Anda di halaman 1dari 6

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

Dosen Pengampu: dr. Wahyudi Widada S.Kep., M.Ked

OLEH:
KELOMPOK 4

Fatiha Zaimatus S 1711011052


Ratna Dwie Wuandarie 1711011058
Tafrihatal Wildaniyah 1711011064
Nevi Lia Elvi Andhy 1711011070
Rizal Fajri Maulana 1711011072
Nur Hadi Dwi Pamungkas 1711011079
Rahmah Naufal Bafadhal 1711011080
Ilyas Raif Muyassar 1711011081
Putri Surya Dewi 1711011085

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
JEMBER, 2021
HIV/ AIDS
A. Pengertian HIV/ AIDS
HIV adalah penyakit menular pembunuh nomor satu di dunia. Menurut data dari
World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan bahwa 940.000 orang
meninggal karena HIV. Ada sekitar 36,9 juta orang yang hidup dengan HIV pada akhir
tahun 2017 dengan 1,8 juta orang menjadi terinfeksi baru pada tahun 2017 secara global.
Lebih dari 30% dari semua infeksi HIV baru secara global diperkirakan terjadi di
kalangan remaja usia 15 hingga 25 tahun. Diikuti dengan anak-anak yang terinfeksi saat
lahir tumbuh menjadi remaja yang harus berurusan dengan status HIV
positif mereka. Menggabungkan keduanya, ada 5 juta remaja yang hidup dengan HIV
(WHO, 2017). Pada tahun 2017, angka kejadian Infeksi HIV dan AIDS baru pada remaja
di ASIA dan Pasifik menunjukkan bahwa terdapat 250.000 remaja yang menderita HIV
dan AIDS. Infeksi HIV baru telah mengalami penurunan sebesar 14% sejak tahun 2010.
Ada penurunan 39% orang meninggal karena HIV & AIDS (UNAIDS, 2017).

B. Klasifikasi Stadium HIV/ AIDS


Menurut WHO Stadium klinis HIV/AIDS untuk remaja dan dewasa dengan infeksi
HIV dibagi menjadi 4 stadium, yaitu:
1. Stadium 1 (asimtomatis)
a. Asimtomatis
b. Limfadenopati generalisata
2. Stadium 2 (ringan)
a. Penurunan berat badan < 10%
b. Manifestasi mukokutaneus minor: dermatitis seboroik, prurigo, onikomikosis,
ulkus oral rekurens, keilitis angularis, erupsi popular pruritik
c. Infeksi herpers zoster dalam 5 tahun terakhir
d. Infeksi saluran napas atas berulang: sinusitis, tonsillitis, faringitis, otitis media
3. Stadium 3 (lanjut)
a. Penurunan berat badan >10% tanpa sebab jelas
b. Diare tanpa sebab jelas > 1 bulan
c. Demam berkepanjangan (suhu >36,7°C, intermiten/konstan) > 1 bulan
d. Kandidiasis oral persisten
e. Oral hairy leukoplakia
f. Tuberculosis paru
g. Infeksi bakteri berat: pneumonia, piomiositis, empiema, infeksi tulang/sendi,
meningitis, bakteremia
h. Stomatitis/gingivitis/periodonitis ulseratif nekrotik akut
i. Anemia (Hb < 8 g/dL) tanpa sebab jelas, neutropenia (< 0,5×109 /L) tanpa
sebab jelas, atau trombositopenia kronis (< 50×109 /L) tanpa sebab yang jelas
4. Stadium 4 (berat)
a. HIV wasting syndrome
b. Pneumonia akibat pneumocystis carinii
c. Toksoplasmosis serebral
d. Pneumonia bakterial berat rekuren
e. Kriptosporodiosis dengan diare > 1 bulan
f. Sitomegalovirus pada orang selain hati, limpa atau kelenjar getah bening
g. Infeksi herpes simpleks mukokutan (> 1 bulan) atau visceral
h. Leukoensefalopati multifocal progresif
i. Mikosis endemic diseminata
j. Kandidiasis esofagus, trakea, atau bronkus
k. Mikobakteriosis atripik, diseminata atau paru
l. Septicemia Salmonella non-tifoid yang bersifat rekuren
m. Tuberculosis ekstrapulmonal
n. Limfoma atau tumor padat terkait HIV: Sarkoma Kaposi, ensefalopati HIV,
kriptokokosis ekstrapulmoner termasuk meningitis, isosporiasis kronik,
karsinoma serviks invasive, leismaniasis atipik diseminata
o. Nefropati terkait HIV simtomatis atau kardiomiopati terkait HIV simtomatis
(Kapita Selekta, 2014).

C. Patofisiologi HIV/ AIDS


HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV, seperti
darah, ASI, semen dan secret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui port
d’entrée yang terdapat pada tubuh, umumnya kemungkinan ini meningkat melalui
perilaku berisiko yang dilakukan. HIV adalah retrovirus yang menggunakan RNA
sebagai genom. Untuk masuk ke dalam sel, virus ini berkaitan dengan receptor (CD4)
yang ada di permukaan sel. Karena biasanya yang di serang adalah sel T (lymphosit) (sel
yang berperan dalam sistem imun tubuh). Maka sel yang diinfeksi oleh HIV adalah sel T
yang mengekspresikan CD4 di permukaannya. Setelah berikatan dengan receptor, virus
berfungsi dengan receptor , virus berfungsi dengan sel (fusion) dan kemudian
melepaskan genomnya ke dalam sel. Di dalam sel, RNA mengalami proses reserve
transcription, yaitu proses perubahan RNA menjadi DNA. Proses ini dilakukan oleh
enzim reserve tranciptrase. Proses sampai step ini hampir sama dengan beberapa virus
RNA lainnya. Yang menjadi ciri khas dari retrovirus ini adalah DNA yang terbentuk
kemudian bergabung dengan DNA genom dari sel yang diinfeksinya (integrasi). Proses
ini dilakukan oleh enzin integrase yang dimiliki oleh virus itu sendiri. DNA virus yang
terinttegrasi ke dalam genom sel dinamakan provirus.
Dalam kondisi provirus genom virus akan stabil dan mengalami proses replikasi
sebagaimana DNA sel itu sendiri titik akibatnya, setiap DNA sel menjalankan proses
aplikasi secara otomatis genom virus akan ikut bereplikasi dalam kondisi ini virus bisa
memproteksi diri dari serangan sistem imun tubuh dan sekaligus memungkinkan manusia
terinfeksi Virus seumur hidup ( a life long  infaction). Faktor yang mempengaruhi tingkat
replikasi HIV tersebut dengan demikian juga perjalanan kekebalan tubuh penjamu,
Adalah heterogenitas kapasitas replikasi virus dan  heterogenitas instrinsik penjamu.
Antibodi muncul di sirkulasi dalam beberapa Minggu setelah infeksi, namun secara
umum dapat dideteksi pertama kali setelah replikasi virus telah menurun sampai ke level
“steady state”. Walaupun antibodi ini umumnya memiliki aktivitas netralisasi yang kuat
melawan infeksi virus, Namun ternyata tidak mematikan virus. Dalam tubuh ada, partikel
virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga 1 kali seseorang terinfeksi HIV,
seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. dari semua orang yang terinfeksi HIV sebagian
berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi pasien
AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang terinfeksi HIV
menunjukkan gejala Aids, dan kemudian meninggal.  perjalanan Penyakit tersebut
menunjukkan gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan kerusakan sistem kekebalan
tubuh yang juga bertahap.
D. Pathways HIV/ AIDS

E. Patofisiologi HIV/ AIDS Menjelang Ajal


Di era ini, pasien yang benar-benar meninggal akibat AIDS meliputi salah satu dari 3
kategori:
1. Terlambat terdiagnosis dan tidak pernah menerima ART atau menggunakan ART
hanya dalam jangka waktu pendek namun terus mengalami perburukan akibat
keparahan penyakit saat datang berobat
2. Terdiagnosis saat penyakit masih stadium awal, namun akibat berbagai faktor medis
dan psikososial tidak pernah menggunakan ART secara konsisten dan telah
berkembang menjadi ireversibel dan menjadi stadium akhir
3. Seseorang dengan HIV bertahun-tahun dengan 75 berbagai kegagalan regimen
terapi, yang sekarang memiliki virus resisten terhadap semua regimen obat yang ada
saat ini.
Seorang pasien HIV datang dengan manifestasi AIDS stadium akhir akan dirujuk ke
rumah perawatan tanpa dicoba pemberian ART. Hal ini dapat terjadi apabila pasien baru
terdiagnosis HIV dan langsung ditemukan dengan AIDS stadium akhir. Hal ini juga
mungkin dapat terjadi pada pasien yang telah memiliki kesulitan persisten dengan retensi
pada pelayanan HIV primer, ketidakpatuhan terhadap terapi ART, dan/atau dengan
penyakit psikiatri atau penyalahgunaan zat. Rujukan ke rumah perawatan mungkin sesuai
berdasarkan keparahan penyakit pasien, penting untuk pasien pasien-pasien tersebut
dievaluasi oleh seorang dokter spesialis HIV. Beberapa klinisi pada fasilitas perawatan
paliatif telah menyaksikan apa yang disebut ‘sindrom Lazarus’, dimana pasien AIDS
yang hampir meninggal diberikan ART adekuat untuk pertama kalinya, dapat segera
kembali ke kondisi fungsionalnya secara dramatis
Perencanaan pelayanan lebih lanjut sangat penting dalam penanganan pasien HIV.
Seperti halnya penyakit kronik lain, tujuan pengobatan sebaiknya sesuai perjalanan
penyakit dan tidak hanya pada waktu eksaserbasi atau krisis. Sebuah survei potong
lintang di Amerika Serikat menemukan pasien AIDS lebih jarang memiliki waktu
berdiskusi dengan dokter mereka dibandingkan dengan populasi penyakit kronik lainnya.
Percakapan akhir hidup sebaiknya lebih sering dilakukan dan tujuan mungkin dapat
berubah selama proses berjalannya penyakit akibat progresifitas ke arah AIDS stadium
lanjut yang tidak linier. Terdapat beberapa bukti yang mendukung pendapat bahwa
dokter pada terapi HIV mungkin tidak 76 nyaman menyampaikan masalah ini dengan
pasien HIV stadium akhir dan membuatkan batasan yang tidak perlu bagi diri mereka
sendiri terhadap percakapan efektif mengenai tujuan pengobatan.
Pembuatan prognosis juga sangat signifikan dipengaruhi oleh ART di era saat ini. Sejak
dimulainya pemberian HAART, prognosis bagi mereka yang hidup dengan HIV tidak
hanya sekedar mengenai jumlah virus, jumlah sel CD4+, dan riwayat infeksi oportunistik
spesifik. Sebuah penelitian mortalitas pada pasien di sebuah program paliatif HIV di
pusat kesehatan Amerika Serikat menemukan pasien AIDS stadium akhir, usia dan
penanda status fungsional lebih memberikan prediksi dibandingkan dengan jumlah
CD4+ dan jumlah virus. Penelitian ini juga menemukan setengah dari jumlah kematian
disebabkan oleh penyebab spesifik non-AIDS seperti kanker dan gagal organ. Terdapat
kebutuhan segera untuk melakukan penelitian berhubungan dengan prognosis, untuk
menginformasikan lebih lanjut kepada dokter mengenai kapan waktu yang tepat merujuk
ke rumah perawatan dan bagaimana memprediksi serta mengantisipasi kapan akhir hidup
pasien AIDS.

Anda mungkin juga menyukai