BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tic adalah gangguan gerakan yang paling sering terjadi selama masa
kanak-kanak. Prevalensi tertinggi gangguan tic terjadi pada usia sekolah dan
remaja. Kebanyakan tics bersifat sementara tapi beberapa tic dapat menjadi kronis
dan memiliki implikasi negatif terhadap pendidikan, keluarga dan sosial. Terlebih
lagi, beberapa tic berhubungan dengan masalah dengan dampak signifikan, seperti
attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan obsesif-kompulsif
(OCD) dan gangguan afektif.1
Tic terisolasi dan transien lebih sering ditemukan pada anak usia sekolah
berkisar dari 11 % sampai 20 % dengan rasio laki-laki dan perempuan diantara 2
banding 1 dan 3.5 banding 1. Pada kebanyakan dari anak-anak ini, tic ditemukan
ringan. Namun, karna kebanyakan studi menggunakan metode cross-sectional,
masih tidak mungkin mengetahui berapa banyak anak dengan tic sementara yang
akan menjadi kasus sindrom tourette atau tic kronis dengan berjalannya waktu.
Karena tidak adanya tes diagnosis untuk gangguan tic, diagnosis bergantung
kepada riwayat pasien dan observasi.2
Tic dapat bervariasi dari kedipan mata yang nyaris tidak terlihat sampai
ketidakmampuan sosial yang menyakitkan dan secara subjektif memalukan
2
meliputi beberapa kelompok sel otot. Mereka yang terkena gangguan tic dan juga
keluarganya, mungkin mengalami penderitaan substansial akibat gejalananya,
dapat berasal dari gangguan atau respons yang tidak sesuai dari pemberi
perawatan dapat mengakibatkan disfungsional hubungan orang tua dan anak.
Orang-orang disekitarnya mungkin mengalami iritasi, misalnya, dimana tic vokal
muncul pada keadaan yang tidak sesuai misalnya di bioskop atau ruang kelas.4
Dalam referat ini, kami menjelaskan basis klinis tic, meninjau kembali
studi epidemiologi, diagnosis dan tatalaksana yang lebih representatif serta
membuat sudut pandang kritis dari gangguan tic yang berlaku untuk praktik klinis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tic didefinisikan sebagai kontraksi otot berulang dan cepat yang
menghasilkan gerakan atau vokalisasi yang dirasakan sebagai sesuatu yang
involuntar.5 Tic adalah pergerakan tiba – tiba, mendadak dan cepat yang
melibatkan berbagai kelompok otot, dengan atau tanpa ucapan vokal yang muncul
secara involunter. Tic singkat namun berulang – walaupun tidak ritmik – dan
biasanya muncul dalam rententan yang pendek atau bahkan dalam rangkaian
tertentu.4
Anak dan remaja bisa menunjukkan perilaku tic yang terjadi setelah
suatu stimulus atau sebagai respons terhadap dorongan internal. Gangguan tic
merupakan kelompok ganguan neuropskiatrik yang umumnya dimulai pada masa
kanak atau remaja dan dapat konstan atau memburuk-membaik sepanjang waktu.5
B. Gejala Tic
Tic yang terdiri dari kontraksi satu kelompok otot secara tipikal disebut
sebagai tic sederhana dan tic yang berasal dari kontraksi banyak kelompok otot
secara tipikal disebut tic kompleks. Tic sederhana biasanya memiliki durasi yang
pendek (misal 1 detik) sementara Tic kompleks biasanya memiliki durasi yang
lebih lama dan Terjadi dalam paroksismal dan dapat mencakup hampir semua
pola perilaku orkestrasi yang dinyatakan memenuhi definisi tic.1
4
C. Epidemiologi
Sindroma tourette (tic motorik multipel dan setidaknya satu tic vokal > 1
tahun) memiliki prevalensi berdasarkan populasi sebesar 0.3% sampai 0.9%.
Prevalensi seumur hidup untuk gangguan tourette diperkirakan 4 hingga 5 per
10.000. Prevalensi lebih tinggi pada pria, dengan rasio laki-laki berbanding
perempuan sebesar 3 : 1 dan usia onset pertama adalah diantara 6 dan 7 tahun ;
7
onset komponen motorik terjadi pada usia 7 tahun dan tic vokal muncul rata-rata
pada usia 11 tahun. Sindroma tourette di Amerika didiagnosis lebih banyak pada
orang muda berkulit putih non-hispanik dari pada orang muda hispanik dan kulit
hitam non-hispanik.5,6
D. Etiologi
Dalam hal faktor psikososial, Teknik child bearing yang buruk telah
dikesampingkan sebagai faktor risiko. Tetapi, pengaruh lingkungan, stress
psikososial tidak diragukan lagi memodulasi beratnya tic. Pengalaman yang
menyebabkan ketakutan, trauma emosional dan tekanan sosial secara umum
menghasilkan eksaserbasi tic.4
Penyebab sekunder untuk tic harus dipertimbangkan jika tic diikuti
dengan gangguan pergerakan lain atau abnormalitas neurologis. Tic sering
mengindikasikan adanya gangguan perkembangan otak global pada kondisi
8
E. Patofisiologi
Sirkuit motorik : asal tic motorik dan berasal dari area motorik tambahan
Mungkin sering, tapi tidak seragam, terjadinya kompleks gejala OCD atau
ADHD pada pasien dengan tics merupakan proses patologi yang sama namun
dengan anatomi yang tumpang tindih.
11
Gambar 2. Skema mekanisme dan jalur tic serta gangguan yang terkait
F. Klasifikasi
Tabel 2. Klasifikasi gangguan tic berdasarkan ICD-10, DSM-V dan PPDGJ III
G. Diagnosis
H. Diagnosis banding
I. Co-morbiditas
Performa belajar dan kognitif dapat terganggu pada gangguan tic dengan
beberapa cara. Yaitu :
Semua hal tersebut dapat secara independen dan kolektif berkontribusi terhadap
gangguan fungsi neuropsikologis dan eksekutif yang terlihat pada gangguan tic. 10
J. Tatalaksana
17
1. Psikoedukasi
2. Psikoterapi
18
Untuk pasien yang memiliki motivasi tinggi dan memiliki insight yang baik,
pelatihan pembalikan kebiasaan terbukti efektif. Pelatihan terdiri dari
seperangkat teknik yang dimaksudkan untuk membantu pasien menjadi sadar
akan gejala yang akan datang dan menerapkan respons yang mampu
menghambat atau menghentikan tic. Untuk meningkatkan kesadaran, metode
yang dilakukan seperti:
Response description (Pasien belajar untuk mendeskripsikan topography
tic dan menggambarkan setiap tic secara detil)
Response detection (Pasien menerima umpan balik mengenai terjadinya
tic, sampai mereka dapat mendeteksi perilaku target tanpa bantuan)
Early warning procedures (Pasien berlatih mengidentifikasi tanda-tanda
awal tic, seperti dorongan khusus, sensasi atau pemikiran)
Situation awareness (Pasien mendeskripsikan orang, tempat atau situasi
dimana tic muncul paling sering)
Competing response training (Pasien belajar dengan sengaja memulai tic
selama satu sampai tiga menit atau sampai dorongan untuk melakukan
tic telah hilang)
Pencegahan pajanan dan respons yang didasarkan pada hubungan dorongan
mendesak yang diikuti oleh tic vokal atau motorik, yang menghasilkan relief
dari sensasi mendesak tersebut. Tujuannya adalah untuk memutuskan
hubungan antara dorongan dan tic, yang –berdasarkan teori- menguat seiring
berjalannya waktu.
Praktik-praktik masif (negatif) melibatkan secara sengaja dan berulang kali
bertindak secara sistematis dengan cara yang penuh usaha dan cepat selama
periode tertentu dengan istirahat singkat di antaranya. Efektivitas jangka
panjang ini tampaknya terbatas namun dapat membantu pasien jika mereka
19
Diketahui tic berkurang 32% dengan latihan relaksasi, 55% dengan latihan
pembalikan kebiasaan dan 44% dengan teknik monitoring diri sediri
3. Obat-obatan
Tabel 7. Obat-obatan yang terbukti efektif untuk gangguan Tic dan sindroma
Tourrete.
20
K. Prognosis
Riwayat keluarga
Adanya tic vokal atau kompleks
23
Remisi spontan terjadi sebanyak 50% sampai 70% kasus tic simpel atau multipel
kronik dan 3% sampai 40% untuk gangguan Tourette.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tic didefinisikan sebagai kontraksi otot berulang dan cepat yang
menghasilkan gerakan atau vokalisasi yang dirasakan sebagai sesuatu yang
involuntar.5 Tic adalah pergerakan tiba – tiba, mendadak dan cepat yang
melibatkan berbagai kelompok otot, dengan atau tanpa ucapan vokal yang muncul
secara involunter. Tic singkat namun berulang – walaupun tidak ritmik – dan
biasanya muncul dalam rententan yang pendek atau bahkan dalam rangkaian
tertentu.4
B. Saran
Karena tingginya angka kejadian, dokter yang terutama bekerja pada
kelompok dengan disabilitas proses belajar serta edukasi spesial harus sadar
dengan kemungkinan adanya gangguan tic. Kesadaran tic akan menyebabkan
gangguan tic secara sensitif tertangani, yang pada gilirannya akan menghasilkan
penekanan kemungkinan gangguan akibat gangguan tic pada taraf seminimal
mungkin.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/970/basics/pathophysi
ology.html )
10. Valsamma E, Rudi Č, Sarah McP and Corina S. Tic Disorders and
Learning Disability: Clinical Characteristics, Cognitive Performance and
Comorbidity. Australasian Journal of Special Education. Australia.
2013;37:162-172