F, anak laki-laki, 22 bulan, BB: 4,8 kg, PB: 60 cm, di bawa ke RS karena tidak mau makan.
Orang tua An. F khawatir karena badan anaknya semakin lama semakin kurus. Selama ini
berat badannya selalu di bawah garis merah berdasarkan KMS. Saat ini anak tampak
lemas, sangat kurus, mata cekung, perut,muka dan kaki kelihatan semakin membesar,
rambut tipis, mudah rontok dan bibir kering. Menurut ibu, An.F juga sering diare. Saat ini
An.F belum bisa berjalan, dan belum bisa duduk. An.F adalah anak ke-5 dari 5 bersaudara.
Ibu F mengatakan bahwa pertumbuhan An.F lebih lambat dibandingkan dengan kakaknya.
Pendidikan terakhir orangtua An.F adalah SD, ayah bekerja sebagai buruh dan ibu tidak
bekerja. Waktu lahir berat badan An.F 2kg dan panjang badan 40cm, lahir spontan ditolong
oleh bidan. Sejak lahir anak diberi ASI saja selama 6 bulan dan setelah itu diberi makanan
pendamping ASI seadanya, tidak diberi susu formula. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
anak apatis, konjungtiva palpebra anemis, wajah tampak seperti orangtua. Rambut
kemerahan dan mudah dicabut, perut buncit, otot-otot kaki atrofi, edema tibia (+), crazy
pavement dermatosis(+), baggy pants(+). Dokter kemudian mencoba memberi tahu status
gizi anak dengan menggunakan standar antropometri penilaian status gizi anak(WHO-
NCHS dan CDC). Apa yang terjadi pada An.F? Bagaimana penatalaksanaannya?
KLARIFIKASI ISTILAH
IDENTIFIKASI MASALAH
ANALISIS MASALAH
1. Apa makna klinis An.F 22 bulan dengan BB 4.8 kg dan PB=60 cm ? Jawab :
An. F mengalami gizi buruk. Anak usia 22 bulan dengan BB 4 kg dan PB 60
cm, merupakan suatu keadaan yang abnormal, yang menndakan adanya gangguan
dalam pertumbuhan tubuh anak. Dilihat dari BB anak saat usia 22 bulan seharusnya
mencapai ± 8 kg dan PB anak normalnya
± 72 cm. Jumlah ini diperoleh dari tabel pola pertumbuhan fisik dinama berat badan
Anak saat usia 22 bulan atau mendekati 24 bulan BB anak adalah berat lahir berlipat
4 (bl anak 2 kg) jadi 2kg dikalikan 4 sama dengan 8 kg. Sedangkan panjang badan
saat akhirtahun pertama akan bertambah 50% dari PB (PB anak 40 cm, 50% nya =
20 cm) dan saat memasuki tahun kedua panjang badan anak akan bertamah 5
inchi / 12
cmjadi kira-kira panjang badan anak = 40 +20+12 cm = 72 cm.
Sumber: M.abraham rudolph dkk. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Edisi 20
.volum 1. EGC. Jakarta.
Sumber :
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013. Kurva Pertumbuhan WHO diakses tanggal 28
November 2016 pukul 20.05 WIB melalui
http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-chart/kurva- pertumbuhan-who
7. Bagaimana cara membaca kartu KMS yang baik dan benar ? Jawab
:
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan
normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menuru tumur. Cara
menggunakan KMS :
La ngkah-langkah pengisian KMS adalah sebagai berikut :
1. M emilih KMS sesuai jenis kelamin S.
KMAnak Laki-Laki untuk anak laki-l aki dan KMS Anak Perempuan untuk an
2. M ak perempuan. apadahalamanmuka KMS.
engisiidentitasanakdan orang tu
Contoh, catatan data
identitas Aida Fitri adalah
sebagai berikut
b. Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu Jika bulan sebelumnya anak
ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan lalu dengan bulan ini dalam bentuk
garis lurus.
9.
Isi kolom Pemberian ASI
Eksklusif Beri tanda (√) bila
pada bulan tersebut bayi
masih diberi ASI saja, tanpa
makanan dan minuman lain.
Bila diberi makanan lain selain
ASI, bulan tersebut dan
bulan
berikutnya diisi dengan
tanda (-).
SUMBER :
8. Apa makna klinis dan mekanisme dari semua keluhan dan symptoms yang dialami
An.F ?
Jawab :
Apatis : An. F mengalami malnutrisi,dimana kadar kalori dan protein berkurang
didalam tubuh sehingga glukosa darah berkurang. Asupan glukosa ke otak pun
berkurang sehingga terjadi gangguan metabolisme di
otak dan terjadi penurunan kesadaran.
Konjungtiva palpebra anemis : An. F mengalami malnutrisi karena intake makan
berkurang kedalam tubuh termasuk vitamin dan mineral seperti Fe, As. Folat, dan
vitamin. Kurangnya vitamin dan mineral inilah yang menyebabkan aliran darah ke
konjungtiva berkurang sehingga
didapatkan konjungtiva anemis.
Wajah seperti orang tua : karena intake makanan yang berkurang tubuh
mengambil energi dari cadangan makanan lemak dan protein untuk diubah menjadi
glukosa melalui proses glukoneogenesis. Pada hal ini lemak dibawah kulit wajahnya
berkurang dan wajah tampak seperti orang
tua.
Rambut tipis dan rontok : karena kekurangan protein, vitamin A,C, E yang
merupakan nutrisi penting pada rambut. Protein berguna untuk regenerasi dan
pembentukan jaringan rambut. Vitamin C akan digunakan untuk reduksi prolin
menjadi hidroksi prolin untuk pembentukan kolagen. Penurunan serum asam amino
esensial dan non esensial akan menurunkan sekresihidroksi prolin yang digunakan
unruk pembentukan
kolagen sehingga rambut mudah dicabut dan rontok.
Perut, muka dan kaki membesar: asupan asam amino yang tidak memadai dari
protein dapat mengganggu sintesis albumin serta protein lain oleh hati sehingga
menyebabkan hipoalbuminemia yang berdampak pada penurunan konsentrasi
protein plasma sehingga tekanan onkotik menurun yang mengakibatkan
peningkatan filtrasi kapiler diseluruh tubuh sehingga menyebabkan keluarnya cairan
plasma menuju jaringan. Cairan
plasma terakumulasi dalam jaringan akan mengakibatkan terjadinya
oedem.
Atrofi otot : Malnutrisi menyebabkan gangguan metabolisme sehingga
sel-sel otot kekurangan nutrisi terjadi apoptosis lalu terjadi atropi otot.
Crazy pavement dermatosis : Karena ketika terjadi defisiensi protein dalam jumlah
yang tinggi dan jangka waktu yang lama akan menyebabkan crazy pavement (+).
Selain itu karena gizi buruk akibat kurang nya mikro nutrient berupa Zn sehingga
adanya penekanan dan
diikuti pelembapan oleh keringat dan terjadi Crazy Pavement Dermatosis.
Baggy pants : Kurang asupan makanan (karbohidrat) menyebabkan pemecahan
sumber enargi lemak dan protein (glukoneogenesis) pada jaringan lemak menjadi
asam lemak, gliserol dan badan keton sehingga lemak yang banyak di pantat
berkurang karena itulah terjadi baggy pants.
Sumber :
11. Mengapa An.F belum bisa duduk dan berjalan pada usia 2 bulan serta apa
kemungkinan penyebab ?
Jawab :
An. F mengalami malnutrisi sehingga intake makanan akan menurun ,
memacu tubuh untuk melakukan glukoneogenesis, proteolisis, lipolisis
sehingga cadangan lemak dan protein berkurang. Cadangan lemak dan
protein berkurang tersebut akan menyebabkan atropi otot sehingga An. F
tidak bisa berjalan dan
duduk.
Sumber : Guyton, Arthur and Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC
12. Apa saja faktor penyebab pertumbuhan An.F lebih lambat dari saudaranya
?
Jawab :
Berdasarkan scenario, an.F Malnutrisi intake menurun glukoneogenesis,
proteolisis, lipolisis, cadangan lemak dan protein berkurang atropi otot tidak
bisa duduk dan berjalan sehingga lebih
lambat dari saudaranya.
Faktor-faktor penyebab pertumbuhan lambat
Faktor heriditer/ genetic
Faktor heriditer Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada
individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan
secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif,
psikososial maupun spiritual. Merupakan faktor keturunan secara genetik dari orang
tua kepada anaknya. Faktor ini tidak dapat berubah sepanjang hidup manusia, dapat
menentukan beberapa karkteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata,
pertumbuhan fisik, dan beberapa keunikan sifat dan sikap tubuh seperti temperamen.
Faktor ini dapat ditentukan dengan adanya intensitas dan kecepatan dalam
pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur
pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Potensi genetik yang berkualitas
hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan yang positif agar memperoleh hasil
yang optimal.
Faktor Lingkungan/ eksternal
Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap hari mulai lahir
sampai akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapinya atau tidak potensi
yang sudah ada dalam diri manusia tersebut sesuai dengan genetiknya. Faktor
lingkungan ini secara garis besar dibagi
menjadi 2 yaitu :
-Lingkungan pranatal (faktor lingkungan ketika masihdalam kandungan). Faktor
pranatal yang berpengaruh antara lain gizi ibu pada waktu hamil, faktor mekanis,
toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress,
imunitas, dan anoksia embrio.
-Lingkungan postnatal ( lingkungan setelah kelahiran ). Lingkungan
postnatal dapat di golongkan menjadi :
1. Lingkungan biologis, meliputi ras, jenis kelamin, gizi, perawatan
kesehatan, penyakit kronis, dan fungsi metabolisme.
2. Lingkungan fisik, meliputi sanitasi, cuaca, keadaan rumah, dan radiasi.
3. Lingkungan psikososial, meliputi stimulasi, motivasi belajar, teman
sebaya, stress, sekolah, cinta kasih, interaksi anak dengan orang tua.
4. Lingkungan keluarga dan adat istiadat, meliputi pekerjaan atau
pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, stabilitas rumah tangga, kepribadian
orang tua.
Faktor Status Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Anak yang
lahir dan dibesarkan dalam lingkungan status sosial yang tinggi cenderung lebih
dapat tercukupi kebutuhan gizinya dibandingkan dengan
anak yang lahir dan dibesarkan dalam status ekonomi yang rendah.
Faktor nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang kelangsungan proses
tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat
gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan
tersebut tidak di penuhi maka
proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat.
Faktor kesehatan
Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang. Pada
anak dengan kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh kembang sangat
mudah. Namun sebaliknya, apabila kondisi status
kesehatan kurang baik, akan terjadi perlambatan.
Sumber : Price, Sylvia A. And Lorraine M.Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC
13. Apakah hubungan keluhan dengan status sosial ekonomi keluarga An.F ?
Jawab :
a. Pola makan (Makanan pendamping ASI seadanya)
Protein dan karbohidrat adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh
dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup,
tidak semua makanan mengandung protein/ asama amino yang memadai. Bayi
yang masih menyusui umumnya mendapat protein dari ASI yang diberikan
ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain
(susu, telur, keju, tahu dan lain-lain ) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting
terhadap terjadinya kwashiorkor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan
pengganti ASI.
b. Faktor sosial budaya (ayah bekerja sebagai buruh)
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial
dan politik yidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan
makanan tertentu dan sudah berlangsung turun-
temurun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya gizi buruk.
c. Faktor ekonomi (Penghasilan seadanya)
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat
dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan
proteinnya.
d. Faktor pendidikan orangtua (orang tuan An. F hanya tamat SD) Pendidikan
orangtua yang rendah membuat ketidaktahuan orangtua
akan kebutuhan gizi anaknya.
Nelson. 2000.IlmuKesehatanAnak. Jakarta: EGC.
Sumber :
1. Anonym. 2011. Panjang Badan Bayi Usia 0-12 Bulan [Diakses tanggal 29 november
2016 dari URL http://www.ibudanbalita.com/diskusi/PANJANG- BADAN-BAYI-USIA-
0-12-BULAN]
Anonym. Berat Badan Bayi Menurun, Normalkan? [Diakses tanggal 29 November
2016 dari URL http://www.bidanku.com/berat-badan-bayi-
menurun-normalkah]
15.Apakah ada hubungan Panjang badan lahir dengan intrauterina fetal
retardation ?
Jawab :
Pertumbuhan janin terhambat merupakan suatu bentuk deviasi atau reduksi
pola pertumbuhan janin. Yang terjadi pada IUGR adalah proses patologi yang
menghambat janin mencapai potensi pertumbuhannya. Intra Uterine Growth
Restriction (IUGR) merupakan suatu keadaan dimana janin tidak mampu
berkembang sesuai dengan ukuran normal akibat adanya gangguan nutrisi dan
oksigenase, atau dengan kata lain suatu keadaan yang dialami bayi dengan berat
badan lahir dibawah batasan
tertentu dari umur kehamilannya.
Menurut Gordon (2005), pertumbuhan janin terhambat (Intrauterine growth
restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari
standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering
diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational age).
Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya
janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan
yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu)
atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu). Bila berada di bawah
presentil ke-7 maka disebut small for gestational age (SGA), di mana bayi
mempunyai berat badan kecil yang tidak menimbulkan
kematian perinatal.
Penyebab multifaktor dari IUGR ini disebabkan oleh tiga kemungkinan yaitu
gangguan fungsi plasenta, faktor ibu ; dimana berkurangnya suplai oksigen atau
asupan gizi, faktor janin; dimana penurun kemampuan janin untuk menggunakan
asupan gizi. Plasenta memainkan peranan penting dalam dua kategori yang
pertama. Perkembangan abnormal, berkurangnya perfusi, dan disfungsi vili – vili
plasenta sering mengakibatkan IUGR, khususnya pada tipe simetris. Pada plasenta
dari ibu dengan hipereklamsi terjadi invasi sitotrofoblas yang dangkal pada rahim dan
diferensiasi sitotrofoblas yang abnormal.
Kegagalan invasi sitotrofoblas ini akan mencegah remodeling desidual distal
menyebabkan berkurangnya perfusi maternal-vili plasenta, hipoksia plasenta
setempat yang akan mengakibatkan terjadinya IUGR. Disfungsi vili plasenta yang
disebabkan oleh apoptosis pada trofoblas, stress oksidatif, infark dan kerusakan
sitokinin akan mengakibatkan terjadinya angiogenesis yang tidak menentu pada
plasenta, sehingga menghambat
pemulihan dari plasenta.
Fase hiperplasia dimulai pada awal perkembangan janin, kemudian secara
bertahap terjadi pergeseran ke fase hipertopi. Gangguan pertumbuhan pada
malnutrisi yang terjadi selama fase hiperplasia akan menyebabkan berkurangnya
jumlah sel yang sifatnya permanen (IUGR simetris). Malnutrisi yang terjadi selama
fase hipertropi akan menyebabkan berkurangnya ukuran sel, yang sifatnya reversibel
(IUGR asimetris). Apabila malnutrisi terjadi pada fase hiperplasia dan hipetropi akan
menyebabkan berkurangnya jumlah dan ukuran sel (IUGR kombinasi).
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh
makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi
sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan
nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang
simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi
hiperglikemia pada kehamilan lanjut.
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga
terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran
plasenta yang luas.
Pemberian hanya ASI saja, segera setelah bayi lahir sampai umur 6 bulan tanpa
makanan atau cairan lain termasuk air putih, kecuali obat dan vitamin disebut ASI
eksklusif. Dimana ASI ekslusif berfungsi untuk mencukupi gizi bayi.
Komposisi kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)
Setelah umur 6 bulan, setiap bayi membutuhkan makanan lunak yang bergizi yang
sering disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pada skenario ini An. F
mendapatkan MP ASI seadanya.
Susu formula umum adalah formula yang disediakan untuk bayi sehat maupun sakit
dengan penyakit non metabolik sebagai pengganti ASI.
Susu formula khusus adalah formula yang disediakan untuk bayi atau anak dengan
penyakit metabolik bawaan atau didapat, seperti maldigesti, malabsorbsi, dan gangguan
enzim maupun hormonal.2
Pada kasus ini dengan BB lahir anak yang awalnya 2 kg dimana kemungkinan bayi
lahir prematur atau bisa juga normal berarti telah terjadi kekurangan nutrisi sejak dalam
kandungan. Pemberian konsumsi gizi pada anak yang hanya sebatas ASI dan MP-ASI
seadanya tidak dapat menggantikan kekurangan kalori pada anak. Seharusnya dengan
berat badan lahir kurang tersebut pemberian ASI tidak hanya sampai usia bayi tersebut
6 bulan namun harus diteruskan hingga gizi anak mencukupi dan frekuensi pemberian
ASI juga harus lebih sering dan diberikan dengan menggunakan pipa sonde karena
refleks menghisap pada bayi ini belum berfungsi dengan baik. Juga memberikan MP-ASI
tidak bisa hanya seadanya, pada anak yang BB lahirnya normal MP-ASI diberikan
dengan frekuensi 2-3 kali dalam sehari maka dari itu untuk An. F harus diberikan lebih
sering bisa sampai 5 kali atau lebih dalam sehari.3
Tidak diberikannya susu formula mungkin juga berhubungan dengan status
pekerjaan orang tua dan keadaan ekonomi keluarga dimana susu
formula memang terbilang cukup mahal. Sehingga pada kasus ini anak yang hanya
diberikan ASI selama 6 bulan, seharusnya sebagai pengganti ASI, susu formula perlu
diberikan. Dan juga mengingat BB lahir An. F yang rendah, maka sebaiknya dari lahir
disamping pemberian ASI yang utama, berikan juga susu formula khusus untuk bayi
berat badan lahir rendah, untuk memenuhi kekurangan nutrisi dan mengejar
pertumbuhan agar sesuai dengan pertumbuhan anak lain yang seusianya.3
Sehingga hubungannya dengan keluhan yang dialami An. F adalah An. F telah
mengalami kekurangan gizi sejak lahir dengan pemberian nutrisi yang tidak mencukupi,
dimana setelah 6 bulan kebutuhan nutrisi bayi akan meningkat. Kebutuhan nutrisi nya
tidak tercukupi hanya dari ASI saja. Sekitar 70% tercukupi dari ASI dan 30% nya dari
makanan pendamping.
Sumber:
2. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
3. Suraatmaja S. 1997. Aspek Gizi Air Susu Ibu. Jakarta: EGC.
17.Apa MPASI yang tepat diberikan pada anak sesuai usianya ?
Jawab :
0-6
6-9
9-12
12-24
1
/2 dari mangkuk ukuran 250 ml tiap
kali makan.
9-12 bulan 3-4x makanan lembik + 1- 1
/2 mangkuk ukuran 250 ml
2x makanan selingan + ASI
3
12-24 bulan 3-4x makanan keluarga + 1-2x /4 mangkuk ukuran 250 ml
makanan selingan
+ ASI
Bentuk MP-ASI :
Sumber :
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang hal 76 diakses
tanggal 28 November 2016 pukul 20.30 WIB melalui
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/PGS
%20Ok.pdf
18. Bagaimana cara mengukur status gizi An.F sesuai standar WHO, NHCS dan CDC ?
Jawab :
1) Antropometri WHO
Cara menggunakan kurva pertumbuhan WHO :
1. Tentukan umur, panjang badan (anak di bawah 2 tahun)/tinggi badan
(anak di atas 2 tahun), berat badan.
2. Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva. Garis
horisontal pada beberapa kurva pertumbuhan WHO
menggambarkan umur dan panjang / tinggi badan.
3. Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis vertikal pada
kurva pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat
badan, umur, dan IMT.
4. Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal hingga
mendapat titik temu (plotted point). Titik temu ini merupakan gambaran
perkembangan anak berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.
Laki-laki :
c. 0-5
2. Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO garis ini
diberi angka positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu yang berada jauh dari
garis median menggambarkan masalah pertumbuhan.
3. Titik temu yang berada antara garis z-score -2 dan -3 diartikan di bawah
-2.
4. Titik temu yang berada antara garis z-score 2 dan 3 diartikan di atas 2.
5. Untuk menginterpretasikan arti titik temu ini pada kurva pertumbuhan WHO dapat
menggunakan tabel berikut ini.
Catatan :
1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini tidak masih normal.
Singkirkan kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan tinggi.
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi lebih baik jika
diukur menggunakan perbandingan beratbadan terhadap panjang / tinggi atau IMT
terhadap umur.
3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi lebih. Jika makin
mengarah ke garis Z-skor 2 resiko gizi lebih makin meningkat.
4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek memiliki gizi
lebih.
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI (Integrated
Management of Childhood Illness in-service training. WHO, Geneva, 1997).
SUMBER :
Kurva Pertumbuhan WHO [internet]. 2013 May 13 [cited 2016 Nov 25]. Available from
http://www.idai.or.id/professional-resources/growth- chart/kurva-pertumbuhan-who
1. Pilih kurva pertumbuhan yang cocok berdasarkan usia dan jenis kelamin
anak. Gunakan kurva dibawah ini bagi bayi dan anak yang berusia 0-2 tahun :
WHO Weight-for-age
WHO Length-for-age
WHO Weight-for-length
Gunakan kurva dibawah ini bagian anak dan remaja berusia 2-19 tahun:
CDC Weight-for-age
CDC Stature-for-age
CDC BMI-for-age
2. Setelah memilih kurva dan menulis identitas dan nomor rekam pasien, jika perlu
lengkapi tabel data.
Pertama, rekam informasi mengenai faktor-faktor yang didapat saat kunjungan
awal yang mempengaruhi pertumbuhan.
a. Tuliskan perawakan ibu dan ayah.
b. Tuliskan usia gestasi dalam minggu (abaikan langkah ini jika
menggunakan kurva CDC usia 2-20 tahun).
Selanjutnya, rekam data kelahiran anak (lewati langkah in ijika
menggunakan kurva CDC usia 2-20 tahun).
c. Tuliskan tanggal kelahiran.
d. Tuliskan BB dan PB saat lahir.
e. Tambahkan catatan tambahan (cont. : menyusui)
Rekam informasi yang didapat sewaktu kunjungan
f. Tuliskan tanggal sewaktu kunjungan tsb.
tentukan usia untuk bulan terdekat bagi bayi dan anak-anak yang berusia 2 tahun
hingga ¼ tahun terdekat bagi anak yang berusia 2-20 tahun.
g. Tuliskan usia anak.
h. Tuliskan BB dan PB, setelah diukur.
i. Tambahkan catatan tambahan.
Tabel dikutip
dari
http://www.cdc.gov/NCCdphp/dnpa/growthcharts/resources/growthchart.pdf
SUMBER :
Use and Interpretation of the WHO and CDC Growth Charts for Children from Birth to 20
Years in the United States [internet]. National Center for Chronic Disease Prevention and
Health Promotion Division of Nutrition, Physical Activity, & Obesity. May 2013 [cited 2016
Nov 25]. Available from :
http://www.cdc.gov/NCCdphp/dnpa/growthcharts/resources/growthchart.pdf
Sumber :
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG
DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA (online) diakses dari
http://gizi.depkes.go.id/download/Kebijakan%20Gizi/Tabel%20AKG.pdf pada 29
November 2016 pukul 14.03
20. Apa modalitas untuk pengukuran perkembangan sesuai intrumen KPSP dan DDS ?
Jawab :
KPSP
3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan
Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil dari
usia anak. Contoh : bayi umur umur 7
bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan. Bila anak ini kemudian sudah berumur 9
bulan yang diberikan adalah KPSP 9 bulan.
Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15
hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas atau ragu-
ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.
Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)
Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi sesuaikan
dengan umur dan kesiapan anak.
Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak usah
mengambil momen khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari yang
terarah.
Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang diberikan lebih
sering .
Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak. Tanyakan
adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat perkembangannya.
Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang sama pada
saat anak pertama dinilai.
Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa
semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak.
Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa 7-8 YA.
Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan dulu
KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah berusia 9 bulan, bisa
dilaksanakan KPSP 9 bulan.
Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA.
Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas
klinik tumbuh kembang.
DDST
Fungsi DDST
DDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan
motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun.
Dalam DDST terdapat 125 tugas-tugas perkembangan dimana semua tugas perkembangan
itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang
disebut sektor perkembangan, yang meliputi :
c. Language (Bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan yang meliputi :
1. Bereaksi
2. Bersuara
3. Oooo ? Aaaah
4. Tertawa
5. Berteriak
6. Menoleh ke bunyi icik-icik
7. Menoleh ke arah suara
8. Satu silabel
9. Meniru bunyi kata-kata
10.Papa/mama tidak spesifik
11.Kombinasi silabel
12.Mengoceh 13.Papa/mama
spesifik
14.1 kata
15.2 kata
16.3 kata
17.6 kata
18.Menunjuk 2 gambar
19.Kombinasi kata 20.Menyebut
1 gambar 21.Menyebut bagian
badan 22.Menunjuk 4 gambar
23.Bicara dengan dimengerti
24.Menyebut 4 gambar
25.Mengetahui 2 kegiatan
26.Mengerti 2 kata sifat
27.Menyebut satu warna
28.Kegunaan 2 benda
29.Mengetahui
30.Bicara semua dimengerti
31.Mengerti 4 kata depan
32.Menyebut 4 warna
33.Mengartikan 6 kata
34.Mengetahui 3 kata sifat
35.Menghitung 6 kubus
36. Berlawanan 2
37. Mengartikan 7 kata
Cara penilaian
Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat
kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan
umur kronologis, yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F,
selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal,
meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).
