Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

HIV DAN AIDS

DI SUSUN OLEH :

NAMA:CHRISTINA TANGE WINI


NIM:PO5303203200710
TINGKAT:2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya atas rahmat dan karunia-Nya,saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan apa yang saya harapkan.

Makalah “Asuhan Keperawatan HIV” merupakan bahasan yang akan


saya uraikan selanjutnya. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
keperawatan medical bedah 1 , yang menjadi pembelajaran bagi saya agar
bertambahnya wawasan saya mengenai kesehatan, terutama pada kesehatan
manusia.

Semoga apa yang saya persembahkan dapat menjadi motivasi dalam


meningkatkan prestasi belajar para mahasiswa khususnya, dan masyarakat pada
umumnya.Saya mohon maaf bila ada kesalahan, olah karena itu saran yang baik
sangat saya harapkan bagi para mahasiswa guna meningkatkan kualitas makalah
selanjutnya.
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………..
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………...
B. TUJUAN……………………………………………………………………
C. MANFAAT…………………………………………………………………
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS…………………………………………………….
A. DEFINISI…………………………………………………………………
B. ETIOLOGI………………………………………………………………..
C. TANDA DAN GEJALA………………………………………………….
D. PATHOFISIOLOGI………………………………………………………
E. PATHWAY………………………………………………………………
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………………………
G. PENATALAKSANAAN MEDIS………………………………………..
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………..
A. PENGKAJIAN……………………………………………………………
B. DIAGNOSA……………………………………………………………
C. INTERVENSI……………………………………………………………..
D. IMPLEMENTASI…………………………………………………………
E. EVALUASI……………………………………………………………….
BAB 4 PENUTUP………………………………………………………………….
A. KESIMPULAN…………………………………………………………….
B. SARAN……………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi
rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan
yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu
ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral),
transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,
bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa
sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik
paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus
bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan
2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta
(570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup
dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan
3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar
sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31
Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 9 Februari
2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus
yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan
5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan
ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar
antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga,
setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pemuatan makalah ini adalah untukmengetahui dan melatih
kemampuan kelompok mengenai asuhan keparawatan HIV.
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang defenisi HIV
b. Untuk mengetahui tentang etiologi HIV
c. Untuk mengetahui tentang klasifikasi HIV
d. Untuk mengetahui tentang patofisiologi HIV
e. Untuk mengetahui tentang WOC HIV
f. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis HIV
g. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang HIV
h. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan HIV
i. Untuk mengetahui tentang komplikasi HIV
j. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan HIV

C. MANFAAT

Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis dalam


memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan HIV AIDS dan sebagai
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Memberikan pengetahuan dan memperkaya
pengalaman bagi penulis dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada
klien dengan HIV AIDS dan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1.1. Definisi

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan


infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:
a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan
memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999).
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir
dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus yang
secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN
hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu
enzim transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan)
menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan
ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami
replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.

2.2 Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat
berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing,
jamur protozoa, dan basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada orang
yang sistem kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga
mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-
deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan
di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis yang hampir sama. Hanya
infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa sejak mulai infeksi (masuknya virus
ke tubuh) sampai timbulnya penyakit lebih pendek.

Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :


a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%

2.3 TANDA DANGELAJA

Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga
beberapa minggu, yang meliputi:
 Demam hingga menggigil.
 Muncul ruam di kulit (infeksi kulit).
 Muntah.
 Nyeri pada sendi dan otot.
 Pembengkakan kelenjar getah bening.
 Sakit kepala.
 Sakit perut.
 Sakit tenggorokan dan sariawan di lidah maupun dalam rongga mulut.

Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap
laten dapat berlangsung hingga beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus
HIV semakin berkembang dan merusak kekebalan tubuh.
Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak
merasakan gejala apapun selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian penderita
lainnya mengalami sejumlah gejala, seperti:
 Berat badan turun.
 Berkeringat di malam hari.
 Demam.
 Diare.
 Mual dan muntah.
 Herpes zoster.
 Pembengkakan kelenjar getah bening.
 Sakit kepala.
 Tubuh terasa lemah.

Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV
semakin berkembang. Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga,
yaitu AIDS. Ketika penderita memasuki tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah
rusak parah, sehingga membuat penderita lebih mudah terserang infeksi lain.
Gejala AIDS meliputi:
 Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya.
 Berkeringat di malam hari.
 Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus.
 Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang. Keluhan ini kemungkinan
menandakan adanya sarkoma Kaposi.
 Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
 Diare kronis.
 Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi atau hilang ingatan.
 Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina.
 Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.
 Mudah marah dan depresi.
 Ruam atau bintik di kulit.
 Sesak napas.
 Tubuh selalu terasa lemah.

2.4 PATOFSIOLOGI

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom
HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa
demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar
dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun.
Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan
kemudian, tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan
ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun secara
laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.
Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa tanpa gejala.
Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di kelenjar limfe. Masa ini
berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase
full blown AIDS. Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang
bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun,
maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer
penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai
sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang
didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah,
atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensi
2.5 PATWAY
Menyerang T limfosit,
virus Merusak sel saraf, magrofag, Immunocomo romis
monosit

Flora normal
HIV-positif Inovasi kuman patogen

Reaksi
Organ target

Manifestasi
Gastrointesti Respiratori
oral Manifestasi Dermatola senori
nal
saraf

Lesi Kompleks eksepalopati Diare Penyakit Infeksi Gatal, Gangguan


mulut
demensia anorektal sepsis, nyeri penglihatan
n Hepatitis dan
pendengaran
Nutrisi Gang Disfungsi
inadekuat guan biliary Tidak efektif
rasa Gangguan
pol napas
Cairan nyam body
berkurang an : imageapas Gangguan
Tidak efektif
nyeri Cairan sensori
bersihan
berkurang jalan napas
Gangguan
mobilisasi hipertermi
Nutrisi
inadekuat Gangguan
Aktivitas pola BAB
intoleransi
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut dalam tubuh penderita :

1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV :


a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin
b. Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah :
1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan
AIDS.
2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.
4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan
pemeriksaan Rontgen.

2.7 PENATALAKSANAAN
a. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu
(Endah Istiqomah : 2009) :
1 Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman
untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2 Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
1) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
2) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
b Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :
1) Memberikan dukungan mental-psikologis
2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko
tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehing
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang
dengan penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan masalah
masalah pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang terdekat.
BAB III
Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian
a. Data Demografi
Nama klien  : ny.x
Umur       : 19 tahun
Diagnosa Medik : gejala hiv aids
Tanggal Masuk     :23 desember 2021
Alamat              :wenibawu

b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan
diare
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek, mudah lelah,
letih, lesu, flu, pusing, dan diare
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di alaminya saat ini.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit yang sedang di derita pasien.
5) Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011 ditemukan benjolan
pada leher.
c. Pemeriksaan fisik
1)Aktivitas/istirahat
a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,
progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap
aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan.
2)Sirkulasi
a) Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama pada cedera.
b)Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer,
pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.
3)Integritas ego
a. Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga,
pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat
badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak
berguna, rasa bersalah, dan depresi.
b. Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku marah,
menangis, kontak mata yang kurang.
4)Eliminasi
a. Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai
kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
b. Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang
sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam
jumlah, warna, sdan karakteristik urine.
3)Makanan/cairan
a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat badan
yang progresif.
b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus
hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih dan
perubahan warna, edema.
4)Hygiene
a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam
banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
5)Neurosensori
a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan
ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah, tidak mampu
mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot, tremor, dan perubahan
ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki menunjukkan
perubahan paling awal).
b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental sampai
demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi
psikomotor/respon lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas,
harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan
otot, dan gaya berjalan ataksia. remor pada motorik kasar/halus, menurunnya
motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
6)Nyeri/kenyamanan
b. Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri
dada pleuritis.
c. Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot
melindungi yang sakit.
1)Pernapasan
1. Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai
dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau
sesak pada dada.
2. Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas
adventius. Sputum :kuning
2)Keamanan
a. Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat penyembuhannya.
Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering atau berulang. Riwayat
penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut. Demam berulang: suhu
rendah, peningkatan suhu intermitetn/memuncak; berkeringat malam.
b. Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema, eksantem,
psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola warna mla,; mudah
terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Rectum, luka-luka
perianal/abses,.timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area
tubuh/lebih (leher, ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot,
perubahan pada gaya berjalan.
3)Seksualitas
a) Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual
deang pasangan yang positif HIV, pasangan seksual mltipel, aktivitas seksual
yang tidak terlindung, dan seks anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk
melakukan hubungan seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten.
Menggunakan pil pencegah kehamilan.
b) Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia : manifestasi
kulit(mis. Kutil, herpes)
4)Interaksi social
a) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya
pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian,
teman dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS.
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat
rencana.
b) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak
terorganisasi.

5)Penyuluhan/pembelajaran
a) Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan perilaku beresiko
tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV). Penggunaan/ penyalahgunaan
obat-obatan IV, sast ini merokok, penyalahgunaan alcohol.
b) Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan keuangan, obat-
obatan/tindakan, perawatan kulit/luka, peralatan/bahan, transpotasi, belanja
makanan dan persiapan ; perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.

3.2 Dianosa Keperawatan

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
b. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang
orang dicintai.
3.3 INTERVENSI

Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan criteria
Keperawatan Intervensi Rasional
hasil

1 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1. Monitor kemampuan 1. Intake menurun dihubungkan dengan nyeri
kurang dari kebutuhan Tindakan keperawatan mengunyah dan tenggorokan dan mulut
tubuh berhubungan 1x24 jam diharapkan menelan. 2. Mengurangi muntah
dengan intake yang klien protein dalam 2. Monitor BB, intake 3. Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan
kurang, meningkatnya batas normal dengan dan ouput keinginan pasien
kebutuhan metabolic, 3. Rencanakan diet
dan menurunnya KH:mual dan muntah dengan pasien dan
absorbsi zat gizi. dikontrol, pasien orang penting lainnya.
makan TKTP, serum
albumin dan protein
dalam batas n ormal,
BB mendekati seperti
sebelum sakit.

2 Tidak efektif koping Setalah melakukan 1. Kaji koping keluarga 1. Memulai suatu hubungan dalam bekerja
keluarga berhubungan Tindakan keperawatan terhadap sakit pasein dan secara konstruktif dengan keluarga.
dengan cemas tentang 1x24 jam diharapkan perawatannya 2. Mereka tak menyadari bahwa mereka
keadaan yang orang Keluarga atau orang 2. Biarkan keluarga berbicara secara bebas
dicintai. penting lain mengungkapkana 3. Menghilangkan kecemasan tentang
mempertahankan perasaan secara verbal transmisi melalui kontak sederhana.
suport sistem dan 3. Ajarkan kepada
adaptasi terhadap keluaraga tentang
perubahan akan penyakit dan
kebutuhannya dengan transmisinya.

KH:pasien dan
keluarga berinteraksi
dengan cara yang
konstruktif
3.4 Implementasi

No Tt
No Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Dx d
1 23 1 1) MemonitorKemampuan S : Diharapkan protein dan BB klien
september mengunyah dan menelan. dalam batas normal
2021 2) Memonitor BB, intake dan O:
ouput  Klien tidak muntah lagi
3) Merencanakan diet dengan  Klien tidak susah menelan dan
pasien dan orang penting mengunyah
lainnya.  Klien melaksanakan diet
TTV :
TD : 120/80
N : 80x/menit
S : 37 C
RR : 20x/menit
 berat badan pasien naik dari 50 kg
menjadi 54.5 kg
A : masalah kekurangan protein dalam
tubuh sudah teratasi
P : intervensi dihentikan
2 24 2 1) mengKaji koping keluarga S : diharapkan keluarga dsn klien
september terhadap sakit pasein dan berinteraksi dengan baik
2021 perawatannya O :klien sudah bisa berinteraksi dengan
2) memBiarkan keluarga keluarga
mengungkapkana perasaan A : masalah coping keluarga sudah
secara verbal teratasi.
3) mengAjarkan kepada P : intervensi dihentikan
keluaraga tentang penyakit
dan transmisinya.

3.5.Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Dari tiga diagnosa
prioritas utama yang penulis tegakan sesua dengan apa yang penulis temukan dalam
melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan, kurang lebih sudah mencapai
perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan
keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara
penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom
HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa
demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar
dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun.
Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam penyususnan
kasus harus dipertimbangkan dengan kesenjangan teori.
4.2. Saran

Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan
mengenai klien dengan HIV AIDS karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang
luas mahasiswa akan mampu mengembangkan kemampuan dan potensial diri dalam dunia
keperawatan,dan kesehatan, dan dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai HIV
AIDS pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemban


Medika.

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis


Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa
I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECG

Anda mungkin juga menyukai