Disusun Oleh :
Syifa Aulia
NIM. 17613083
Ponorogo,13-04-2020
Penyusun
( )
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN HIV/AIDS
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat
penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta
responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
2. Serologis
3. Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi
bukan merupakan diagnose
4. Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
5. Sel T limfosit Sel T4 helper
Penurunan jumlah total
6. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf), dilakukan dengan biopsy
pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
7. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system
imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody
terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini
menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes
positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah
dan memudahkan
G. Penatalaksanaan
1. ARV (Anti Retro Virus)
a. Pemberian ARV bertujuan untuk: mengendalikan replikasi HIV, memelihara
dan meningkatkan fungsi imunologis, meningkatkan sel CD4, menurunkan
komplikasi HIV
b. Pemberian ARV harus memperhatikan stadium klinis dan jumlah sel CD4
(untuk penderita dewasa) sebagai berikut:
1) Stadium lanjut (AIDS) tanpa memikirkan jumlah sel CD4 atau limfosit total.
2) Stadium klinis III dengan jumlah sel CD4 <350/mmk untuk mendukung
pengambilan keputusan.
3) Stadium klinis I atau II dengan jumlah sel CD4 <200/mmk atau limfosit
total < 1.200/mmk.
H. Komplikasi
1. Tuberkulosis (Infeksi TBC).
Suatu pemicu terjadinya kematian tertinggi dari pengidap HIV AIDS ialah
penyakit Tuberkulosis / TBC. Penyakit ini dapat dialami oleh pengidap penyakit
HIV AIDS dikarenakan oleh serangan infeksi dari bakteri Tuberkulosis. Tubuh
penderita akan mengalami demam, batuk berdarah, lemah & mengalami
kekurangan daya untuk melakukan aktifitas ringan. Dan ini merupakan suatu
infeksi ringan yang umum dan sering dijumpai dari pengidap penyakit HIV AIDS.
2. Infeksi Herpes
Herpes merupakan sebuah penyakit yang paling umum dialami oleh pengidap
penyakit HIV AIDS, sehingga keadaan penyakit ini dapat menjadi lebih kronis.
Virus akan berdiam didalam tubuh pengidapnya sehingga pada sistem imunitas
tubuh yang melemah, maka infeksi bisa menyerang kapan saja. Infeksi yang
ditampakkan pada herpes yaitu timbul dibagian kulit dan alat kelamin. Akan tetapi,
pengidap HIV AIDS mampu menghadapi keadaan yang lebih serius jika virus
telah menyerang ke bagian mata, jantung, paru-paru dan saluran pencernaan.
3. Tipes
Tipes gampang melanda dan menyerang pengidap penyakit HIV AIDS, penyakit
ini dapat terjadi diakibatkan oleh infeksi dari bakteri Salmonella yang adanya
didalam air / pada jenis makanan yang kurang bersih. Tipes juga merupaka sebuah
kondisi penyakit yang amat umum dialami oleh pengidap penyakit HIV AIDS,
seingga membuat penyakit berkembang dengan cepat & memicu terjadinya infeksi
yang kronis. Beberapa gejala tipes yang kerap dijumpai ialah sakit perut, diare,
demam, mual serta muntah. Perawatan sangat dibutuhkan oleh pengidap penyakit
HIV/AIDS jika telah terserang oleh penyakit tipes ini.
4. Gagal ginjal
Pengidap penyakit HIV/AIDS juga rentan terserang oleh penyakit yang terjadi
akibat infeksi bakteri / peradangan dibagian organ ginjal. penyakit ginjal ini bisa
mengakibatkan pengidapnya mengalami gangguan pada sistem kemih. Kadang-
kadang penyakit ini juga dijumpai oleh pengidap penyakit HIV yang terkait pada
tahap sedang / tahap pengembangan virus didalam tubuh.
5. Radang Kulit,
Merupakan suatu infeksi yang amat umum untuk pengidap penyakit HIV AIDS.
Kulit mereka akan jadi amat sensitif sehingga rentan terhadap infeksi virus
candida. Penyakit radang kulit ini mengakibatkan infeksi yang serius dibagian
selaput lendir, lidah, tenggorokan & vagina. Penyakit ini dapat amat menyakitkan,
apalagi ketika virus telah menginfeksi bagian dalam tubuh.
6. Radang selaput otak (meningitis)
Meningitis merupakan sebuah penyakit yang menjadi ancaman yang berbahaya
dan amat serius bagi pengidap penyakit HIV AIDS. Peradangan bisa terjadi di
daerah selaput & cairan yang ada pada sum-sum tulang belakang & otak. Infeksi
ini bisa mengakibatkan pusing dan sakit kepala yang luar biasa. Pengidap penyakit
HIV AIDS seringkali tidak bisa tertolong akibat infeksi meningitis.
7. Penyakit Neurologis
Semua macam penyakit yang berkaitan dengan system syaraf merupakan ancaman
untuk pengidap penyakit HIV AIDS. Terjadinya penyakit ini ditandai dengan
system syaraf yang melemah akibat infeksi bakteri & virus didalam tubuh pasien.
Beberapa gejala awal dari penyakit ini seperti, mengalami cemas, lupa ingatan,
tidak mampu berjalan & mengalami perubahan keadaan mental. Dan bahkan
beberapa pengidap juga dapat mengalami penyakit demensia.
8. Kanker
Pengidap penyakit HIV AIDS juga akan mengalami resiko untuk terserang kanker.
Tubuh yang terserang penyakit ini diakibatkan oleh infeksi dari berbagai bakteri &
virus yang terus berkembang didalam tubuh dan organ tubuh lainnya. Suatu jenis
penyakit kanker yang amat aktif pada pengidap penyakit HIV AIDS ialah sarkoma
Kaposi (penyakit kanker yang timbul didaerah pembuluh darah). Terjadinya
penyakit ini ditandai dengan warna kulit yang berubah menjadi merah, ungu /
merah muda. Penyakit ini juga bisa melanda bagian organ lain seperti paru-paru &
semua saluran pencernaan.
PATHWAY HIV/AIDS
Enzim integrase
cDNA masuk ke inti sel T Helper
Enzim protease
Merangkai RNA virus dengan
protein-protein yang baru dibentuk
De eng
fis eta
p
ie hu
ns a
i
G elua
gn r
k
pr ga
os
es
Ku paja rma
ra na si
ng n
in
ny
fo
Te buh
rb
tu
en
tu
Reaksi antigen
k
Pe eseh
vir
r u at
Re buh
k
antibodi
us
ba an
pl
tu
-
ha
ika
vir
n
imunosupresi Gangguan konsep diri
us
si
sta
pe
H
tu
IV
rk
s
Distres
em
ya
Organ target Hambatan interaksi sosial Pelepasan
n
Ansietas
ba
gb
spiritual mediator
ng
ar
an
u
kimiawi
da
HI
Gastrointestinal Dermatologi Neurologi Respiratori
la
(pirogen)
m
da
la
m m
ca Dema
ira
Hiper
termi
a
hipotalamus
n
Me Peningkatan
Ggn citra ngh Infeksi paru suhu thermostat
Infeksi jamur Terdapat ruam, asil Menyerang SSP,
tubuh (TBC,
vesikula, kulit kan perifer,
pneumonia)
kering dan mu autonom
pecah-pecah kus
Kerusakan Candida Neuropati
membrane pada organ perifer
mukosa oral pencernaan
Kerusakan Kerusakan
Integritas Kulit barier tubuh
Invasif
Lesi pada Penurunan Diare terus Penumpukan
Bakter Kelemahan,
mulut, intake cairan menerus mati rasa sekret di jalan
i
esophagus dan pada napas
lambung ekstremitas,
Risiko hipotensi
Infeks Tidak dapat
ortostatik
i mengeluarkan
Kekurangan
sekret
Volume Cairan
Penurunan Mengenai Kehila
nafsu makan ujung saraf ngan
Obstruks
nyeri kesei
i jalan
mban
napas
gan
Risiko
saat
otak
Ceder
bangu
a n Penurun
an O2 Ke
Penurunan Saraf aferen Kornu Saraf Paru-
intake nutrisi dorsalis eferen Ketidakefe paru
ktifan
Kompensasi
Perse Bersihan tubuh
psi Jalan
nyeri Napas
Penurunan BB Penurunan massa
otot dan energi Nyer
Ketidakseimbangan i Peningkatan
nutrisi: kurang dari Akut ventilasi
kebutuhan tubuh
Mudah lelah
Peningkatan RR
tubuh
O2 ke
n suplai
Penuruna
Keletihan
Ketidakefektifan
a
dispne
Pola Napas
Kelemaha
n umum
Intolerans
i Aktivitas
LAPORAN PENDAHULUAN CANDIDIAS
A. DEFINISI
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru. Penyakit ini apabila tidak diobati atau pengobatannya tidak
tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI,
2016).
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi (Mansjoer,
2000) :
a.Tuberkulosis Paru BTA positif
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. 1
spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
b.Tuberkulosis Paru BTA negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen
dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. TB Paru BTA negatif
Rontgen Positif dibagiberdasarkantingkat keparahaan TB Paru BTA
Negatif Rontgen Positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen
dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas penderita buruk.
C. MANIFESTASIKLINIS
a.Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura(pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis(radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
D. PENATALAKSANAAN
a.Pengobatan
1. Isoniazid (H)
3. Pirazinamid (P)
4. Streptomisin (S)
5. Ethambutol (E)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah : - Leokosit sedikit meninggi
- LED meningkat
2. Sputum : BTA
Pada BTA (+) ditermukan sekurang-kurangnya 3 batang
kuman pada satu sediaan dengna kata lain 5.000 kuman dalam
1 ml sputum.
3. Test Tuberkulin :Mantoux Tes (PPD)
4. Roentgen :Foto PA
G. PENCEGAHAN
1. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup mulut
saat batuk, dan membuang dahak tidak disembarang tempat.
2. Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
meningkatkan ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan memberikan vaksin
BCG.
3. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan
penyuluhan tentang penyakit TB, yang meliputi gejala, bahayadan akibat yang
ditimbulkan terhadap kehidupan masyarakat pada umumnya.
4. Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian dan
pemeriksaan terhadap orang orang yang terinfeksi atau dengan memberikan
pengobatan khusus kepada penderita TB Paru. pengobatan dengan cara di
rawat dirumah sakit hanya dilakukan bagi penderita dalam katagori berat dan
memerlukan pengembangan program pengobatan sehingga tidak dikehendaki
pengobatan jalan.
5. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melaksanakan desinfeksi,
seperti cuci tangan, kebersihan rumah yang ketat, perhatian khusus terhadap
muntahan atau ludah anggota keluarga yang terjangkit penyakit TB Paru
(piring, tempat tidur, pakaian) dan menyediakan ventilasi dan sinar matahari
yang cukup.
6. Melakukan imunisasi bagi orang yang kontak langsung denganpenderita TB
Paru, seperti keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatandan orang lain yang
terinfeksi, dengan vaksin BCG dan tindak lanjut yang positif tertular.
7. Melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang kontak dengan penderita
TB Paru. Perlu dilakukan tes tuberkulosis bagi seluruh anggota keluarga.
Apabila cara ini menunjukan hasil negatif, perlu di ulang pemeriksaan tiap
bulan selama 3 bulan dan perlu pemeriksaan intensif.
8. Dilakukan pengobatan khusus penderita TB Paru aktif perlu pengobatan yang
tepat, yaitu obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter untuk
diminum dengan tekun dan teratur, selama 6 sampai 12 bulan. Perlu
diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, denganpemeriksaan lebih lanjut
oleh dokter.
9. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. IdentitasMeliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir