Anda di halaman 1dari 20

Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 1 | A 6

Skenario 2
RUAM MERAH SELURUH TUBUH

Seorang ibu membawa anak perempuan usia 4 tahun ke RS dengan keluhan keluar ruam merah
di seluruh sejak tadi malam. Sejak 4 hari yang lalu anak demam disertai batuk, pilek, mata
merah, nyeri telan, muntah, nafsu makan menurun dan buang air besar lembek 2-3x /hari. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien tampak lemah, suhu 38,5 C. Ditemukan
koplik spot di rongga mulut, ruam makulopapular di belakang telinga, wajah, leher, badan dan
ektremitas. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Hasil laboratorium ditemukan
leukopenia.

















Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 2 | A 6

Kata sulit
1.Ruam makulopapular
2.Leukopenia
3.Koplik spot

Jawaban
1.Ruam makulopapular adalah bintik-bintik dan benjolan kecil kemerahan pada kulit (kemerahan
disertai peninggian permukaan kulit dengan ukuran bervariasi),biasanya bintiknya berbatas tegas
dan padat pada kulit,hilangnya 1-2 minggu.
2.Leukopenia adalah jumlah sel darah putih atau leukosit yang kurang dari normal (<5000 mm),
suatu kondisi klinis dimana sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih pada
sirkulasi perifer
3.Koplik spot adalah patognomik untuk campak merupakan ulkus kecil putih kebiruan atau
keabuan pada mukosa mulut berlawanan dengan molar mengandung sel datia antigen, virus dan
kleokapsid virus.Muncul di dalam mulut 2-3 hari kemudian












Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 3 | A 6

Pertanyaan
1.Apa penyebab campak ?
2.Apa yang dimaksud dengan campak ?
3.Virus apakah yang menyebabkan campak ?
4.Apa penyebab koplik spot dan ruam makulopapular ?
5.Bagaimana manifestasi klinik dari campak ?
6.Bagaimana mekanisme penularan dari campak ?
7.Mengapa pada campak bias terjadi leukopenia ?
8.Berapa kadar normal leukosit dalam darah ?
9.Komplikasi apa yang disebabkan oleh campak ?
10.Cara mengobati campak ?
11.Cara mencegah campak ?
Jawaban
1.Campak disebabkan oleh virus yang masuk dalam family paramyxovirus genusnya
morbillivirus termasuk virus RNA yang dapat bertahan pada suhu beku jika pada suhu kamar,
virulensinya berkurang 60% dan akan mati oleh sinar ultra violet.
2.Campak yaitu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh virus biasanya
mnyerang anak-anak
3.Virus penyebab campak rubeola (measles) genus morbillivirus
4.Penyebab koplik spot karena virusnya berada di mulut , penyebab ruam makulopapular karena
hasil interaksi sel imun dengan sel yang terinfeksi virus dalam pembuluh darah kecil.
5.Manifestasi klinik dari campak adalah batuk, pilek, demam, koplik spot, ruam makulopapular,
konjungtivis dan lainnya.
6.-Mekanisme penularan dari campak bias memalui udara,misalkan saat batuk sehingga lewat
cipratan air liur saat bersin.
-Virus masuk saluran pernafasan bermultifikasi menyebar ke jaringan limfe regional
multifikasi kembali viremia primer menyebar virus dan bereplikasi di system
Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 4 | A 6

retikuloendotelial viremia sekunder bersemai di permukaan epitel ruam timbul 14 hari
setelah antibodi yang beredar dapat dideteksi viremia hilang demam turun
7.Terjadinya leukopenia saat campak karena banyak leukosit nya yang mati saat menyerang
virus untuk melakukan pertahanan tubuh
8.Kadar normal leukosit 5000-10.000 mm
9.Komplikasi yang disebabkan oleh campak konjungtivitis, enteritis, kejang deman, laryngitis,
otitis media, ensefalitis (peradangan otak ), pneumonia, diare dan bronkopneumonia
10.Cara mengobati campak dengan pemberian cairan dan kalori yang cukup. Ada obat anti
demam, anti batuk, vitamin A 100.000 IU (Intra Unit) / oral dan antibiotik diberikan apabila ada
indikasi atau komplikasi
11.Pencegahan campak dengan imunisasi bcg,mmr saat anak berumur 9 bulan
















Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 5 | A 6

HIPOTESA
Campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubeola morbillivirus. Lalu gejala
campak adalah demam, batuk, pilek, koplik spot, ruam makulopapular, leukopenia dan lainnya.
Penularan campak melalui pernafasan dan campak dapat di cegah melalui imunisasi. Komplikasi
yang dapat terjadi karena campak adalah konjungtivitis, enteritis,kejang demam, laryngitis, otitis
media, diare, ensefalitis dan bronkopneumonia.





















Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 6 | A 6

Sasaran Belajar
1. Memahami dan Menjelaskan Virus Rubeola Morbillivirus
1.1. Definisi
1.2. Morfologi
1.3. Klasifikasi
1.4. Siklus hidup

2. Memahami dan Menjelaskan Campak
2.1.Definisi
2.2.Epidemiologi
2.3.Etiologi
2.4.Manifestasi
2.5.Patogenesis dan Patofisiologi
2.6.Komplikasi
2.7.Pemeriksaan
2.8.Diagnosis dan Diagnosis Banding
2.9.Pencegahan dan Pengobatan
2.10.Prognosis














Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 7 | A 6

1.Memahami dan Menjelaskan Virus Rubeola Morbillivirus
1.1.Definisi

Virus campak berasal dari genus Morbilivirus dan famili Paramyxoviridae. Virus
campak liar hanya patogen untuk primata. Kera dapat pula terinfeksi campak lewat darah atau
sekret nasofaring dari manusia. Hopkins, Koplan dan Hinman menyatakan bahws campak
tidak mempunyai
reservoir pada hewan dan tidak menyebabkan karier pada manusia. Virion campak berbentuk
spheris, pleomorphic, dan mempunyai sampul (envelope) dengan diameter 100-250 nm
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium
prodormal (kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan
demam, konjungtivitis dan bercak koplik

( Sumber : Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI )

Morbillivirus : virus mirip campak; genus virus dalam subfamily Paramyxovirus virinae
(family Paramyxoviridae) yang terdiri dari agen-agen penyebab campak, penyakit anjing,
penyakit ternak, dan peste des petits ruminants.

(Sumber : Dorland, W.A Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Ed.31Jakarta : EGC)

Virus campak atau virus rubeolla adalah virus RNA berantai tunggal, dari family
paramixovirus, dan genus morbillivirus. Virus campak hanya menginfeksi manusia, dimana
virus campak ini tidak aktif oleh panas, cahaya, Ph asam, eter, dan tripsin (enzim). Virus
rubeolla memiliki waktu kelangsungan hidup singkat di udara , atau pada benda dan
permukaan.
(Sumber : http://www.kesehatan123.com)

1.2.Morfologi

Family : Pramyxoviridae
Genus : Moribillivirus
Virus berenvelope
Pada envelope ada glikoprotein hemagglutinin dan glikoprotein fusion
Virionnya bulat, pleomorphic (dapat merubah bentuk / ukuran sesuai dengan kondisi
lingkungan), diameternya 150 nm
Asam nukleatnya tidak bersegmen, single heliks, RNA (-)
Genom virus campak hanya mengkodekan 8 protein, 6 di antaranya adalah struktural dan
2 yang terlibat dalam masuknya virus
Memiliki satu antigen yang bersifat stabil
Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 8 | A 6

(Sumber : http://www.ncbi.nlm.nih.gov )













Virion Bulat, pleomorfik, berdiameter 150-300 nm
Komposisi RNA (1%), protein (73%), lemak (20%),
karbohidrat (6%)
Genom RNA rantai tunggal, lurus, tidak bersegmen,
negative-sense
Protein Enam protein struktural
Enflop Mengandung glikoprotein hemagglutinin dan
glikoprotein fusi
Replikasi Sitoplasma; partikel bertunas dari membran
plasma
Ciri khas Stabil secara antigen, partikel labil snagat
infeksius

1.3.Klasifikasi
Keluarga Paramyxoviridae terdiri dari tiga genera: paramyxovirus, pneumovirus, dan
morbillivirus (Tabel 59-1). Semua anggota paramyxovirus berbagi sifat yang sama genus.
Pneumoviruses kurang aktivitas hemagglutinin dan neuraminidase. Mereka juga berbeda dari
paramyxoviruses lain dalam morfologi (diameter nukleokapsid dan proyeksi permukaan).
Morbillivirus dibedakan oleh adanya neuraminidase dalam virion dan dengan adanya amplop
umum dan antigen nukleokapsid dalam spesies yang tercantum dalam Tabel 59-1
Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 9 | A 6









Virus morbili berasal dari famili Paramyxoviridae. Famili ini semdiri pecah menjadi 2
subfamili dan 6 genus. 6 diantaranya patogen pada manusia :
a. Paramyxoviridae
- Respirovirus
- Rubelavirus
b. Pneumoviridae
- Morbilivirus
- Pneumovirus
- Metapneumovirus
- Henipavirus

1.4.Siklus Hidup

Virus menyerang sel inang dengan cara menyuntikkan materi genetiknya ke dalam sel
inang. Sel yang terinfeksi memproduksi protein virus dan materi genetiknya lebih banyak
dibandingkan protein tubuhnya sendiri. Ada beberapa tahap dari siklus hidup virus. Tahap I
disebut adsorbsi, ditandai dengan melekatnya virus pada dinding sel inangnya. Tahap II
disebut penetrasi, materi genetik virus disuntukkan kedalam sel inangnya. Tahap III
sintesis, merupakan tahap menggandakan
komponen-komponen tubuh virus. Tahap
IV maturasi atau perakitan, berupa
penyusunan tubuh-virus menjadi satu
kesatuan yang utuh. Tahap V adalah lisis.
Partikel virus yang baru terbentuk
memecah sel inang, dan siap menginfeksi
sel inang berikutnya. mekanisme
reproduksi virus seperti di atas disebut daur
litik.


Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 10 | A 6

Beberapa jenis virus bisa dalam keadaan dorman di dalam tubuh sel inangnya sampai
jangka waktu tertentu, tidak menyebabkan kerusakan, dan menjadi bagian dari sel inang. Fase
reproduksi sel seperti di atas disebut daur lisogenik. tapi jika ada penstimulus keadaan dorman
tersebut, maka virus akan aktif, dan kembali melakukan daur litik dengan cara sintesis atau
penggandaan materi genetik, merakit komponen-komponen tubuh virus, menghancurkan sel
inang dan siap menginfeksi sel inang berikutnya.







Virus menyebabkan penyakit pada sel eukariot. Beberapa penyakit pada manusia yang
disebabkan virus diantaranya cacar, influensa, herpes, polio, ebola, demam, dan AIDS.
bahkan beberapa jenis kanker disebabkan oleh virus. Di sisi lain, karena virus memiliki
kemampuan mentransfer materi genetik dari satu species ke species lain, makavirus banyak
dimanfaatkan para ahli untuk kegiatan rekayasa genetika. Virus dapat bergabung dengan
beberapa materi genetik dari sel inangnya, kemudian bereplikasi, selanjutnya mentransfer
informasi genetik ke sel inang berikutnya. peristiwa tersebut dikenal dengan istilah transduksi.

2.Memahami dan Menjelaskan Campak
2.1.Definisi
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3 stadium yaitu
(1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan pertama terhadap
virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak bergejala, (2)Stadium prodromal yang
menunjukkan gejala demam, konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta
ditemukannya enantem pada mukosa (bercak Koplik), dan (3)Stadium erupsi yang ditandai
dengan keluarnya ruam makulopapular yang didahului dengan meningkatnya suhu badan
(Sumber : Phillips, 1983)

Penyakit ini disebabkan oleh virus morbilli; ditularkan melalui sekret pernafasan atau
melalui udara. Virus dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan infeksi pada individu yang
rentan. Penyakit campak sangat infeksius selama masa prodromal yang ditandai dengan
demam, malaise, mata merah, pilek, dan trakeobronkitis dengan manifestasi batuk.Virus
campak atau morbilli adalah virus RNA anggota famili paramyxoviridae. Secara morfologi
Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 11 | A 6

tidak dapat dibedakan dengan virus lain anggota famili paramyxoviridae. Virion campak
terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks yang dikelilingi oleh selubung virus. Sifat infeksius
virus campak ditunjukkan dengan tingginya sensitivitas dan aktivitas hemolitiknya
(Sumber : Handayani, 2005)
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh virus.
Campak disebut juga rubeola, morbilli, atau measles. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal
demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan
pada kulit (rash). Campak biasanya menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai
sedang. Penyakit ini dapat meninggalkan gejala sisa jerusakan neurologis akibat peradangan
otak (ensefalitis)
(Sumber : Infeksi Penyakit Tropis )
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh virus.
Campak disebut juga rubeola, morbilli, atau measles. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal
demam, batuk, pilek, dan konjugtivitas yang diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit
(rash). Campak biasanya menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai sedang.
Penyakit ini dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat peradangan otak
(ensafalitis).

(Sumber : Widoyono. Penyakit Tropis. 2. Jakarta: Erlangga)

2.2. Epidemiologi

Campak merupakan penyakit endemik di banyak negara berkembang. Angka kesakitan di
seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000 dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000
orang. Campak masih di temukan di negara maju. Di Indonesia campak masih menempati
urutan ke-5 dari 10 penyakit utama pada bayi dan anak balita (1-4 tahun) berdasarkan laporan
SKRT tahun 1985/1986. Angka kesakitan campak di Indonesia tercatat 30.000 kasus per
tahun yang dilaporkan, meskipun kenyataan hampir semua anak setelah usia balita pernah
terserang campak. Pada zaman dahulu ada anggapan bahwa setiap anak harus terkena campak
sehingga tidak perlu diobati. Masyarakat berpendapat bahwa penyakit ini sembuh sendiri jika
ruam merah pada kulit sudah timbul sehingga ada usaha-usaha untuk mempercepat timbulnya
ruam. Mereka beranggapan jika ruam tidak keluar ke kulit, maka penyakit ini akan menyerang
ke dalam tubuh dan menimbulkan akibat yang lebih fatal daripada penyakitnya sendiri.
Sebelum penggunaan vaksin campak, penyakit ini biasanya menyerang anak yang berusia
5-10 tahun. Setelah masa imunisasi ( mulai tahun 1977), campak sering menyerang anak usia
remaja dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu keci, atau mereka
yang diimunisasi pada saat usianya lebih dari 15 bulan. Penelitian di rumah sakit selama tahun
1984-1988 melaporkan bahwa campak paling banyak terjadi pada usia balita, dengan
kelompok tertinggi pada usia 2 tahun (20,3%), diikuti oleh bayi (17,6%), anak usia 1 tahun
Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 12 | A 6

(15,2%), usia 3 tahun (12,3%), dan usia 4 tahun (8,2%).Angka kematian terus menurun dari
waktu ke waktu. Menurut laporan tahun 1982, CFR campak sebesar 0,64% dan di banyak
provinsi ditemukan CFR Antara 0,76-1,4%.
(Sumber : Widoyono.2011.Penyakit Tropis.Jakarta:Erlangga)
2.3.Etiologi
Penyebab virus dari famili Paramixovirus, genus Morbillivirus, dan termasuk virus RNA.
Virus tersebut dapat bertahan hidup pada suhu 0 derajat celsius dalam 15 hari. Di luar tubuh
manusia virus tersebut akan mati, jika terkena sinar UV virus tersebut mudah hancur.
Penyakit ini disebabkan oleh virus campak dari famili Paramyxovirus genus
Morbillivirus. Virus campak adalah virus RNA yang dikenal hanya mempunyai satu antigen.
Struktur virus ini mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Setelah
timbulnya ruam kulit, virus aktif dapat ditemukan pada sekret nasofaring, darah, dan air
kencing dalam waktu sekitar 34 jam pada suhu kamar.
Virus campak dapat bertahan selama beberapa hari pada temperature 0C selama 15
minggu pada sediaan beku . Di luar tubuh manusia, virus ini mudah mati. Pada suhu kamar
sekali pun, virus ini akan kehilangan infektivitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari. Virus
campak mudah hancur oleh sinar ultraviolet. Cara penularannya dengan droplet infeksi.
Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara,antara lain :
a. Percikan ludah yang mengandung virus
b. Kontak langsung dengan penderita
c. Penggunaan peralatan makan & minum bersama

(Sumber : Widoyono. Penyakit Tropis.Jakarta: Erlangga)

2.4.Manifestasi
Fase prodormal ditandai dengan demam, bersin, batuk, pilek, mata merah, bercak Koplik,
dan limfopenia. Demam dan batuk menetap hingga timbul ruam dan kemudian menghilang
dalam 1-2hari. Ruam, yang dimulai dari kepala dan kemudian menyebar secara progresif ke
dada, badan, dan turun ke anggota gerak, tampak sebagai makulopapula merah muda terang,
berbatas tegas, yang bergabung membentuk blotches menjadi kecoklatan dalam 5-10hari.
(Sumber : Jawetz, Melnick, &Adelberg. 1995. Mikrobiologi Kedokteran Ed.20. Jakarta: EGC)
Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium, yaitu) :

1. Stadium kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5 C), malaise, batuk,
nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24
jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi
Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 13 | A 6

sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan
dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus
yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis
dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering
didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak
koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.

2. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan
palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk
makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara makula terdapat kulit yang normal.
Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang
rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.
Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di
sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Terdapat pula sedikit splenomegali. Tidak
jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah black measles,
yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-
kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan
pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema dan eksantema ruam kulit menghilang tanpa
hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

(Sumber : Hassan.R. et al, 1985, Andriyanto.I., 1996)
2.5.Patogenesis dan Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berbiak pada
epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar
limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya
giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial
paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi
dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza,
cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk,
pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita
kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus
dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis.
Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam
Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 14 | A 6

menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini
disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.

(Sumber : http://www.pediatrik.com)

Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet
lewat udara, menempel dan berkembang biak pada
epitel nasofaring.
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan
saluran pernafasan memberikan kesempatan
serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media, dan lainnya. Dalam
keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus
pneumonia dapat terjadi pada kasus campak
(Sumber : Soedarmo dkk., 2002).

Hari Manifestasi

0
Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring atau
kemungkinan konjungtivas Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus.
1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional.
2-3 Viremia primer.

3-5
Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi pertama, dan
pada RES regional maupun daerah yang jauh.
5-7 Viremia sekunder.
7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran nafas.
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain.
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang.
(Sumber : Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5
th
edition)
2.6.Komplikasi
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat
terjadialergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan
inimenyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:
a. Bronkopnemoni a
oleh virus morbili sendiri atau infksi sekunder (oleh pneumokokus, hemofilus influenzae)
dengan gejala batuk menghebat, timbul sesak nafas. Bronkopneumonia ini dapat
Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 15 | A 6

menyebabkankematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein,
penderitapenyakit menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh
karena itupada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.
b.Komplikasi neurologis
Kompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia,gangguan mental,
neuritis optica dan ensefalitis.
c.Encephalitis morbili akut
Encephal i t i s mor bi l i akut i ni t i mbul pada s t adi um eks ant em, angka kem
at i anrendah. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000
kasus,sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah
1,16tiap 1.000.000 dosis
d.SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)
SSPE yai t u s uat u penyaki t degener as i yang j ar ang dar i s us unan s ar af pu
s at . Di t andai ol eh gej al a yang t er j adi s ecar a t i ba-
t i ba s eper t i kekacauan ment al , disfungsi motorik, kejang, dan koma. Perjalan klinis
lambat, biasanya meninggaldalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan.
Meskipun demikian,remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak
yang menderita mor bi l i s ebel um us i a 2 t ahun
. SSPE t i mbul s et el ah 7 t ahun t er kena mor bi l i , sedang SSPE setelah vaksinasi
morbili terjadi 3 tahun kemudian.Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa
virus morbilli memegangperanan dalam patogenesisnya. Anak menderita penyakit campak
sebelum umur 2tahun, sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun kemudian SSPE yang
terjadisetelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian.
Kemungkinanmenderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap
10.000.000,sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap
10.000.000.e. Immunosuppresive measles encephalopathy. Didapatkan pada anak
dengan morbili yang sedang menderita defisiensiimunologik karena keganasan atau karena
pemakaian obat-obatan imunosupresif
e.Otitis media
Komplikasi ini sering terjadi, harus dicurigai bila demam tetap tinggi pada hari ketiga atau
keempat sakit.

2.7.Pemeriksaan

A. Isolasi dan identivikasi virus
Usap nasofaring dan contoh darah yang diambil dari seorang pasien 2-3 hari sebelum mula
timbul gejala hingga 1 hari setelah timbulnya ruam (pada hakekatnya selama masa demam
campak) merupakan sumber yang cocok untuk isolasi virus. Hemadsorpsi atau pemeriksaan
imunofluorosensi dapat digunakan untuk memastikan antigen campak dalam biakan yang
diinokulasi.
Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 16 | A 6

B. Serologi
Pemastian serologic infeksi campak bergantung pada peningkatan empat kali titer antibody
antara fase akut dan fase konvalesen serum atau pada terlihatnya antibody IgM spesifik
campak dalam bahan serum tunggal yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah mulai timbul
ruam. Uji HI<Hf dan NT semuanya dapat digunakan untuk mengukur antibody campak,
walaupun HI merupakan metode yang praktis.

(Sumber : Mikrobiologi kedokteran. edisi 20)

2.8.Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis Campak
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan
laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel raksasa berinti
banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan
pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization,
immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent
antibody (FA). Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut
pada masa prodromal dan serum sekunder pada 7 10 hari setelah pengambilan sampel
serum akut. Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih
(Sumber : Cherry, 2004).
Serum IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan
menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya
seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun.
Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan
protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal. Bercak koplik
dan hiperpigmentasi adalah patognomonis untuk rubeola/campak.
(Sumber : Phillips, 1983).

Pemeriksaan penunjang laboratorium:
Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi
bakteri
Pemeriksaan antibodi IgM anti campak
Pemeriksaan untuk komplikasi :
1. Ensefalopati/ensefalitis : dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit
darah dan analisis gas darah
2. Enteritis : feses lengkap
3. Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah.
Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 17 | A 6

Diagnosis Banding
Diagnosis banding morbili diantaranya :

1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak.Gejala yang
timbul tidak seberat campak.
3. Alergi obat.Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan
biasanya tidak disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina.Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen.Tanda patognomonik
berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau membranosa
(Sumber : Alan R. Tumbelaka, 2002)

2.9.Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan :
Imunisasi aktif
I muni s as i campak awal dapat di ber i kan pada us i a 12-
15 bul an t et api mungki ndiberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi
(endemik). Imunisasi aktif dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten.
Vaksin tersebut diberikan secara subcutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung
lama.Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili tersebut pada anak berumur
10-
15bul an kar ena s ebel um umur 10 bul an di per ki r akan anak t i dak dapat m
embent uk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Akan tetapi dianjurkan
pula agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan terdapat banyak
tuberkulosis di ber i kan vaks i nas i pada umur 6 bul an dan r evaks i nas i pada
umur 15 bul an. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada
anak berumur 9 bulan ke atas.Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi
terhadap telur. Hanyasaja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu
sembuh. Vaksin ini jugadapat diberikan pada penderita tuberkulosis aktif yang
sedang mendapattuberkulosita. Akan tetapi vaksin ini tidak boleh diberikan pada
wanita hamil, anak dengan tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia
dan anak yang sedangmendapat pengobatan imunosupresif.

Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens,
globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif
untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan
menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara
intramuskuler dalam5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin.
Proteksi
sempurnat er i ndi kas i unt uk bayi , anak dengan penyaki t kr oni s dan unt uk
kont ak di bangs al rumah sakit anak.

Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 18 | A 6

Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakitcampak
dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak
untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.

Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih
dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan
dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi
sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang
terkena penyakit campak, yaitu :
a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan
imunisasi campak untuk semua bayi.
b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada
semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi
sampai jangka waktu 4-5 thn

Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini
mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan
ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas
penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu :
Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik
atau darah.
a. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk
sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada
ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan
pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari
keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasienpasien dengan
risiko tinggi lainnya.
b. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni
antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya
diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.
c. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi
terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia,
ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.

Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi
dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier
yaitu :
a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.
Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 19 | A 6

b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun
secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas
mereka.

Pengobatan :
Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk, dan memperbaiki
keadaan umum. Tindakan yang lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang
timbul. Pengobatan yang suportif.
1. istirahat
2. pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi.
3. medikamentosa :
- Antipiretik : parasetamol 7,5 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam
- Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 100 mg tiap 2-6 jam,
dosismaksimum 600 mg/hari.
- Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive(codein)
tidak boleh digunakan
- Mukolitik bila perlu- Vitamin terutama vitamin A (100.000 IU/day) dan C. Vitamin A pada
stadium kataral sangatbermanfaat

Pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian cairan dan kalori yang
cukup. Obat simptomatik yang perlu diberikan antara lain:
1. Antidemam
2. Antibatuk
3. Vitamin A
4. Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya jika campakn disertai dengan komplikasi.

Pasien tanpa komlikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau unit pelayanan kesehatan
lain, sedangkan pasien campak dengan komplikasi memerlukan rawat inap di rumah sakit.

(Sumber : Widoyono.2011.Penyakit Tropis.Jakarta : Erlangga)

2.10.Prognosis

Prognosis baik jika tidak terjadi komplikasi. Prognosis buruk bahkan akan
mengakibatkan kematian yang disebabkan oleh komplikasi yang terjadi.
Komplikasi campak jarang terjadi, akan tetapi dapat menjadi serius apabila bersamaan
dengan munculnya diare, pneumonia, dan encephalitis. Komplikasi hebat biasanya terjadi
pada orang dewasa.



Ske-2 Ruam Merah Seluruh Tubuh 20 | A 6


DAFTAR PUSTAKA


Alan R. Tumbelaka.Ilmu Kesehatan Anak. 2002

Cherry.2004

Dorland, W.A Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Ed.31Jakarta : EGC

Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5
th
edition

Handayani, 2005
Hassan.R. et al, 1985, Andriyanto.I., 1996
http://www.kesehatan123.com/1621/virus-campak
http://www.ncbi.nlm.nih.gov

http://www.pediatrik.com/pdt/07110-esnj280.htm
lmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. FKUI
Jawetz, Melnick, &Adelberg. 1995. Mikrobiologi Kedokteran Ed.20. Jakarta: EGC

Mikrobiologi kedokteran. edisi 20

Phillips, 1983

Soedarmo dkk., 2002

Widoyono. Penyakit Tropis. 2. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai