Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh Diabetes Terhadap Pendengaran dan Struktur Koklear

Abstrak

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit sistemik kronis yang ditandai dengan
adanya hiperglikemi, dengan berbagai mekanisme yang patologis. Dari defisiensi insulin
absolut atau defisiensi insulin relative, pasien dengan DM seringkali menunjukkan berbagai
jenis gangguan metabolik. Manifestasi klinis yang paling sering dari DM ialah gangguan
metabolik, kerusakan vaskularisasi, gangguan sirkulasi dan komplikasi neurologis.
Bersamaan dengan perkembangan penelitian DM, laporan DM yang berhubungan dengan
tinitus dan gangguan pendengaran telah mengalami peningkatan terus menerus. Penelitian
pada DM yang berhubungan dengan disfungsi sistem pendengaran telah difokuskan pada
mikrosirkulasi pada fisiologi koklear, homeostatis seluler, genetic dan penuaan.
Mikrosirkulasi koklear memainkan peranan penting pada fisiologi koklear dan kelainannya
berhubungan dengan berbagai kelainan pada telinga dalam. Iskemia dan reperfusi sesudahnya
yang terlihat pada kelainan mikrosirkulasi koklear menjadi factor penting dalam gangguan
pendengaran. Memahami mikrosirkulasi koklear beserta strukturnya sama halnya denga
perubahan fungsional pada pasien DM dengan gangguan pendengaran dan factor
penyebabnya akan membantu dalam mengungkapkan mekanisme pathogenesis pada
hilangnya pendengaran akibat diabetes dan menyajikan ide baru dalam mengembangkan
penatalakasanaan dan mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh diabetes.

Kata kunci : diabetes mellitus; komplikasi; hilang pendengaran;koklea; sel rambut koklea;
mikrosirkulasi; iskemia; telinga dalam; kapiler; lesi mikrovaskular; neuropati; abnormalitas
metabolik

Pendahuluan

Berbagai penelitian terdahulu telah banyak mengindikasikan adanya hubungan antara


diabetes mellitus dengan hilangnya pendengaran. Manifestasi klinis utama dari DM ialah
kelainan metabolisme glukosa, lipid, dan protein, dimana tubuh tidak dapat memproduksi
atau menggunakan insulin secara tepat. Gangguan metabolik pada DM, diantaranya ialah
penurunan sintesis lipid dan peningkatan pemecahan lipid, yang akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan kadar lemak didalam darah dan hal ini dapat menjadi factor terjadinya
arteriosclerosis. Dengan menetapnya kadar glukosa darah yang tinggi, meningkatkan jumlah
hemoglobin yang terglikasi diproduksi dan disimpan di dinding pembuluh darah kecil.
Bersamaan dengan adanya trauma pada endothelium oleh kompleks imun, menyebabkan

1
terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah, penebalan membrane basalis dan
pertumbuhan abnormal dari sel endothelial, yang menghasilkan penurunan ukuran lumen.
Dengan adanya konstriksi atau terhambatnya pembuluh darah dan kadar glukosa yang
menetap tinggi, saraf menjadi kekurangan nutrisi dan membrane selular saraf tersebut
menjadi dysplasia atau nekrosis akibat gangguan metabolik, sehingga disebutlah diabetic
neuropati perifer yang juga dapat melibatkan saraf autonomy dan dapat terjadi pada stadium
awal diabetes. Kelainan mikrosirkulasi dan perubahan hemodinamik (termasuk perubahan
pada koklea) umumnya sering terjadi pada DM, yang juga berkontribusi dalam diabetes
neuropati. Keterlibatan sistem imun juga menunjukkan salah satu etiologi penting dan
mekanisme DM serta komplikasinya. Sebagai tambahan untuk efek sistemik, telah terjadi
peningkatan laporan yang disepakati mengenai fungsi telinga dalam pada DM, termasuk
pusing, tinnitus dan hilangnya pendengaran. Bersamaan dengan perkembangan penelitian
tentang DM dan komplikasinya, terjadi juga peningkatan perhatian terhadap gangguan
pendengaran yang terjadi pada pasien DM. Penelitian telah mebuktikan bahwa perubahan
vaskularisasi dan persarafan di dalam koklea merupakan penyebab perubahan pendengaran
pada DM, termasuk penebalan dinding kapiler (khususnya striae vaskularis) dan hilangnya
sel rambut bagian luar. Pembuluh darah yang memberi asupan pada koklea membawa
sirkulasi yang tidak kolateral didalam koklea. Mikrosirkulasi koklea memberikan koklea
energy dan substratnya, membuang keluar metabolit yang tidak terpakai, dan membantu
mempertahankan homeostatis koklear. Fungsi dari telinga dalam tergantung stabilitas dari
lingkungan internal yang dibantu oleh mikrosirkulasi. Walaupun sudah jelas bahwa aliran
darah koklear dapat mengakibatkan disfungsi koklear, Untuk lebih lengkapnya mekanisme
kerusakan pada hilangnya pendengaran pada diabetes, misalnya diakibatkan regulasi
tranduksi sinyal selular dan neural, humoral, dan regulasi autonomy dari mikrosirkulasi
merupakan masalah yang diperdebatkan dan akan tetap dilakukan penelitian lebih lanjut lagi.
Jurnal ini bertujuan untuk mengulas dan menyimpulkan literatur yang sebelumnya mengenai
DM yang berhubungan dengan gangguan telinga dalam , serta mendiskusikan kemungkinan
etiologi beserta patogenesisnya.

