Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SISTEM

IMUNITAS PADA NY.M DENGAN HIV DI RUANG


ASOKA 2 RSUD DR.PIRNGADI MEDAN

OLEH :
~ Yulia Aluri Tobing ~ Asri Halawiyah
~ Afrian Mustafa ~ Ayu Br Depari
~ Ahmad Resky ~ Chicha M Togatorop
~ Aprianita Damanik ~ Dedek Afriyani Aswara
~ Desnita Tondang

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


TA : 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan ridho-Nya lah
kami dapat menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Asuhan keperawatan
pada pasien Diabetes mellitus.

Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada yang telah memberikan
bimbingan serta pengajaran kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan makalah
ini, tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Karena itu, mohon kritik
serta saran, yang kiranya dapat membangun, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang lebih
baik lagi. kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.

Pagaran tapah , Juli 2021

Pemakalah
BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi
AIDS ( acquired immune deficiency syndrome) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh human immundeficiency virus ( HIV ). AIDS adalah penyakit infeksi
yang menular.
human immundeficiency ( H I V ) adalah virus yang menumpang hidup dan
merusak sistemimun tubuh. Sedangkan Acquired Immune Deficiency Syndrome ( A I D S )
adalah kumpulan gejalapenyakit yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency
Virus ( H I V ), (Brunner&Suddarth; edisi 8).

B. Etiologi

Penyakit ini di sebabkan oleh golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency Virus. Human Immunodeficiency Virus (HIV) pertama kali ditemukan
pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan
lagi retro virus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
pathogen dibandingkan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut
HIV.infeksi transmisi dari HIV dan AIDS terdiri darilima fase yaitu :Periode jendela.
Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah terinfeksi. Tidak ada gejala.a. Fase infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan
gejala flu likes illness.b. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan
gejala tidak ada.c. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, B menurun,diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.d. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkaninfeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem
tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasukkelompok resiko tinggi adalah :
a. Lelaki homoseksual atau biseks.
b. Orang yang ketagian obat intravena.
c. Partner seks dari penderita AIDS.
d. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
e. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi

C. Manifestasi klinis
Pasien dengan penyakit AIDS mempunyai riwayat tanda dan gejala penyakit.
Pada infeksi H I V primer akut yang lamanya 1 sampai 2 minggu, pasien mulai
merasakan sakit seperti influenza. pada saatfase supresi imun simtomatik ( tiga
tahun ) pasian akan mengalami demam, berkeringat di malamhari, berat badan
menurun, diare, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, danlesi
oral.Pada saat HIV menjadi AIDS ( 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS).
akan terjadi gejala oportunistik yang paling umum adalah pneumocystic carini,
Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk
menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal.Infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan
gejalapenyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit
kepala, diare, sakit leher,radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala Diketahui oleh
pemeriksa kadar HumanImmunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh
hasil positif.
b. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan
kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.Sejak tanggal 1
januari 1993, masyarakat dengan keadaan indicator AIDS ( kategori C, A3 dan B3)
dianggap menderita Acquired Immune Deficiency.Beberapa klasifikasi tanda klinis
sesorang yang di duga menderita AIDS yaitu :
a. Kategori Klinis A
Kategori ini mecakup satu atau lebih keadaan di bawah ini pada dewasa atau
remaja dengan infeksiHIV yang sudah di pastikan tampa keadaan dalam kategori B
klinis dan C klinis yaitu :
1. Infeksi HIV yang simtomatik
2. Persistent Generalized Limpanodenophaty
3. Infeks primer akut HIV dengan rasa sakit yang menyertai

b. Kategori Klinis B
Contoh - contoh dari keadaan kategori B klinis yaitu :
1. Angiomatosis Baksilaris
2. Vulvavaginal atau Kandidiasis orofaring
3. Gejala konstitusional seperti panas ( 38, 5 C )
4. Diplasia serviks
5. herpes zoster yang meliputi dua kejadian yang berbeda atau terjadi lebih dari
satu dermaton saraf 
6. penyakit inflamasi pelvis

c. Kategori Klinis C
contoh contoh dari keadaan kategori Klinis C yaitu
1.kadidiasis bronkus, paru paru atau trakea, esophagus
2. kanker servik inpansif 
3. koksidiomikosis diseminata atau ekstra pulmoner
4. kriptokokosis ekstrapulmoner 
5. cytomegalovirus
6. Revenitis cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
7. herpes simplek
8. sarkoma kopasi
9. M. Tubercolusis pada tiap lokasi
10. Pneumonia Pneumocystic Cranii
11. Toksoplamosis otak

D. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang
terinfeksi HumanImmunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe,
limpa dan sumsum tulang. HumanImmunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat
pengikatan dengan protein perifer CD 4, denganbagian virus yang bersesuaian yaitu
antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalamrespon imun, maka Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkanreproduksi
dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer
penjamu,dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.Virus HIV dengan
suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang
materigenetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan
disatukankedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi
yang permanen. Enziminilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus
HIV sebagai antigen. Sehinggakeberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel
T4 helper. Kebalikannya, virus HIVyang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper
adalah mengenali antigen yang asing,mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,
menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksilimfokin, dan mempertahankan tubuh
terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu,mikroorganisme yang
biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untukmenginvasi dan
menyebabkan penyakit yang serius.Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem
imun seluler makin lemah secara progresif. Diikutiberkurangnya fungsi sel B dan makrofag
dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yangterinfeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala(asimptomatik) selama bertahun-
tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml
darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun
setelahinfeksi.Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster
dan jamur oportunistik )muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virusberproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang
parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlahsel T4 jatuh dibawah 200 sel
per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV , yaitu :
a. ELISA
b. Western blot
c. P24 antigen test
d. Kultur HIV

Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu :


a. Hematokrit
b. LED
c. Rasio CD4 / CD Limposit
d. Serum mikroglobulin B2
e. Hemoglobin

F. TERAPI

a. Terapi Infeksi Opurtunistikterapi ini bertujuan menghilangkan, pemulihan pengendalian


infeksi , nasokomial, sepsisatau opurtunistik. Melakukan pengendalian inveksi yang
aman untuk pencegahan kontaminasi bakteridan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat inimenghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dengan menghambat enzimpembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien
AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZTtersedia untuk pasien dengan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 >500 mm
c. Terapi Antiviral BaruBeberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus/ memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :d. Didanosinee. Ribavirinf. Diedoxycytidineg.
Recombinant CD 4 dapat laruth. Vaksin dan Rekonstruksi VirusUpaya rekonstruksi imun
dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unitkhusus perawatan
kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitianuntuk menunjang
pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.i. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan
obat terlarang, makan-makanan sehat,hindaristress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-
obatan yang mengganggu fungsi imun. j. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu
dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasiHuman Immunodeficiency Virus
(HIV).
G. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah

a. Aktivitas / istirahat.

Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise

Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.

b. Integritas ego.

Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah, menangis.

Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses rektal.

c. Makanan / cairan.

Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi / gusi yang
buruk, dan edema.

Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon melambat.

d. Nyeri / kenyamanan.
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang gerak, dan
gerak otot melindungi pada bagian yang sakit.

Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres pernafasan.

2. Diagnosa, Intervensi dan Rasional Tindakan Keperawatan.

Diagnosa, intervensi dan rasional tindakan keperawatan (Doenges, 1999) adalah :

a. Diagnosis Keperawatan :

Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri,
perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.

Hasil yang diharapkan :

Keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat tidur atau beristirahat secara adekuat.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi,
Mengindikasikan kebutuhan untuk
intensitas, frekuensi dan waktu. Tandai
intervensi dan juga tanda-tanda
gejala nonverbal misalnya gelisah,
perkembangan   komplikasi.
takikardia, meringis.
2. Instruksikan pasien untuk
Meningkatkan relaksasi dan perasaan
menggunakan visualisasi atau imajinasi,
sehat.
relaksasi progresif, teknik nafas dalam.

Dapat mengurangi ansietas dan rasa


3. Dorong pengungkapan perasaan
sakit, sehingga persepsi akan intensitas
rasa sakit.

M,emberikan penurunan nyeri/tidak


4. Berikan analgesik atau antipiretik
nyaman, mengurangi demam. Obat yang
narkotik. Gunakan ADP (analgesic yang
dikontrol pasien berdasar waktu 24 jam
dikontrol pasien) untuk memberikan
dapat mempertahankan kadar analgesia
analgesia 24 jam.
darah tetap stabil, mencegah kekurangan
atau kelebihan obat-obatan.
5. Lakukan tindakan paliatif misal
Meningkatkan relaksasi atau menurunkan
pengubahan posisi, masase, rentang gerak
tegangan otot.
pada sendi yang sakit.

b. Diagnosis keperawatan :
Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan intestinal
ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus
hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.

Hasil yang harapkan :

Mmpertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat badan yang mengacu pada
tujuan yang diinginkan, mendemostrasikan keseimbangan nitrogen po;sitif, bebas dari tanda-
tanda malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energy.

INTERIVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


Lesi mulut, tenggorok dan esophagus
dapat menyebabkan disfagia,
1. Kaji kemampuan untuk mengunyah,
penurunan kemampuan pasien untuk
perasakan dan menelan.
mengolah makanan dan mengurangi
keinginan untuk makan.
Hopermotilitas saluran intestinal umum
terjadi dan dihubungkan dengan
2. Auskultasi bising usus muntah dan diare, yang dapat
mempengaruhi pilihan diet atau cara
makan.
3. Rencanakan diet dengan orang terdekat,
jika memungkinakan sarankan makanan
Melibatkan orang terdekat dalam
dari rumah. Sediakan makanan yang
rencana member perasaan control
sedikit tapi sering berupa makanan padat
lingkungan dan mungkin meningkatkan
nutrisi, tidak bersifat asam dan juga
pemasukan. Memenuhi kebutuhan akan
minuman dengan pilihan yang disukai
makanan nonistitusional mungkin juga
pasien. Dorong konsumsi makanan
meningkatkan pemasukan.
berkalori tinggi yang dapat merangsang
nafsu makan
Rasa sakit pada mulut atau ketakutan
4. Batasi makanan yang menyebabkan mual akan mengiritasi lesi pada mulut
atau muntah. Hindari menghidangkan mungkin akan menyebabakan pasien
makanan yang panas dan yang susah untuk enggan untuk makan. Tindakan ini akan
ditelan berguna untuk meningkatakan
pemasukan makanan.
5. Tinjau ulang pemerikasaan laboratorium, Mengindikasikan status nutrisi dan
misal BUN, Glukosa, fungsi hepar, fungsi organ, dan mengidentifikasi
elektrolit, protein, dan albumin. kebutuhan pengganti.
6. Berikan obat anti emetic misalnya Mengurangi insiden muntah dan
metoklopramid. meningkatkan fungsi gaster

 
c. Diagnosa keperawatan :

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat

Hasil yang diharapkan :

Mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-
tanda vital baik, keluaran urine adekuat secara pribadi.

INTERVESI KEPERAWATAN RASIONAL


Mempertahankan keseimbangan
1. Pantau pemasukan oral dan pemasukan cairan
cairan, mengurangi rasa haus dan
sedikitnya 2.500 ml/hari.
melembabkan membrane mukosa.
Meningkatkan pemasukan cairan
2. Buat cairan mudah diberikan pada pasien;
tertentu mungkin terlalu
gunakan cairan yang mudah ditoleransi oleh
menimbulkan nyeri untuk
pasien dan yang menggantikan elektrolit yang
dikomsumsi karena lesi pada
dibutuhkan, misalnya Gatorade.
mulut.
3. Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa Indicator tidak langsung dari status
haus. cairan.
4. Hilangakan makanan yang potensial
menyebabkan diare, yakni yang pedas, berkadar
lemak tinggi, kacang, kubis, susu. Mengatur Mungkin dapat mengurangi diare
kecepatan atau konsentrasi makanan yang
diberikan berselang jika dibutuhkan
5. Nerikan obat-obatan anti diare misalnya Menurunkan jumlah dan keenceran
ddifenoksilat (lomotil), loperamid Imodium, feses, mungkin mengurangi kejang
paregoric. usus dan peristaltis.

d. Diagnosa keperawatan :

Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak
seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)

Hasil yang diharapkan            :

Mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami sesak nafas.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah
paru yang mengalami penurunan, atau Memperkirakan adanya perkembangan
kehilangan ventilasi, dan munculnya komplikasi atau infeksi pernafasan,
bunyi adventisius. Misalnya krekels, misalnya pneumoni,
mengi, ronki.
Takipnea, sianosis, tidak dapat
2. Catat kecepatan pernafasan, sianosis, beristirahat, dan peningkatan nafas,
peningkatan kerja pernafasan dan menuncukkan kesulitan pernafasan dan
munculnya dispnea, ansietas adanya kebutuhan untuk meningkatkan
pengawasan atau intervensi medis
3. Tinggikan kepala tempat tidur. Meningkatkan fungsi pernafasan yang
Usahakan pasien untuk berbalik, optimal dan mengurangi aspirasi atau
batuk, menarik nafas sesuai infeksi yang ditimbulkan karena
kebutuhan. atelektasis.
4. Berikan tambahan O2 Yng
Mempertahankan oksigenasi efektif untuk
dilembabkan melalui cara yang sesuai
mencegah atau memperbaiki krisis
misalnya kanula, masker, inkubasi
pernafasan
atau ventilasi mekanis

e. Diagnose keperawatan :

Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai dengan


kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan
rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.

Hasil yang diharapkan :

Melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan dalam tingkat
kemampuannya.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Kaji pola tidur dan catat Berbagai factor dapat meningkatkan kelelahan,
perunahan dalam proses berpikir termasuk kurang tidur, tekanan emosi, dan
atau berperilaku efeksamping obat-obatan
Periode istirahat yang sering sangat yang
2. Rencanakan perawatan untuk dibutuhkan dalam memperbaiki atau menghemat
menyediakan fase istirahat. Atur energi. Perencanaan akan membuat pasien
aktifitas pada waktu pasien menjadi aktif saat energy lebih tinggi, sehingga
sangat berenergi dapat memperbaiki perasaan sehat dan control
diri.
3. Dorong pasien untuk melakukan Memungkinkan penghematan energy,
apapun yang mungkin, misalnya peningkatan stamina, dan mengijinkan pasien
perawatan diri, duduk dikursi, untuk lebih aktif tanpa menyebabkan kepenatan
berjalan, pergi makan dan rasa frustasi.
4. Pantau respon psikologis
Toleransi bervariasi tergantung pada status
terhadap aktifitas, misal
proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan
perubahan TD, frekuensi
cairan, dan tipe penyakit.
pernafasan atau jantung
Latihan setiap hari terprogram dan aktifitas yang
5. Rujuk pada terapi fisik atau
membantu pasien mempertahankan atau
okupasi
meningkatkan kekuatan dan tonus otot

DAFTAR PUSTAKA

 
Heri.”Asuhan Keperawatan HIV/AIDS”,(Online),(http://mydocumentku.blogspot.
com/2012/03/asuhan-keperawatan-hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)

Istiqomah, Endah.”Asuhan Keperawatan pada Klien dengan HIV/AIDS”,(Online) ,


(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html,
diakses 20 Oktober 2012)

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius

Marilyn , Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit . Jakarta : EGC

UGI.2012.”Diet Penyakit HIV/AIDS”,(Online),(http://ugiuntukgiziindonesia.


blogspot.com/2012/05/diet-penyakit-hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)

BAB II
TINJAUAN KASUS
A.      Pengkajian
I. Data Biografi
1) Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 27 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Status Marital : Belum menikah
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Tanggal masuk RS : 17 November 2018
Tanggal Pengkajian : 21 November 2018
No. Medrec : 06010150
Diagnosa Medik : HIV
Alamat : Jl. Gaperta Ujung

2)      Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. A           
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan Klien : Ibu
Alamat : Jl. Gaperta Ujung

II. Riwayat Kesehatan


1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 November pukul 09.50 WIB klien mengeluh
demam,klien tampak lemas, klien mengatakan mencret disertai sakit pada daerah perut, klien
mengeluh mual saat makan tanpa muntah dan klien juga mengatakan sakit pada waktu
menelan.

2) Riwayat kesehatan dahulu


Klien tidak pernah dirawat dirumah sakit

3) Riwayat kesehatan keluarga


Tidak ada keluarga yang mengidap penyakit menular

III. Riwayat keadaan psikososial


a. Konsep Diri
(1)    Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya, tetapi merasa malu sejak
menderita sakit ini.
(2)   Harga Diri
Klien mengatakan merasa bersalah atas perbuatannya selama ini dan klien merasa
malu dengan keadaan dirinya yang mengidap HIV,
(3)    Peran Diri
Klien seorang anak yang belum bekerja.
(4)   Identitas Diri
Klien mengaku dirinya adalah seorang anak.
(5)    Ideal Diri
Klien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh dan kembali menjalankan aktifitas.

b. Status Emosi
Emosi klien stabil, klien aktif menjawab pertanyaan, tidak mudah tersinggung, afek dan
mimik muka sesuai keadaan.

c. Pola Koping
Klien mengatakan bila mempunyai masalah klien hanya mengatasinya sendiri kemudian
bergaul dengan teman-teman dan untuk mengalihkan masalahnya klien minum-minuman
beralkohol.

d. Gaya Komunikasi
Pada saat berkomunikasi klien cenderung diam, vokal jelas, menggunakan bahasa
Indonesia saat wawancara, sehari-hari klien menggunakan bahasa Jawa dan bahasa
Indonesia.

IV. Data Sosial


Hubungan klien dengan keluarga serta saudaranya baik, klien ditunggu oleh saudaranya
yang perempuan. Klien dapat menjalin kerja sama dengan petugas dan sesama pasien di ruang
perawatan. Klien termasuk pribadi yang kooperatif.

V. Data Spiritual 
Klien beragama islam, klien percaya penyakitnya dapat di sembuhkan, klien
mengatakan datangnya ke RS merupakan salah satu usaha yang harus ia jalani karena
penyakitnya merupakan cobaan dari Tuhannya. Klien mengatakan jarang melakukan
peribadahan sesuai dengan agama yang di yakininya.

VI. Pemeriksaan Fisik


a)      Sistem Pernafasan
Pernafasan melalui hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung. Ukuran dan bentuk
hidung simetris, tidak ada deviasi septum, hidung kokoh, tidak ada sekret, terdapat bulu hidung,
tidak terdapat polip, pola nafas reguler, frekwensi 28x per menit, tes kepatenan kuat nostril
kanan dan kiri.
Diameter dada antero posterior (AP) 2:1, Pergerakan dada simetris antara kanan dan kiri, tidak
ada nyeri tekan, auskultasi bunyi nafas vesikuler pada seluruh area paru serta tidak ditemukan
ronchi dan wheezing. Perkusi suara vokal premitus terdapat pada kedua paru. Ekspansi paru
kanan dan kiri sama.

b)      Sistem Kardiovaskuler
Konjunctiva warna merah muda (tidak pucat), bibir tidak cyanosis, Ictus cordis terdapat
pada line midklavikula inter costalis (ICS) V, tidak ada peninggian jugular vena pressure (JVP),
pada pemeriksaan auskultasi bunyi S1 pada daerah katup trikuspidal dan mitral, bunyi S 2 pada
daerah katup aortik dan pulmonal di sela iga II parasternal kiri dan sela iga II parasternal kanan.
Bunyi jantung murni reguler, tidak ada mur-mur, tidak ada oedema tungkai, tidak ada clubing
finger, capilary refile time (CRT) < 3 detik, akral hangat. Burgeur tes negatif, Homan tes negatif,
tensi darah 90/60 mmHg, Nadi 104 x per / menit.

c)      Sistem Pencernaan
Bibir tidak cyanosis, mukosa mulut dan bibir agak kering, terdapat bercak-bercak putih
tipis di sisi lidah dan gusi, ukuran dan bentuk simetris, warna gigi agak kuning, jumlah tidak
lengkap,  ditemukan nyeri menelan, uvula kaku dan tampak kemerahan, bentuk abdomen agak
cekung, lembut, tidak teraba massa, tidak terdapat lesi / luka bekas operasi, turgor kulit lambat,
auskultasi bising usus 34x per menit, pada perkusi terdapat bunyi tympani pada seluruh daerah
abdomen, kecuali pada kwadran kanan atas – hypocondriac kanan (organ hati), pada palpasi
terdapat nyeri tekan, ukuran hati tidak membesar, berat badan sebelum sakit 55 kg dan
sesudah sakit 45 kg, LILA 16cm.

d)     Sistem Perkemihan
Tidak terlihat distensi kandung kemih, tidak teraba pembesaran ginjal, tidak terdapat
nyeri ketok costavertebra, tidak ada oedema palpebra, klien dapat berkemih 3-4 x/hari  + 100 cc
warna kuning jernih tanpa ada keluhan

e)      Sistem Reproduksi
Area genital tidak dapat dikaji karena klien merasa malu.

f)       Sistem Endokrin
Tidak ada gambaran moon face, tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak
nampak pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada gerakan tremor / ektra piramidal.

g)      Sistem Muskuloskeletal
a.       Atas
Ukuran simetris, bentuk normal, tidak ada poli dan syndactyli, tidak terdapat atropi, tidak
terdapat gambaran tromboplebitis, gerakan bebas. Refleks bisep +/+, trisep +/+, radiobrakhialis
+/+. Kekuatan otot  5/5

b.      Bawah
Ukuran simetris, bentuk normal, tidak ada deformitas, pergerakan bebas, Homan tes
negatif, tidak ada oedema tungkai, kekuatan otot 5/5, refleks achiles +/+, Refleks patela +/+,
refleks babinski negatif. Sensasi tajam tumpul positif.

h)      Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, kulit ekstremitas atas dan bawah kering dan bersisik, rambut
panjang warna hitam dan tampak kotor,  distribusi merata, tidak mudah dicabut, kuku pendek
bersih, tidak terdapat luka bekas operasi, badan klien teraba panas dengan temperatur: 38.2 oC
per axila menggunakan termometer air raksa. Turgor kulit menurun.

i)        Sistem Penglihatan, Pendengaran, Wicara


Tidak terdapat gangguan pada penglihatan, wicara dan pendengaran baik, terbukti klien
dapat membaca dan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar, tidak menggunakan
alat bantu baca dan pendengaran.

j)        Sistem Persyarafan
(a)    Nervus I (Olfaktorius)
Fungsi penciuman tidak terganggu, klien dapat membedakan dan mengenal antara bau
kayu putih dan kopi dengan mata tertutup secara bergantian pada kedua nostril.
(b)   Nervus II (Optikus)
Klien dapat membaca koran pada jarak +30, lapang pandang tidak mengalami
penyempitan

(c)    Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, trochlearis, abdusen)


Klien dapat menggerakan bola matanya ke arah yang diperintahkan pengkaji
(lateral,medial, oblique inferior dan superior), pupil isokor, bereaksi terhadap cahaya.

(d)   Nervus V (Trigeminus)
Klien dapat merasakan pilinan kapas pada wajah, otot maseter kuat, reflek kornea
positif, fungsi mengunyah baik.

(e)    Nervus VII (Facialis)


Klien dapat merasakan rasa manis, asin pada 2/3 anterior lidah, klien dapat
menyeringai, mengerutkan dahi, dan mengedepankan kedua bibir ke arah depan

(f)    Nervus VIII ( Auditorius)


Klien dapat mendengar bisikan yang diberikan perawat dengan telinga sebelah tertutup
dan klien dapat mengulanginya dengan benar, tes tunjuk jari-hidung dapat dilakukan klien.

(g)   Nervus IX (Glosofaringeus)
Klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah

(h)   Nervus X (Vagus)
Fungsi menelan terganggu, klien dapat membuka mulut, uvula kaku dan tampak
kemerahan saat klien mengatakan  “ah”

(i)     Nervus XI (Asesorius)
Klien dapat menggerakan leher ke kanan dan ke kiri tanpa hambatan, otot
sternokledomastoideus tegang saat klien melawan daya yang diberikan pada mandibula oleh
pengkaji. Klien dapat menahan beban yang diberikan pada bahunya

(j)     Nervus XII (Hypoglosus)


Klien dapat menjulurkan lidah, menggerakannya ke kanan dan ke kiri.

VII. Pola aktivitas sehari hari

No Jenis Di rumah Di Rumah Sakit


aktivitas
1 Nutrisi Klien makan dengan nasi putih, Makan dengan bubur, sayur,
Makan sayur, dan lauk pauk, buah dan lauk pauk dengan telur.
kadang- kadang. Buah-buahan: pisang, lemon,
Klien mengatakan tidak serta pepaya. Klien juga sempat
mempunyai pantangan dalam makan makanan pedas yang
mengkonsumsi makanan. Klien dibawa adiknya.
makan sehari 3x, satu porsi habis.  Klien hanya dapat
Tidak ada keluhan mual dan menghabiskan ½ porsi, makan
muntah. sehari 3x, klien mengeluh mual
saat makan dan tidak muntah.
Minum Klien minum setiap kali merasa
haus, dan setiap habis makan. Minum air putih sehari mencapai
Sehari rata-rata 10 gelas air putih ( 4 botol aqua 500 ml
1 gelas = 250 cc)
2 Eliminasi Klien mengatakan setiap hari BAB Klien mengatakan BAB 6-7
a.       BAB 5x/hari, konsistensi cair, darah dan x/hari cair, tidak berlendir dan
lendir (-), warna faeces kuning. berdarah dalam faeces saat
Klien BAB
b.       BAK BAK 3-4 x/hari tidak ada keluhan Klien BAK 3x/hari warna kuning
apapun saat berkemih tidak merasakan keluhan
apapun saat berkemih.
3 Personal Sehari 2-3 kali, memakai sabun Klien dapat mandi sendiri
hygiene 1x/hari dengan memakai sabun.
Mandi
Gosok gigi Sehari 2x memakai odol dan sikat Klien mengaku menggosok gigi
gigi 2 hari sekali.
Keramas Klien keramas 2 kali/minggu Klien keramas 1x  pada saat
memakai shampo awal masuk RSHS dan
membasahi rambut tiap kali
mandi
Gunting Klien senantiasa menggunting Klien mengunting kuku sekali
kuku kuku 1 minggu 1 kali selama dirawat
4 Istirahat Klien tidak pernah tidur siang Sering, sebentar-sebentar
dan tidur karena kerja di bengkel dari pagi antara ½ -1 jam
Siang sampai sore

b.       Malam Klien dapat tidur dengan nyenyak Klien mengatakan sering


mulai pukul 23.00 kadang pukul terbangun dari tidur dikarenakan
01.00 baru tidur sampai pukul mencret yang terus menerus.
06.00
5 Aktivitas Klien bekerja tiap hari mengelola Klien mengatakan kegiatan di
bengkel dari pagi sampai sore. bangsal hanya tidur dan baca
koran serta mengisi TTS

VIII. Data Penunjang


Laboratorium.

No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan

1 Hematologi
-    Haemoglobin 10.7 13-18 gr / dl
-    Leucosit 9.700 3.8-10.6rb /mm3
-    Hematokrit 31,0 40-52 %
-    Trombosit 372.000 150-440 rb / mm3

Kimia klinik
-    Ureum 43 15-50 mg /dl
-    Kreatinin 1.12 0.6-1.1 mg /dl
-    GDS 123 < 140 mg / dl
-    SGOT 60 sd. 37 U/L0 C
-    SGPT 59 Sd. 40 U/L0 C
-    Albumin 2,3 3,5-5,0 Gr/dl
-    Globulin 1,9 3,1-3,7 Gr/dl
AGD
-    Ph Arteri 7,410 7,35 – 7,45 mmHg
-    PCO2 25,5 35 – 48 mmHg
-    PO2 112,5 80 - 108 mmHg
-    HCO3- 15,9 22 – 26 meq/L
-    Total CO2 Arteri 16,7 22 – 29 mmHg
-    Base Excess Arteri -7,0 (-2) – (+3) meq/L
-    Saturasi O2 98,3 95 – 98 %

Urine
-    Bj 1.005 .002-1.03
-    Ph 7 4.8-7.5
-    Protein Negatif Negatif
-    Reduksi Negatif Negatif
-    Billirubin Negatif Negatif Ml / dl
-    Urobillin Negatif 0.2-1.0
-    Nitrit Negatif Negatif
-    Keton Negatif Negatif / Lpg
-    Erytrosit 4-8 <1 Lpg
-    Leucosit Negatif <6 / Lpk
-    Epitel 0-2 <6

Faeces Kuning
-    Warna Lembek
-    Konsistensi Negatif
-    Lendir Negatif 0,1 Negatif
-    Eritrocyt Negatif 0,1 – 1
-    Leukocyt Negatif Negatif
-    Amoeba Negatif Negatif
-    Telur cacing Negatif

IX. Pengobatan :
-          IVFD RL 3000cc/24jam
-          KCL 250 Eq dalam 500cc Dextrose 5%
-          Aspar k 3x2 tablet   
-          Spasmal 3x1 tablet
-          Kotrimoksazol  2x400mg 
-          OMZ  1x1 tablet
-          Itrakonazol 2x200 mg 
-          Diet lunak rendah serat

X. Analisa Data
Kemungkinan penyebab dan
NO DATA Masalah
dampak
1. DS : Kekurangan volume cairan Kekurangan
tubuh berlebih volume cairan
- Klien mengatakan BAB 6-
7 x/hari tubuh
- Klien mengatakan sakit
pada daerah perut.
- Klien mengatakan mencret
dirasakan bertambah ketika
mengkonsumsi makanan
pedas
- Klien mengatakan mual
DO :
- BAB 6-7x/hari
- Konsistensi feses cair (+),
lendir (-), darah (-), warna
feces kuning.
- Turgor kulit menurun
- Mukosa mulut dan bibir
agak kering
- Kulit kering dan bersisik
- Tensi 90/60 mmHg,
- Nadi 104 x / menit.
- Respirasi 28x/menit
- Suhu 38,2 0C
2. DS : Perubahan kebutuhan nutrisi Perubahan
- Klien mengatakan berat kebutuhan nutrisi;
badan menurun kurang dari
-  Klien mengatakan mual kebutuhan
pada saat makan
-  Klien mengatakansakit
pada waktu menelan
DO :
-  Uvula tampak kemerahan
-  Makan habis ½ porsi 1x
makan
3. DS: Gangguan
-       Klien mengeluh demam Peningkatan termoregulasi:
suhu tubuh
-       Klien mengatakan BAB Hipertermi
6-7x/hari
DO: Gangguan Termoregulasi
-       Badan klien teraba panas
-       Klien diare 6-7x/hari
-       Tensi: 90/60
-       Nadi: 104x/mnt
-       Respirasi: 28x/mnt
-       Suhu: 38,2 0 C

XI. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas


N
Diagnosa Keperawatan
O
1. Kekurangan volume cairan tubuh; berlebih berhubungan dengan diare tiap hari
2. Perubahan kebutuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
asupan tidak adekuat
3 Gangguan termoregulasi: hipertermi berhubungan dengan invansi MO saluran
cerna dan infeksi virus HIV

XII. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Kekurangan Jangka Panjang : - Anjurka - Memepertahankan
volume cairan Volume cairan n klien untuk keseimbangan cairan,
tubuh berlebih
tubuh normal minum mengurangi rasa haus dan
berhubungan
dengan diare dipertahankan sedikitnya melembabkan membran
2500 ml/hari mukosa.
Jangka Pendek : - Ukur - Menunjukan perfusi
Setelah dilakukan intake dan ginjal dan status cairan
intervensi tercapai out  put
rehidrasi dengan - Kaji - Indikator tidak
kriteria : turgor kulit, langsung dari status cairan
- Frekuensi   membran
BAB < 3 kali mukosa, dan
- Konsistensi rasa haus
lembek - Observ
- Turgor kulit asi tanda- -  Indikator dari volume
baik tanda vital dan cairan sirkulasi
- Membran timbang BB.
mukosa lembab - Anjurka
- Tanda vital n klien - Mendukung
stabil untuk menghid berkurangnya diare
ari makanan
pedas
- Berikan
anti - Mengurangi kejang
spasmodik usus dan peristaltic

2. Perubahan Jangka Panjang: - Berikan - Mengurangai stimulus


kebutuhan Perbaikan  status makanan pusat muntah di medula
nutrisi; kurang nutrisi dalam kondisi
dari hangat dan
kebutuhan  tub Jangka Pendek: menarik dan
uh Setelah dilakukan mudah ditelan
berhubungan intervensi selama 3 - Anjur - Meningkatkan selera
dengan hari berat badan kan klien untuk dan masukan makanan
asupan tidak dapat di batasi
adekuat pertahankan makanan yang
dengan kriteria: menyebabkan
- Berat mual dan
badan tetap muntah
- Nafsu - Anjur - Makan yang
makan membaik kan klien untuk mendatangkan mual
- Tidak batasi cairan menyebabkan klien enggan
mual  saat makan satu jam untuk makan
- Porsi sebelum
makan habis makan dan
pada saat
makan
- Anjur - Mengurangi
kan klien untuk kekenyangan (Lambung
makan dengan penuh akan mengurangai
porsi kecil nafsu makan dan
frekuensi pemasukan makanan)
sering (6
kali /hari)
3 Gangguan Jangka Panjang: - Berikan - Kompres dingin
termoregulasi: Gangguan kompres membentuk menurunkan
hipertermi termoregulasi tidak dingin panas tubuh dengan cara
berhubungan terjadi - Anjur konduksi
dengan kan banyak
invansi MO Jangka Pendek: minum - Memudahkan
saluran cerna Setelah dilakukan - Anjur evaporasi panas badan
dan infeksi tindakan suhu kan klien
virus HIV badan klien turun mengenakan - Antipiretik
dengan kriteria: pakaian tipis menurunkan set poin suhu
- Klien dan mudah badan
mengatakan menyerap
“Badan tidak keringat
panas” - Kolabor
- Badan klien asi doker
tidak teraba panas untuk
- Bibir dan pemberian
mulut lembab antipyretik
- Tanda
tanda vital dalam
keadaan normal

XIII.Catatan Perkembangan
No Tanggal DX Waktu Implementasi Evaluasi
1 22 I 08.30 - Menganjurkan klien untuk S : Klien mengatakan
Novemb minum sedikitnya 2500 ml/hari masih merasa haus
er 2018
Diare berkurang
09.00 - Mengukur intake dan
out  put O : Turgor kulit baik

09.00 - Mengkaji turgor kulit, TD : 100/80 x/i


membran mukosa, dan rasa haus RR : 29 x/i
HR : 89 X/i

09.30 - Mengobservasi tanda- A : Masalah belum


tanda vital dan timbang BB. teratasi

10.30 - Menganjurkan klien P : Intervensi


untuk menghidari makanan dilanjutkan
pedas

11.00 - Memberikan anti


spasmodik
2 II 12.00 - Memberikan makanan S : Klien mengatakan
dalam kondisi hangat dan mual dan muntah
menarik dan mudah ditelan berkurang

12.00 - Meganjurkan klien untuk O :Klien tampak nafsu


batasi makanan yang makan
menyebabkan mual dan muntah
A : Masalah teratasi
- Menganjurkan klien untuk sebagian
batasi cairan satu jam sebelum
makan dan pada saat makan P : Intervensi
dilanjutkan
- Menganjurkan klien untuk
makan dengan porsi kecil
frekuensi sering (6 kali /hari)
3 III 14.00 - Memberikan kompres S : Klien mengatakan
dingin demam berkurang

- Menganjurkan banyak O : Suhu 37,5 C


minum
A : Masalah teratasi
15.00 - Menganjurkan klien sebagian
mengenakan pakaian tipis dan
mudah menyerap keringat P : Intervensi
dilanjutkan
- Kolaborasi dokter untuk
pemberian antipyretik

4 23 I 08.30 - Menganjurkan klien untuk S : Klien mengatakan


Novemb minum sedikitnya 2500 ml/hari masih merasa haus
er 2018
Diare berkurang
09.30 - Mengukur intake dan
out  put O : Turgor kulit baik

Anda mungkin juga menyukai