SKENARIO
Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dibawa ibunya ke RS dengan keluhan keluar ruam merah
ditubuh sejak tadi pagi. Sejak 4 hari yang lalu anak demam disertai batuk, pilek, mata merah,
muntah, buang air besar lembek 2x/hari dan nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik
keadaan umum pasien tampak lemah, suhu 39oC. Dalam rongga mulut terlihat koplik spot
dan terdapat ruam makulopapular dibelakang telinga, wajah, leher badan dan ekstermitas.
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Hasil laboratorium ditemukan leucopenia.
ANALISA MASALAH
BRAIN STORMING
HIPOTESIS
Dilakukan
Didalam tubuh
virus (morbilli) family Diagnostik
virus mereplikasi
paramyxoviridae (anamnesis,
dan menginfeksi
masuk kedalam tubuh pemeriksaan fisik,
sehingga
manusia melalui pemeriksaan fisik,
menimbulkan
droplet udara pemeriksaan lab,
gejala klinis
dll)
Dilakukan
penatalaksanaa terjadi
prognosis n (farmakologi penyakit
dan non- campak
farmakologi)
SASARAN BELAJAR
I. Langkah – 2
(Belajar Mandiri)
II. Langkah – 3
SASARAN BELAJAR
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh virus
yang umumnya menyerang anak. Campk memiliki gejala klinis khas yaitu
terdiri dari 3 stadium yang masing-masing mempunyai cirri khusus: 1.
Stadium masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari, 2. Stadium prodromal
dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enantem (rash /
small spots on the mucosa membrane) pada mukosa pipi (bercak Koplik),
faring dan peradangan mukosa konjungtiva, dan 3. Stadium akhir dengan
keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan
dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu badan yang meningkat,
selanjutnya ruam menjadi menghitam (hiperpigmentasi) dan mengelupas.
Baisanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita
morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) samai umur
4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si
bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah menderita morbili
maka bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap morbili
dan dapat menderita penyakit ini setelah ia dilahirkan. Bila seorang wanita
menderita morbili ketika ia hamil ½ bulan, maka 50% kemungkinan akan
mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester pertama, kedua
atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan
bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati atau
anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
Penyebab terjadinya Campak tidak lain lagi dengan adanya infeksi virus.
Virus yang berperan dalam penyakit ini adalah virus yang termasuk golongan
Paramyxovirus. Virus ini berada di sekret nasofaring dan di dalam darah dan
juga air kencing dan aktif dalam waktu sekitar 34 jam pada suhu kamar,
sementara tidak aktif pada keadaan yang mempunyai pH rendah.
Virus campak yang tergolong Paramyxovirus ini memiliki struktur yang mirip
dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus ini
berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan bergaris tengah 140 nm,
dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Didalamnya
terdapat nukleokapsid yang berbentuk bulat lonjong, terdiri dari bagian protein
yang mengelilingi asam nukleat (RNA) – yang merupakan struktur
nukleoprotein dari myxovirus. Pada selubung luar, sering terdapat tonjolan
pendek. Salah satu protein yang berada di selubung luar berfungsi sebagai
hemaglutinin.
Virus campak ini merupakan organisme yang tidak memiliki daya tahan
tinggi. Virus ini dapat bertahan selama beberapa hari pada temperatur 0ºC dan
selama 15 minggu pada sediaan beku. Namun, virus ini mudah mati atau tidak
akan aktif apabila berada diluar tubuh manusia. Pada suhu kamar sekalipun,
virus ini akan kehilangan infektivitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari, pada
suhu 37 ºC waktu paruh usianya 2 jam, sedangkan pada suhu 56 ºC hanya satu
jam. Sebaliknya virus ini tahan pada suhu yang dingin, dan virus ini mudah
sekali dihancurkan oleh sinar ultraviolet.
Virus campak dapat tumbuh pada berbagai macam tipe sel, tetapi untuk isolasi
primer digunakan biakan sel ginjal manusia atau kera. Pertumbuhan virus
campak lebih lambat daripada virus lainnya, baru mencapai kadar tertinggi
pada fase larutan setelah 7-10 hari. Virus campak ini menyebabkan 2
perubahan sitopatik. Perubahan sitopatik yang pertama berupa pertumbuhan
pada sel yang batas tepinya menghilang sehingga sitoplasma dari banyak sel
akan saling bercampur dan membentuk anyaman dengan pengumpulan 40
nucleus di tengah, dimana pada kedua sitoplasma dan intinya terdapat
inclusion bodies. Efek sitopatik yang kedua menyebabkan perubahan bentuk
sel perbenihan dari poligonal menjadi bentuk gelondong. Selnya akan menjadi
lebih hitam dan lebih membias daripada sel normal dan jika di cat menunjukan
inclusion bodies yang berada dalam inti.
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang terinfeksi sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet
melalui udara sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah
timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan
jarang dapat ditemukannya virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik local,
bebas maupun berhubungan dengan sel mononuclear, kemudian mencapai
kelenjar getah bening regional. Di sini virus memperbanyak diri dengan sangat
perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti
limpa. Sel mononuclear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa
berinti banyak (sel warthin), sedangkan limfosit-T (termasuk T-supressor dan
T-helper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah.
Pada hari ke 9-10, focus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua
lapis sel. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke
pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari system saluran nafas
diawali dengan keluhan batuk pilek disertai dengan selaput konjungtiva yang
tampak merah. Respon imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada
system saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam
tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera (hilngnya tebal
mukosa) kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, yang merupakan
tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.
Focus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian
dengan imunofluoresens dan histologik menunjukan adanya antigen campak
dan diduga terjadi suatu reaksi Arthus (reaksi kulit yang antigen disuntikkan
ke dalam dermis dan bereaksi dengan antibody IgG). Daerah epitel yang
nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan infeksi
bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, dll. Dalam keadaan
tertentu pneumonia juga dapat terjadi, selain itu campak dapat menyebabkan
gizi kurang.
Virus campak berada dalam lendir di hidung dan tenggorokan orang yang
terinfeksi. Penularan campak dapat terjadi ketika bersin atau batuk. Lendir
yang terinfeksi dapat mendarat di hidung orang lain atau tenggorokan ketika
mereka bernapas atau memasukkan jari-jari mereka di dalam mulut atau hidung
setelah menyentuh permukaan yang terinfeksi. Virus tetap aktif dan menular
pada permukaan yang terinfeksi sampai 2 jam. Transmisi campak terjadi begitu
mudah kepada siapapun yang tidak diimunisasi campak. Masa penularan
berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodormal
biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah
timbulnya ruam.
2. Stadium erupsi
Pada stadium ini, pada demam hari ke 4-5 yang ditandai dengan koriza dan
batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak Koplik.
Terjadinya eritema yang berbentuk macula-papula disertai menaiknya
suhu badan. Di antara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula
eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat
perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai
anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan
seperti terjadinya.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudur mandibular dan di
daerah leher belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang
disertai diare dan muntah.
Variasi dari morbili yang biasa ini ialah “black measles”, yaitu morbili
yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
a. Deteksi antigen
Antigen campak dapat dideteksi pada sel epitel dalam secret respirasi dan
urine. Antibody nucleoprotein sangta bermanfaat karena merupakan
protein virus yang paling banyak ditemukan pada sel epitel yang terinfeksi.
b. Isolasi dan identifikasi virus
Asupan nasofaringdan dan konjungtiva, sampel darahm secret pernafasan,
serta urin yang diambi8l dari paisen selama masa demam merupakan
sumber yang sesuai untuk isolasi virus. Virus campak tumbuh lambat, efek
sitopatik yang khas (sel raksasa multinukleus yang mnegandung bahan
inklusi intranuklear dan intrasitoplasmik). Uji kultur vial kerang dalam
selesai 2-3 hari menggunakan pewarnaan antibody flouresens untuk
mendeteksi antigen campak pada kultur yang telah diinokulasi.
c. Serologi
Pemastian infeksi secara serologi bergantung pada peningkatan titer
antibody empat kali lipat anatara serum fase akut dan fae konvalensi atau
terlihatnya antibody IgM spesifik campak di dalam specimen serum
tunggal yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah awitan ruam. ELISA,
uji HI, dan tes Nt dapat digunakan untuk mengukur antibody campak.
1. German measles. Pada penyakit ini tidak ada bercak Koplik, tetapi ada
pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior,
belakang telinga.
2. Infeksi enterovirus
Ruam kulit cenderung kurang jelas dibandingkan dengan campak. Sesuai
dengan derajat demam dan berat penyakitnya.
3. Penyakit Riketsia
Disertai batuk tetapi ruam kulit yang timbul biasanya tidak mengenai
wajah yang secara khas terlihat pada penyakit campak.
4. Meningokoksemia
Disertai ruam kulit yang mirip dengan campak, tetapi biasanya tidak
dijumpai batuk dan konjungtivits.
5. Ruam kulit akibat obat
Ruam kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya ruam kulit timbul
setelah ada riwayat penyuntikan atau menelan obat.
6. Demam skarlantina.
Ruam kulit difus dan makulopapuler halus, eritema yang menyatu dengan
tekstur seperti kulit angsa secara jelas terdapat didaerah abdomen yang
relatif mudah dibedakan dengan campak.
7. Eksantema Subitum
Kelainan yang disebabkan karena infeksi virus inilah yang paling sering
terjadi yang sering dianggap campak. Pada kelainan ini biasanya demam
1-3 hari setelah demam hilang baru timbul bercak kemerahan diseluruh
tubuh yang mirip campak. Setelah timbul dalam 2-3 hari akan hilang tidak
membekas. Bedanya pada campak bercak merah timbul demam masih
terjadi, seminggu setelah itu timbul bekas kehitaman pada bercak merah
yang ada. Kelainan ini sering dialami pada penderita alergi dengan riwayat
kulit yang sangat sensitif.
8. DBD
Pada awal perjalanan penyakit DBD pada hari ke 1-4 kadang juga disertai
bercak kemerahan yang mirip campak. Bercak merah ini biasanya akan
hilang setelah hari ke 5-7. Manifestasi ini sering dialami pada penderita
alergi dengan riwayat kulit yang sangat sensitif.
9. Infeksi mononukleos
Mononukleosis Infeksiosa adalah penyakit yang ditandai dengan demam,
nyeri tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening, yang disebabkan
oleh virus Epstein-Barr, salah satu dari virus herpes. Setelah menyususp ke
dalam sel-sel di Hidung dan tenggorokan, virus ini akan menyebar ke
limfosit B (sel darah putih yang bertanggungjawab terhadap pembentukan
antibodi). Infeksi virus Epstein-Barr sering terjadi dan bisa menyerang
anak-anak, remaja dan dewasa. Sekitar 50% anak-anak Amerika
mengalami infeksi ini sebelum usia 5 tahun. Tetapi virus ini tidak terlalu
menular. Remaja atau dewasa muda biasanya mendapatkan infeksi ini
melalui ciuman atau hubungan intim lainnya dengan orang yang terinfeksi.
10. Penyakit Kawazaki
Penyakit Kawasaki juga dikenal sebagai sindrom kelenjar getah bening,
penyakit simpul mukokutan, poliarteritis kekanak-kanakan. Sindrom
Kawasaki adalah penyakit, sebagian besar bayi, yang mempengaruhi
banyak organ, termasuk kulit, selaput lendir, kelenjar getah bening, dan
dinding pembuluh darah, tetapi Efek yang paling serius adalah pada
jantung mana ia dapat menyebabkan dilasi aneurismal (kelainan/ pelebaran
abnormal pembuluh darah) parah. Tanpa pengobatan, kematian dapat
mendekati 1%, biasanya dalam waktu 6 minggu onset. Dengan
pengobatan, angka kematian kurang dari 0,01% di AS Sering ada infeksi
yang sudah ada virus yang dapat memainkan beberapa peran dalam
patogenesis. Mukosa konjungtiva dan oral, bersama dengan epidermis
(kulit), menjadi erythmatous (merah dan inflammed). Edema sering
terlihat di tangan dan kaki dan kelenjar getah bening leher sering
diperbesar.
LO 1.9 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Campak
Simtomatik yaitu antipiretik bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap
komplikasi yang timbul.
Vitamin A
Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral
sangat bermanfaat.
< 6 bulan : 50.000 IU diberikan satu kali
6-11 bulan : 100.000 IU diberikan satu kali
>11 bulan : 200.000 IU diberikan satu kali
c) Komplikasi
Suplemen nutrisi.
Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder.
Anti konvulsan apabila terjadi kejang.
Pemberian vitamin A. Dengan Indikasi rawat inap, jika :
1. Campak disertai komplikasi berat
2. Campak dengan kemungkinan terjadinya komplikasi, yaitu bila
ditemukan:
Bercak/eksantem merah kehitaman yang menimbulkan
deskuamasi dengan skuama yang lebar dan tebal.
Suara parau, terutama disertai tanda penyumbatan seperti
laryngitis dan pneumonia.
Dehidrasi berat.
Hiperpireksia (suhu tubuh > 39oC)
Asupan oral sulit
Kejang dengan kesadaran menurun
MEP yang berat
-Bronkopneumonia :
Antibiotika sesuai dengan penderita pneumonia Antibiotik ampisilin
100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena dikombinasikan dengan
kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravenadalam 4 dosis sampai gejala
sesak berkurang dan pasien dapat minum obat peroral.
Oksigen nasal atau dengan masker.
Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dnelektrolit
Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi
kurang perlu dipantau terhadap adanya infeksi spesifik. Pantau gejala
klinis serta lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan.
-Enteritis
Koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi. Pemberian cairan intravena
dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidarsi.
-Otitis media
Diberikan antibiotik kortimoksazol-sulfametokzasol (TMP
4mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis)
Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang atau buruk.
LO 1.10 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Campak
-Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh Penumococcus,
Streptococcus, Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat
menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi
energy protein, penderita penyakit menahun (misal tuberkolosis),
leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu
dilakukan pencegahan. Komplikasi neurologis pada morbili dapat
berupa hemiplegia, paraplegia, afasia, gangguan mental, neuritis
optika, dan ensefalitis.
-Ensefalitis
Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjasi,
biasanya terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Terjadinya
ensefalitis ini dapat melalui mekanisme immunologik maupun melalui
invasi langsung virus campak ke dalam otak. Gejala ensefalitis ini
dapat berupa kejang, letargi, koma dan iritabel. Keluhan nyeri kepala,
frekuensi nafas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat
ditemukan.
- Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat.
Penyakit ini progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang
dewasa. Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti
kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang dan koma. Perjalanan
kilinis lambat dan sebaian besar penderita meninggal dunia dalam 6
bulan-3 tahun setelah terjadi gejala pertama.
- Langritis akut
Laringitis timbul karena adanya edema pada mukosa saluran
nafas, yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya
- Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada
puncak demam saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan
sebagai kejang demam.
-Otitis media
Inveksi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada
campak. Gendang telinganya biasanya hipereremis (mual muntah
berlebihan) pada fase prodromal dan stadium erupsi.
- Konjungtivitis
Adanya komplikasi ini ditandai dengan adanya mata merah,
pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang-kadang
terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Konjungtivitas dapat
memperburuk keadaan dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis
hingga menyebabkan kebutaan.
- Kebutaan
Terjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi
vitamin A yang akhirnya dapat menyebabkan xeropthalmia atau
kebutaan. Di Afrika didapatkan kebutaan sebagai komplikasi morbili
pada anak yang menderita malnutrisi.
-Apenditis
Pada ibu hamil, dapat terjadi abortus, partus prematur dan
kelainan kongenital pada bayi.
1. Imunisasi aktif.
Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi
mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi
(endemik). Imunisasi aktif dilakukan dengan menggunakan strain
Schwarz dan Moraten. Vaksin tersebut diberikan secara subcutan dan
menyebabkan imunitas yang berlangsung lama. Dianjurkan untuk
memberikan vaksin morbili tersebut pada anak berumur 10 – 15 bulan
karena sebelum umur 10 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk
antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Akan tetapi
dianjurkan pula agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan
terdapat banyak tuberkulosis diberikan vansinasi pada umur 6 bulan dan
revaksinasi pada umur 15 bulan. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan
memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9 bulan ke atas.
Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi terhadap
telur. Hanya saja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu
sembuh. Vaksin ini juga dapat diberikan pada penderita tuberkulosis aktif
yang sedang mendapat tuberkulosita. Akan tetapi vaksin ini tidak boleh
diberikan pada wanita hamil, anak dengan tuberkulosis yang tidak
diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat pengobatan
imunosupresif.
2. Imunisasi pasif.
3. Isolasi
Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan
penyulit maka prognosisnya baik (Rampengan, 1997).
DAFTAR PUSTAKA
Arvin, Behrman Kliegman (2000) Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume II Edisi 15. Jakarta :
EGC
Hassan, et al. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Infomedika.
Maldonado, Y. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC.
Mubin Halim Prof. dr., Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam (Diagnosis dan Terapi),
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2008.
Poorwo Soedarmo, SS., dkk. (Ed). Buku Ajar Infeksi &Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta :
Ikatan Dokter Anak Indonesia(IDAI)
Widoyono. (2011). Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya Edisi II. jAKARTA : Erlangga.