Pengaruh DM Terhadap Sistem Auditori

Mikrosirkulasi koklear memainkan peranan penting pada fisiologi koklear.


Hiperglikemi dan hyperlipidemia berhubungan dengan peningkatan viskositas darah dan
gangguan sirkulasi . Penelitian telah menunjukkan bahwa gangguan telinga dalam sering
berhubungan dengan gangguan mikrosirkulasi , khusunya yang melibatkan stria vascularis.

2
Hubungan antara jaringan iskemik dan hipoksia dapat mengakibatkan kerusakan pada satu
atau sejumlah unit neuron dan/atau sel rambut. Lokasi yang dalam dan struktur kompleks dari
telinga dalam menjadikan kesulitan dalam penelitian mengenai morfologinya. Penelitian pada
mikrosirkulasi koklear sangat sedikit bila dibandingkan penelitian mikrosirkulasi pada organ
lain, meskipun peneliti membutuhkan usaha dan kemajuan perkembangan. Gangguan
metabolisme lipid dapat menggangu penyimpanan lipid di sel rambut koklear dan merusak
sel neuron pada koklear, yang diikuti dengan segera oleh transduksi neuron. Ketergantungan
glukosa sebagai sumber konsumsi energy yang tinggi menjadikan koklea sebagai target
kerusakan pada DM.

Dasar Penelitian pada Pengaruh DM Terhadap Sistem Auditori

Arteri labirin berasal dari arteri basalis dari arteri cerebral inferior anterior. Arteri
labirin berlanjut ke arteri koklear kommunis dan arteri vestibular, pembentuknya memberikan
ke arteri vestibulokoklear dan arteri modiolar spiral yang memperdarahi koklea. Tekanan
darah dapat mempengaruhi mikrosirkulasi koklear, walaupun hubungan antara aliran darah
koklear dan tekanan darah sistemik masih sangat rendah. Namun diketahui bahwa terjadi
mekanisme regulasi autonom pada mikrosirkulasi koklear, walaupun tidak sejelas yang
terjadi pada aliran darah cerebral. Beberapa regulasi tidak terlihat di otot. Regulasi autonomy
pada mikrosirkulasi koklea merupakan aktivitas regulasi local yang terjadi didalam pembuluh
darah mikro koklear dan merupakan factor yang penting dalam mempertahankan aliran darah
koklear yang normal. Diantara berbagai kompleksitas mekanisme regulasi aliran darah
koklear, regulasi lokal pada pembuluh darah koklear memegang peranan penting. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa dinding lateral pembuluh darah koklear tidak terbuka secara
penuh dalam keadaan normal namun terbuka apabila terjadi perubahan, yang
mengindikasikan tingkat cadangan darah. Regulasi pembuluh darah koklear didominasi oleh
metabolit lokal. Respon sel endothelial sangat sedikit pada saat terjadinya perubahan
pembuluh darah lokal, walaupun neuron memegang peranan penting. Telah dilakukan
pengamatan pada aktivitas ritmik pada arteriola normal di koklea. L-arginin secara signifikan
meningkatkan frekuensi dan besarnya aktivitas ini dan kemungkinan meningkatkan
mikrosirkulasi koklear dan meningkatkan aliran darah koklea. Bukti penelitian menunjukkan
bahwa regulasi aliran darah pada dinding lateral koklea bergantung pada tropomysin like
berupa suatu imunitas aktif yang berada di dekat sel endothelial dan sel perifer di ligament
spiral, yang menyokong pemikiran bahwa terdapat rregulasi aktivitas lokal di pembuluh
darah mikro. Dibawah kondisi tekanan atau keadaan anoksik, endothelium melepaskan ATP ,

3
asetilkolin, dan endotelin yang akan bereaksi dengan reseptornya, memproduksi suatu
endothelium factor dependent , yang disebut nitric oxide, yang akan menyebabkan relaksasi
otot polos.

Mikrosikulasi koklea mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia. Pada


tahun 1990, Prazma melaporkan bahwa terjadi penurunan aliran darah yang drastis pada tikus
tua, khususnya pada vaskularisasi stria lateral. Pada tahun 2000 , Seidman membuktikan
bahwa tikus fischer yang aliran darahnya lambat atau terhambat karena faktor usia dari
hewan, menghasilkan perfusi lokal yang tidak adekuat dan disfungsi dari mikrosirkulasi
koklear. Diikuti oleh malfungsi vestibular dan koklear.

Perubahan mikrosirkulasi koklear juga telah dilaporkan pada bebagai keadaan


patologis. Masutani menemukan penurunan pembuluh darah pada vaskularisasi striae serta
hubungan antara atrofi vaskularisasi striae pada keadaan penyakit Meniere. DM juga
mengubah mikrosirkulasi koklear, Pada tahun 2006 , Wang melaporkan perubahan pada
ultrastruktur kapiler telinga bagian dalam pada tikus yang memiliki DM, termasuk terjadinya
penebalan membran basalis. Pada tahun 2000, Tomisawa membandingkan potongan
vaskularisasi striae tulang temporal dari 16 pasien DM dengan 16 pasien non DM dan
ditemukan adanya atrofi dan perubahan ketebalan. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
perubahan lumen kapiler dari penebalan membrane basalis dan atrofi dari vaskularisasi striae
menjadi faktor penting dalam gangguan pendengaran pasien DM.

Sebagai tambahan dalam terjadinya perubahan struktur pada vaskularisasi , perubahan


morfologi lain pada telinga dalam di pasien DM juga telah dilaporkan. Pada tikus , DM juga
telah dilaporkan menyebabkan perubahan patologis pada sel rambut luar (OHC), sel ganglion
spiral, dan serabut saraf, dan kerusakan mitokondria. Ketika diberikan pajanan suara 95 dB
SPL, terjadi peningkatan hilangnya OHC secara signifikan yang ditemukan pada tikus dengan
sterptozotocin- induced-Diabetes yang dibandingkan pada kontrol yang normal. Kelainan
gangguan metabolik lain juga berhubungan dengan abnormalitas morfologi pada koklea.
Kelainan metabolisme lipid juga telah ditemukan dengan adanya penumpukan partikel lemak
di sel rambut , dan ini menjadi penyebab langsung terjadinya ketulian pada DM, dengan
adanya perubahan mkirovaskular kemungkinan menjadi penyebab pengaruh sekunder fungsi
telinga dalam dan dysplasia ganglion spiralis yang mengakibatkan terjadinya perubahan yang
besar. Faktanya, hilangnya pendengaran frekuensi tinggi dan kerusakan peningkatan

4
penangkapan bunyi telah dilaporkan pada tikus yang sedang diet kolesterol tinggi, dengan
hyperlipidemia dan abnormalitas vaskularisasi menjadi salah satu penyebabnya.

Konsekuensi terpenting dari mikrovaskularisasi koklear dan perubahan morfologi


ialah terjadinya disfungsi auditori. Pada tikus dengan usia pertengahan dan tua, peningkatan
ambang respon auditori batang otak (ABR) memiliki hubungan dengan DM tipe 1 dan
khususnya DM tipe II , dengan adanya penurunan amplitudo distortion product optoacoustic
emission (DPOAE). Gelombang ABR yang terlambat ditemukan pada tikus dengan diet
glukosa yang tinggi dengan diabetes , walaupun tanpa peningkatan amplitudo. Perubahan
pada otoacoustic emission (OAE) telah lebih dahulu ditemukan sebelum ABR yang
abnormal pada tikus dengan DM, dengan oksidasi buruk pada OHC yang berhubungan
dengan kerusakan telinga dalam, kelainan metabolik menjadi penyebab utama.

