Anda di halaman 1dari 15

MODUL ILMU DASAR KEPERAWATAN II

(NCA 209)

MODUL SESI 6
INFEKSI OPPORTUNISTIK dan PENGONTROLAN PERTUMBUHAN
MIKROORGANISME

DISUSUN OLEH
ERNALINDA ROSYA, S.Kep., Ns., M.Kep

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

http://esaunggul.ac.id 0 / 15
INFEKSI OPPORTUNISTIK dan PENGONTROLAN PERTUMBUHAN
MIKROORGANISME

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Pengertian infeksi oportunistik
2. Mahasiswa mampu menguraikan Penyebab infeksi opotunistik
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Tes Infeksi oportunistik
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Infeksi Oportunistik yang umum terjadi
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Pencegahan infeksi oportunistik
6. Mahasiswa mampu menjelaskan Pengobatan infeksi oportunistik
7. Mahasiswa mampu menjelaskan Faktor-faktor lingkungan pertumbuhan
organisme
8. Mahasiswa mampu menjelaskan Kontrol pertumbuhan organisme

B. Uraian dan Contoh


1. Pengertian
Infeksi yang mengambil kesempatan dari kelemahan dalam pertahanan
kekebalan disebut “oportunistik”. Kata“infeksi oportunistik” sering kali dising-
kat menjadi “IO (Yayasan Spiritia, 2008)

Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang terjadi lebih sering dan lebih parah
pada individu dengan sistem kekebalan yang melemah, termasuk orang
dengan HIV (https://www.cdc.gov/, 2017)

Infeksi oportunistik (IO) adalah manifestasi klinis pertama yang mengingatkan


dokter untuk terjadinya AIDS. Pneumocystis pneumonia (PCP), toksoplasma
ensefalitis, retinitis sitomegalovirus (CMV), meningitis kriptokokus, tuberkulosis,
disebarkan Mycobacterium avium penyakit kompleks (MAC), dan penyakit
pernapasan pneumokokus, serta kanker tertentu seperti Kaposi sarkoma dan
limfoma sistem saraf pusat, telah menjadi ciri khas AIDS. IO dan penyakit
lainnya, terjadi rata-rata 7 hingga 10 tahun setelah infeksi HIV. Sampai terapi
antiretroviral (ART) efektif dikembangkan, pasien umumnya bertahan hanya 1

http://esaunggul.ac.id 1 / 15
sampai 2 tahun setelah manifestasi awal AIDS. IO terkait HIV telah didefinisikan
sebagai infeksi yang lebih sering atau lebih parah karena imunosupresi yang
ditengahi oleh HIV (AIDSinfo.nih.gov, 2019)

2. Penyebab
IO disebabkan oleh berbagai kuman (virus, bakteri, jamur, dan parasit). Kuman
ini menyebar dengan cara yang berbeda, seperti di udara, cairan tubuh, atau
makanan atau air yang terkontaminasi. Mereka dapat menyebabkan masalah
kesehatan ketika sistem kekebalan seseorang melemah (HIV.gov, 2019)

3. Tes Infeksi Oportunistik


Pemeriksaan Infeksi Oportunistik bertujuan untuk :
a. Menentukan adanya penyebab infeksi dalam darah (bakteremia), infeksi
sistimik/ sepsis dengan atau tanpa demam pada pasien HIV-AIDS.
b. Menentukan adanya penyebab infeksi pada saluran cerna atau tinja pada
pasien HIV- AIDS.
c. Pemeriksaan spesimen pus, aspirat dan jaringan bertujuan untuk :
- Menentukan adanya penyebab infeksi pada kulit dan jaringan lunak
pada pasien HIV- AIDS
- Menentukan adanya penyebab infeksi pada susunan saraf pusat/
cairan serebrospinal pada pasien HIV-AIDS
d. Pemeriksaan spesimen sputum bertujuan untuk :
- Menentukan adanya penyebab infeksi pada saluran nafas bawah/
sputum pada pasien HIV-AIDS
e. Menentukan adanya infeksi saluran kemih pada pasien HIV-AIDS
Infeksi oportunistik yang sering didapat:
a. Mycobacterium tuberculosis (MT) dan Non-Tuberculous Mycobacteria
(NTB).
b. Bakteri lain pada pemeriksaan dengan spesimen: darah, urin, feses,
cairan otak, pus, sputum.
c. Mikosis : Candidosis, Cryptococcosis, Histoplasmosis, PCP.
d. Parasit : Toxoplasma gondii,Strongyloides stercoralis,Cryptosporidi`um,
Isosporabelli, Microsporidia, Malaria (Malaria bukan infeksi oportunistik

http://esaunggul.ac.id 2 / 15
akan tetapi di daerah Endemis, harus dipertimbangkan kemungkinan
malaria pada orang dengan riwayat demam.
e. Virus : Herpes Simplex dan Varicella-Zoster, Cytomegalovirus, Infeksi
virus penyerta (Hepatitis B, Hepatitis C) (Menteri Kesehatan, 2015)
Untuk menentukan apakah kita terinfeksi IO, darah kita dapat dites untuk antigen
(potongan kuman yang menyebabkan IO) atau untuk antibodi (protein yang dibuat
oleh sistem kekebalan untuk memerangi antigen). Ditemukan antigen berarti kita
terinfeksi. Ditemukan anti bodi berarti kita pernah terpajan pada infeksi. Kita mungkin
diberikan imunisasi atau vaksinasi terhadap infeksi tersebut, atau sistem kekebalan
mungkin “memberantas” infeksi dari tubuh kita, atau pun kita mungkin tetap terinfeksi.
Jika kita terinfeksi kuman yang menyebabkan IO, dan jika jumlah CD4 kita cukup
rendah sehingga memungkinkan IO berkembang (Yayasan Spiritia, 2008)

4. Infeksi Oportunistik yang Umum Terjadi


a. Kandidiasis (thrush) adalah infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, atau
vagina. Rentang CD4: dapat terjadi bahkan dengan CD4 yang agak tingg

b. Virus sitomegalia (CMV) adalah infeksi virus yang menyebabkan penyakit


mata yang dapat menimbulkan kebutaan. Rentang CD4: di bawah 50.
Lihat LI 501.

http://esaunggul.ac.id 3 / 15
c. Dua macam virus herpes simpleks dapat menyebabkan herpes pada
mulut atau kelamin. Ini adalah infeksi yang agak umum, tetapi jika kita
terinfeksi HIV, perjangkitannya dapat jauh lebih sering dan lebih berat.
Penyakit ini dapat terjadi pada jumlah CD4 berapa pun. Lihat LI 519.

http://esaunggul.ac.id 4 / 15
d. Malaria adalah umum di beberapa daerah di Indonesia. Penyakit ini lebih
umum dan lebih berat pada orang terinfeksi HIV.
e. Mycobacterium avium complex (MAC atau MAI) adalah infeksi bakteri
yang dapat menyebabkan demam kambuhan, rasa sakit yang umum,
masalah pada pencernaan, dan kehi- langan berat badan yang parah
Pneumonia Pneumocystis (PCP) adalah infeksi jamur yang dapat
menyebabkan pneumonia (radang paru) yang berbahaya. Rentang CD4:
di bawah 200.
f. Toksoplasmosis (tokso) adalah infeksi otak oleh semacam protozoa. Ren-
tang CD4: di bawah 100..
g. Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang menyerang paru, dan dapat
menyebabkan meningitis (radang selaput otak). Rentang CD4: Setiap
orang dengan HIV yang dites positif terpajan TB sebaiknya diobati.

Hasil penelitain di rumah sakit universitas Surabaya didapatkan Infeksi


oportunistik yang paling umum ditemukan pada pasien adalah kandidiasis oral
(58,6%), diikuti oleh TB paru (41,4%) dan pneumonia / PCP (41,4%). Infeksi
lain yang ditemukan adalah toksoplasmosis, diare kronis, sitomegalovirus, TB
meningitis, hepatitis C, amoebiasis, dan serebritis (Asmarawati, Putranti,
Rachman, & Hadi, 2018)

5. Pencegahan Infeksi Oportunistik


Sebagian besar kuman yang menyebabkan IO sangat umum, dan mungkin kita
telah terinfeksi beberapa infeksi ini. Kita dapat mengurangi risiko infeksi baru
dengan tetap menjaga kebersihan dan menghindari sumber kuman yang
diketahui yang menyebabkan IO yang diketahui. Meskipun kita terinfeksi
beberapa IO, kita dapat memakai obat yang akan mencegah pengembangan
penyakit aktif. Pencegahan ini disebut profilaksis
Beberapa cara menurut (HIV.gov, 2019) orang yang hidup dengan HIV dapat
mengurangi risiko terkena OI adalah:
- Menghindari paparan air dan makanan yang terkontaminasi
- Minum obat untuk mencegah IO tertentu
- Mendapatkan vaksinasi terhadap beberapa infeksi yang dapat dicegah
- Bepergian dengan aman

http://esaunggul.ac.id 5 / 15
Pencegahan menurut (https://www.cdc.gov/, 2017) yaitu:
- Pahami kuman apa yang terpapar pada pasien (seperti tuberkulosis atau
kuman yang ditemukan di tinja, air liur, atau di kulit binatang) dan batasi
pemaparan pasien terhadapnya.
- Jangan mengkonsumsi makanan tertentu, termasuk telur yang kurang
matang, susu dan keju yang tidak dipasteurisasi, jus buah yang tidak
dipasteurisasi, atau kecambah biji mentah.
- Jangan minum air yang tidak diolah seperti air langsung dari danau atau
sungai. Air keran di luar negeri juga sering tidak aman. Gunakan air
botolan atau filter air.
- Tanyakan ke petugas kesehatan/dokter apa yang harus dilakukan di
tempat kerja, di rumah, dan berlibur untuk memastikan tidak terpapar OI.

6. Pengobatan Infeksi Oportunistik


Untuk setiap IO, ada obat, atau kombinasi obat tertentu yang tampak paling
berhasil. ada beberapa perawatan yang tersedia seperti antivirus, antibiotik, dan
obat antijamur. Jenis obat yang digunakan tergantung pada OI. Setelah OI
berhasil diobati, seseorang dapat terus menggunakan obat yang sama atau
obat tambahan untuk mencegah OI kembali (HIV.gov, 2019)

Penelitian untuk mengevaluasi efek terapi antiretroviral (ART) pada kejadian


infeksi oportunistik kunci (OI) pada manusia immunodeficiency virus (HIV) -
orang dewasa yang terinfeksi di negara berpenghasilan rendah dan menengah
(LMICs). Hasil penelitian Pada pasien yang belum pernah menggunakan ART,
risiko rangkuman tertinggi (> 5%) untuk kandidiasis oral, TBC, herpes zoster,
dan pneumonia bakteri. Pengurangan insiden adalah yang terbesar untuk
semua IO selama 12 bulan pertama ART (kisaran, 57% -91%) kecuali untuk TB,
dan terbesar untuk kandidiasis oral, Pneumonia pneumocystis, dan
toksoplasmosis. ART sebelumnya diperkirakan telah mencegah 857 828 kasus
pada tahun 2013 (interval kepercayaan 95% [CI], 828 032–874 853), dengan
penghematan biaya $ 46,7 juta (95% CI, $ 43,8 - $ 49,4 juta). Jadi Ada
pengurangan besar dalam risiko untuk sebagian besar IO dengan penggunaan
ART di LMIC, dengan efek terbesar terlihat pada tahun pertama. perawatan.

http://esaunggul.ac.id 6 / 15
ART telah menghasilkan penghematan biaya yang substansial dari IO yang
dihindari (Low et al., 2016)

