dan eksokrin
 Sebagai organ endokrin, testis memiliki sel-sel interstisial leydig yang berfungsi
untuk menghasilkan hormon-hormon seks pria (androgen).

Aplikasi Klinis

Gambar Torsio Testis (Moore, 2014)


Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
122
Gambar Testis (Hansen, 2010)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


123
J. OVARIUM

Morfologi dan holotopi


 Jumlah sepasang, dextra et sinistra dan berbentuk oval berukuran 4 x 2 cm
 Terletak di depan dinding lateral pelvis, pada lekukan fossa ovarica. Fossa ovarica di
sebelah superiornya dibatasi oleh arteri dan vena iliaca externa, serta di pesteriornya
dibatasi arteri dan vena iliaca interna.
 Ovarium dikelilingi oleh capsula fibrosa tipis yang disebut tunica albuginea, bagian
luarnya dibungkus oleh epitel germinativum.
 Ovarium difiksasi oleh beberapa ligamentum penggantung, yaitu:
a. Ligamentum ovarii proprium (ovarian ligament), untuk fiksasi
ovarium dengan pinggir lateral uterus.
b. Ligamentum suspensorium ovarii (suspensory ligament), untuk fiksasi
ovarium dengan dinding lateral pelvis.
c. Mesovarium/mesosalphinx, untuk fiksasi ovarium dengan tuba utrina.
Vaskularisasi
 Arteri berasal dari arteri ovarica, cabang dari aorta abdominalis
 Vena berasal dari vena ovarica dextra yang bermuara ke vena cava inferior dan vena
ovarica sinistra yang bermuara ke vena renalis sinistra.
 Vv. Ovarica keduanya berada di dalam Lig. Suspensorium ovarii dan terhubung ke ovarium
melalui hillum ovarii, dimana ovarium menempel pada mesovarium.
Aliran Limfe
Pembuluh limfe ovarium mengikuti a. ovarica dan mengalirkan limfe ke nodi paraaortici
Inervasi
Inervasi ovarium berasal dari plexus aorticus dan pleksus uterina
Fungsi Endokrin
Ovarium merupakan organ endokrin sekaligus eksokrin karena menghasilkan ovum, hormon
esterogen, dan hormon progesteron.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


124
Gambar Uterus dan Adneksa (Hansen, 2010)

Gambar Organ Viscera Pelvis Wanita (Hansen, 2010)

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


125
DAFTAR PUSTAKA

Baehr, M. dan Froetscher. M. 2005. Duus Topical Diagnosis in Neurology. 4th edition. Stutgart:
Thieme.

Guyton, A.C. dan H.E. Hall. 1997. Neurofisiologi Penglihatan Sentral. Dalam: Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Judana, A., Santoso D, Kusumoputro S. 1978. Saraf-Saraf Otak. Dalam: Pedoman Praktis
Pemeriksaan Neurologi. Penerbit Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. Halaman 10 – 21.

Mangunkusumo, E. 2002. Gangguan Penghidu. Dalam: Buku Ajar ilmu Kesehatan Telinga
Hidung dan Tenggorokan Edisi Keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta. Halaman 132 – 133.

Mardjono, M. dan Sidharta P. 2000. Saraf Otak dan Patologinya. Dalam: Neurologi Klinis
Dasar. Penerbit PT. Dian Rakyat, Jakarta. Halaman 114 – 82.

Moore, K.L., Daley, A.F., dan Agur, A.M. 2014. Clinically Oriented Anatomy. 7th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Ngoerah, I. Gusti Ng. Gd. 1990. Nervi Kranialis. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf.
Penerbit Universitas Airlangga. Surabaya. Halaman 103 – 130.

Saladin, K. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function. Philadelphia:
McGraww-Hill.

Paulsen, F. dan J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 1995. Pemeriksaan Saraf Kranial. Dalam:
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. Halaman 945 – 946.

Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman


126
Departemen Anatomi – Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman
127

Anda mungkin juga menyukai