DI SUSUN OLEH :
NAMA :CHRISTINA TANGE WINI
NIM :PO5303203200710
TINGKAT :2B
PENDAHULUAN
Data kasus HIV/AIDS di Provinsi NTT yang dihimpun Dinas Kesehatan Provinsi
NTT dari tahun 1997 sampai Maret 2021 terdapat sebanyak 7662 kasus yang tersebar di
22 kabupaten/kota dengan 1443 orang penderita meninggal dunia. Kota Kupang masih
menjadi penyumbang terbanyak dengan 3903 kasus. Hal ini belum sesungguhnya benar
karena sistem pendataan masih belum baik di kabupaten yang disinyalir jumlah penderita
AIDS juga signifikan (fenomena gunung es). Khususnya di kabupaten dengan jumlah
kunjungan wisatawan yang banyak seperti Kabupaten Manggarai Barat dan kabupaten
penyedia pekerja migran (baik ke luar daerah dan luar negeri) seperti Kabupaten Flores
Timur dan Belu.
1.2 TUJUAN
1.3 MANFAAT
Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis dalam memberikan
dan menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan HIV AIDS dan sebagai salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman
bagi penulis dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan HIV
AIDS dan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFINISI
2.2 PENYEBAB
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui enam cara
penularan, yaitu :
a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seKsual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV
b. Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero). Penularan
juga terjadi selama proses persalinan melalui tranfusi fetomaternal atau kontak antara
kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.
Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
c. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain
yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinveksi HIV, dan
langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi HIV dan langsung
digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi HIV bisa menular HIV
d. Alat-alat untuk menoreh kulit
Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang, membuat
tato, memotong rambut, dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut
mungkin dipakai tanpa disterilkan terlebih dahulu.
e. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan
oleh para pengguna narkoba (Injecting Drug User-IDU) sangat berpotensi
menularkan HIV. Selain jarun suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama
juga menggunakan tempat penyampur, pengaduk, dan gelas pengoplos obat,
sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV.
HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan, hidup
serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk, dan hubungan sosial yang lain.
2.3 PATHOPISIOLOGI
Menurut Robbins, Dkk (2011) Perjalanan infeksi HIV paling baik dipahami dengan
menggunakan kaidah saling memengaruhi antara HIV dan sistem imun. Ada tiga tahap
yang dikenali yang mencerminkan dinamika interaksi antara virus dan penjamu. (1) fase
akut pada tahap awal; (2) fase kronis pada tahap menengah; dan (3) fase krisis, pada tahap
akhir.
a.fase akut
menggambarkan respon awal seseorang dewasa yang imunokompeten terhadap infeksi
HIV. Secara klinis, hal yang secara khas merupakan penyakit yang sembuh sendiri yang
terjadi pada 50% hingga 70% dari orang deawasa selama 3-6 minggu setelah infeksi;
fase ini ditandai dengan gejala nonspesifik yaitu nyeri tenggorokan, mialgia, demam,
ruam, dan kadang-kadang meningitis aseptik.
b. Fase kronis,
pada tahap menengah, menunjukkan tahap penahanan relatif virus. Pada fase ini,
sebagian besar sistem imun masih utuh, tetapi replikasi virus berlanjut hingga beberapa
tahun. Pada pasien tidak menunjukkan gejala ataupun menderita limfadenopati
persisten, dan banyak penderita yang mengalami infeksi oportunistik “ringan” seperti
ariawan (Candida) atau harpes zoster selama fase ini replikasi virus dalam jaringan
limfoid terus berlanjut.
c.Tahap terakhir, fase krisis,
ditandai dengan kehancuran ppertahanan penjamu yang sangat merugikan peningkatan
viremia yang nyata, serta penyakit klinis. Para pasien khasnya akan mengalami demam
lebih dari 1 bulan, mudah lelah, penurunan berat badan, dan diare. Jumlah sel CD4+
menurun dibawah 500 sel/μL. Setelah adanya interval yang berubah-ubah, para pasien
mengalami infeksi oportunistik yang serius, neoplasma sekunder, dan atau manifestasi
neurologis (disebut dengan kondisi yang menentukan AIDS), dan pasien yang
bersangkutan dikatakan telah menderita AIDS yang sesungguhnya.
2.4 PATHWAY
Terjadi perubahan struktural sel diatas akibat transkripsi RNA virus + DNA sel sehingga terjadi terbentuknya provirus
Menurunnya sistem kekbalan tubuh
Infeksi oportunistik
Perubahan status
Ruam,Difus,Bersisik,Fo Demam,batuk,no
Peningkatan mental,kejang,kaku
likulitis,kulit n produktif,nafas
peristolitik kuduk,kelemahan,m
kering,mengelupas pendek
ual,kehilangan nafsu
eksema
makan,vomitus,dem
ara,panas pusing
Diare
MK:
Psoriosis Terapi trime to prim
sulfime 1.Hipetermi
Menurut Burnner dan Suddarth (2013) Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar
luas dan pada dasarnya dapat mengenai setiap sistem organ. Penyakit yang berkaitan
dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi akibatinfeksi, malignasi dan atau efek
langsung HIV pada jaringan tubuh,pembahasan berikutini dibatasi pada manifestasi
klinis dan akibat infeksi HIVberat yang paling sering ditemukan.
a. Respiratori
Pneumonia Pneumocytis carini. Gejala nafas yang pendek, sesak nafas(dispnea),
batuk-batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai berbagai infeksi oportunistik
seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium avium intracellulare (MAI),
sitomegalovirus (CMV) dan Legionella. Walaupun begitu, infeksi yang paling
sering ditemukan pada penderita AIDS adalah Pneumonia Pneumocytis Carinii
(PCP) yang merupakan penyakit oportunistik pertama yang dideskripsikan berkaitan
dengan AIDS..
b. Gastrointerstinal
Manifestasi gastrointerstinal penyakit AIDS mencangkup hilagnya selera
makan, mual, vomitus, kondisiasis oral, serta esofagus, dan diare kronis.
c. Kanker
Sarkoma Kaposi yaitu kelainan malignasi yang berkaitan dengan HIV yang
paling sering ditemukan merupakan penyakit yang melibatkan lapisan endotel
pembuluh darah dan limfe.Kaposi yang berhubungan dengan AIDS memperlihatkan
penyakit yang lebih agresif dan beragam yang berkisar mulai dari lesi kutaneus
setempat hingga kelainan yang menyebar dan mengenai lebih dari satu sistem
organ. Lesi Kutaneus yang dapat timbul pada setiap bagian tubuh biasanya bewarna
merah mudah kecoklatan hingga ungu gelap. Lesi dapat datar atau menonjol dan
dikelilingi oleh ekimosis (bercak-bercak perdarahan) serta edema.
d. Neurologik
Ensefalopati HIV disebut juga sebagai kompleks demensia AIDS. Hiv
ditemukan dengan jumlah yang besar dalam otak maupun cairan serebrospinal
pasien-pasien ADC (AIDS dementia complex). Sel-sel otak yang terinfeksi HIV
didominasi olehsel-sel CD4 + yang berasal dari monosit/magrofag. Infeksi HIV
diyakini akan memicu toksin atau limfokin yang mengakibatkan disfungsi seluler
atau yang mengganggu atau yang mengganggu fungsi neurotransmiter ketimbang
menyebabkan kerusakan seluler.
e. Struktur integrumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunistik serta malignansi
yang mendampinginya, Infeksi oportunistik seperti harpes zoster dan harpes
simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri yang merusak
integritas kulit. Moloskum kontagiosum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh
pembentukan plak yang disertai deformitas.Dermatitis seboreika akan disertai ruam
yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah
2.6 PENATALAKSANAAN
Menurut Burnnner dan Suddarth (2013) Upaya penanganan medis meliputi beberapa
cara pendekatan yang mencangkup penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV
serta malignansi, penghentian replikasi virus HIV lewar preparat antivirus, dan
penguatan serta pemulihan sistem imun melalui pengguanaan preparat
immunomodulator. Perawatan suportif merupakan tindakan yang penting karena efek
infeksi HIV dan penyakit AIDS yang sangat menurunkan keadaan umum pasien; efek
tersebut mencangkup malnutrisi, kerusakan kulit, kelemahan dan imobilisasi dan
perubahan status mental. Penatalaksanaan HIV AIDS sebegai berikut :
d.pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Wajah
Simetris kiri dan kanan, tampak pucat, tidak ada lesi dan tidak ada udema.
c. Kepala
Kepala simetris, tidak ada pembengkakan pada kepala dan tidak ada lesi.
d. Rambut
Rambut bewarna pirang, distribusi rambut tidak merata, rambut mudah
rontok, berketombe.
e. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, terdapat kantung mata, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikhterik,reflek cahaya positik kiri dan kanan, reflek pupil
isokor, ukuran pupil 2mm/2mm
f. Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat
pembengkakan, tidak terdapat nyeri tekan.
g. Mulut
Bibir tampak kering dan pecah-pecah, terdapat condidiasis oral, terdapat
sariawan, terdapat gigi yang berlubang
h. Telinga
simetris, tidak terdapat pembengkakan di area telinga, terdapat serumen di
kedua telinga.
i. Leher
Leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, dan tidak
terdap bendungan vena jugularis.
j. Paru-Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak terdapat retraks
dinding dada
Palpasi : Premitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi :Bronko vasikuler
k. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi :Ikhtus kordis teraba
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : reguler
l. Abdomen
Inspeksi : terdapat distensi abdomen, tidak terdapat udema dan juga lesi
Ausklutasi : bising usus 20 x/m
Palpasi : hepar teraba dan terdapat nyeri tekan
Perkusi : saat dilakukan perkusi hepar didapatkan suara pekak
m. Kulit
Kulit terlihat kering, tidak terdapat tanda-tanda lesi (sarkoma kaposi)
terdapat sarkoma kaposi, turgor kulit jelek.
n. Genitalia
Pasien mengatakan tidak ada keluhan di area kemaluan.
o. Ekstremitas
Atas : Pasien terpasang IVFD Wida KN-2 8 tetes/menit di
tangan sebelah kanan, akral teraba dingin, tidak ada udema, CRT > 3
detik, tonus otot melemah
Bawah : tidak terdapat udema, akral teraba dingin, CRT > 3 detik,
4.1 Kesimpulan
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut
sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu
berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan),
pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai
kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu.
Dalam penyususnan kasus harus dipertimbangkan dengan kesenjangan teori.
4.2. Saran
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas
wawasan mengenai klien dengan HIV AIDS karena dengan adanya pengetahuan dan
wawasan yang luas mahasiswa akan mampu mengembangkan kemampuan dan
potensial diri dalam dunia keperawatan,dan kesehatan, dan dapat memberikan
pendidikan kesehatan mengenai HIV AIDS pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Bararah dan Jauhar.M, 2103. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional Jilid 2. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Bulechek,Gloria M, Dkk (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). United
kingdom: ELSEVIER
Kunoli, F.J.,(2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: TIM
Moorhead,Sue, Dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). United
Kingdom: ELSEVIER
NANDA International. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta.
EGC
Nurasalam. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV AIDS, Jakarta :
Salemba Medika
Nursalam dan Kurniawati,Ninuk Dian. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika
Dr. Nugroho, Taufan & Scorviani, Vera. 2017. Kamus pintar kesehatan. Yokyakarta :
Nuha Medika
Tim Dapur Naskah. 2011. Penyakitan AIDS. Bandung : CV. Amalia book.
Dr. H. R. Hasdianah. 2018. Virologi Mengenal Virus Penyakit Dan Pencegahan.
Yogyakarta :Nuha Medika.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemban Medika.