Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit campak (measles, morbilli, rubeola) adalah penyakit yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala berupa eksantem akut, demam, radang kataral
selaput lendir, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri
dengan deskuamasi dari kulit.

Virus penyebab campak yaitu virus rubeola, mempunyai ukuran diameter 140 milimikron.
Virus ini tidak tahan panas (thermolabil), usia paruhmya sekitar 2 jam pada suhu 37 derajat
celcius, dan menjadi tidak aktif pada pH dibawah 4,5. kelainan kulit berupa eksantema hanya
dapat terjadi pada manusia dan kera. Virus dapat dibiakkan pada berbagai biakan jaringan
baik jaringan primata, nonprimata maupun embrio ayam. In vitro, virus ini dapat
mengaglutinasi eritrosit kera rhesus dan baboon sehingga dapat dihitung titernya.

Pada campak yang menimbulkan kematian, kelainan patologik yang terjadi disebabkan baik
oleh virusnya maupun oleh infeksi sekunder oleh bakteri, misalnya oleh pneumonia yang
umumnya interstitial, tetapi juga dapat membentuk eksudat yang purulen didalam alveoli.
Virus campak sendiri menimbulkan kelainan-kelainan pada jaringan-jaringan tonsil, faring,
dan apendiks, berupa infiltrasi sel subepitel dan sel raksasa berinti banyak (multi nucleated
giant cell). Bintik koplik yang khas didapatkan pada bagian dalam dari pipi penderita dan
mukosa lainnya didalam romgga mulut, sebenarnya adalah akibat terjadinya infiltrasi sel-sel
radang, sel mononuklear pada kelenjar submukosa mulut dan nekrosis pada lesi vestkuler
mukosa. Ruang kulit yang terjadi pada campak merupakan hasil proliferasi sel endotel kapiler
didalam korium bersama-sama dengan terjadinya eksudasi serum dan kadang-kadang eritrosit
kedalam epidermis. Hemokonsentrasi dan albuminuria dapat juga terjadi.

1.2 Ruang Lingkup Masalah

Karya tulis ini meliputi penyakit campak pada orang dewasa, campak yang terjadi pada wnita
hamil sehingga terjadi abortus dan yang sering diderita campak pada anak-anak khususnya.

1
1.3 Pembatasan Masalah

Karya tulis ini hanya menjelaskan pokok-pokok masalah pancegahan penyakit campak pada
anak-anak, mulai dari upaya-upaya pencegahan penyakit campak pada anak-anak,cara
mengobati penyakit campak, sampai diagnosis dan prognosis pada penyakit campak.

1.4 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit campak?


2. Bagaimana tanda-tanda klinis penderita penyakit campak?
3. Bagaimana proses terjadinya seorang anak yang menderita penyakit campak?

1.5 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui seseorang yang menderita penyakit campak yang disebabkan Oleh
virus rubela.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengobati penyakit campak yaitu dengan cara
pengobatan sistomatik dan tindakan pencegahan terhadap komplikasi dan infeksi
sekunder dengan menggunakan anti mikroba.
3. untuk mengetahui cara pencegahan penyakit campak dengan cara pemberian gamma
globin dan vaksinasi.

1.6 Manfaat Penulisan

a. Bagi Penulis:
Supaya kita dapat mengetahui penyakit campak yang diderita oleh anak-anak.
b. Bagi Pembaca: - Supaya kita dapat mengetahui betapa pentingnya penyakit campak
- Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit
c. Bagi Masyarakat: - Supaya masyarakat lebih mewaspadai penyakit campak yang
cukup berbahaya.
Membangun kesadaran masyarakat untuk menerapkan kaidah kesehatan tanpa
penyakit.

2
d. Bagi Instansi Terkait:
Supaya pemerintah lebih memperhatikan penyakit campak pada anak-anak karena
penyakit campak dapat menimbulkan kelainan-kelainan pada jaringan-jaringan tonsil,
faring, dan apendiks.
- Supaya pemerintah dapat menangani masalah penyakit campak pada anak-anak.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Campak

Campak, rubeola, morbili, atau measles adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular
yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala berupa eksantem akut, demam, radang
kataral selaput lendir, kemudian diikuti erupsimakulo papula yang berwarna merah dan
diakhiri dengan deskuamasi dari kulit, atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu
kurang lebih 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramikso virus
(virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun
tenggorokan penderita campak (air borne disease). Rubeola, yang juga disebut campak 10
hari atau campak merah, adalah suatu infeksi saluran napas atas yang terhirup. Masa inkubasi
asimto matriknya adalah 7-12 hari sebelum penyakit muncul. Penyakit ini sangat menular,
penyakit aktif ditandai oleh gejala-gejala awal (prodromal) yang diikuti oleh ruam.

Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga terjadi anergi (uji
tuberkulin yang semula positif menjadi negatif). Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi
komplikasi sekunder seperti otitis media akut, ensefalitis, brokopneumonia. Brokopneumonia
dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh pneumococcus, steptococcus, staphylococcus.
Brokopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih mudah, anak dengan
malnutrisi enegi protein, penderita penyakit menahun (misal tuberkulosis), leukemia dan lain-
lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan. Komplikasi
neurologis pada morbili dapat berupa hemiplegia, paraplegia, afasia, gangguan mental,
neuritis optika, dan ensefilitis. Ensefilitis morbili dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak
yang sedang menderita morbili atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan
vaksin virus morbili hidup (ensefilitis morbili akut); pada penderita yang sedang mendapat
pengobatan imunosupresif (immunosuppresive measles encephalopathy) dan sebagai
subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).

Ensefalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah dan sisa
defisit neurologis sedikit. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1.000
kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap
1.000.000 dosis. SSPE adalah suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat.
Penyakit progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang dewasa. Ditandai oleh
gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang dan

4
koma. Perjalanan klinis lambat dan sebagian besar penderita meninggal dunia dalam 6 bulan-
3 tahun setelah terjadi gejala pertama. Meskipun demikian remisi spontan masih bisa terjadi.
Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili memegang peranan
dalam patogenesisnya. Biasanya anak menderita morbili sebelum umur 2 tahun sedangkan
SSPE bisa timbul sampai 7 tahun setelah morbili. SSPE yang terjadi setelah vaksinasi morbili
didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemngkinan menderita SSPE setelah vaksinasi
morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10 juta; sedangkan setelah infeksi morbili sebesar 5,2-9,7 tiap 10
juta.

2.2 Penyebab Campak

Virus penyebab campak yaitu virus rubeola, mempunyai ukuran diameter 140 milimikron.
Virus ini tidak tahan panas (thermolabil), usia paruhnya sekitar 2 jam pada suhu 37 derajat
celcius, dan menjadi tidak aktif pada pH dibawah 4,5. kelainan kulit berupa eksantema hanya
dapat terjadi pada manusia dan kera. Virus dapat dibiakkan pada berbagai biakan jaringan
baik, jaringan primata, nonprimata, maupun embrio ayam. In vitro, virus ini dapat
mengaglutinasi eritrosit kera rhesus dan baboon sehingga dapat dihitung titernya. Imunitas
yang terdapat sesudah menderita infeksi dengan virus campak akan berlangsung dalam waktu
yang yang lama, dan titer yang tinggi dari anti bodi juga didapatkan pada orang
dewasa.imunitas sementara akan diperoleh dengan memberikan serum konvalesen atau
gamma globulin. Rendahnya angka kesakitan pada bayi dibawah umur 6 bulan disebabkan
oleh karena bayi mendapatkan anti bodi dari ibunya melali plasenta.