a. Abnormal
o Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
o Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor
atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia.
b. Meragukan
o Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
o Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada
sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan
garis vertikal usia.
c. Tidak dapat dites
o Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.
d. Normal
o Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.
Interpretasi Hasil
Sumber : Gutama. 2004. Aspek Gizi dan Stimulasi Pendidikan Anak Dini Usia.
Dalam Prosiding Inovasi Pangan dan Gizi untuk Optimalisasi Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta, IDAI
21. Jelaskan kurva antropometri berdasarkan ketentuan WHO, NHCS dan
CDC !
Jawab :
a KRITERIA MEMENTUKAN STATUS GIZI
Langsung : Tak langsung :
1 Antropometri 1. Survey konsumsi
2 Biokimia 2. Statistic vital
3 Klinis 3. Factor ekologi
4 biofisik
b Penggolongan keadaan gizi menurut indeks Antropometri.
WHO-CDC-NCHS
4,8 : 12,5 x 100% = 38,4% ( An.F mengalami gizi buruk karena kurang dari 60%)
MenurutRumus Z-score
- Usia : 22 bulan
- Berat badan : 4,8 kg
- Panjang badan : 60 cm
Indeks BB/U
Z-score = (4,8 – 11,8)/11,8-10,5)
= -7/1,3
= -5,38
Interpretasi : Nilai z-score -5,38 menunjukkan bahwa berat badan
An.F sangat
rendah (severe underweight).
Indeks PB/U
Z-score = (60-86,0)/(86-83,1)
= -26/2,9
= -8,9
Indeks BB/PB
Z-score = (4,8-5,9)/(5,9-5,5)
= -1,1/0,4
= -2,75
23. Apa saja diagnosis banding dari keluhan dan symptom An.F ?
Jawab :
1.Marasmus
2. Kwashiorkor
3. Marasmik-Kwashiorkor
4. Hipertiroidisme
Maramus
baggy pant
5. perut cekung
6. iga gambang
7. diare akut
8. atrofi otot
Kwashiorkor
1.edema
5. apatis
6. hepatomegali
7. crazy pavement
8. diare kronik
Marasmik-kwashiorkor
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan
Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak
mencolok.
Hipertiroidisme
Penurunan berat badan mendadak, bahkan ketika nafsu makan dan jumlah dan jenis
makanan yang Anda makan tetap sama atau bahkan meningkat. Detak jantung cepat atau
takikardia, pada umumnya lebih dari 100 kali per menit dan denyut jantung tidak teratur atau
aritmia dengan perasaan berdebar atau palpitasi. Nafsu makan yang meningkat karena
metabolisme yang meningkat menuntut asupan energi yang lebih banyak. Berkeringat
berlebihan dapat terjadi karena tubuh meghasilkan panas yang berlebihan pada saat
mengalami peningkatan metabolisme. Gugup, gelisah dan mudah tersinggung. Tremor
biasanya gemetar baik di tangan dan jari. Perubahan pola haid. Peningkatan sensitivitas
terhadap panas. Perubahan pola buang air besar, seringkali buang air besar lebih sering.
Kelenjar tiroid membesar (gondok), yang mungkin tampak sebagai bengkak di pangkal
leher. Kelelahan, kelemahan otot. Kesulitan tidur. Penipisan kulit. Rambut rapuh.
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam,
tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa
waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan
seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang
pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini
disebabkan deplesi air yang isotonik.
Sumber :
2. Kumar SP. WHO Global Database on Child Growth and Malnutrition – World
Health Organization. Avaliable
from : http://www.Who.int//nutgrowthdb>. Last update January 2007 [diakses pada
tanggal 29 November 2016].
Sumber :
http://emedicine.medscape.com/article/1104623-clinical#showall
Sumber. Markum. 1996. Ilmu Kesehatan Anak, jilid I. Jakarta Balai Penerbit FKUI