Anda di halaman 1dari 16

PI-2.

Penglihatan Infeksi
Praktikum Mikrobiologi
Sasaran pembelajaran terminal :
Apabila diberi data sekunder
penderita tersangka infeksi, mahasiswa mampu
menjelaskan etiologi, patogenesis, rencana pemeriksaan laboratorium mikrobiologi
konvensional, molekular dan serologi, termasuk pemilihan, pengambilan,
pengumpulan, dan pengiriman spesimen sesuai prosedur baku; dan interpretasi hasil
untuk membantu menegakkan diagnosis, pencegahan dan penatalaksanaan penyakit
infeksi pada organ penglihatan
Sasaran pembelajaran penunjang :
Bila menghadapi data tentang mikroba, mampu membedakan mikroba
yang
merupakan flora normal, oportunis dan
mikroba
patogen pada
manusia
berdasarkan sifat-sifatnya; dapat melakukan pemeriksaan mikrobiologik sederhana
dan memahami pemeriksaan mikrobiologik molekuler terhadap penyakit infeksi pada
organ penglihatan
Tujuan :
1. Memahami berbagai penyebab infeksi pada organ penglihatan
2. Memahami cara pengambilan spesimen mata
3. Memahami prosedur pemeriksaan mikrobiologi untuk identifikasi mikroorganisme
penyebab infeksi pada organ penglihatan
Pengantar :
Mikroorganisme pada organ penglihatan
A. Infeksi bakterial
1. Staphylococcus aureus
Berbentuk kokus positif Gram, bergerombol dengan diameter 1 m. Beberapa strain
mempunyai kapsul. Non fastidious. Pada perbenihan agar darah berwarna kuning keemasan.
Katalasa positif; koagulasa positif,; beberapa strain memfermentasikan manitol secara
anaerob.
Dapat menyebabkan konjungtivitis, panopthalmitis, akut dacryocystitis
yang
merupakan infeksi sekunder pada kantung lakrimalis
2. Haemophilus influenzae
Haemophilus sp. ditemukan sampai 75% sebagai flora normal pada membran mukosa
saluran napas bagian atas orang dewasa sehat. H.influenzae pada keadaan tertentu dapat
menyebabkan meningitis, konjungtivitis, sinusitis, selulitis, otitis media, epiglotitis, pneumonia,
bronchitis dan arthritis.
Bakteri tersebut bersifat negatif Gram, berbentuk batang pendek/ kokoid, tetapi bila
telah lama disimpan dapat berubah menjadi bentuk pleomorfik.
Bakteri ini bersifat fastidious. Untuk pertumbuhannya bakteri ini memerlukan faktor X dan
faktor V sebagai faktor pertumbuhan. Perbenihan yang biasa dipergunakan adalah agar coklat
yaitu agar darah yang dipanaskan. Pada perbenihan ini Haemophilus tumbuh dengan
membentuk koloni-koloni kecil, bulat, konveks dan mengkilat. Bila tumbuh dekat
Staphylococcus aureus, bakteri ini akan tumbuh lebih besar (fenomena satelit). Bakteri ini
mempunyai kapsul, yang dapat dilihat dengan reaksi serologi (Capsule swelling test).
Spesimen untuk pemeriksaan laboratorium dapat berupa usap tenggorok, pus, darah
dan cairan otak. Spesimen untuk biakan tidak boleh disimpan atau dikirim pada suhu dingin.
Spesimen harus dikirim sesegera mungkin pada suhu ruang.