Penelitian klinis pada Diabetes yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran

Sepanjang perkembangan penelitian pada DM, fungsi pendengaran pada pasien DM


telah menarik perhatian dari berbagai klinisi termasuk audiologis, dengan adanya
peningkatan laporan pada DM yang berhubungan dengan gangguan pendengaran. Telah
dilaporkan bahwa prevalensi terganggunya pendengaran pada pasien DM dua kali
dibandingkan pada pasien individu normal dan terjadinya vertigo, tinitus, dan gangguan
pendengaran pada pasien DM kebanyakan berasal dari telinga dalam yang berhubungan
dengan gangguan metabolik glukosa. Kerusakan sel rambut dan gangguan pendengaran pada
pajanan suara telah ditemukan terjadi peningkatan pada DM dengan insulin dependent,
kemungkinan berhubungan dengan perubahan displasia pada telinga dalam. Penelitian
menunjukkan bahwa gangguan pendengaran pada kebanyakan pasien DM , kebanyakan
hanya menunjukkan masalah yang kecil terhadap adanya pajanan suara, dapat terjadi secara
cepat maupun lambat, dan biasanya terjadi pada frekuensi tinggi tuli sensorineural. Beberapa
pasien tidak menyadari hubungan antara gangguan pendengaran dengan kondisi diabetes
mereka. Para klinisi (khususnya endokrinologis) seharusnya perlu melakukan monitoring
pendengaran pada pasien DM , sebagai komlikasi dari DM, untuk memberikan intervensi
yang tepat waktu.

Pada tahun 1975, Friedman mengevaluasi pendengaran pada 20 pasien DM dengan


neuropati perifer dan menunjukkan bahwa ambang pendengaran meningkat pada salah satu
frekuensi pada 11 pasien itu (55%) , lebih tinggi dari individu normal dengan usia yang sama.
Snashall pada tahun 1977 menyatakan bahwa DM mengakibatkan penurunan pendengaran

5
secara lebih dini. Sieger (1983) membandingkan audiometri nada murni dan ABR antara 51
pasien DM dependent insulin dan 13 pasien non DM dan tidak ditemukan adadnya
perbedaan, walaupun keterbatasan sensitivitas metodologi menjadi alasannya. Pada tahun
1989, Kurien menemukan bahwa rata-rata ambang pendengaran pada 30 pasien DM yang
<50 tahun lebih buruk dibandingakn 30 pasien non DM. pada tahun 1993, Cullen
membandingkan pendengaran pada 44 pasien DM dengan insulin dependent dan 38 pasien
yang sehat dan ditemukan bahwa pasien DM lebih buruk pendengarannya, khususnya pada
laki-laki, dan tidakk dipengaruhi oleh dosis insulin atau riwayat keluarga. Penelitian oleh Tay
pada tahun 1995 yang membandingkan 102 pasien DM dengan 102 pasien sehat
menunjukkan penurunan pendengaran pada frekuensi rendah dan frekuensi median pada
pasien DM yang berhubungan dengan lamanya penyakit bukan berhubungan dengan stadium
retinopati. Hampir sama dengan hubungan antara gangguan pendengaran dan lamanya DM
juga ditunjukkan oleh penelitian Lasisi pada tahun 2003, dimana ambang hantaran tulang
pada 13 pasien DM lebih tinggi dibandingkan psien non DM dan berhubungan dengan
lamanya mengidap DM, khususnya mereka yang telah mengidapa selama >10 tahun.
Berdasarkan evaluasi, termasuk dari sisi pendengaran, dari 59 pasien DM dengan komplikasi
retina dan nefron dibandingkan dengan 20 pasien DM tanpa komplikasi, Bayazit
menyimpulkan bahwa neuropati dibetes perifer dan ensefalopati menjadi penyebab tuli
sensorineural pada DM. Zhao, menunjukkkan secara signifikan ambang pendengaran pada 50
pasien DM (tipe 2 :46, tipe 1:4) dengan komplikasi, dibandingkan dengan yang tanpa
komplikasi, disimpulkan bahwa mekanisme gangguan pendengaran pada diabetes sama
dengan komplikasi diabetes yang lain, dan pengobatannya seharusnya berfokus pada
pengontrolan komplikasi diabetes. Pada tahun 2008 , Loader menunjukkan perbedaan
signifikan pada hasil audiometri nada murni antara pasien DM dan individu normal pada
semua frekuensi dan diketahui bahwa mikrovaskularisasi koklear sebagai penyebab gangguan
pendengaran harus diteliti lebih lanjut.

Selain audiometri, modalitas tes lain juga telah digunakan untuk mempelajari
pengaruh DM terhadap sistem auditori. Pada tahun 1990, Parving menemukan bahwa, pada
kelompok dengan 20 pasien DM yang tergantung insulin, terdapat ABR yang abnormal pada
40 % yang memiliki riwayat penyakit yang lama.,yang mengarahkan kemungkinan adanya
diabetikum ensefalopati. Pada tahun 1998 , Wang melakukan DPOAE pada 19 pasien dengan
DM yang terkontrol dan 19 orang normal dan menemukan bahwa DPOAE akan
menunjukkan kerusakan pada tingkat awal dan adanya kelainan di koklea dan sistem saraf

6
tepi. Hal ini berguna untuk diagnosis awal bagi pasien diabetes yang mengalami kerusakan
pendengaran. Orts melakukan penelitian dengan DPOAE pada 20 pasien dengan dependent
insulin pada tahun 1998 dan menyimpulkan bahwa penyakit koklear pada diabetes
kemungkinan berhubungan dengan kerusakan OHC. Lisowska membandingkan DPOAE
antara 42 pasien insulin dependent yang berusia tua dan pertengahan dan 33 pasiennon DM
yang sama usia/ jenis kelaminnya untuk dipasangkan. Ditemukan penurunan amplitodo
DPOAE pada pasien DM, yang menyimpulkan bahwa kerusakan OHC kemungkinan dapat
terjadi pada stadium diabetes awal. Pada tahun 2002 , Ottaviani meneliti OAE pada 60 pasien
DM tipe I dan 58 sukarelawan yang normal dan menemukan bahwa OAE bisa hilang secara
unilateral maupun bilateral pada pasien DM. Reproduktivitas dan jumlah OAE melalui
frekuensi kalimat (1-4 hz) mengalami penurunan dibandingkan pada sukarelawan yang
normal. Penulis menyimpulkan bahwa OAE kemungkinan berguna sebagai pendeteksi awal
kerusakan koklear stadium awal. Zhang menemukan bahwa Keadaan gelombang ABR III dan
V dan I-III dan keadaan antar gelombang III-V mengalami keterlambatan pada 50 pasien DM
yang dibandingkan dengan 50 individu yang normal, yang mengindikasikan peningkatan
waktu transduksi dari batang otak ke otak tengah. Pada penelitian lain di tahun 2005 , Diaz
melakukan pemeriksaan nada murni dan audiometri dan ABR pada 92 pasien DM tipe II
yang dibandingkan dengan 94 pasien yangs ehat yang memiliki usia dan jenis kelamin yang
sama dan diidentifikasi bahwa gangguan pendengaran secara klinis dan gangguan ABR pda
pasien diabetes mengalami peningkatan sejalan dengan usia.

Faktor potensial patogenik lain yang terjadi pada gangguan pendengaran juga telah
dilakukan penelitian-penelitian lain. Gutmanss pada tahun 1993 menganalisa secara
ultrasound yang diambil dari 150 pasien dengan vertigo, pendengaran terganggu, serta tinitus
dan mengidentifikasi berbagai tahapan gangguan penyakit arteri, yang menghasilkan iskemia
cerebral pada stadium awal. Pada tahun 2002 , Callejo menemukan secara signifikan
peningkatan viskositas darah dan adhesi eritrosit pada pasien DM dengan gangguan
pendengaran yang dibandingkan individu dengan pendengaran yang normal. Niiya
melakukan penelitian pengaruh faktor usia terhadap trombocianase pada sel endotelial aorta
pada 29 pasien diabetes yang dibandingkan dengan 19 individu yang sehat. Hasilnya
menunjukkan bahwa regulasi pada sel endotelial pada pembuluh darah cerebral lebih
dipengaruhi oleh faktor usia dan terjadi peningkatan radical oxidation species (ROS) pada sel
endotelial tersebut. Pada tahun yang sama, Fukushima melakukan penelitian morfologis pada
18 pasien dengan DM tipe II yang secara random terpilih untuk menerima insulin (n=11) atau

7
agen anti diabetes secara oral (n=7) yang dibandingkan dengan 26 kontrol. Hasilnya
mengindikasikan bahwa perubahan mikrovaskular mwnjadi mekanisme utama dalam
gangguan pendengaran pada diabetes. Beberapa perubahan, termasuk kelainan pembuluh
darah koklea, displasia stria vaskular dan OHC koklea. Kelainan mikrosirkulasi sebagai
mekanisme uttama pada gangguan pendengaran diabetes juga disokong oleh peenlitian
serologis. Kreatinin serum ditemukan mengalami peningkatan pada pasien diabetes dengan
gangguan pendengaran yang dibandingkan dengan pasien non diabetes dan berhubungan
dengan tingkatan gangguan pendegaran dan kadar glukosa darah. Komorbiditas penyakit
vaskular, dan kemungkinan hubungannya dengan kerusakan sel endotelial, aktivasi platelet,
aktivitas faktor koagulasi, dan penurunan fungsi sistem fibrinolitik juga telah dilaporkan pada
pasien dengan DM tipe II, yang mengidentifikasi nilai potensial pada diagnosis awal
ganggguan pendengaran pada diabetes dan penyakit komorbid vaskular.

DM merupakan salah satu penyakit yang kemungkinan diakibatkan secara herediter.


Pasien DM kemungkinan memiliki gen yang sama dengan keluarganya yang memiliki DM
pada saat lahir. Interaksi dari faktor genetik dengan faktor lingkungan lainnya menimbulkan
terjadinya manifestasi klinik DM. Mutasi mitokondria DNA telah diidentifikasi pada pasien
dengan ibu keturunan DM dan ganggguan pendengaran. Mutasi mDNA dapat mempengaruhi
fungsi mitokondria,yang berhubungan dengan struktur dan perubahan fungsi telinga bagian
dalam serta gangguan pendengaran.

Signifikansi Potensial Berbagai Penelitian Dalam Penatalaksanaan Gangguan


Pendengaran Diabetes

Gangguan mikrosirkulasi merupakan dasar patologis yang penting dalam gangguan


pendengaran diabetes dan perubahan hemodinamik menjadi indikator penting dalam
mikrosirkulasi. Peningkatan mikrosirkulasi sebelumnya menjadi hal utama dalam melakukan
penatalaksanaan pada gangguan pendengaran. Lin meneliti bahwa pengaruh atrial natriuretic
factor (ANF) pada mikrosirkulasi koklea di babi guinea , selain ditemukan penurunan
tekanan darah sistemik. ANF secara efektif meningkatkan aliran darah koklear ketika
diberikan secara intravena. Jiang memisahkan dan mengkultur sel koklear pada tikus neonatal
untuk mengamati proliferasi sel dengan 5-bromine-2-deoxyuracil dan untuk membandingkan
diferensiasi sel melalui immunofloresensi. Hasilnya mengindikasikan bahwa terdapat
proliferasi sel pada koklea tikus neonatal, yang dapat dideferensiasikan secara in vitro
kedalam sel dengan rambut sel atau marker neuron. Hal ini kemungkinan dapat menjadi hal

8
baru dalam melakukan penatalaksanaan tuli sensorineural menggunakan transplantasi sel. Liu
meneliti ekspresi nerve growth factor (NGF) dan perubahannya pada koklea pada tikus tua
menggunakan metodologi imunohistokimiawi. Penemuan ini menunjukkan bahwa NGF
diekpresikan melalui koklea tikus dan tingkat ekspresi tersebut mengalami penurunan sejalan
dengan usia tikus, hal tersebut mengindikasikan bahwa hal tersebut berperan penting dalam
mempertahankan fungsi koklea, dan menjadi kemungkinan aplikasi yang tepat dalam
mengobati gangguan pendengaran koklea.

KESIMPULAN

DM sangat erat hubungannya dengan gangguan pendengaran. Ukuran pembuluh


darah baik mikro maupun makro dipengaruhi oleh DM. Gangguan metabolik, perubahan
arteriosklerotik dan penyakit mikrovaskular yaitu iskemia dan hypoxia yang terjadi
mengakibatkan kerusakan saraf. Ketika terjadi perubahan patologis yang melibatkan koklea
dan saraf auditori, maka terjadilah gangguan pendengaran koklea maupun neural.
Dikarenakan jarangnya didapati DM yang berhubungan dengan gangguan pendengaran
dalam jumlah yang besar, hal ini menjadi tidak dideteksi dan tidak dilaporkan. Secara klinis
sangat diperlukan monitoring pendengaran. Sangat sedikit ditemukan intervensi yang
bertujuan mengontrol faktor-faktor yang menyebabkan perubahan morfologi dan perubahan
fungsional pada koklea dalam penatalaksanaan gangguan pendengaran diabetes. Penelitian
lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan penatalaksanaan yang efektif untuk gangguan
pada telinga bagian dalam yang diakibatkan gangguan mikrosirkulasi yang berhubungan
dengan DM.

Anda mungkin juga menyukai