Penyakit akibat infeksi jamur merupakan salah satu penyakit yang dipelajari dalam
bidang ilmu Mikrobiologi, khususnya, mikologi kedokteran. Pemeriksaan yang lazim dan mudah
dilakukan dalam penegakkan diagnosis infeksi jamur adalah dengan cara pemeriksaan
mikroskopik. Visualisasi stuktur jamur dalam spesimen invasif dan steril masih dianggap sebagai
standar emas untuk diagnosis infeksi jamur. Pemilihan spesimen, dan pemrosesan spesimen yang
tepat merupakan langkah penting untuk essential meningkatkan sensitivitas diagnostik
konvensional ini
Bahan pemeriksaan atau spesimen dapat diambil dari berbagai lokasi tubuh sesuai gejala
penyakitnya. Misalnya; kerokan kulit, kuku, rambut, nanah, biopsi jaringan, sputum, urine,
cairan pleura, dll. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan spesimen:
Pastikan bahwa pada saat penerimaan sampel, data pasien lengkap
Menentukan akseptabilitas dan kecukupan spesimen.
Periksa spesimen secara visual untuk mengamati nekrosis, purulensi dan butiran.
Untuk meningkatkan sensitivitas, gunakan bagian spesimen yang paling purulen, nekrotik,
dan menghitam untuk preparasi apusan dan inokulasi kultur. Atau pada kulit, dapat diambil
dari lesi yang sedang aktif.
Inokulasikan spesimen swab (atau cairan) langsung pada permukaan media yang sesuai.
Cara Kerja:
1. Dilakukan pembuatan sediaan langsung dengan bahan jamur yang telah disediakan
2. Teteskan satu tetes KOH atau lactophenol blue pada object glass
3. Ambil ose, sterilkan, lalu ambil biakan jamur
4. Aduk jamur ke tetesan KOH pada object glass
5. Tutup dengan cover glass
6. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan 400x
7. Laporkan bentuk morfologi yang terlihat