3. Pseudomonas aeruginosa
P. aeruginosa adalah bakteri oportunis patogen, obligat aerob, berbentuk batang
negatif Gram, bersifat motil dengan flagel polar, tumbuh pada media selektif mengandung
empedu, memiliki pigmen piosianin berwarna hijau. Oksidasa positif, sitrat positif.
Dapat menginfeksi seluruh bagian tubuh dan menimbulkan berbagai predisposisi :
infeksi kulit dan luka bakar, sistitis fibrosis, pneumonia pada pasien intubasi, infeksi saluran
kemih, septikemia, osteomielitis, endokarditis, otitis eksterna dan media, konjungtivitis,
keratitis, katarak, dan infeksi pada mata bagian orbital dan dalam.
4. Neisseria gonorrhoeae
Neisseriae merupakan bakteri negatif Gram, diplokokus menyerupai sepasang ginjal
yang dapat ditemukan intraselular atau ekstraseluler. Bersifat kapnofilik, uji oksidase positif,
reaksi biokimia pada CTA (Cysteine Trypticase Agar) memperlihatkan bahwa N. gonorrhoeae
hanya meragi glukosa.
N. gonorrhoeae yang resisten penisilin memberikan hasil (tes beta-laktamase) positif
dengan tes yodometri jika terjadi perubahan warna biakan menjadi biru kehitaman atau uji
cefinase jika terjadi perubahan warna menjadi merah muda dalam 5 -10 menit.
N. gonorrhoeae (Gonokokus) dapat menginfeksi traktus urogenitalis laki-laki dan
perempuan dan dapat menyebabkan konjungtivitis akut pada bayi yang baru lahir dari ibu
penderita gonorrhoeae urogenital, Ophtalmia neonatorum dapat merusak penglihatan atau
buta bila tidak diobati.
5. Chlamydia trachomatis
Chlamydia merupakan parasit intrasel obligat berbentuk sferis dengan garis tengah
0,2 - 0,4 m, dengan satu inti dan sejumlah ribosom yang diliputi oleh dinding sel yang
terdiri dari beberapa lapis, tidak bergerak. Penyebab trakhoma yang melibatkan
konjungtiva dan kornea.
Infeksi Chlamydia okuler dapat didiagnosis dengan :
1. Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik langsung, yaitu deteksi badan inklusi dengan
pewarnaan Giemsa atau deteksi antigen menggunakan mikroskop
immunofluoresence
2. Biakan
Biakan hanya dapat dilakukan pada biakan sel, misalnya sel McCoy atau HeLa.
3. Serologi untuk mendeteksi antigen dari spesimen mata.
4. Deteksi asam nukleat
.
B . Infeksi Jamur
Candida albicans
Candida albicans termasuk khamir , dapat bertahan hidup dalam keadaan kering.
Khamir ini berkembang biak dengan tunas.
Candida albicans dapat menyebabkan inflamasi akut dengan plak dan eksudat
berwarna putih di mulut dan tenggorok. Dapat menyebabkan stomatitis, keratitis,
korioretinitis dan otitis eksterna.
Pada pewarnaan Gram specimen klinis terlihat sel ragi bersifat positif Gram. Biakan
dari bahan klinis menggunakan agar Sabouraud dekstrosa, bila perlu ditambahkan antibiotik
untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Koloni jamur ini bewarna kekuningan, konsistensi
lunak.
C. Infeksi Virus
1. Virus herpes simplex

Virus herpes simplex, anggota family Herpesviridae,


merupakan virus DNA
berbentuk sferis, ikosahedral. Virus herpes simplex dapat dibedakan menjadi :
Herpes simplex virus type 1 (HSV-1) dapat menyebabkan herpetic eye, infeksi
pada bibir, mulut dan muka terutama sering ditemukan di masyarakat pada anakanak. HSV-1 sering menyebabkan lesi di dalam mulut, seperti cold sores (fever
blisters). Transmisinya melalui kontak langsung atau dengan percikan saliva dari
penderita atau karier. Virus ini dapat menyebabkan infeksi pada mata di bagian
kornea dan disebut keratitis herpes simplex. Infeksi ini dapat muncul bila penderita
mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh karena berbagai masalah kesehatan.
Lebih dari 90 % orang dewasa sudah memiliki antibodi terhadap HSV-1.

Virus herpes simplex 2 (HSV-2) yang menyerang daerah genitalia. Yang disebut
belakangan ini, herpes genitalis pada masa kini sangat sering dijumpai. Penyakit
terutama timbul sesudah ada emosi atau kelelahan yang sangat dan dapat
menginfeksi janin atau bayi saat kelahiran. Virus tersebut dapat menginfeksi otak
(meningoencephalitis) atau mata

Pemeriksaan yang dapat dilakukan :


Mikroskopik untuk melihat badan inklusi pada lesi
Biakan menggunakan biakan sel
Direct fluorescent antibody (DFA) test
Serologi untuk mengukur IgM dan IgG
Deteksi asam nukleat
2. Adenovirus
Adenovirus merupakan virus DNA yang dapat menyebabkan konjungtivitis. Subtipe
adenoviral conjungtivitis lain yang penting adalah epidemic keratoconjungtivitis (pink eye)
dan pharyngo -conjunctival fever.
Infeksi adenovirus bisa bersifat akut atau kronis. 5-8% pasien dengan keratoconjunctivitis
epidemi mengalami gejala infeksi pernafasan. Satu atau kedua mata mungkin akan
terpengaruh. Sebagai gejala mereda konjungtivitis, sakit mata dan penyiraman dan
penglihatan kabur berkembang. Gejala-gejala dari keratitis dapat berlangsung selama
beberapa bulan, dan sekitar 10% dari infeksi ini menyebar ke sedikitnya satu anggota
keluarga lainnya pasien.
Transmisi adenovirus dapat melalui :
Inhaling airborne viruses
berenang dalam air yang terkontaminasi oleh virus adeno, menggunakan cairan
tetes mata atau intrumen terkontaminasi, menyeka mata dengan handuk yang
terkontaminasi, atau menggosok mata dengan jari-jari yang terkontaminasi.
Tidak mencuci tangan setelah menggunakan kamar mandi, kemudian
menyentuh mulut atau mata.
Infeksi Adenovirus sulit dibedakan dengan infeksi dari virus lainnya. Diagnosis definitif
didasarkan pada kultur atau deteksi virus pada sekresi mata, dahak, urin, atau tinja.
Tugas
1. Setiap mahasiswa mengamati dan mempelajari struktur makroskopik dan
mikroskopik bakteri dan jamur yang terlihat

2. Setiap mahasiswa mencatat slaid-slaid virus yang ditemukan pada infeksi


penglihatan
3. Mencatat penjelasannya dan melaporkan serta mendiskusikannya kepada
pembimbing
Pertunjukan
1. Sediaan dan Gram Staphylococcus aureus
2. Sediaan dan Gram Pseudomonas aeruginosa
3. Sediaan dan Gram N. gonorrhoeae
4. Sediaan Haemophilus influenzae (faktor X, V, dan XV)
5. Sediaan dan Gram Candida albicans
6. Slaid-slaid virus

Hasil pengamatan

Gram : Staphylococus aureus

Sediaan : Staphylococus aureus

Gram : Pseudomonas aeruginosa

Sediaan : Pseudomonas aeruginosa

Gram : Neisseria gonorhoeae

Sediaan : Neisseria gonorhoeae

Gram : Haemophylus sp.

Sediaan : Haemophylus influenzae dengan


faktor X, V dan XV

LPCB : Candida albicans

Sediaan : Candida albicans

Slaid : Virus Herpes simpleks

Slaid : Virus Adeno

Pertanyaan
1. Apa yang telihat secara mikroskopik dan makroskopik pada pemeriksaan
mikroorganisme penyebab infeksi pada organ penglihatan?
2. Jelaskan perbedaan biakan antara ragi dan jamur!
3. Sebutkan pemeriksaan laboratorium mikrobiologi untuk menunjang diagnosis
penyebab infeksi pada organ penglihatan!

Daftar pustaka
1.

Brown, A.E : Bensons Microbiological Applications. Laboratory manual in General


Microbiology. 9th ed. McGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue of the Americas,
New York. 2005. 1-159

2.

Cappuccino, JG and Sherman N : Microbiology a Laboratory Manual. 8 th ed. State


University of New York. San Fransisco. Pearson Benjamin Cummings. 2008. 29
207

3.

Cheesbrough, M : Medical Laboratory Manual for Tropical Countries, Vol II :


Microbiology. Butterworth-Heinemann Ltd. University Press, Cambridge. 1984.
40 45

4.

Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS. Bailey & Scotts Diagnostic Microbiology, 12th
ed. Mosby Elsevier, 2007.

5.

Mahon, C.R. and Manuslis G. : Diagnostic Microbiolgy. WB Saunders Comp.


London. 2007.

6.

Staf Pengajar Departemen Mikrobiologi FKUI : Buku Penuntun Praktikum


Departemen Mikrobiologi. PT Medical Multimedia Indonesia, Kramat Raya 31
Jakarta. 2008.

PII Penghidu dan Pengecap


Praktikum Mikrobiologi

Sasaran pembelajaran terminal :


Apabila diberi data sekunder
penderita tersangka infeksi, mahasiswa mampu
menjelaskan etiologi, patogenesis, rencana pemeriksaan laboratorium mikrobiologi
konvensional, molekular dan serologi, termasuk pemilihan, pengambilan,
pengumpulan, dan pengiriman spesimen sesuai prosedur baku; dan interpretasi hasil
untuk membantu menegakkan diagnosis, pencegahan dan penatalaksanaan penyakit
infeksi pada organ Penghidu dan Pengecap
Sasaran pembelajaran penunjang :
Bila menghadapi data tentang mikroba, mampu membedakan mikroba
yang
merupakan flora normal, oportunis dan
mikroba
patogen pada
manusia
berdasarkan sifat-sifatnya; dapat melakukan pemeriksaan mikrobiologik sederhana
dan memahami pemeriksaan mikrobiologik molekuler terhadap penyakit infeksi pada
organ Penghidu dan pengecap
Tujuan :
1. Memahami berbagai penyebab infeksi pada organ penghidu dan pengecap
2. Memahami dan mampu melakukan cara pengambilan spesimen usap hidung
3. Memahami prosedur pemeriksaan mikrobiologi untuk identifikasi mikroorganisme
penyebab infeksi pada organ penghidu dan pengecap
Pengantar :
Pengambilan usap hidung
Hidung merupakan bagian dari pintu masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh.
Mikroorganisme yang umumnya ada di hidung adalah Staphylococcus aureus , dfteroid,
Streptococcus beta-haemolyticus dan Candida albicans.
Biakan dari usap hidung tidak digunakan untuk menemukan mikroorganisme
penyebab infeksi sinus, telinga tengah, atau saluran nafas bagian bawah, dan jugfa tidak
untuk biakan anaerob.
Bahan
1. Garam faal (NaCl)
2. Usap lidi kapas steril
3. Alat dan bahan pewarnaan Gram
Cara kerja
1. Cuci tangan dengan sabun yang tersedia
2. Pengambilan usap hidung :
a. Basahi lidi kapas steril dengan NaCl dan tiriskan pada dinding kaca tabung
b. Usapkan lidi kapas steril pada lubang hidung salah satu teman anda, putar
perlahan satu arah
c. Diamkan lebih kurang 10- 15 detik
d. Goreskan pada kaca objek
e. Dan buat pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram
Reagen
1. Ungu kristal karbol/ungu 2 %
2. Alkohol 95 %

3. Grams iodine / lugol


4. Safranin 0,25 %
Cara kerja
1. Bersihkan gelas alas dan beri tanda di bawah gelas alas menggunakan pensil gelas
2. Buatlah sediaan pada gelas alas, biarkan kering di udara lalu dilewatkan diatas api
untuk merekatkan sediaan
3. Tuangkan ungu kristal karbol/gentian ungu, biarkan selama 1 menit
4. Cuci dengan air
5. Tuangkan Grams iodine / lugol, biarkan selama 45 60 detik, kemudian cuci dengan
air
6. Celupkan ke dalam bejana yang mengandung alkohol 95 % dan goyang-goyangkan
selama 30 detik, atau hingga tak ada zat warna ungu lagi yang mengalir dari sediaan
7. Cuci dengan air
8. Warnai dengan Safranin selama 45 detik, cuci dengan air
9. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x 10, menggunakan minyak
emersi
Hasil pewarnaan
Bakteri positif Gram berwarna ungu
Bakteri negatif Gram berwarna merah
Tugas
1. Tiap mahasiswa melakukan pengambilan usap hidung dan warnai dengan pewarnaan
Gram kemudian gambar pada lembar kerja
2. Melakukan pewarnaan Gram dari Candida sp.
3. Mencatat penjelasannya dan melaporkan serta mendiskusikannya kepada
pembimbing
Pertunjukan
1. Medium transpor dan usap steril
2. Sediaan MSA dan Gram Staphylococcus aureus
3. Sediaan dan Gram Candida albicans
4. Biakan mikroorganisme rongga hidung pada lempeng agar darah
5. Pewarnaan Gram dari mikroorganisme yang ditemukan pada rongga hidung
Hasil pengamatan

Medium transpor dan usap kapas

Gram : Staphylococus aureus

Sediaan : Staphylococus aureus pada agar


MSA

Gram : Candida albicans

Sediaan : Candida albicans

Hasil Pengamatan usap tenggorok pasien

Lempeng agar darah

Pewarnaan Gram

Pertanyaan
1. Jelaskan cara pengambilan usap hidung secara tepat!
2. Sebutkan indikasi pemeriksaan usap hidung
Daftar pustaka
1.

Brown, A.E : Bensons Microbiological Applications. Laboratory manual in General


Microbiology. 9th ed. McGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue of the Americas,
New York. 2005. 1-159

2.

Cappuccino, JG and Sherman N : Microbiology a Laboratory Manual. 8 th ed. State


University of New York. San Fransisco. Pearson Benjamin Cummings. 2008. 29
207

3.

Cheesbrough, M : Medical Laboratory Manual for Tropical Countries, Vol II :


Microbiology. Butterworth-Heinemann Ltd. University Press, Cambridge. 1984.
40 45

4.

Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS. Bailey & Scotts Diagnostic Microbiology, 12th
ed. Mosby Elsevier, 2007.

5.

Mahon, C.R. and Manuslis G. : Diagnostic Microbiolgy. WB Saunders Comp.


London. 2007.

6.

Staf Pengajar Departemen Mikrobiologi FKUI : Buku Penuntun Praktikum


Departemen Mikrobiologi. PT Medical Multimedia Indonesia, Kramat Raya 31

Jakarta. 2008.

PIII-1 Pendengaran
Praktikum Mikrobiologi
Sasaran pembelajaran terminal
Apabila diberi data sekunder
penderita tersangka infeksi, mahasiswa mampu
menjelaskan etiologi, patogenesis, rencana pemeriksaan laboratorium mikrobiologi
konvensional, molekular dan serologi, termasuk pemilihan, pengambilan, pengumpulan,
dan pengiriman spesimen sesuai prosedur baku; dan interpretasi hasil untuk membantu
menegakkan diagnosis, pencegahan dan penatalaksanaan penyakit infeksi pada organ
Pendengaran.
Sasaran-sasaran pembelajaran penunjang
Bila menghadapi data tentang mikroba, mampu membedakan mikroba
yang
merupakan flora normal, oportunis dan
mikroba
patogen pada
manusia
berdasarkan sifat-sifatnya; dapat melakukan pemeriksaan mikrobiologik sederhana
dan memahami pemeriksaan mikrobiologik molekuler terhadap penyakit infeksi pada
organ Penghidu dan pengecap
Tujuan :
1. Memahami berbagai penyebab infeksi organ pendengaran
2. Memahami cara pengambilan spesimen telinga untuk pemeriksaan mikrobiologi
3. Memahami prosedur pemeriksaan mikrobiologi untuk identifikasi mikroorganisme
penyebab infeksi organ pendengaran

Pengantar :

Otitis Media Akut (OMA)


Otitis media adalah infeksi atau inflamasi / peradangan di telinga tengah. Penyebab otitis
media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. Pada 25% pasien, tidak
ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang
menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah
Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenza, Moraxella cattarhalis,
Proteus mirabilis, Streptococcus pyogenes dan Bacteroides fragilis (anaerob). Jamur
penyerta tersering adalah Aspergillus sp.

A. Infeksi bacterial
1. Streptococcus pneumoniae
Berbentuk lanset, diplokokus
positif Gram, bersimpai, tumbuh subur dalam
perbenihan yang mengandung darah dan menghasilkan hemolisis alfa, hancur dalam cairan
empedu, reaksi inulin positif, reaksi optokhin positif, reaksi katalasa negative.
Dapat menyebabkan pneumoniae, septikemia,meningitis, infeksi telinga tengah
(otitis), sinusitis dan konjungtivitis. Identifikasi berdasarkan morfologi sel, koloni, serta
imunologi (reaksi Quellung) untuk penentuan serotipe.
2. Streptococcus pyogenes

Berbentuk kokus seperti rantai, positif Gram, non motil, tidak berspora, tumbuh subur
dalam perbenihan yang mengandung darah dan menghasilkan hemolisis beta, reaksi
basitracin (0,04 unit) positif, reaksi katalasa negatif
Dapat menyebabkan infeksi saluran nafas atas dan infeksi kulit serta jaringan
penunjang ( misal : selulitis, erysipelas, limfadenitis). infeksi telinga (otitis media dan
mastoiditis), infeksi tenggorok akut (tonsillitis dan faringitis), septikemia dan endokarditis.
3. Proteus sp.
Spesies penting dalam kedokteran adalah Proteus mirabilis dan Proteus vulgaris.
Merupakan batang negatif Gram, bersifat anaerob fakultatif, bersifat toleran terhadap
empedu, pH alkalis, menimbulkan bau yang khas, sangat motil, menjalar pada media
perbenihan, meragi laktosa, menghasilkan ureasa, reaksi indol negatif untuk Proteus
mirabilis dan positif untuk Proteus vulgaris.
Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih, infeksi luka operasi,
septikemia, pneumoniae pada penderita dengan penurunan sistem kekebalan tubuh, otitis
eksterna dan otitis media.
4. Moraxella catarrhalis (Branhamella catarrhalis)
Bakteri ini bersifat kokus negatif Gram, fastidious, dan merupakan bakteri oportunis
di saluran nafas. Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai infeksi seperti bronkhitis, bronkopneumonia, sinusitis dan otitis media.
5. Bacteroides fragilis
Bacteroides bersifat anaerob, negatif Gram pleomorfik, tidak berspora, tidak
bergerak.
Bacteroides fragilis adalah flora normal di membran mukosa. Bila terjadi lesi di membran
mukosa, bakteri ini dapat menyebabkan berbagai infeksi, misalnya otitis media, sepsis,
infeksi intra abdomen pasca-operasi, dan abses di berbagai organ. Umumnya terjadi infeksi
campuran antara bakteri aerob dan anaerob.
B. Infeksi Jamur
Aspergillus sp.
Aspergillus sp. merupakan jamur oportunis, yang dapat menginfeksi berbagai organ
terutama pada pasien dengan pemberian antibiotik jangka lama, pasien rawat inap yang
lama, atau pasien dengan kekebalan tubuh menurun. Jamur ini juga dapat mengakibatkan
keratitis, endophtalmitis, dan otitis media.
A. niger adalah salah satu penyebab otomikosis, dapat menyebabkan rasa sakit,
hilangnya pendengaran ringan sampai parah, dan rusaknya membran timphani.
Morfologi koloni pada agar Sabouraud dekstrosa berwarna putih, kuning, hijau, coklat
dan hitam tergantung dari speciesnya. Tekstur berbulu atau seperti kapas. Secara
mikroskopik hifa bersepta, konidia tumbuh dari sel akar, tidak bercabang dan
menggelembung di bagian atas berbentuk vesikel. Vesikel akan terisi merata dengan phialid
dan spora.

Tugas
1. Setiap mahasiswa mengamati dan mempelajari struktur makroskopik dan
mikroskopik bakteri dan jamur yang terlihat
2. Mencatat penjelasannya dan melaporkan serta mendiskusikannya kepada
pembimbing

Pertunjukan
1. Sediaan dan Gram Streptococcus pneumoniae.

2.
3.
4.
5.
6.

Sediaan
Sediaan
Sediaan
Sediaan
Sediaan

dan Gram Streptococcus pyogenes


dan Gram Moraxella catarrhalis
dan Gram Bacteroides fragillis
dan Gram Proteus mirabilis
dan LPCB Aspergillus niger

Hasil pengamatan

Gram : Streptococcus pneumoniae

Sediaan : Streptococcus pneumoniae

Gram : Streptococcus pyogenes

Sediaan : Streptococcus pyogenes

Gram : Moraxella catarrhalis

Sediaan : Moraxella catarrhalis

Gram : Proteus mirabilis

Sediaan : Proteus mirabilis

Gram : Bacteroides fragillis

Sediaan : Bacteroides fragillis

Gram : Aspergillus sp.

Sediaan : Aspergillus sp.

Pertanyaan
1. Apa yang telihat secara mikroskopik dan makroskopik pada pemeriksaan
mikroorganisme penyebab infeksi pada organ pendengaran?
2. Sebutkan mikroorganisme tersering penyebab infeksi pada organ pendengaran!
a. ...................................................................
b. ..................................................................
c. ...................................................................

d. ..................................................................
Daftar pustaka
1.

Brown, A.E : Bensons Microbiological Applications. Laboratory manual in General


Microbiology. 9th ed. McGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue of the Americas,
New York. 2005. 1-159

2.

Cappuccino, JG and Sherman N : Microbiology a Laboratory Manual. 8 th ed. State


University of New York. San Fransisco. Pearson Benjamin Cummings. 2008. 29
207

3.

Cheesbrough, M : Medical Laboratory Manual for Tropical Countries, Vol II :


Microbiology. Butterworth-Heinemann Ltd. University Press, Cambridge. 1984.
40 45

4.

Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS. Bailey & Scotts Diagnostic Microbiology, 12th
ed. Mosby Elsevier, 2007.

5.

Mahon, C.R. and Manuslis G. : Diagnostic Microbiolgy. WB Saunders Comp.


London. 2007.

6.

Staf Pengajar Departemen Mikrobiologi FKUI : Buku Penuntun Praktikum


Departemen Mikrobiologi. PT Medical Multimedia Indonesia, Kramat Raya 31
Jakarta. 2008.

Anda mungkin juga menyukai