Anda di halaman 1dari 19

Langkah – 1

SKENARIO

RUAM MERAH SELURUH TUBUH

Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dibawa ibunya ke RS dengan keluhan keluar ruam merah
ditubuh sejak tadi pagi. Sejak 4 hari yang lalu anak demam disertai batuk, pilek, mata merah,
muntah, buang air besar lembek 2x/hari dan nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik
keadaan umum pasien tampak lemah, suhu 39oC. Dalam rongga mulut terlihat koplik spot
dan terdapat ruam makulopapular dibelakang telinga, wajah, leher badan dan ekstermitas.
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Hasil laboratorium ditemukan leucopenia.

IDENTIFIKASI KATA SULIT

1. Leukopenia : Berkurangnya leukosit dalam darah dibawah 500


permilimeter
kubik
2. Koplik Spot : Adanya bintik atau bercak putih kecil. Ciri khas dari campak
3. Ruam Merah : Bintik-bintik merah pada kulit
4. Ruam Makulopapular : Bentuk benjolan kecil kemerahan pada kulit
5. Ekstermitas : Bagian distal atau terminal dari struktur yang memanjang
(lengan/tungkai)

ANALISA MASALAH

1. Mengapa pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leucopenia?


2. Mengapa pada pasien tersebut setelah 4 hari keluar ruam merah pada tubuh?
3. Apa diagnosis dan penyebab pada pasien tersebut?
4. Mengapa pada pasien tersebut keluar koplik spot ?
5. Apa virus yang menyebabkan penyakit tersbut dan bagaimana morfologinya
6. Bagaimana cara pencegahan dan penyembuhan pada pasien tersebut?
7. Apa pengaruh pada leucopenia pada anak?
8. Mengapa pada penderita campak harus terjadi gejala yang ada diskenario seperti
demam,pilek,konjungtivitis, batuk dan diare?
9. Ada atau tidak komplikasi dari penyakit tersebut?apabila ada sebutkan!
10. Pemeriksaan penunjang apa yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis pada
pasien tersebut?
11. Apakah penyakit ini menular? bagaimana cara penularannya ?
12. Penyakit apa saja yang ditandai oleh koplik spot ?
13. Bagaimana prognosis pada pasien tersebut ?

BRAIN STORMING

1. Karena adanya infeksi virus.


Tubuh terkena virus sumsum tulang memproduksi leukosit lebih banyak untuk
membunuh virus sumsum tulang depresi produksi turun leucopenia
2. Ruam merah merupakan bentuk inflamasi
3. Campak, penyebabnya adalah karna adanya virus morbili (virus RNA/anggota family
paramyxoviridae) yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa
prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak
4. Karena adanya proses inflamasi
5. virus morbili (virus RNA/anggota family paramyxoviridae)
6. Pencegahan : diberikan vaksin
7. Penyembuhan : - Farmako : antibiotik (jika ada komplikasi), antipiretik, diberikan
cairan,
pengobatan symtomatic
- Non Farmako : istirahat yang cukup memberikan nutrisi yang baik
8. Sistem pertahanan tubuh menurun
9. Ada, ensefalitis dan bronkupneumoni
10. - pemeriksaan darah rutin ditemukan leucopenia
- Isolasi virus
11. Penyakit menular melalui udara (droplet). Yang ditandai :
- Fase inkubasi (7-12 hari)
- Fase Prodromal
Mulai ada gejala yaitu batuk pilek mata merah dan ada koplik spot
- Fase Eruption
Terlihat ruam merah,demam, dan dapat menular dari fase inkubasi
- Fase konvalesensi
12. Hanya campak saja
13. Tergantung dari penangananya. Makin cepat ditangani peluang sembuh tinggi.
Kecuali adanya komplikasi bisa menyebabkan kematian

HIPOTESIS

Dilakukan
Didalam tubuh
virus (morbilli) family Diagnostik
virus mereplikasi
paramyxoviridae (anamnesis,
dan menginfeksi
masuk kedalam tubuh pemeriksaan fisik,
sehingga
manusia melalui pemeriksaan fisik,
menimbulkan
droplet udara pemeriksaan lab,
gejala klinis
dll)

Dilakukan
penatalaksanaa terjadi
prognosis n (farmakologi penyakit
dan non- campak
farmakologi)

SASARAN BELAJAR

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Penyakit Campak


LO 1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Campak
LO 1.2. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Campak
LO 1.3. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Campak
LO 1.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi dan Patogenesis Campak
LO 1.5. Memahami dan Menjelaskan Cara Penularan Campak
LO 1.6. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Campak
LO 1.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Campak
LO 1.8. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Banding
LO 1.9. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Campak
LO 1.10. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Campak
LO 1.11. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Campak
LO 1.12. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Campak

I. Langkah – 2

(Belajar Mandiri)

II. Langkah – 3

SASARAN BELAJAR

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Campak

LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Campak

Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh virus
yang umumnya menyerang anak. Campk memiliki gejala klinis khas yaitu
terdiri dari 3 stadium yang masing-masing mempunyai cirri khusus: 1.
Stadium masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari, 2. Stadium prodromal
dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enantem (rash /
small spots on the mucosa membrane) pada mukosa pipi (bercak Koplik),
faring dan peradangan mukosa konjungtiva, dan 3. Stadium akhir dengan
keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan
dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu badan yang meningkat,
selanjutnya ruam menjadi menghitam (hiperpigmentasi) dan mengelupas.

LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Campak

Campak merupakan penyakit endemik di banyak negara terutama di negara


yang berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per
10.000 dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang.

Baisanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita
morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) samai umur
4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si
bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah menderita morbili
maka bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap morbili
dan dapat menderita penyakit ini setelah ia dilahirkan. Bila seorang wanita
menderita morbili ketika ia hamil ½ bulan, maka 50% kemungkinan akan
mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester pertama, kedua
atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan
bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati atau
anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

Sebelum pengguanaan vaksin campak, penyakit ini biasanya menyerang anak


yang berusia 5-10 tahun. Setelah masa imunisasi (mulai tahun 1977), campak
sering menyerang anak usia remaja dan orang dewasa muda yang tidak
mendapat vaksinasi sewaktu kecil, atau mereka yang diimunisasi pada saat
usianya lebih dari 15 bulan.

LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Campak

Penyebab terjadinya Campak tidak lain lagi dengan adanya infeksi virus.
Virus yang berperan dalam penyakit ini adalah virus yang termasuk golongan
Paramyxovirus. Virus ini berada di sekret nasofaring dan di dalam darah dan
juga air kencing dan aktif dalam waktu sekitar 34 jam pada suhu kamar,
sementara tidak aktif pada keadaan yang mempunyai pH rendah.
Virus campak yang tergolong Paramyxovirus ini memiliki struktur yang mirip
dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus ini
berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan bergaris tengah 140 nm,
dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Didalamnya
terdapat nukleokapsid yang berbentuk bulat lonjong, terdiri dari bagian protein
yang mengelilingi asam nukleat (RNA) – yang merupakan struktur
nukleoprotein dari myxovirus. Pada selubung luar, sering terdapat tonjolan
pendek. Salah satu protein yang berada di selubung luar berfungsi sebagai
hemaglutinin.
Virus campak ini merupakan organisme yang tidak memiliki daya tahan
tinggi. Virus ini dapat bertahan selama beberapa hari pada temperatur 0ºC dan
selama 15 minggu pada sediaan beku. Namun, virus ini mudah mati atau tidak
akan aktif apabila berada diluar tubuh manusia. Pada suhu kamar sekalipun,
virus ini akan kehilangan infektivitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari, pada
suhu 37 ºC waktu paruh usianya 2 jam, sedangkan pada suhu 56 ºC hanya satu
jam. Sebaliknya virus ini tahan pada suhu yang dingin, dan virus ini mudah
sekali dihancurkan oleh sinar ultraviolet.
Virus campak dapat tumbuh pada berbagai macam tipe sel, tetapi untuk isolasi
primer digunakan biakan sel ginjal manusia atau kera. Pertumbuhan virus
campak lebih lambat daripada virus lainnya, baru mencapai kadar tertinggi
pada fase larutan setelah 7-10 hari. Virus campak ini menyebabkan 2
perubahan sitopatik. Perubahan sitopatik yang pertama berupa pertumbuhan
pada sel yang batas tepinya menghilang sehingga sitoplasma dari banyak sel
akan saling bercampur dan membentuk anyaman dengan pengumpulan 40
nucleus di tengah, dimana pada kedua sitoplasma dan intinya terdapat
inclusion bodies. Efek sitopatik yang kedua menyebabkan perubahan bentuk
sel perbenihan dari poligonal menjadi bentuk gelondong. Selnya akan menjadi
lebih hitam dan lebih membias daripada sel normal dan jika di cat menunjukan
inclusion bodies yang berada dalam inti.

LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Pathogenesis dan Patofisiologis Campak

Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang terinfeksi sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet
melalui udara sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah
timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan
jarang dapat ditemukannya virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik local,
bebas maupun berhubungan dengan sel mononuclear, kemudian mencapai
kelenjar getah bening regional. Di sini virus memperbanyak diri dengan sangat
perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti
limpa. Sel mononuclear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa
berinti banyak (sel warthin), sedangkan limfosit-T (termasuk T-supressor dan
T-helper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah.

Gambaran kejadian awal di jaringan linfoid masih belum diketahui secara


lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah focus infeksi yaitu
ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan
epitel orofaring, kunjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.

Pada hari ke 9-10, focus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua
lapis sel. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke
pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari system saluran nafas
diawali dengan keluhan batuk pilek disertai dengan selaput konjungtiva yang
tampak merah. Respon imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada
system saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam
tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera (hilngnya tebal
mukosa) kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, yang merupakan
tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.

Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed


hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari
ke 14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi
pada kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami deficit sel-
T.

Focus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian
dengan imunofluoresens dan histologik menunjukan adanya antigen campak
dan diduga terjadi suatu reaksi Arthus (reaksi kulit yang antigen disuntikkan
ke dalam dermis dan bereaksi dengan antibody IgG). Daerah epitel yang
nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan infeksi
bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, dll. Dalam keadaan
tertentu pneumonia juga dapat terjadi, selain itu campak dapat menyebabkan
gizi kurang.

LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Cara Penularan Campak

Campak ditularkan melalui droplet di udara oleh penderita, kontak


langsung, melalui secret hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi
sejak 1 hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah munculnya
ruam, minimal hari kedua setelah timbulnya ruam.

Virus campak berada dalam lendir di hidung dan tenggorokan orang yang
terinfeksi. Penularan campak dapat terjadi ketika bersin atau batuk. Lendir
yang terinfeksi dapat mendarat di hidung orang lain atau tenggorokan ketika
mereka bernapas atau memasukkan jari-jari mereka di dalam mulut atau hidung
setelah menyentuh permukaan yang terinfeksi. Virus tetap aktif dan menular
pada permukaan yang terinfeksi sampai 2 jam. Transmisi campak terjadi begitu
mudah kepada siapapun yang tidak diimunisasi campak. Masa penularan
berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodormal
biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah
timbulnya ruam.

Ibu yang menularkan campak akan menurunkan kekebalannya kepada


janin yang dikandungnya melalui plasenta dan kekebalan ini bisa bertahan
sampai bayi berusia 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk
antibodinya sendiri yang secara aktif setelah menerima vaksin campak. Dalam
waktu 12 hari setelah infeksi campak mencapai puncak sekitar 12 hari, IgM
akan terbentuk dan cepat menghilang hingga akhirnya digantikan oleh IgG.
Adanya karier campak sampai sekarang tidak terbukti. Cakuan imunisasi
campak lebih dari 90 % akan menyebabkan kekebalan dan menurunkan kasus
campak dimasyarakat.

LO 1.6 Mehmahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis/ Gejala Campak

Campak mempunyai manifestasi klinik yang sangat berkaitan, yaitu koriza


dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam beberapa hari, di
ikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri khas, yaitu di awali dari belakang
telinga kemudian menyebar ke muka, dada, dan tubuh, lengan, dan kaki
bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami
hiperpigmentasi dan mengelupas.

Penyakit campak terdiri dari 3 stadium:


Masa tunas/ Masa Inkubasi (10-20 hari)
1. Stadium Kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5hari disertai demam tinggi
terus menerus (≤38,5oC) yang disertai faring hiperemis, nyeri menelan,
stomatitis, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema.
Timbul bercak Koplik(dimukosa pipi) yang patognomonik bagi morbili,
tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu,
sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa
bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah
tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat macula halus yang
kemudian menghilang sebelum stadium eerupsi. Gambaran darah tepi
ialah limfositosis dan leucopenia.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering
didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat
bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita
morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.

2. Stadium erupsi
Pada stadium ini, pada demam hari ke 4-5 yang ditandai dengan koriza dan
batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak Koplik.
Terjadinya eritema yang berbentuk macula-papula disertai menaiknya
suhu badan. Di antara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula
eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat
perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai
anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan
seperti terjadinya.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudur mandibular dan di
daerah leher belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang
disertai diare dan muntah.
Variasi dari morbili yang biasa ini ialah “black measles”, yaitu morbili
yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

3. Stadium konvalensi/ Stadium penyembuhan


Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua/kehitaman
(hiperpigmentasi) dan mengelupas yang lama-kelamaan akan hilang
sendiri sesuai dengan urutan timbulnya. Selain hiperpigmentasi pada anak
Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini
merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit
lain dengan eritema atau aksantema ruam kulit menghilang tanpa
hiperpigmentasi.
Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

LO 1.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Campak

Diagnosis campak biasanya dapat dibuat berdasarkan kelompok gejala klinis


yang sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan
demam tinggi dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri
khas, yaitu diawali dari belakang telinga, kemudian ke muka, dada, tubuh,
lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya
mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas. Pada stadium prodromal dapat
ditemukan entema di mukosa pipi yang merupakan tanda petognomonis
campak (bercak koplik).

Meskipun demikian menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi.


Tidak semua kasus manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pada
pasien yang campak dan mengalami gizi buruk, ruam yang timbul bisa sampai
berdarah dan mengelupas atau bahkan pasien sudah meninggal sebelum
ruamnya muncul, dan juga pada kasus ini, dapat terjadi diare yang
berkelanjutan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakkan secara


klinis, diagnosis laboratorium mungkin diperlukan pada kasus campak
atipkikal atau termodifikasi.

a. Deteksi antigen
Antigen campak dapat dideteksi pada sel epitel dalam secret respirasi dan
urine. Antibody nucleoprotein sangta bermanfaat karena merupakan
protein virus yang paling banyak ditemukan pada sel epitel yang terinfeksi.
b. Isolasi dan identifikasi virus
Asupan nasofaringdan dan konjungtiva, sampel darahm secret pernafasan,
serta urin yang diambi8l dari paisen selama masa demam merupakan
sumber yang sesuai untuk isolasi virus. Virus campak tumbuh lambat, efek
sitopatik yang khas (sel raksasa multinukleus yang mnegandung bahan
inklusi intranuklear dan intrasitoplasmik). Uji kultur vial kerang dalam
selesai 2-3 hari menggunakan pewarnaan antibody flouresens untuk
mendeteksi antigen campak pada kultur yang telah diinokulasi.
c. Serologi
Pemastian infeksi secara serologi bergantung pada peningkatan titer
antibody empat kali lipat anatara serum fase akut dan fae konvalensi atau
terlihatnya antibody IgM spesifik campak di dalam specimen serum
tunggal yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah awitan ruam. ELISA,
uji HI, dan tes Nt dapat digunakan untuk mengukur antibody campak.

LO 1.8 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Banding Campak

1. German measles. Pada penyakit ini tidak ada bercak Koplik, tetapi ada
pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior,
belakang telinga.
2. Infeksi enterovirus
Ruam kulit cenderung kurang jelas dibandingkan dengan campak. Sesuai
dengan derajat demam dan berat penyakitnya.
3. Penyakit Riketsia
Disertai batuk tetapi ruam kulit yang timbul biasanya tidak mengenai
wajah yang secara khas terlihat pada penyakit campak.
4. Meningokoksemia
Disertai ruam kulit yang mirip dengan campak, tetapi biasanya tidak
dijumpai batuk dan konjungtivits.
5. Ruam kulit akibat obat
Ruam kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya ruam kulit timbul
setelah ada riwayat penyuntikan atau menelan obat.
6. Demam skarlantina.
Ruam kulit difus dan makulopapuler halus, eritema yang menyatu dengan
tekstur seperti kulit angsa secara jelas terdapat didaerah abdomen yang
relatif mudah dibedakan dengan campak.
7. Eksantema Subitum
Kelainan yang disebabkan karena infeksi virus inilah yang paling sering
terjadi yang sering dianggap campak. Pada kelainan ini biasanya demam
1-3 hari setelah demam hilang baru timbul bercak kemerahan diseluruh
tubuh yang mirip campak. Setelah timbul dalam 2-3 hari akan hilang tidak
membekas. Bedanya pada campak bercak merah timbul demam masih
terjadi, seminggu setelah itu timbul bekas kehitaman pada bercak merah
yang ada. Kelainan ini sering dialami pada penderita alergi dengan riwayat
kulit yang sangat sensitif.
8. DBD
Pada awal perjalanan penyakit DBD pada hari ke 1-4 kadang juga disertai
bercak kemerahan yang mirip campak. Bercak merah ini biasanya akan
hilang setelah hari ke 5-7. Manifestasi ini sering dialami pada penderita
alergi dengan riwayat kulit yang sangat sensitif.
9. Infeksi mononukleos
Mononukleosis Infeksiosa adalah penyakit yang ditandai dengan demam,
nyeri tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening, yang disebabkan
oleh virus Epstein-Barr, salah satu dari virus herpes. Setelah menyususp ke
dalam sel-sel di Hidung dan tenggorokan, virus ini akan menyebar ke
limfosit B (sel darah putih yang bertanggungjawab terhadap pembentukan
antibodi). Infeksi virus Epstein-Barr sering terjadi dan bisa menyerang
anak-anak, remaja dan dewasa. Sekitar 50% anak-anak Amerika
mengalami infeksi ini sebelum usia 5 tahun. Tetapi virus ini tidak terlalu
menular. Remaja atau dewasa muda biasanya mendapatkan infeksi ini
melalui ciuman atau hubungan intim lainnya dengan orang yang terinfeksi.
10. Penyakit Kawazaki
Penyakit Kawasaki juga dikenal sebagai sindrom kelenjar getah bening,
penyakit simpul mukokutan, poliarteritis kekanak-kanakan. Sindrom
Kawasaki adalah penyakit, sebagian besar bayi, yang mempengaruhi
banyak organ, termasuk kulit, selaput lendir, kelenjar getah bening, dan
dinding pembuluh darah, tetapi Efek yang paling serius adalah pada
jantung mana ia dapat menyebabkan dilasi aneurismal (kelainan/ pelebaran
abnormal pembuluh darah) parah. Tanpa pengobatan, kematian dapat
mendekati 1%, biasanya dalam waktu 6 minggu onset. Dengan
pengobatan, angka kematian kurang dari 0,01% di AS Sering ada infeksi
yang sudah ada virus yang dapat memainkan beberapa peran dalam
patogenesis. Mukosa konjungtiva dan oral, bersama dengan epidermis
(kulit), menjadi erythmatous (merah dan inflammed). Edema sering
terlihat di tangan dan kaki dan kelenjar getah bening leher sering
diperbesar.
LO 1.9 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Campak

Simtomatik yaitu antipiretik bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap
komplikasi yang timbul.

a) Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :


 Istirahat
 Pemberian cairan yang cukup.
 Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat
kesadaran dan adanya komplikasi.
b) Campak tanpa komplikasi :
 Antipiretik
Parasetamol 7,5-10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam
 Ekspektoran
Gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50-100mg tiap 2-6 jam, dosis
maksimum 600 mg/hari.
 Antitusif perlu bila batuknya hebat atau mengganggu, narcotic
antitussive (codein) tidak boleh digunakan. Mukolitik bila perlu

 Vitamin A
Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral
sangat bermanfaat.
< 6 bulan : 50.000 IU diberikan satu kali
6-11 bulan : 100.000 IU diberikan satu kali
>11 bulan : 200.000 IU diberikan satu kali

 Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai.Jenis disesuaikan


dengan tingkat kesadaran pasien dan adatidaknya komplikasi.

 Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau


campaknya berat atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di
rumahh sakit.
 Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan
penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang
belum mendapat imunisasi campak.
 Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk
meningkatkan daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna
karena anak campak rentan terjangkit infeksi lain seperti radang
tenggorokan, flu atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung
sebulan setelah sembuh karena daya tahan tubuh penderita yang masih
lemah.

c) Komplikasi
 Suplemen nutrisi.
 Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder.
 Anti konvulsan apabila terjadi kejang.
 Pemberian vitamin A. Dengan Indikasi rawat inap, jika :
1. Campak disertai komplikasi berat
2. Campak dengan kemungkinan terjadinya komplikasi, yaitu bila
ditemukan:
 Bercak/eksantem merah kehitaman yang menimbulkan
deskuamasi dengan skuama yang lebar dan tebal.
 Suara parau, terutama disertai tanda penyumbatan seperti
laryngitis dan pneumonia.
 Dehidrasi berat.
 Hiperpireksia (suhu tubuh > 39oC)
 Asupan oral sulit
 Kejang dengan kesadaran menurun
 MEP yang berat

d) Campak dengan komplikasi :


-Ensefalopati/ensefalitis
 Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan
penderita ensefalitis.
 Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan penderita ensefalitis.
 Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi
terhadap gangguan elektrolit dan gangguan gas darah.

-Bronkopneumonia :
 Antibiotika sesuai dengan penderita pneumonia Antibiotik ampisilin
100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena dikombinasikan dengan
kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravenadalam 4 dosis sampai gejala
sesak berkurang dan pasien dapat minum obat peroral.
 Oksigen nasal atau dengan masker.
 Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dnelektrolit
 Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi
kurang perlu dipantau terhadap adanya infeksi spesifik. Pantau gejala
klinis serta lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan.
-Enteritis
 Koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi. Pemberian cairan intravena
dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidarsi.
-Otitis media
 Diberikan antibiotik kortimoksazol-sulfametokzasol (TMP
4mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis)
 Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang atau buruk.
LO 1.10 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Campak

Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun


sehingga dapat terjadi anergi (uji tuberculin yang semula positif berubah
menjadi negative). Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi
sekunder seperti:

-Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh Penumococcus,
Streptococcus, Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat
menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi
energy protein, penderita penyakit menahun (misal tuberkolosis),
leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu
dilakukan pencegahan. Komplikasi neurologis pada morbili dapat
berupa hemiplegia, paraplegia, afasia, gangguan mental, neuritis
optika, dan ensefalitis.

-Ensefalitis morbili akut


Dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang
menderita morbili atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi
dengan vaksin virus morbili hidup (ensefalitis morbili akut); pada
penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif
(immunosuppressive measles encephalopathy) dan sebagai subacute
sclerosing panencephalitis (SSPE).

-Ensefalitis
Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjasi,
biasanya terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Terjadinya
ensefalitis ini dapat melalui mekanisme immunologik maupun melalui
invasi langsung virus campak ke dalam otak. Gejala ensefalitis ini
dapat berupa kejang, letargi, koma dan iritabel. Keluhan nyeri kepala,
frekuensi nafas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat
ditemukan.
- Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat.
Penyakit ini progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang
dewasa. Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti
kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang dan koma. Perjalanan
kilinis lambat dan sebaian besar penderita meninggal dunia dalam 6
bulan-3 tahun setelah terjadi gejala pertama.

- Immunosuppressive measles encephalopathy


didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita
defisiensi imunologi karena keganasan atau karena pemakaian obat-
obatan imunosupresif.

- Langritis akut
Laringitis timbul karena adanya edema pada mukosa saluran
nafas, yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya

- Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada
puncak demam saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan
sebagai kejang demam.

-Otitis media
Inveksi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada
campak. Gendang telinganya biasanya hipereremis (mual muntah
berlebihan) pada fase prodromal dan stadium erupsi.

- Konjungtivitis
Adanya komplikasi ini ditandai dengan adanya mata merah,
pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang-kadang
terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Konjungtivitas dapat
memperburuk keadaan dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis
hingga menyebabkan kebutaan.
- Kebutaan
Terjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi
vitamin A yang akhirnya dapat menyebabkan xeropthalmia atau
kebutaan. Di Afrika didapatkan kebutaan sebagai komplikasi morbili
pada anak yang menderita malnutrisi.

-Apenditis
Pada ibu hamil, dapat terjadi abortus, partus prematur dan
kelainan kongenital pada bayi.

LO 1.11 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Campak

1. Imunisasi aktif.

Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi
mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi
(endemik). Imunisasi aktif dilakukan dengan menggunakan strain
Schwarz dan Moraten. Vaksin tersebut diberikan secara subcutan dan
menyebabkan imunitas yang berlangsung lama. Dianjurkan untuk
memberikan vaksin morbili tersebut pada anak berumur 10 – 15 bulan
karena sebelum umur 10 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk
antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Akan tetapi
dianjurkan pula agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan
terdapat banyak tuberkulosis diberikan vansinasi pada umur 6 bulan dan
revaksinasi pada umur 15 bulan. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan
memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9 bulan ke atas.

Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi terhadap
telur. Hanya saja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu
sembuh. Vaksin ini juga dapat diberikan pada penderita tuberkulosis aktif
yang sedang mendapat tuberkulosita. Akan tetapi vaksin ini tidak boleh
diberikan pada wanita hamil, anak dengan tuberkulosis yang tidak
diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat pengobatan
imunosupresif.
2. Imunisasi pasif.

Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum


konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma
adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat
dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25
mL/kg diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan
tetapi lebih baik sesegera mungkin. Proteksi sempurna terindikasi untuk
bayi, anak dengan penyakit kronis dan untuk kontak dibangsal rumah
sakit anak.

3. Isolasi

Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena


penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi
penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari
penularan lingkungan sekitar.

LO 1.12 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Campak

Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan
penyulit maka prognosisnya baik (Rampengan, 1997).
DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Behrman Kliegman (2000) Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume II Edisi 15. Jakarta :
EGC
Hassan, et al. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Infomedika.
Maldonado, Y. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC.
Mubin Halim Prof. dr., Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam (Diagnosis dan Terapi),
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2008.
Poorwo Soedarmo, SS., dkk. (Ed). Buku Ajar Infeksi &Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta :
Ikatan Dokter Anak Indonesia(IDAI)
Widoyono. (2011). Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya Edisi II. jAKARTA : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai