Anda di halaman 1dari 8

SKENARIO A Blok 8 Angkatan 2020

“ Benjolan- Benjolan di Badanku”

Tn. Santoso, laki-laki berusia 47 tahun,pekerjaan petani, datang berobat ke poli umum RSMP dengan keluhan ada
benjolan di leher sebelah kanan sebesar kelereng sejak 3 bulan yang lalu yang semakin lama semakin membesar. Saat ini
benjolan berukuran sebesar telur ayam. Benjolan tidak terasa nyeri.
Tn. Santoso juga mengeluh sering merasa demam yang tidak terlalu tinggi, sering berkeringat terutama pada
malam hari. Tn. Santoso merasa nafsu makan dan berat badan semakin turun sejak 3 bulan terakhir hal ini terbukti dari
pakaian yang menjadi longgar. Tn. Santoso juga mengeluh merasa badan terasa lemas. Tn. Santoso pernah berobat ke
puskesmas 3 bulan yang lalu kemudian diberi dokter antibiotik tapi keluhan benjolan semakin membesar.

Pemeriksaan fisik:
Keadaan Umum: Kompos mentis
Tanda Vital : TD 100/60 mmHg, Nadi 106x/menit, regular, isi dan tegangan cukup; RR 20x/mnt; Temp 37,2 o C.
TB 160cm, BB sebelumnya 54kg, BB saat ini 49 kg
Pemeriksaan Spesifik :
Kepala : Konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik.
Leher : Regio colli dekstra.
Inspeksi: tampak benjolan sebesar telur ayam, warna benjolan sama dengan warna kulit.
Palpasi: teraba 1 buah benjolan, diameter 3x6 cm, permukaan tidak rata, batas tidak tegas, konsistensi
keras, bisa digerakkan, dolor (-), fluktuasi (-), calor (-).
Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal
Regio aksilaris dekstra
Inspeksi: tampak 2 buah benjolan sebesar kelereng, warna benjolan sama dengan warna kulit.
Palpasi: teraba 2 buah benjolan, diameter 1.5x1.5 cm, permukaan rata, batas tegas, konsistensi keras,
bisa digerakkan, dolor (-), fluktuasi (-), calor (-)
Abdomen : datar, lemas, timpani, hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Regio inguinalis dekstra et sinistra
Inspeksi: tampak 2 buah benjolan sebesar kelereng, warna benjolan sama dengan warna kulit.
Palpasi: teraba 2 buah benjolan, diameter 1x1cm, permukaan rata, batas tegas, konsistensi keras, bisa
digerakkan, dolor (-), fluktuasi (-), calor (-)
Ekstremitas : telapak tangan dan kaki tampak pucat.
Hasil Laboratorium: darah rutin: hemoglobin 9 g/dl, leukosit 8.000/mm3, trombosit 190.000 µl, Ht 27, eritrosit
3.200.000µl, LED: 56 mm/jam.
Kimia Klinik: asam urat 10mg/dL, LDH 450mg/dL, SGOT 20 U/L, SGPT 25 U/L, ureum 41mg/dL, kreatinin 4,8 U/L
Rontgen thoraks dalam batas normal

KLARIFIKASI ISTILAH
1. Ikterik (jaundice) : warna kekuningan pada kulit sklera, membrane mukosa dan ekresi akibat hiper bilirubinemia
dan pengendapan pigmen empedu (Dorland 30)
2. Fluktuasi : nilai masa yang tepat atau gerakan seperti gelondong (dorland ed 30)
3. Antibiotic : zat kimia biasanya dihasilkan oleh suatu mikroorganisme atau secara semi sintesis yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat mikroorganisme lain (Dorland 2018)
4. Benjolan : pembengkakan salah satu utama tanda peradangan, pembesaran abnormal (KBBI 2017)
5. Dolor : nyeri, salah satu tanda peradangan (Dorland 30)
6. Timpani : suara yang terdengar ketika perkusi yang dilakukan pada organ yang berisi udara (Dorland 2018)
7. Konjungtiva : lapisan tipis yang berada di mata yang berguna untuk melindungi sklera atau area putih mata
(Dorland 2018)
8. Calor : panas , salah satu tanda utama peradangan (Dorland 2018)
9. LED : laju endap darah yaitu kecepatan sel-sel darah merah mengendap di tabung uji dengan satuan mm/jam
(dorland 2015)
10. Hemoglobin : pigemen pembawa oksigen pada eritrosit (Dorland 2018)
11. Konsistensi : ketetapan dan kemantapan dalam bertindak (KBBI 2017)
12. Kreatinin : suatu anhidrida kreatin, hasil akhir metabolism fosfokreatin, pengukuran laju eksresinya lewat urin
dipakai sebagai indicator diagnostig fungsi ginjal dan massa otot (dorlan 30)
13. Anemis : penururnan konsentrasi eritrosit atau Hb dalam darah dibawah normal akibat suatu kelainan (Dorland ed
29)

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Tn. Santoso, laki-laki berusia 47 tahun,pekerjaan petani, datang berobat ke poli umum RSMP dengan keluhan ada
benjolan di leher sebelah kanan sebesar kelereng sejak 3 bulan yang lalu yang semakin lama semakin membesar.
Saat ini benjolan berukuran sebesar telur ayam. Benjolan tidak terasa nyeri.
2. Tn. Santoso juga mengeluh sering merasa demam yang tidak terlalu tinggi, sering berkeringat terutama pada
malam hari. Tn. Santoso merasa nafsu makan dan berat badan semakin turun sejak 3 bulan terakhir hal ini
terbukti dari pakaian yang menjadi longgar. Tn. Santoso juga mengeluh merasa badan terasa lemas. Tn. Santoso
pernah berobat ke puskesmas 3 bulan yang lalu kemudian diberi dokter antibiotik tapi keluhan benjolan semakin
membesar.
3. Pemeriksaan fisik:
Keadaan Umum: Kompos mentis
Tanda Vital : TD 100/60 mmHg, Nadi 106x/menit, regular, isi dan tegangan cukup; RR 20x/mnt; Temp 37,2
o
C.
TB 160cm, BB sebelumnya 54kg, BB saat ini 49 kg

Pemeriksaan Spesifik :
Kepala : Konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik.
Leher : Regio colli dekstra.
Inspeksi: tampak benjolan sebesar telur ayam, warna benjolan sama dengan warna kulit.
Palpasi: teraba 1 buah benjolan, diameter 3x6 cm, permukaan tidak rata, batas tidak tegas, konsistensi keras, bisa
digerakkan, dolor (-), fluktuasi (-), calor (-).
Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal
Regio aksilaris dekstra
Inspeksi: tampak 2 buah benjolan sebesar kelereng, warna benjolan sama dengan warna kulit.
Palpasi: teraba 2 buah benjolan, diameter 1.5x1.5 cm, permukaan rata, batas tegas, konsistensi keras, bisa
digerakkan, dolor (-), fluktuasi (-), calor (-)
Abdomen : datar, lemas, timpani, hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Regio inguinalis dekstra et sinistra
Inspeksi: tampak 2 buah benjolan sebesar kelereng, warna benjolan sama dengan warna kulit.
Palpasi: teraba 2 buah benjolan, diameter 1x1cm, permukaan rata, batas tegas, konsistensi keras, bisa
digerakkan, dolor (-), fluktuasi (-), calor (-)
Ekstremitas : telapak tangan dan kaki tampak pucat.

4. Hasil Laboratorium: darah rutin: hemoglobin 9 g/dl, leukosit 8.000/mm3, trombosit 190.000 µl, Ht 27, eritrosit
3.200.000µl, LED: 56 mm/jam.
Kimia Klinik: asam urat 10mg/dL, LDH 450mg/dL, SGOT 20 U/L, SGPT 25 U/L, ureum 41mg/dL, kreatinin 4,8
U/L
Rontgen thoraks dalam batas normal

PRIORITAS MASALAH
Identifikasi No. 1
Alasan : karena pasien datang dengan benjolan merupakan keluhan utama yang harus segera ditangani agar tidak
menyebabkan komplikasi lain (Kinanti)

ANALISIS MASALAH
1. Tn. Santoso, laki-laki berusia 47 tahun,pekerjaan petani, datang berobat ke poli umum RSMP dengan keluhan ada
benjolan di leher sebelah kanan sebesar kelereng sejak 3 bulan yang lalu yang semakin lama semakin membesar.
Saat ini benjolan berukuran sebesar telur ayam. Benjolan tidak terasa nyeri.
a. Apa makna keluhan ada benjolan di leher sebelah kanan sebesar kelereng sejak 3 bulan yang lalu yang
semakin lama semakin membesar?
b. Bagaimana anatomi pada kasus ?
Secara garis besar sistem limfatik tubuh adalah sistem saluran limfe yang meliputi seluruh tubuh yang
dapat mengalirkan isinya ke jaringan dan kembali sebagai transudat ke sirkulasi darah, dapat dibagi atas
sistem konduksi, jaringan limfoid dan organ limfoid.
Sistem konduksi mentransportasi limfe dan terdiri atas pembuluh-pembuluh tubuler yaitu kapiler limfe,
pembuluh limfe dan duktus torasikus. Hampir semua jaringan tubuh memiliki pembuluh atau saluran limfe
yang mengalirkan cairan dari ruang interstisial. Definisi jaringan limfatik (atau yang sering disebut jaringan
limfoid) adalah jaringan penyambung retikuler yang diinfiltrasi oleh limfosit. Jaringan limfoid ini
terdistribusi luas di seluruh tubuh baik sebagai organ limfoid ataupun sebagai kumpulan limfosit difus dan
padat. Jaringan limfoid terdiri dari Nodus dan nodulus limfoid. Organ limfoid sendiri merupakan massa atau
sekumpulan jaringan limfoid yang dikelilingi oleh kapsul jaringan penyambung atau dilapisi oleh epitelium.
Organ limfoid berupa kumpulan nodulus kecil yang mengandung banyak limfosit merupakan tempat awal
terjadinya respon imun spesifik terhadap antigen protein yang dibawa melalui sistem limfatik. Organ limfoid
terdiri atas:
1. Organ limfoid primer Organ limfoid primer atau sentral yaitu kelenjar timus dan bursa fabricius atau
sejenisnya seperti sumsum tulang, diperlukan untuk pematangan diferensiasi dan proliferasi sel T dan sel B
sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen.
2. Organ limfoid sekunder Organ limfoid sekunder utama adalah sistem imun kulit (Skin Associated
Lymphoid Tissue/ SALT), Mucosal Associated Lymphoid Tissue/ MALT), Gut Associated Lymphoid
Tissue/ GALT), kelenjar limfe dan lien.
Snell, R. S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Dialih bahasakan oleh Sugarto L. Jakarta: EGC.
c. Bagaimana histologi pada kasus ?
d. Bagaimana fisiologi pada kasus?
e. Apa etiologi benjolan pada kasus ?
Secara umum benjolan di daerah leher, disebabkan oleh lima kelainan atau penyebab utama yaitu :
a)Kelainan kongenital
b) Infeksi
 Infeksi akut disertai adanya gejala panas badan, rasa sakit dan gejala panas dan adanya warna
kemerahan benjolan tersebut.
 Infeksi kronis yang paling sering ditemukan adalah penyakit TBC kelenjar : Benjolan, ukuran
beberapa milimeter sampai beberapa centimeter dan paling sering terletak di samping
leher kiri atau kanan.
c) Neoplasma, adalah penyakit pertumbuhan sel, ada yang jinak dan ganas
d)Trauma
Trauma di daerah leher bisa terjadi akibat benturan benda tumpul sehingga terjadi bekuan darah atau
hematom dan membentuk benjolan seperti tumor’
e)Penyebab lainnya
 Penyakit imunologik
 Penyakit keganasan
f) Hematologik
Tumor metastatik ke kelenjar limfePenyakit endokrin : hipertiroid
 Penyakit cadangan lipid
 Penyakit idiopatik

Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad H.,
Edisi 13, Jakarta: EGC
f. Bagaimana patofisologi benjolan pada kasus ?
g. Apa saja klasifikasi dari benjolan ?
h. Apa kemungkinan penyakit dengan benjolan pada kasus?
i. Apa makna benjolan tidak terasa nyeri?
Benjolan yang jika di tekan tidak terasa nyeri dan Nodul yang keras dan tanpa rasa sakit biasanya adalah
tanda-tanda kanker metastatik atau penyakit granulomatosa.

Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad H., Edisi
13, Jakarta: EGC

j. Apa hubungan usia dan pekerjaan dengan keluhan pada kasus ?

2. Tn. Santoso juga mengeluh sering merasa demam yang tidak terlalu tinggi, sering berkeringat terutama pada
malam hari. Tn. Santoso merasa nafsu makan dan berat badan semakin turun sejak 3 bulan terakhir hal ini
terbukti dari pakaian yang menjadi longgar. Tn. Santoso juga mengeluh merasa badan terasa lemas. Tn. Santoso
pernah berobat ke puskesmas 3 bulan yang lalu kemudian diberi dokter antibiotik tapi keluhan benjolan semakin
membesar.
a. Apa etiologi demam pada kasus?
b. Bagaimana patofisiologi demam pada kasus?
patofisiologi demam
Substansi yang dapat menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik eksogen maupun endogen.
Pirogen eksogen berasal dari mikroorganisme seperti bakteri, virus dan jamur. Sedangkan pyrogen endogen
berupa molekul-molekul kimia seperti kompleks antigen-antibodi, metabolit steroid androgenic dan sitokin
inflamasi (IL-1, IL-6, TNF dan IFN). Pirogen dapat menyebabkan demam melalui stimulus hipotalamus.
Pirogen eksogen yang masuk kedalam tubuh atau zat asing akan dikelilingi dan dilekatkan pada
immunoglobulin serta komplemen dan selanjutnya difagosit oleh makrofag (sel kupfeer). Proses ini akan
melepaskan sejumlah sitokin pro inflamasi seperti IL-1, IL-6, TNF-α, Interferon (IFN) yang akan bekerja
pada daerah preoptik hipotalamus anterior. Sitokin akan memicu pelepasan asam arakidonat dari membrane
fosfolipid dengan bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakidonat selanjutnya diubah menjadi PGE2 karena
peran dari enzim siklooksigenase. PGE2 dapat terbentuk secara langsung dan dapat terbentuk melalui
pelepasan cyclic adenosine monophosphate (cAMP) yang nantinya akan meningkatkan suhu termostat di 10
susunan saraf pusat dan menyebabkan demam
(Sherwood, 2014).
c. Apa makna dari sering berkeringat terutama pada malam hari?
d. Bagaimana patofisiologi sering berkeringat?
e. Bagaimana patofisiologi nafsu makan dan BB yang menurun?
Gula darah di dalam tubuh menurun  Kelaparan  Hipothalamus sebagai pusat lapar & kenyang
dan beberaoa hormin seperti hormone insulin, glucagon, ghrelin, & leptin bekerja sama  nafsu
makan meningkat.

f. Apa etiologi badan terasa lemas?


g. Bagaimana mekanisme badan terasa lemas?
h. Apa makna 3 bulan yang lalu diberi dokter antibiotik tetapi benjolan semakin membesar?
i. Apa fungsi antibiotik?
Antibiotik berfungsi menghambat pertumbuhan atau mematikan kuman, namun memiliki toksisitas yang
rendah bagi manusia Antibiotik merupakan salah satu senjata paling ampuh untuk memerangi infeksi yang
mengancam jiwa pada hewan maupun manusia Antibiotik yang membunuh bakteri disebut bakterisidal,
sedangkan antibiotik yang menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik
Etebu E & Arikekpar I. Antibiotics: Classification and Mechanisms of Action with Emphasis on Molecular
Perspectives: International Journal of Applied Microbiology and Biotechnology Research. 2016;4(6):90-101.
j. Apa hubungan keluhan utama dan keluhan tambahan?

3. Pemeriksaan fisik:
Keadaan Umum: Kompos mentis
Tanda Vital : TD 100/60 mmHg, Nadi 106x/menit, regular, isi dan tegangan cukup; RR 20x/mnt; Temp 37,2
o
C.
TB 160cm, BB sebelumnya 54kg, BB saat ini 49 kg

Pemeriksaan Spesifik :
Kepala : Konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik.
Leher : Regio colli dekstra.
Inspeksi: tampak benjolan sebesar telur ayam, warna benjolan sama dengan warna kulit.
Palpasi: teraba 1 buah benjolan, diameter 3x6 cm, permukaan tidak rata, batas tidak tegas, konsistensi keras, bisa
digerakkan, dolor (-), fluktuasi (-), calor (-).
Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal
Regio aksilaris dekstra
Inspeksi: tampak 2 buah benjolan sebesar kelereng, warna benjolan sama dengan warna kulit.
Palpasi: teraba 2 buah benjolan, diameter 1.5x1.5 cm, permukaan rata, batas tegas, konsistensi keras, bisa
digerakkan, dolor (-), fluktuasi (-), calor (-)
Abdomen : datar, lemas, timpani, hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Regio inguinalis dekstra et sinistra
Inspeksi: tampak 2 buah benjolan sebesar kelereng, warna benjolan sama dengan warna kulit.
Palpasi: teraba 2 buah benjolan, diameter 1x1cm, permukaan rata, batas tegas, konsistensi keras, bisa
digerakkan, dolor (-), fluktuasi (-), calor (-)
Ekstremitas : telapak tangan dan kaki tampak pucat.
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik dan spesifik pada kasus?
b. Pemeriksaa Kategori Interpretasi
n
TD 100-120/60-80mmHg TD 100/60 mmHg
Interpretasi :
Normal

Isi dan tegangan cukup Interpretasi :


Normal
Nadi 60-100x/menit 106x/menit
Interpretasi :
Takikardi
Suhu <36oC :Hipotermi Suhu 37,2 oC
36,5-37,5 oC: Normal Interpretasi :
37,5-40oC : Subfebris Normal
>40 oC :Hipertermi

RR 16-24x/menit RR 20x/menit :
Normal

Kepala Konjungtiva anemis Anemia

Sklera tidak ikterik Normal

Leher Benjolan sebesar telur Limfoma


ayam, berwarna sama Non hodgkin
dengan kulit, diameter
3 X 6 cm, permukaan
tidak rata, batas tidak
tegas, konsistensi
keras, bisa digerakkan,
dolor (-), fluktuasi (-),
calor (-).

Thorax Jantung dan paru Normal


dalam batas normal

Regio aksilaris dekstra

Limfoma
tampak 2 buah
Non hodgkin
benjolan sebesar
kelereng, warna
benjolan sama dengan
warna kulit.
teraba 2 buah benjolan,
diameter 1.5x1.5 cm,
permukaan rata, batas
tegas, konsistensi
keras, bisa digerakkan,
dolor (-), fluktuasi (-),
calor (-)

Abdomen Datar,lemas,timpani,he Normal


par tidak teraba, lien
tidak teraba
Regio inguinalis dekstra Limfoma non
et sinistra hodgin
Inspeksi: tampak 2 buah
benjolan sebesar
kelereng, warna
benjolan sama dengan
warna kulit.
Palpasi: teraba 2 buah
benjolan, diameter
1x1cm, permukaan rata,
batas tegas, konsistensi
keras, bisa digerakkan,
dolor (-), fluktuasi (-),
calor (-)
Ekstremitas Telapak tangan dan Anemia
kaki tampak pucat

(Burnside, 2000)

c. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik dan spesifik pada kasus?
 Konjungtiva Anemis, terjadi mutasi gen globin β pada kromosom 11 -> penurunan kecepatan
sintesis β globin -> sintesis rantai globintidak seimbang penurunan sintesis rantai globin β dan
kelebihan relatif rantai globin α -> rantai globin α yang berlebih akan berpresipitasi pada progenitor
eritrosit dalam sumsum tulang dan dalam eritrosit pada darah tepi -> gangguan pematangan
prekursor eritrosit intrameduler dan eritrosit abnormal didestruksi oleh RES -> eritropoisis inefektif
dan hemolisis penurunan kadar hemoglobin -> O2 carrying capacity menurun -> hipoksia jaringan
-> prioritas pada organ-organ vital -> vasokontriksiperifer -> suplai O2 ke perifer menurun
(konjungtiva) - konjungtiva anemis.
Robbins. 2018. Buku Ajar Patologi Dasar. Jakarta: Elsevier.
 LNH merupakan keganasan primer limfosit yang berasal dari limfosit B, limfosit T. Perubahan sel
limfosit normal menjadi sel limfoma (abnormal) merupakan akibat terjadinya mutasi gen pada salah
satu sel dari kelompok sel limfosit yang belum aktif yang tengah berada dalam proses transformasi
menjadi imunoblas akibat respon dari adanya antigen. Beberapa perubahan pada sel limfosit inaktif
adalah ukurannya semakin lebih besar,
Adanya antigen Sel Limfosit yang belum aktif Transformasi sel limfosit menjadi imunoblas
Mutasi gen pada salah satu kelompok sel limfosit inaktif Sel membesar Limfoma

Reksodiputro AH, Irawan C. Limfoma Non Hodgkin. 2009.PAPDI; Jilid III. Interna Publishing.
h:1251-61.

 Faktor internal/eksternal Gangguan nutrisi Penurunan Hb  Volume eritrosit menurun


Anemia Kaki dan tangan pucat

 Terjadi lisis eritrosit Volume darah berkurang Aliran darah ke jantung sedikit Suplai oksigen
sedikit Adanya aktifasi saraf simpatis jantung berkontraksi lebih kuat dan cepat takikardi.

Effendy S, Abdul Muthalib . Pendekatan Diagnosis dan Pengobatan Anemia. Pertemuan Ilmiah
Tahunan Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta, 2001 ; 63 -72

4. Hasil Laboratorium: darah rutin: hemoglobin 9 g/dl, leukosit 8.000/mm3, trombosit 190.000 µl, Ht 27, eritrosit
3.200.000µl, LED: 56 mm/jam.
Kimia Klinik: asam urat 10mg/dL, LDH 450mg/dL, SGOT 20 U/L, SGPT 25 U/L, ureum 41mg/dL, kreatinin 4,8
U/L
Rontgen thoraks dalam batas normal
a. Bagaimana interpretasi hasil laboratorium pada kasus?
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan laboratorium pada kasus?

5. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus?


Pemeriksaan limfadenopati diawali dengan anamnesis umur penderita dan lamanya limfadenopati. Pajanan untuk
menentukan penyebab limfadenopati. Gejala yang menyertai seperti fatigue, malaise, dan demam, sering
menyertai limfadenopati servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis. Demam, keringat malam,
dan penurunan berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala limfoma B symptom.

Pemeriksaan fisik antara lain adalah: lokasi, menentukan apakah limfadenopati lokalisata atau generalisata dapat
mempersempit pemeriksaan. Nodul yang membesar pada daerah limfa sebagian besar merupakan penyakit lokal.
Keberadaan limfangitis juga bisa mendeteksi infeksi lokal. Nodul limfa yang terkait dengan keganasan cenderung
melibatkan beberapa kelompok nodul. limfadenopati di area supraklavicular memiliki risiko keganasan tertinggi;
risiko ini adalah 90% pada pasien berusia lebih dari 40 tahun dan 25% pada mereka yang berusia di bawah 40
tahun.

Pemeriksaan laboratorium dari limfadenopati diantaranya adalah complete blood cell count (CBC) with
differential, erythrocyte sedimentation rate (ESR), lactate dehydrogenase (LDH), specific serologies based on
exposures and symptoms [B. henselae, Epstein–Barr virus (EBV), HIV], tuberculin skin testing (TST)
Pemeriksaan radiologi diantaranya yaitu ultrasonografi bisa berguna untuk diagnosis dan monitor pasien dengan
limfadenopati, terutama jika mereka memiliki kanker tiroid atau riwayat terapi radiasi saat muda. Magnetic
Resonance Imaging (MRI), peningkatan gadolinium, dan rangkaian supresi lemak telah memungkinkan akurasi
yang sebanding. Juga, deteksi MRI dari invasi arteri karotis oleh penyebaran ekstrakaspular tumor dari nodul
sering kali lebih unggul daripada CECT. CT-Scan, pemeriksaan CT nodul limfa dilakukan bersamaan selama
pemeriksaan CT terhadap sebagian besar tumor suprahyoid dan infrahyoid atau peradangan.
Gaddey, Heidi L, Angela M, Riegel DO. Unexplained Lymphadenopathy: Evaluation and Differential Diagnosis.
American Family Phsyician. 2016; 94:11.

6. Bagaimana diagnosis banding pada kasus?


7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan?
8. Apa working diagnosis pada kasus?
9. Bagaimana tatalaksana pada kasus?
Tatalaksana atau pengobatan awal yang dilakukan pada Limfadenopati biasanya adalah diberikan
antibiotik dengan durasi 1-2 minggu serta diobservasi. 15 Beberapa antibiotik ditargetkan untuk bakteri
seperti Staphylococcus aureus dan Streptococci group A. Antibiotik yang disarankan untuk
limfadenopati adalah cephalosporins, amoxicillin/clavulanate (Augmentin), orclindamycin. Obat
kortikosteroid sebaiknya dihindari terlebih dahulu pada beberapa saat karena pengobatan dengan
kortikosteroid dapat menunda diagnosis hitologik dari leukemia atau limfoma.

Gaddey, Heidi L, Angela M, Riegel DO. Unexplained Lymphadenopathy: Evaluation and Differential Diagnosis.
American Family Phsyician. 2016; 94:11.

10. Bagaimana komplikasi pada kasus?


11. Bagaimana prognosis pada kasus?
12. Bagaimana SKDU pada kasus?
3A.
Bukan gawat darurat Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada
keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.Bagaimana NNI terkait kasus tersebut?

HIPOTESIS
Tn. Santosa laki laki 47 tahun mengalami limfoma pada regio colli dextra, regio axillaris dextra, inguinalis dextra et
sinistra yang mengakibatkan timbul suspek keganasan disertai penurunan kadar Hb yang menyebabkan anemia (sintha &
candra)

KERANGKA KONSEP

Anda mungkin juga menyukai