7. Faktor-faktor Lingkungan Pertumbuhan Organisme


Setiap mikroorganisme mempunyai respons yang berbeda terhadap faktor
lingkungan (suhu, pH, O, salinitas, dsb.) Suhu, tinggi rendahnya suhu
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri dapat tumbuh dalam
rentang suhu minus 5°C sampai 80°C, tetapi bagaimanapun juga setiap
species mempunyai rentang suhu yang pendek yang ditentukan oleh sensitifitas
sistem enzimnya terhadap panas. Bakteri dapat dikelompokkan berdasarkan
pada kisaran suhu pertumbuhannya, yaitu :
1. Psikrofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 0 °C sampai 20 °C.
Suhu optimumnya sekitar 15 °C. Karakteristik istimewa dari semua bakteri
psikrofil adalah akan tumbuh pada suhu 0 – 5 °C.
2. Mesofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 20 °C sampai 45 °C.
karakteristik istimewa dari semua bakteri mesofil adalah kemampuannya
untuk tumbuh pada suhu tubuh (37 °C) dan tidak dapat tumbuh pada suhu
di atas 45 °C.
Bakteri mesofil dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Yang mempunyai suhu pertumbuhan optimum 20 – 30°C, termasuk
tumbuhan saprofit.
b. Yang mempunyai suhu pertumbuhan optimum 35 – 40°C, termasuk
organisme yang tumbuh baik pada tubuh inang berdarah panas.
3. Termofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 35 °C atau lebih.
Bakteri termofil dapat dibedakan menjadi dua kelompok :
a. Fakultatif termofil adalah organisme yang dapat tumbuh pada suhu 37 °C,
dengan suhu pertumbuhan optimum 45 – 60 °C.
b. Obligat termofil adalah organisme yang dapat tumbuh pada suhu di atas
suhu 50 °C, dengan suhu pertumbuhan optimum di atas 60 °C.
Perubahan suhu dapat mempengaruhi :
1. Pertumbuhan : kurus, banyak, atau mati
2. Perubahan karakteristik : pembentukan pigmen, misalnya Serratia
marcescens, pada suhu kamar merah, suhu lebih tinggi atau rendah dari

http://esaunggul.ac.id 7 / 15
suhu kamar, pigmen merah hilang. Produksi selulosa Acetobacter xylinum
pada suhu lebih tinggi dari suhu kamar akan menurun.

Derajat keasaman (pH), pengaruh pH terhadap pertumbuhan tidak kalah


pentingnya dari pengaruh temperatur. Ada pH minimum, pH optimum, dan pH
maksimum. Rentang pH bagi pertumbuhan bakteri antara 4 – 9 dengan pH
optimum 6,5 – 7,5. Jamur lebih menyukai pH asam, rentang pH pertumbuhan
jamur dari 1 – 9 dan pH optimumnya 4 – 6. Selama pertumbuhan pH dapat
berubah, naik atau turun,bergantung kepada komposisi medium yang diuraikan.
Bila ingin pH konstan selama pertumbuhan harus diberikan larutan penyangga
atau buffer yang sesuai dengan media dan jenis mikroorganisme.

Kebutuhan oksigen, oksigen tidak mutlak diperlukan mikroorganisme karena


ada juga kelompok yang tidak memerlukan oksigen bahkan oksigen merupakan
racun bagi pertumbuhan. Mikroorganisme terbagi atas empat kelompok
berdasarkan kebutuhan akan organisme, yaitu ;
a. Miikroorganisme aerob yang memerlukan oksigen sebagai akseptor
elektron dalam proses respirasi.
b. Mikroorganisme anaerob adalah mikroorganisme yang tidak memerlukan
O2 karena oksigen akan membentuk H2O2 yang bersifat toksik dan
meyebabkan kematian. Mikroorganisme anaerob tidakmemiliki enzim
katalase yang dapat menguraikan H2O2 menjadi air dan oksigen.
c. Mikroorganisme fakultatif anaerob adalah mikroorganisme yang tetap
tumbuh dalam lingkungan kelompok fakultatif anaerob.
d. Mikroorganisme mikroaerofilik adalah mikroorganisme yang memerlukan
oksigen dalam jumlah terbatas karena jumlah oksigen yang berlebih akan
menghambat kerja enzim oksidatif dan menimbulkan kematian.
Salinitas, berdasarkan kebutuhan garam (NaCl) mikroorganisme dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Non halofil
2. Halotoleran
3. Halofil (NaCl 10-15%)
4. Halofil ekstrim

http://esaunggul.ac.id 8 / 15
7. Kontrol Pertumbuhan Mikroorganisme
Kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara
membunuh mikroorganisme, atau menghambat pertumbuhannya. Kontrol terhadap
pertumbuhan dapat dilakukan secara :
1. Fisik
2. Kimia
3. Biologi
Secara fisik, menggunakan uap air panas dan tekanan tinggi, diperoleh panas
lembab, efektif dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi dengan otoklaf
memerlukan suhu 121° C, tekanan 15 psi/1,5 kg/cm2, selama 15 menit. Sterilisasi
fisik dapat juga dengan panas kering menggunakan oven160 °C, 2 jam. Sterilisasi
dengan oven untuk alat-alat gelas dan bahan yang tidak tembus air.
Secara kimia, menggunakan senyawa kimia untuk mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme ,
contoh :
• HgCl (0,1%), menyebabkan koagulasi protein
• NaOCl + Cl2 + H2 O = HCl + HOCl (asam hipoklorit, menyebabkan klorinasi
protein sel)
• HOCl + HCl+ + O n (daya oksidasi kuat)

Senyawa kimia yang dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme, dapat


dibedakan menjadi antiseptic, desinfektan, dan bahan kemoterapetik/antibiotic.
Antiseptik : substansi kimia yang digunakan pada jaringan hidup yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisma tanpa menyebabkan cedera / efek bila
diberikan pada permukaan tubuh atau untuk jaringan yang terpapar. Yodium telah
dimodifikasi untuk digunakan sebagai antiseptic. Iodofor, polividon-iodin (Gambar
6.1), efektif melawan bakteri, jamur, virus, protozoa, kista dan spora dan secara
signifikan mengurangi infeksi luka bedah. Chlorhexidine memiliki spektrum luas
bakterisida dan bakteriostatik aktivitas dan efektif melawan bakteri Grampositive dan
Gram-negatif. Etanol memiliki aktivitas bakterisidal dan digunakan untuk
mendisinfeksi kulit sebelum injeksi, venepuncture atau pembedahan (World Health
Organization, 2019)

http://esaunggul.ac.id 9 / 15
Gambar 6.1. Jenis Antiseptic

Desinfektan:substansi kimia yang dapat menghambat pertumbuhan sel vegetatif


pada materi yang tidak hidup. Disinfektan tidak harus membunuh semua organisme
tetapi mengurangi mereka ke tingkat yang tidak membahayakan kesehatan atau
kualitas barang yang mudah rusak. Desinfektan diterapkan pada benda dan bahan
mati seperti instrumen dan permukaan untuk mengendalikan dan mencegah infeksi.
Mereka juga dapat digunakan untuk mendisinfeksi kulit dan jaringan lain sebelum
operasi (World Health Organization, 2019)

Desinfeksi air dapat berupa fisik atau kimia. Metode fisik meliputi
pendidihan/dididihkan, penyaringan dan iradiasi ultraviolet. Metode kimia termasuk
penambahan senyawa pelepas klorin, seperti larutan natrium hipoklorit, serbuk T
kloramin, atau bubuk atau tablet sodium dichloroisocyanurate (NaDCC) (Gambar
6.2). Klorin adalah zat berbahaya. Ini sangat korosif dalam larutan terkonsentrasi dan
percikan dapat menyebabkan luka bakar dan merusak mata. Senyawa fenolik
terklorinasi, kloroksilenol, efektif terhadap berbagai bakteri Gram-positif, kurang

http://esaunggul.ac.id 10 / 15
efektif terhadap stafilokokus dan bakteri Gram-negatif. tidak efektif terhadap
Pseudomonas spp. dan tidak aktif terhadap spora (World Health Organization, 2019)

Disinfektan bakterisida aldehida, glutaral, sangat aktif melawan bakteri Gram-positif


dan Gram-negatif. Ini aktif terhadap tuberculosis bacillus, jamur seperti Candida
albicans, dan virus seperti HIV dan hepatitis B. A 2% b / v alkali encer (buffered ke
pH 8) larutan glutaral dapat digunakan untuk mensterilkan pra-pembersihan yang
peka terhadap panas. instrumen dan peralatan lainnya (World Health Organization,
2019)
Gambar 6.2 Jenis Desifektan

Klorin Sodium dichloroisocyanurate (NaDCC)

http://esaunggul.ac.id 11 / 15
Glutaral Bakterisida Aldehida

Bahan Kemoterapetik: substansi kimia yang dapat merusak/menghambat


pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan hidup, dihasilkan oleh mikroorganisme.
Kemoterapetik juga merupakan zat anti infeksi yang berasal dari sintesis kimia.
Kemoterapetik dapat membunuh parasite dan kuman didalam tubuh. Secara
mekanik, untuk bahan yang mudah rusak karena pemanasan, misalnya vitamin,
enzim, serum, antibiotik. Contoh : filtrasi, menggunakan filter berupa membran
dengan tebal tertentu, terbuat dari asbes, diatom, porselen, kaca berpori, selulosa.
membran selulosa : diameter pori 0,01-10 μm. Bahan/zat yang tidak dapat
dipanaskan pada suhu lebih dari 100 °C, dapat dilakukan pasteurisasi dan tindalisasi.
Pasteurisasi memerlukan pemanasan 63 - 73 °C, digunakan untuk pengawetan air,
susu, bir, anggur. Pasteurisasi dapat membunuh mikroorganisme pathogen
(Mycobacterium, Salmonella, Coxiella) dan beberapa mikroorganisme normal.

Pelaksanaan pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara :


LTH = low temperatur holding, menggunakan suhu 63 °C , selama 30 menit
HTST = high temperatur short time, menggunakan suhu 72 °C, selama 15 detik
Tindalisasi adalah pemanasan dengan suhu 80-100 °C, selama 30 menit, 3 hari
berturut-turut. Pelaksanaan tindalisasi melalui tahapan sebagai berikut :

http://esaunggul.ac.id 12 / 15
1. Tindalisasi 1: sel vegetatif mati, kemudian diinkubasi, spora berkecambah
menjadi sel vegetatif.
2. Tindalisasi 2: sel vegetatif mati, spora yang tersisa berkecambah menjadi sel
vegetatif.
3. Tindalisasi 3: semua sel mati.

C. Latihan
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan jelas!!
1. Tujuan pemeriksaan spesimen pus, aspirat dan jaringan pada IO adalah?
2. Jika dilakukan tes terinfeksi IO ditemuan hasil tes Terdapat Anti Bodi. Apakah
maksud hasil tes ini?
3. Apakah yang dimaksud dengan profilaksis?

D. Kunci Jawaban
1. - menentukan adanya penyebab infeksi pada kulit dan jaringan lunak pada
pasien HIV- AIDS
- menentukan adanya penyebab infeksi pada susunan saraf pusat/ cairan
serebrospinal pada pasien HIV-AIDS
2. Pernah terpajan dengan infeksi
3. Pemakaian obat yang akan mencegah pengembangan penyakit aktif agar kita
tidak terinfeksi

E. Daftar Pustaka
AIDSinfo.nih.gov. (2019). Guidelines for the Prevention and Treatment of
Opportunistic Infections in Adults and Adolescents with HIV. United States of
America.

Asmarawati, T. P., Putranti, A., Rachman, B. E., & Hadi, U. (2018). Opportunistic
infection manifestation of HIV-AIDS patients in Airlangga university hospital
Surabaya. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/125/1/012061

HIV.gov. (2019). Opportunistic Infections | HIV.gov. Retrieved March 31, 2020, from
https://www.hiv.gov/hiv-basics/staying-in-hiv-care/other-related-health-

http://esaunggul.ac.id 13 / 15
issues/opportunistic-infections

https://www.cdc.gov/. (2017). Opportunistic Infections | Living with HIV | HIV Basics |


HIV/AIDS | CDC. Retrieved from
https://www.cdc.gov/hiv/basics/livingwithhiv/opportunisticinfections.html

Low, A., Gavriilidis, G., Larke, N., B-Lajoie, M.-R., Drouin, O., Stover, J., …
Easterbrook, P. (2016). Incidence of Opportunistic Infections and the Impact of
Antiretroviral Therapy Among HIV-Infected Adults in Low-and Middle-Income
Countries: A Systematic Review and Meta-analysis. Clinical Infectious Diseases.
https://doi.org/10.1093/cid/ciw125

Menteri Kesehatan, R. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no.


15 tahun 2015: Pelayanan Laboratorium Pemeriksa HIV dan Infeksi Oportunistik,
(436), 9–27. Retrieved from https://draguscn.com/wp-
content/uploads/2018/02/pmk-no-15-ttg-laboratorium-hiv-dan-infeksi-
oportunistik1.pdf

World Health Organization, (WHO). (2019). Disinfectants and antiseptics.

Yayasan Spiritia. (2008). Infeksi Oportunistik, (17), 1. Retrieved from


http://spiritia.or.id/

http://esaunggul.ac.id 14 / 15

Anda mungkin juga menyukai