Pada campak juga menimbulkan kematian, kelainan patologik yang terjadi disebabkan baik
oleh virusnya maupun oleh infeksi sekunder oleh bakteri, misalnya oleh pneumonia yang
umumnya interstitial, tetapi juga dapat membentuk eksudat yang purulen didalam alveoli.
Virus campak sendiri menimbulkan kelainan-kelainan pada jaringan-jaringan tonsil, faring,
dan apendiks, berupa infiltrasi sel subepitel dan sel raksasa berinti banyak (multi nucleated
giant cell). Bintik koplik yang khas didapatkan pada bagian dalam dari pipi penderita dan
mukosa lainnya didalam romgga mulut, sebenarnya adalah akibat terjadinya infiltrasi sel-sel
radang, sel mononuklear pada kelenjar submukosa mulut dan nekrosis pada lesi vestkuler
mukosa. Ruang kulit yang terjadi pada campak merupakan hasil proliferasi sel endotel kapiler
didalam korium bersama-sama dengan terjadinya eksudasi serum dan kadang-kadang eritrosit
kedalam epidermis. Hemokonsentrasi dan albuminuria dapat juga terjadi.

5
2.3 Epidemiologi

Penyakit ini tersebar luas diseluruh dunia tidak dipengaruhi oleh iklim, ras dan kebangsaan
maupun status ekonomi dan sosial. Dinegara-negara dengan 4 musim, epidemi campak
biasanya terjadi pada akhir musim dingin setiap 3 tahun sekali pada kelompok populasi yang
besar, dan tiap 5-6 tahun sekali pada kelompok populasi kecil. Setiap orang boleh dikatakan
peka terhadap campak dan dosis yang sangat kecil dari virus campak dapat membuat
seseorang menjadi sakit. Sebagian besar penderita campak adalah anak-anak, sedangkan
orang dewasa pada umumnya sudah menderitanya dimasa kanak-kanaknya. Jika epidemi
campak berlangsung dalam waktu lama sesudah epidemi campak yang terakhir, orang-orang
dewasa dapat terserang penyakit ini. Campak yang terjadi pada wanita yang sedang hamil
dapat mengganggu kehamilannya sehingga dapat terjadi abortus.bayi yang baru lahir dapat
menderita penyakit campak ini bersamaan dengan ibunya yang sedang sakit. Campak
ditularkan secara langsung atau melalui titik-titik cairan berasal dari mata, hidung dan
tenggorokan dan menyebar melalui udara pada waktu batuk, bersin atau pada waktu
berbicara. Penularan mulai terjadi sejak hari ke-7 sampai ke-11 sesudah tertular virus campak
dan mencapai puncak penularannya beberapa saat sebelum terjadi ruam kulit (rash).

Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur
hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan dapat kekebalan
secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan
akan mengurang sehinnga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah
menderita morbili maka bayi yang akan dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap
morbili dan dapat menderita penyakit ini setelah dilahirkan. Bila seorang wanita menderita
morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus; bila
ia menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan
seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah
atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Upaya-upaya Pencegahan Penyakit Campak

1. Gamma Globulin
Pemberian gamma globulin atau serum konvalesens selama masa inkubasi dapat
mencegah dan memperingan manifestasi klinik campak. Pemberiannya melalui
suntikan intramuskuler dengan dosis yang sesuai dengan umur penderita. Dengan
pemberian gamma globulin tidak terjadi imunitas yang efektif, melainkan hanya
mengurangi gejala-gejala klinik yang timbul.
2. Vaksinasi
Vaksin yang dibuat dari virus hidup dan dilemahkan sehingga tidak virulen lagi ini
diberikan melalui suntikan subkutan. Sebagian dari penerima vaksin akan mengalami
infeksi ringan campak tanpa mengalami gangguan pada alat pernapasan dan sistem
saraf pusat serta mengalami ruam kulit yang ringan dan tidak tetap. Juga dilakukan
dengan pemberian ”live attenuated meales vaccine” mula-mula digunakan strain
Edmonston B, tetapi karena ”strain” ini menyebabkan panas tinggi dan eksantem pada
hari ke-7 sampai hari ke-10 setelah vaksinasi, maka strain Edmonston B diberikan
bersama-sama dengan globulin gamma pada lengan yang lain. Sekarang digunakan
starin Schwars dan Moraten dan tidak diberikan globulin gamma. Vaksin tersebut
diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama. Pada
penyelidikan serologis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun
setelah vaksinasi. Dianjurkan untuk memberikan vaksi morbili tersebut pada anak
umur 15 bulan yaitu karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat
membentuk anti bodi secara baik karena masih ada anti bodi dari ibu. Tetapi
dianjurkan pula agar anak yang tinggal didaerah endemis morbili dan terdapat banyak
tuberkulosis diberikan vaksinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi dilakukan pada
umur 15 bulan. Diketahui dari penelitian linnemann dkk. (1982) pada anak yang di
vaksinasi sebelum umur 10 bulan tidak di temukan anti bodi; begitu pula setelah
revaksinasi kadang-kadang titer anti bodi tidak naik secara bermakna. Diindonesia
saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada anak umur 9 bulan keatas.
Vaksin morbili tersebut diatas dapat pula diberikan pada orang yang alergi terhadap

7
telur, karena vaksin morbili ini ditumbuhkan dalam biakkan jaringan-jaringan ayam
yang secara antigen ialah berbeda dengan protein telur. Hanya bila terdapat suatu
penyakit alergi sebaiknya vaksinasi ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin morbili
juga dapat diberikan kepada penderita tuberkulosis aktif yang sedang mendapat
tuberkulostatika. Vaksin morbili tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak
dengan tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang
mendapatkan pengobatan imunosupresif.

3.2 Gambaran Klinik Penyakit Campak


Sesudah melewati masa inkubasi sekitar 11 hari lamanya, penyakit campak akan
menunjukkan gejala-gejala klinik yang jelas berupa demam, malaise, myalgia, dan
sakit kepala. Dalam beberapa jam keluhan pada mata akan timbul berupa fotofobia
dan rasa panas didalam mata dan mata akan nampak merah, berair dan mengandung
eksudat pada kantong konjungtiva. Dalam waktu singkat akan terjadi radang kataral
pada saluran pernapasan dengan gejala-gejala bersin-bersin, batuk, dan pilek. Jika
laring terserang dapat terjadi gangguan suara berupa serak atau afonia. Pada masa
prodromal yang berlangsung 1-4 hari ini petekia pada palatum dan faring atau adnya
bintik koplik pada mukosa dapat mengawali terbentuknya ruam kulit. Bintik koplik
terdapat lateral dari gigi moral, dikelilingi lingkaran merah mukosa rongga mulut.
Bintik ini merupakan tanda yang khas untuk menentukan diagnosis campak,
meskipun kadang-kadang tidak dapat ditemukan.
Ruam kulit yang mengikuti gejala-gejala prodromal dapat berlangsung sampai 7 hari.
Mula-mula ruam kulit terdapat dibelakang telinga atau muka, lalu menyebar kebawah
menutup seluruh badan dan akhirnya mencapai ekstremitas. Telapak tangan dan
telapak kaki biasanya tidak menunjukkan adanya ruam kulit tersebut. Demam pada
campak mirip dengan demam pada tifoid, meningkat cepat sehingga mencapai diatas
39 derajat celcius dan berlsngsung selama 6 hari. Selama masa febris ini, batuk-batuk
dan gejala dari bronkiolitis tampak nyata. Batuk merupakan bentuk gejala yang paling
akhir menghilang. Penderita-penderita yang tidak mendapatkan perawatan dan
makanan yang baik dan kurang beristirahat mungkin akan mengalami berbagai
kompikasa misalnya infeksi telinga, pneumonia, bronkitis dan ensefalitis. Bila demam
yang tinggi tetap berlangsung lebih dari 3 hari sesudah ruam kulit mulai terbentuk,
atau jika demam menurun kemudian meningkat kembali, ini merupakan suatu tanda

8
bahwa telah terjadi komplikasi.

Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium, yaitu:


1. Stadium kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofoia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul enantema timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili,
tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung
jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan
dengan molar bawah.
2. stadium erupsi
koriza dan bauk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadi eritma
yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara macula
terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, dibagian
atas lateral tekuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang
terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai
anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti
terjadinya.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia
sering di temukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi.suhu meurun sampai
menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

3.3 Pengobatan Penyakit Campak


Tidak ada pengobatan yang spesifik untu campak. Pengobatan yang di berikan adalah
pengobatan simtomatik dan tindakan pencegahan terhadap komplikasi dan infeksi
sekunder dengan menggunakan antimikroba.
- Pengobatan simtomatik
Tanpa komplikasi, istirahat di tempat tidur akan mempercepat penyembuhan
penderita. Pemberian kodein dapat mengurangi sakit kepala dan nyeri otot, selain

9
itu juga dapat mencegah batuk penderita. Berikan juga analgesik dan antipiretik.
Berikan diet yang bergizi tinggi dan sebaiknya ruang tidur penderita tidak terlalu
terang oleh karena adanya fotofobia.
- Pengobatan Pencegahan Dengan Antimikroba
Perjalanan penyakit campak yang tanpa komplikasi tidak di pengaruhi oleh
pemberian antimikroba. Jika terjadi infeksi sekunder dengan kuman
pneumococcus atau beta hemolytic streptococcus, pemberian penicilin atau
tetrasiklin dengan dosis penuh dapat mencegah kematian oleh infeksi sekunder
tersebut. Terutama penderita campak yang juga sedang menderita infeksi kronik
lain, anak-anak bayi maupun orang-orang berusia lanjut dan penderita campak
yang mudah di tulari penyakit infeksi lainnya misalnya yang dirawat di ruang
menular, perlu di berikan obat-obatan antimikroba.

10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Campak (measles, morbili, rubeola) adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang
di sebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala berupa eksantem akut, demam, radang
kataral selaput lendir, kemudian diikuti erupsi makulo-papula yang berwarna merah
dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit. Penyebab campak diantaranya yaitu virus
rubeola, yang mempunyai ukuran diameter 140 milimikron. Kelainan kulit berupa
eksantema hanya dapat terjadi pada manusia. Gejala-gejala yang di derita ialah panas
badannya lebih tinggi dari flu biasa, malaise, myalgia, dan sakit kepala. Pengobatan
pencegahan dengan antimikroba. Biasanya perjalanan penyakit campak yang tanpa
komplikasi tidak dipengaruhi oleh pemberian antimikroba. Jika terjadi infeksi
sekunder dengan kuman pneumococcus atau beta hemolitic streptococcus, pemberian
penisilin atau tetra siklin dengan dosis penuh dapat mencegah kematian oleh infeksi
sekunder tersebut. Terutama penderita campak yang juga sedang menderita infeksi
kronik lain.

4.2 Saran
Sebaiknya pemberian gamma globulin melalui suntikan intramuskuler dengan dosis
yang sesuai dengan umur penderita. Penggunaan penicilin dan tetra siklin untuk
pencegaha yang diberikan pada awal dari penyakit atau yang diberikan jika terjadi
infeksi sekunder sangat menurunkan jumlah kematian. Pengobatan yang harus
diberikan adalah pengobatan sistomatik dan tindakan pencegahan terhadap komplikasi
dan infeksi sekunder sehingga penyakit campak pada anak – anak dapat terobati dan
dapat dicegah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Soedarto, Dr. Penyakit- penyakit infeksi di indonesia. Jakarta: Widya medika, 1990.
J. Corwin Elizabeth, 1997, Buku Saku Patofisioloogi, EGC, Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Dua,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai