Tekanan darah adalah tekanan yang terjadi saat semburan darah membentur dinding kapiler darah.
Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau
penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh.
Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung terhadap dinding arteri. Pada
manusia, darah dipompa melalui dua sistem sirkulasi terpisah dalam jantung yaitu sirkulasi pulmonal
dan sirkulasi sistemik. Ventrikel kanan jantung memompa darah yang kurang O2 ke paru-paru
melalui sirkulasi pulmonal di mana CO2 dilepaskan dan O2 masuk ke darah. Tekanan darah rata-rata
orang dewasa muda yang sehat (sekitar 20 tahun) adalah 120/80 mmHg. Untuk mengukur tekanan
darah, dapat menggunakan stigmomanometer yang ditempatkan di atas arteri brakialis pada lengan
bagian fossa cubiti
Sumber : Amiruddin M.A., dkk. 2015. Analisa Hasil Pengukuran Tekanan Darah Antara Posisi Duduk
Dan Posisi Berdiri Pada Mahasiswa Semester Vii (Tujuh) Ta. 2014/2015 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulang. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 Hal 125-
129
Menurut Budiyanto (2002), bahwa tekanan darah sistolik (atas) adalah puncak yang tercapai ketika
jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah sistolik dicatat
apabila terdengar bunyi pertama (Korotkoff I) pada alat pengukur darah. Tekanan darah diastolic
(angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah
kembali. Tekanan darah diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar lagi (Korotkoff V).
Tekanan darah sistolik terjadi ketika ventrikel berkontraksi dan mengeluarkan darah ke arteri, Nilai
pertama tekanan darah (120) merupakan sistolik
Tekanan darah diastolik terjadi ketika ventrikel berelaksasi dan terisi dengan darah dari atrium, nilai
kedua tekanan darah (80) merupakan tekanan darah diastolic
Sumber : Amiruddin M.A., dkk. 2015. Analisa Hasil Pengukuran Tekanan Darah Antara Posisi Duduk
Dan Posisi Berdiri Pada Mahasiswa Semester Vii (Tujuh) Ta. 2014/2015 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulang. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 Hal 125-
129
Arteri brakialis mulai dari pinggir bawah musculus teres minor sebagai lanjutan dari
arteriaksilaris. Arteri brakialis merupakan arteri utama untuk lengan atas.
Cabang dari arteri brakialis adalah a.brakialis superfisialis dan profunda, a.nutrisi humerus,
a.kolateralis ulnaris superior dan inferior, a.radialis, a.ulnaris. Arteri ini berakhir di depan collum
radii dengan bercabang menjadi a.radialis dan ulnaris.
Cabang-cabang :
Rami musculares untuk ruang anterior lengan atas
Arteria nutricia untuk humerusc.
Arteria profunda bracii di percabankan dari pangkal arteria brachialis dan
mengikutiperjalanan nervus radialis menuju ke sulcus spiralis os humerid.
Arteria collateral ulnaris superior dipercabangkan di pertengahan lengan atas dan
mengikutiperjalanan nervus ulnarise.
Arteria collateralis ulnaris inferior dipercabangkan dekat ujung Terminal arteria dan
ikutmembentuk anastomosis di sekitar sendi siku
Marieb, Elaine N. 1994. Essentials of Human Anatomy & Physiology. California: The
Benjamin/Cummings Publishing Company, inc.
Fase Korotkoff.
Fase korotkoff adalah fase saat udara dikeluarkan dari manset yang telah dipompa.
Fase korotkoff dibagi menjadi lima fase, yaitu:
A trapping sound.
Pada awalnya, manset dipompa sampai tekanan di dalamnya di atas tekanan sistolik yang
diharapkan dalam arteri brachialis. Ketika tekanan di dalam manset diturunkan perlahan-
lahan, pada titik tekanan sistolik dalam arteri tepat melampaui tekanan manset, semburan
darah melewatinya pada tiap denyut jantung, bunyi detakan (trapping sound) terdengar di
bawah manset.
A soft swishing sound.
Pada saat tekanan manset berada di bawah tekanan sistol, arus turbulen yang terputus-
putus menghasilkan suara seperti berdesis.
A crisp sound.
Tekanan manset yang berada di bawah tekanan sistole dan di atas tekanan diastole. Arus
turbulensi dalam arteri brachialis terdengar seperti suara yang renyah.
A blowing sound.
Tekanan manset dekat dengan tekanan diastolik arteri, pembuluh masih kontriksi tetapi arus
turbulen berlanjut. Kualitas bunyi kontinu menjadi hilang.
Silence.
Arus turbulen dalam arteri brachalis diinterupsi paling sedikit. Pada bagian diastolik, bunyi
tidak terdengar lagi.
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Faktor Fisiologis :
1. Kelenturan dinding arteri.
2. Volume darah.
Semakin besar volume darah maka semakin tinggi tekanan darah.
3. Kekuatan gerak jantung.
4. Viskositas darah.
Semakin besar viskositas maka semakin besar resistensi terhadap aliran.
Semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma, semakin
besar tahanan terhadap aliran darah. Peningkatan hematokrit menyebabkan
peningkatan viskositas; pada anemia, kandungan hematokrit dan viskositas
berkurang.
5. Curah jantung.
Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan
berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya). Semakin tinggi curah
jantung (pemompaan darah) maka semakin tinggi tekanan darah.
6. Kapasitas pembuluh darah.
Semakin basar kapasitas pembuluh darah maka makin tinggi tekanan darah.
Faktor Patologis:
1. Posisi tubuh.
Baroresepsor akan merespon saat tekanan darah turun dan berusaha menstabilkan
tekanan darah.
2. Aktivitas fisik.
Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga butuh aliran yang lebih cepat untuk
suplai O2 dan nutrisi maka tekanan darah akan meningkat.
3. Temperatur.
Menggunakan sistem renin-angiontensin-vasokontriksi perifer.
4. Usia.
semakin bertambah umur semakin tinggi tekanan darah karena berkurangnya
elastisitas pembuluh darah.
5. Jenis kelamin.
Wanita cenderung memiliki tekanan darah rendah karena komposisi tubuhnya yang
lebih banyak lemak sehingga butuh O2 lebih untuk pembakaran
6. Emosi.
Emosi Akan menaikan tekanan darah karena pusat pengatur emosi akan menset
baroresepsor untuk menaikan tekanan darah.
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC