Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PLHA + GE

er

Oleh:
Nur faza nailal muna (14.401.19.048)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PRODI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN - GLENMORE – BANYUWANGI

2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN PLHA + GE

Telah di koreksi dan disetujui pada tanggal …………………….. oleh:

Pembimbing

Roshinta Sony Anggari, Ns., M.Kep


NIK : 201209.35

Mengetahui, Kaprodi D III


Keperawatan

HENDRIK P.S, S.Kep., Ns, M.Kes


NIK : 201404.48
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, maka semua
negara berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pelayanan kesehatan
ini berarti setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dam mengobati penyakit, serta memulihkan
kesehatan perseorangan, kelompok, ataupun masyarakat.

HIV/AIDS merupakan salah satu topik yang sangat diperlukan dalam bidang kesehatan dalam
suatu masyarakat, serta merupakan kajian studi yang sangat menarik untuk dipelajari dalam dunia
pendidikan. Adanya perilaku menyimpang masyarakat mulai dari pekerja seks komersial, homo
seksual, dan penggunaan narkoba suntik yang saling bergantian sangat memengaruhi meningkatnya
penyebaran HIV/AIDS.

Adanya pola transmisi yang berkembang selain hanya transmisi seksual, transmisi non seksual
melalui mekanisme transmisi parenteral dan transmisi transplasental (dari ibu kepada janinnya)
menjadi ancaman baru yang melahirkan korban yang tidak berdosa.

Pada saat ini, Indonesia tengah menghadapi memburuknya situasi epidemi HIV/AIDS. Sejak
tahun 1999 di beberapa tempat telah menjadi concentrated level of epidemic. Bahkan dibeberapa
provinsi seperti DKI Jakarta, Papua, Riau, Bali, Jabar dan Jatim adalah tempat epidemi penduduk
yang berperilaku resiko tinggi tertular HIV secara seksual atau NAPZA suntik. Untuk itu, makalah ini
dibuat dengan harapan kita sebagai mahasiswa yang nantinya akan menjadi tenaga kesehatan dapat
peka terhadap masalah-masalah penyakit yang terdapat dalam masyarakat, terutama HIV/AIDS.
Dengan mengetahui penyebabnya, cara penularannya, gejala-gejala, serta cara pencegahannya, kita
dapat dengan segera mengenali penyakit ini, dan dapat dengan segera merencanakan tindakan
selanjutnya, sehinnga diharap dapat mengurangi penderita HIV/AIDS di Indonesia.

B. Batasan Masalah
Pada makalah ini mencakup asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
PLHA/HIV, yang mencakup konsep penyakit dan konsep asuhan keperawatan.
C. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari penyakit PLHA/HIV ?


2. Apa etiologi dari penyakit PLHA/HIV?
3. Apa saja tanda dan gejala penyakit PLHA/HIV ?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit PLHA/HIV?
5. Apa saja klasifikasi dari penyakit PLHA/HIV ?
6. Apa saja komplikasi pada penyakit PLHA/HIV ?
7. Bagaimana pencegahan PLHA/HIV ?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami konsep penyakit PLHA/HIV dan dapat memahami
asuhan keperawatan PLHA/HIV.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memahami definisi penyakit PLHA/HIV

b. Untuk memahami etiologi penyakit PLHA/HIV

c. Untuk memahami tanda dan gejala penyakit PLHA/HIV

d. Untuk memahami patofisiologi PLHA/HIV

e. Untuk memahami klasifikasi penyakit PLHA/HIV

f. Untuk memahami komplikasi penyakit PLHA/HIV

g. Untuk memahami cara pencegahan penyakit PLHA/HIV


BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit

1. Definisi

PLHA disebut juga dengan HIV, HIV merupakan infeksi virus yang
menghancurkan sel – sel darah putih. infeksi oleh HIV biasanya berakibat
pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progesif, menyebabkan
terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu ( terutama pada orang
dewasa). (Jauhar & Bararah, 2013, hal. 295)

AIDS(Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit berat


yang di tandai oleh kerusakan imunitas celluler yang di sebabkan oleh
retrovirus (HIV). (Jauhar & Bararah, 2013, p. 295)

AIDS (Acquired Immunodefycience Syndrome) dapat di artikan sebagai


kupulan gejala atau penyakit yang di sebabkan oleh menurunya kekebalan
tubuh akibat infeksi virus HIV yang termasuk famili retroviridae.

2. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang di sebut
HIV dari kelompok virus yang di kenal retrovirus yang disebut
lymphadenopathy associated virus (LAV). retrovirus mengubah asam
rebonokleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah
masuk kedalam sel pejamu.penularan virus ditularkan melalui:
a. Hubungan sekssual (anal,oral,vaginal)yang tidak terlindungi (tanpa
kondom) dengan oral yang telah terinfeksi HIV
b. Jarum suntik, tindik, dan tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
c. Mendapatkan tranfusi darah yang mengandung virus
d. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan ,
saat melahirkan atau melalui air susu ibu ( ASI) (Nurarif & Kusuma,
2015, p. 10)

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS
di identifikasi sulit karena symptomasi yang di tunjukkan pada umumnya
yaitu bermula dari gejala umum yang lazim di dapati pada berbagai penderita
penyakit lain ,namun secara umum dapat kiranya di kemukakan sebagai
berikut :
a. Rasa lelah dan lesu
b. Berat badan menurun secara drastic
c. Demam yang sering dan berkeringat di waktu malam
d. Mencret dan kurang nafsu makan
e. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
f. Pembengkakan leher dan lipatan paha
g. Radang paru
h. Kanker paru (Katiandagho, 2015, p. 28)

Berdasarkan gambaran klinik (WHO 2006) fase klinik HIV dibagi menjadi 4 :
a. Fase klinik 1
Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar /pembulu limfe )
menetap dan menyeluruh.
b. Fase klinik 2
Penurunan BB (<10%)tanpa sebab. Infeksi saluran pernapasan atas
(sinusitis,tonsilitis, otitis media, pharyngitis) herpes zoster ,infeksi
sudut bbibir, ulkus mulut berulag.
c. Fase klinik 3
Penurunan BB (10%) tanpa sebab . kronik tanpa sebab sampai >1
bulan. Demam menetap (intermiten atau tetap >1 bulan ). Kondidiasis
oral meneteap.TB pulmonal (baru), plak putih pada mulut, infeksi
bakteri berat misalnya : pneunomia, empyema(nanah
di rongga tubuh terutama pleura, apses pada otot sklet, infeksi sendi atau tulang ),
miningitis , bakteremia, gangguan inflamasi berat pada pelvik, acute
nekrotizin ulcerative stomatitis,gingivitis atau periodontitis anemia yang
penyebabnya tidak di ketahui.
d. Fase klinik 4
Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocytis pneunomia
(pneunomia karena pneumokitis karinil ), pneunomia bakteri berulang, infeksi
harpes simplex kronik(orolabial, genetalatau anorektal >1 bulan)oesopageal
kandidiyasis , TBC ekstrapulmonal , citomegaloverus , tokso plasma di SSP ,
HIV enceppalopati , miningitis ,infektion progesife multi fokal , limpoma ,
infacife , carvical carsinoma , leukoncephalopathy.(Nurarif & Kusuma, 2015,
p. 10)

4. Patofisiologi

Dalam tubuh partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu
kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi.Dari semua
orang yang terinfeksi HIV, sebagian perkembangan masuk tahap AIDS pada 3
tahun pertama, 50% berkembang menjadi pasien AIDS setelah 10 gtahun, dan
sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala
AIDS, dan kemudian meninggal. Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan
gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan perusakan sisitem kekebalan tubuh
yang juga bertahap.(Setiati, 2014, p. 889)
Infeksi HIV tidak langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu. Sebagian
memperlihatkan tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi.
Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah
bening, ruam, diare atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV
asimptomatik (tanda gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama
8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok kecil orang yang perjalanan penyakitnya amat
cepat, dapat hanya 2 tahun, dan ada pula yang perjalannya lambat (non-progresor).
5. Pathway

-kontak dendan
darah

-kontak seks

-kontak ibu bayi

Neutropenia Netrofil HIV


HIV masuk kedalam HIV berikatan limfosit T, berdifusi
monosit,makrofag dengan
CD4⁺

Integritas DNA RNA virus→DNA Inti virus masuk


virus
kedalam sitoplasma
+prot. Pada T4
(provirus)

RNA Mrna di translasi


genom
dilepas ke
sitoplasma Prot.virus

Tunas

Viron HIV
baru terbentuk
(dilimfoid)
- CD8
- ↓ rangsangan
AIDS pembentukan sel
Infeksi sel T lain
B

Respon imun Defisiensi pengetahuan Penurunan IL-2

Humoral Seluler

Sel B dihasilkan
Intoleransi aktivitas APC aktifkan CD4+
antibody spesifik

Penurunan aktivitas Terinfeksi virus (sel T)


helper

Penurunan IL-12 ↓ Interferon gamma

Lawan CD 4+ yang Pengaruh ikatan pada tes Tidak mengintesifkan


terinfeksi ELISA system imun
System kekebalan

CD 4+
penularan
Mudahnya transmisi

Sel rentan Rentan infeksi

Pembelahan sel
berlebihan

Isolasi sosial
Mutasi gen
Pengeluaran mediator Aktifkan flora normal
kimia
Picu sel kanker Peningkatan sitokinin Resikoinfeksi(oportunis

Pirogenindogen

Demam ↑ set suhu tubuh


oleh hipotalamus
anterior

Ketidak efektifan
termogulasi Saluran pencernaan
Menginfeksi paru - paru

Eksudat Mukosa teriritasi

Pelepasan asam amino


Gangguan jalan nafas Inhalasi dan ekhalasi
terganggu

Suplai O2 turun Ketidak efektifan Ketidak seimbangan


bersihan jalan nafas nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Difusi O2 terganggu
Metabolime sel ↓
Bakteri mudah masuk
→imun tak ada
Hipoksia ATP ↓→kelemahan

Ketidak efektivan pola Resiko keseimbangan Absorbsi air ↓ Absorsi


Sesak nafas Intoleransi
makan elektrolit
aktivitas nutrisi ↓Peristaltic

Sumber: (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 16)


5. Klasifikasi
Klasifikasi virus HIV didasarkan pada keterkaitan dengan poligenetik rangkaian
nukleotida. Akhir-akhir ini klasifikasi di dasarkan pada kelompok, tipe,sub-tipe,sup-
sup tipe, dan bentuk rekombinan. Hingga kini di kenal 2 tipe HIV yaitu HIV-1 dan
HIV-2.
HIV-1 selanjutnya dibagi menjadi :kelompok major (M); kelompok outlier (O);
dan kelompok non-M dan non-O (N). Kebanyakan infeksi HIV terjadi pada kelompok
M HIV-1. Melalui analisi sekuens genetik kelompok N HIV-1 di bagi lagi menjadi 9
sub- tipe atau farian dari kelompok M HIV-1 sub-tipe A ,B,C,D,F,G,H,J dan K. Sub-
tipe A dan F selanjutnya di klasifiksi dalam sub-sub tipe A1,A2,A3,F1, dan F2.sub tipe
ini penting guna mengetahui distribusi di dunia serta untuk menilai sifat dan perilaku
virus. Sehingga dapat di ketahui potensi menimbulkan resistensi obat dan kemampuan
deteksi reagen tes antibodi HIV.
HIV-2 mempunyai 2 sub tipe utama yaitu A dan B bila virus dari kedua
kelompok atau lebih HIV -1 menginfeksi seseorang serta merubah material genetik,
maka keadaan ini disebut virus recombinan. Jika transmisi virus recombinan di
dokumentasi sebagai rangkaian genum virus seutuhnya pada tiga atau lebih individu
maka hal ini di kenal sebagai circulating recombinant form (CRF).hingga kini di kenal
sebagai CRF01 dan CRF34. Variasi rangkaian nukleutida mempuyai berbagai
implikasi biologis dan transmisi virus, ketahanan hidup pasien, dan juga dapat
membantu menjelaskan distribusi geografi, serta epidemiologi infeksi HIV. Tinjauan
diagnostik variasi rangkaian nukleotida sangat berpengaruh nyata terhadap implikasi
reaktifitas dan reaktifitas silang pada tes diagnostik guna mendeteksi protein maupun
peptida spesifik virus.(Setiati, 2014, p. 899)
6. Komplikasi

a. Oral komplikasi

Karena kandidia,herpes simplek, carkoma karposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis


human immuno deficiency virus (HIV). leukoplakia oral, nutrisi,dehidrasi,penurunan berat
badan, keletihan dan cacat.kondidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim
dalam rongga mulut.jika tidak di obati, kandidiasis oral akan berlanjut mengenai esofagus
dan lambung.tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan
terasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal).
b. Gastrointestinal
Wasting syndrom ( dimana penderita mengalami penurunan berat badan ) dan kini
wasting syndrome diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui untuk penyakit
AIDS. kriteria diagnostiknya sampai mencakup penurunan BB>10% dari BB awal, diare
yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam yang sering
kambuh atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.
a) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,limpoma, dan
sarcoma kaposi.dengan efek penurunan BB anoreksia, demam, malabsorbsi dan
dehidrasi.
b) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi obat illegal, alkoholik
dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, kriterik, demam artitris.
c) Penyakit anorektal mudah terjadi karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit, sakit, nyeri rektal,
gatal-gatal dan diare.
d) Resprasi Pneumocystic carinii gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-
batuk, dan nyeri dada, keletihan dan demam akan menyertai berbagai infeksi oportunis
seperti yang di sebabkan oleh mycobacterium intracellulare (MAI) cytomegalovirus
e) Dermatologik Virus herpes lesi kulit stefilokokus simpleks dan zoster
dermatitus karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies atau tuma, dan dekobitus
dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
Penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang di
sertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitik
atopik seperti ekzema dan psoriasi.

f) Sensorik Pandangan: Sarkoma kaposi (penyakit) pada konjungtiva atau kelopak mata
Retinitis Citomegalovirus berefek kebutaan. Pendengaran: Otitis media dan Otitis eksternal
akut, kehilangan pendengaran ini dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati
meningtis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat. (Jauhar & Bararah, 2013, p. 301)
DAFTAR PUSTAKA

Jauhar, M., & Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi


Pustaka. Katiandagho, D. (2015). Epidemiologi HIV AIDS. Bogor: In Media.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis &Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.

PPNI, T. P. (2016). standart diagnosis keperawatan indonesia. jakarta:


dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.

PPNI, T. P. (2018). standart intervensi keperawatan indonesia. jakarta:


dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.

Anda mungkin juga menyukai