Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

“HIV/AIDS dengan TB Paru“


Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan III

Disusun Oleh :
Syifa Aulia
NIM. 17613083

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Oleh : Syifa Aulia Ajeng Octafia


Judul : HIV/AIDS dengan TB Paru

Telah disetujui dalam rangka mengikuti Praktek Klinik Keperawatan III


Mahasiswa D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Ponorogo. Pada tanggal 30 meret- 2020.

Ponorogo,13-04-2020

Penyusun

( )

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN HIV/AIDS

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV,
dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan
Tubuh Dapatan (Zuya Urahman, 2009).
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV). (Suzane C. Smetzler
dan Brenda G.Bare, 200 )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan
imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian
dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi (Center for Disease Control and
Prevention, 2005).
B. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV,
RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan
punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
C. Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator
AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap
menderita AIDS (Zuya Urahman, 2009).
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam
kategori klinis B dan C.
a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
b. Limpanodenopati generalisata yang persisten (PGI: Persistent Generalized
Limpanodenophaty)
c. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut dengan sakit yang
menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
akut.
2. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup:
a. Angiomatosis Baksilaris
b. Kandidiasis Orofaring/Vulvavaginal (peristen,frekuen/ responnya jelek terhadap
terapi
c. Displasia Serviks (sedang / berat karsinoma serviks in situ)
d. Gejala konstitusional seperti panas (38,5° C) atau diare lebih dari 1 bulan.
e. Leukoplakial yang berambut
f. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu
dermaton saraf.
g. Idiopatik Trombositopenik Purpura
h. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
3. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup:
a. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
b. Kanker serviks inpasif
c. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
d. Kriptokokosis ekstrapulmoner
e. Kriptosporidosis internal kronis
f. Cytomegalovirus (bukan hati,lien, atau kelenjar limfe)
g. Refinitis Cytomegalovirus (gangguan penglihatan)
h. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
i. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis)
j. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner)
k. Isoproasis intestinal yang kronis
l. Sarkoma Kaposi
m.Limpoma Burkit, Imunoblastik, dan limfoma primer otak
D. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans (sel imun) adalah sel-sel yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe,
limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel
lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian
yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel
killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-
stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah
provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat
sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan
virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus
HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali
antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,
menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan
tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme
yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk
menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi
sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun.
Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah
sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Saluran nafas bawah merupakan organ utama terjadinya infeksi opportunis pada
HIV/AIDS, dalam hal ini jumlah CD4 dapat menjadi petunjuk, bila CD4 <200 –
250ml/mm mengakibatkan infeksiPneumonitis Carinii Pneumonia
danMycobacterium Avium Complek, CD4 >200 – 250 ml/mm mengakibatkan
infeksiPneumonia bakteri dan Tuberkulosis (TB)
paru.
E. Manifestasi Klinis
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu
pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3
tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat
badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan
kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala
infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC),
Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk
menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal:
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam
berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang
kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam
darah akan diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat
penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta
responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
2. Serologis
3. Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi
bukan merupakan diagnose
4. Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
5. Sel T limfosit Sel T4 helper
Penurunan jumlah total
6. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf), dilakukan dengan biopsy
pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
7. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system
imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody
terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini
menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes
positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah
dan memudahkan
G. Penatalaksanaan
1. ARV (Anti Retro Virus)
a. Pemberian ARV bertujuan untuk: mengendalikan replikasi HIV, memelihara
dan meningkatkan fungsi imunologis, meningkatkan sel CD4, menurunkan
komplikasi HIV
b. Pemberian ARV harus memperhatikan stadium klinis dan jumlah sel CD4
(untuk penderita dewasa) sebagai berikut:
1) Stadium lanjut (AIDS) tanpa memikirkan jumlah sel CD4 atau limfosit total.
2) Stadium klinis III dengan jumlah sel CD4 <350/mmk untuk mendukung
pengambilan keputusan.
3) Stadium klinis I atau II dengan jumlah sel CD4 <200/mmk atau limfosit
total < 1.200/mmk.
H. Komplikasi
1. Tuberkulosis (Infeksi TBC).
Suatu pemicu terjadinya kematian tertinggi dari pengidap HIV AIDS ialah
penyakit Tuberkulosis / TBC. Penyakit ini dapat dialami oleh pengidap penyakit
HIV AIDS dikarenakan oleh serangan infeksi dari bakteri Tuberkulosis. Tubuh
penderita akan mengalami demam, batuk berdarah, lemah & mengalami
kekurangan daya untuk melakukan aktifitas ringan. Dan ini merupakan suatu
infeksi ringan yang umum dan sering dijumpai dari pengidap penyakit HIV AIDS.
2. Infeksi Herpes
Herpes merupakan sebuah penyakit yang paling umum dialami oleh pengidap
penyakit HIV AIDS, sehingga keadaan penyakit ini dapat menjadi lebih kronis.
Virus akan berdiam didalam tubuh pengidapnya sehingga pada sistem imunitas
tubuh yang melemah, maka infeksi bisa menyerang kapan saja. Infeksi yang
ditampakkan pada herpes yaitu timbul dibagian kulit dan alat kelamin. Akan tetapi,
pengidap HIV AIDS mampu menghadapi keadaan yang lebih serius jika virus
telah menyerang ke bagian mata, jantung, paru-paru dan saluran pencernaan.
3. Tipes
Tipes gampang melanda dan menyerang pengidap penyakit HIV AIDS, penyakit
ini dapat terjadi diakibatkan oleh infeksi dari bakteri Salmonella yang adanya
didalam air / pada jenis makanan yang kurang bersih. Tipes juga merupaka sebuah
kondisi penyakit yang amat umum dialami oleh pengidap penyakit HIV AIDS,
seingga membuat penyakit berkembang dengan cepat & memicu terjadinya infeksi
yang kronis. Beberapa gejala tipes yang kerap dijumpai ialah sakit perut, diare,
demam, mual serta muntah. Perawatan sangat dibutuhkan oleh pengidap penyakit
HIV/AIDS jika telah terserang oleh penyakit tipes ini.
4. Gagal ginjal
Pengidap penyakit HIV/AIDS juga rentan terserang oleh penyakit yang terjadi
akibat infeksi bakteri / peradangan dibagian organ ginjal. penyakit ginjal ini bisa
mengakibatkan pengidapnya mengalami gangguan pada sistem kemih. Kadang-
kadang penyakit ini juga dijumpai oleh pengidap penyakit HIV yang terkait pada
tahap sedang / tahap pengembangan virus didalam tubuh.
5. Radang Kulit,
Merupakan suatu infeksi yang amat umum untuk pengidap penyakit HIV AIDS.
Kulit mereka akan jadi amat sensitif sehingga rentan terhadap infeksi virus
candida. Penyakit radang kulit ini mengakibatkan infeksi yang serius dibagian
selaput lendir, lidah, tenggorokan & vagina. Penyakit ini dapat amat menyakitkan,
apalagi ketika virus telah menginfeksi bagian dalam tubuh.
6. Radang selaput otak (meningitis)
Meningitis merupakan sebuah penyakit yang menjadi ancaman yang berbahaya
dan amat serius bagi pengidap penyakit HIV AIDS. Peradangan bisa terjadi di
daerah selaput & cairan yang ada pada sum-sum tulang belakang & otak. Infeksi
ini bisa mengakibatkan pusing dan sakit kepala yang luar biasa. Pengidap penyakit
HIV AIDS seringkali tidak bisa tertolong akibat infeksi meningitis.
7. Penyakit Neurologis
Semua macam penyakit yang berkaitan dengan system syaraf merupakan ancaman
untuk pengidap penyakit HIV AIDS. Terjadinya penyakit ini ditandai dengan
system syaraf yang melemah akibat infeksi bakteri & virus didalam tubuh pasien.
Beberapa gejala awal dari penyakit ini seperti, mengalami cemas, lupa ingatan,
tidak mampu berjalan & mengalami perubahan keadaan mental. Dan bahkan
beberapa pengidap juga dapat mengalami penyakit demensia.
8. Kanker
Pengidap penyakit HIV AIDS juga akan mengalami resiko untuk terserang kanker.
Tubuh yang terserang penyakit ini diakibatkan oleh infeksi dari berbagai bakteri &
virus yang terus berkembang didalam tubuh dan organ tubuh lainnya. Suatu jenis
penyakit kanker yang amat aktif pada pengidap penyakit HIV AIDS ialah sarkoma
Kaposi (penyakit kanker yang timbul didaerah pembuluh darah). Terjadinya
penyakit ini ditandai dengan warna kulit yang berubah menjadi merah, ungu /
merah muda. Penyakit ini juga bisa melanda bagian organ lain seperti paru-paru &
semua saluran pencernaan.
PATHWAY HIV/AIDS

Transmisi HIV ke dalam tubuh melalui


darah, cairan vagina/sperma ASI /
cairan tubuh ibu yg infeksius

Pengikatan gp120 HIV dengan reseptor


membran T Helper + CD4

Fusi / peleburan membran virus dengan


membran sel T Helper + CD4

Enzim reverse transcriptase


RNA HIV  cDNA

Enzim integrase
cDNA masuk ke inti sel T Helper

Transkripsi mRNA dan translasi


menghasilkan protein struktural virus

Enzim protease
Merangkai RNA virus dengan
protein-protein yang baru dibentuk
De eng
fis eta
p

ie hu
ns a
i
G elua
gn r
k

pr ga
os
es

Ku paja rma
ra na si
ng n
in

ny
fo

Te buh
rb
tu

en
tu
Reaksi antigen

k
Pe eseh

vir
r u at

Re buh
k
antibodi

us
ba an

pl
tu

-
ha

ika

vir
n
imunosupresi Gangguan konsep diri

us
si
sta

pe

H
tu

IV
rk
s
Distres

em

ya
Organ target Hambatan interaksi sosial Pelepasan

n
Ansietas

ba

gb
spiritual mediator

ng

ar
an

u
kimiawi

da
HI
Gastrointestinal Dermatologi Neurologi Respiratori

la
(pirogen)

m
da
la
m m
ca Dema
ira
Hiper
termi
a
hipotalamus

n
Me Peningkatan
Ggn citra ngh Infeksi paru suhu thermostat
Infeksi jamur Terdapat ruam, asil Menyerang SSP,
tubuh (TBC,
vesikula, kulit kan perifer,
pneumonia)
kering dan mu autonom
pecah-pecah kus
Kerusakan Candida Neuropati
membrane pada organ perifer
mukosa oral pencernaan
Kerusakan Kerusakan
Integritas Kulit barier tubuh
Invasif
Lesi pada Penurunan Diare terus Penumpukan
Bakter Kelemahan,
mulut, intake cairan menerus mati rasa sekret di jalan
i
esophagus dan pada napas
lambung ekstremitas,
Risiko hipotensi
Infeks Tidak dapat
ortostatik
i mengeluarkan
Kekurangan
sekret
Volume Cairan
Penurunan Mengenai Kehila
nafsu makan ujung saraf ngan
Obstruks
nyeri kesei
i jalan
mban
napas
gan
Risiko
saat
otak
Ceder
bangu
a n Penurun
an O2 Ke
Penurunan Saraf aferen Kornu Saraf Paru-
intake nutrisi dorsalis eferen Ketidakefe paru
ktifan
Kompensasi
Perse Bersihan tubuh
psi Jalan
nyeri Napas
Penurunan BB Penurunan massa
otot dan energi Nyer
Ketidakseimbangan i Peningkatan
nutrisi: kurang dari Akut ventilasi
kebutuhan tubuh
Mudah lelah
Peningkatan RR

tubuh
O2 ke
n suplai
Penuruna
Keletihan

Ketidakefektifan

a
dispne
Pola Napas
Kelemaha
n umum

Intolerans
i Aktivitas
LAPORAN PENDAHULUAN CANDIDIAS

A. DEFINISI
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru. Penyakit ini apabila tidak diobati atau pengobatannya tidak
tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI,
2016).
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi (Mansjoer,
2000) :
a.Tuberkulosis Paru BTA positif
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. 1
spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
b.Tuberkulosis Paru BTA negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen
dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. TB Paru BTA negatif
Rontgen Positif dibagiberdasarkantingkat keparahaan TB Paru BTA
Negatif Rontgen Positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen
dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas penderita buruk.
C. MANIFESTASIKLINIS
a.Gejala sistemik/umum
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
 Penurunan nafsu makan dan berat badan.
 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala khusus
 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
 Kalau ada cairan dirongga pleura(pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
 Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis(radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
D. PENATALAKSANAAN

a.Pengobatan

Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah


eradikasi cepat M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah
terjadinya komplikasi.

Jenis dan dosis OAT :

1. Isoniazid (H)

Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap


kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang
berkembang. Efek samping yang mungkin timbul berupa neuritis perifer,
hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus, pengobatan dapat dikurangi
dosisnya atau dihentikan sampai ikterus membaik. Efek samping ringan
dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini
pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.
2. Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten).


Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam,
trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warna merah atau jingga
pada air seni dan keringat, dan itu harus diberitahukan pada keluarga atau
penderita agar tidak menjadi cemas. Warna merah tersebut terjadi karena
proses metabolisme obat dan tidak berbahaya.

3. Pirazinamid (P)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel


dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia,
hepatitis, atralgia.

4. Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan


kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan
pendengaran.

5. Ethambutol (E)

Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan


penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna
merah dan hijau, maupun optic neuritis.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah : - Leokosit sedikit meninggi
- LED meningkat
2. Sputum : BTA
Pada BTA (+) ditermukan sekurang-kurangnya 3 batang
kuman pada satu sediaan dengna kata lain 5.000 kuman dalam
1 ml sputum.
3. Test Tuberkulin :Mantoux Tes (PPD)
4. Roentgen :Foto PA
G. PENCEGAHAN
1. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup mulut
saat batuk, dan membuang dahak tidak disembarang tempat.
2. Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
meningkatkan ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan memberikan vaksin
BCG.
3. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan
penyuluhan tentang penyakit TB, yang meliputi gejala, bahayadan akibat yang
ditimbulkan terhadap kehidupan masyarakat pada umumnya.
4. Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian dan
pemeriksaan terhadap orang orang yang terinfeksi atau dengan memberikan
pengobatan khusus kepada penderita TB Paru. pengobatan dengan cara di
rawat dirumah sakit hanya dilakukan bagi penderita dalam katagori berat dan
memerlukan pengembangan program pengobatan sehingga tidak dikehendaki
pengobatan jalan.
5. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melaksanakan desinfeksi,
seperti cuci tangan, kebersihan rumah yang ketat, perhatian khusus terhadap
muntahan atau ludah anggota keluarga yang terjangkit penyakit TB Paru
(piring, tempat tidur, pakaian) dan menyediakan ventilasi dan sinar matahari
yang cukup.
6. Melakukan imunisasi bagi orang yang kontak langsung denganpenderita TB
Paru, seperti keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatandan orang lain yang
terinfeksi, dengan vaksin BCG dan tindak lanjut yang positif tertular.
7. Melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang kontak dengan penderita
TB Paru. Perlu dilakukan tes tuberkulosis bagi seluruh anggota keluarga.
Apabila cara ini menunjukan hasil negatif, perlu di ulang pemeriksaan tiap
bulan selama 3 bulan dan perlu pemeriksaan intensif.
8. Dilakukan pengobatan khusus penderita TB Paru aktif perlu pengobatan yang
tepat, yaitu obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter untuk
diminum dengan tekun dan teratur, selama 6 sampai 12 bulan. Perlu
diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, denganpemeriksaan lebih lanjut
oleh dokter.
9. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. IdentitasMeliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir

b. RiwayatTest HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi,


menggunakan obat-obatan
c. Keadaan Umum
Pucat, kelaparan
d. Gejala Subjektif
Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah, anoreksia
e. Psikososial
Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup
f. Status Mental
Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi
g. HEENT
Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering
h. Neurologis
Gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan ,
kaku kuduk, kejang, paraplegia
i. Muskoloskletal
Focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL
j. Kardiovaskular
Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness
k. Pernapasan
Dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
l. GI
Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun,
diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning
m. Gu
Lesi atau eksudat pada genital,
n. Integument
Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif
2. Diagnosa Keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya sekresi bronkial
b) Hipertermia b/d proses penyakit
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
nutrisi yang tidak adekuat
d) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
e) Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan dan tindakan
kesehatan preventif b/dkurangnya informasi tentang proses penyakit
dan penatalaksanaannya
3. Intervensi
DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
KEPERAWATAN SLKI SDKI
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan
inefektif berhubungan tindakan keperawatan
dengan adanya sekresi selama 3x24jam jalan
bronchial. napas tetap paten.
Definisi: Dengan kriteria hasil:
Ketidak mampuan Frekuensi napas membaik
membersihkan secret atau Pola napas membaik
obstruksi jalan nafas Produksi sputum neuron
untuk mempertahankan Sianosis menurun
jalan nafas tetap paten.
Penyebab:
Spasme jalan nafas
Sekresi yang bertahann
Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan
dengan proses penyakit. tindakan keperawatan
Definisi: selama 3x24jam
Sehu tubuh meningkat diharapkan suhu tubuh
diatas rentan normal stabil dengan kriteria
Penyebab: hasil :
Proses penyakit Suhu tubuh dalam rentan
normal
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan
berhubungan dengan tindakan keperawatan
kelemahan selama 3x24jam
Definisi: diharapkan bisa
Ketidakcukupan energy melakukan aktivitas
untuk melakukan aktivitas seperti semula dengan
sehari-hari. kriteria hasil
Kelemahan Aktivitas yang tepat
meningkat.
Kurang pengetahuan
tentang pengobatan dan
tindakan kesehatan
preventif berhubungan
dengan kurangnya
informasi tentang proses
penyakit dan
penatalaksanaannya
Definisi:
Kurangnya informasi
yang berkaitan denfan
topic tertentu.
Penyebab:
Kurang terpaparnya
informasi.

Anda mungkin juga menyukai