KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada
Penderita AIDS dengan sebaik-baiknya.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
ilmu keperawatan dasar III serta sebagai syarat menempuh ujian semester.
Dalam penyusunan makalah ini,penulis telah mengalami berbagai hal baik suka
maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai
dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari
berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus
penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan
dengan judul makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun
penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui
kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina,
cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
(vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara
ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya
dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta
jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu
epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan
antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa
diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari
setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta
orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi
dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari
2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31
Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari
2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus
yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan
5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan
ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar
antara 80.000 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga,
setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
2. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi AIDS.
2. Untuk mengetahui etiologi/penyebab AIDS
3. Untuk mengetahui cara penularan AIDS
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada klien AIDS
5. Untuk mengetahui patofisiologi AIDS
6. Untuk mengetahui pathway AIDS
7.
8.
9.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:
1. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan
memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)
2. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir
dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)
B. ETIOLOGI
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau
virus limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili
lentivirus.
Retrovirus
mengubah
asam
ribonukleatnya
(RNA)
menjadi
asam
deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah
lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus
hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa
protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein
Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan
duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV2, yang pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika barat (warga
senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya kurang
patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Sylvia, 2005)
1.
Cara Penularan
Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :
a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual
b. Melalui darah, yaitu:
Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%
Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03%
Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan 0,0051%
Transmisi dari ibu ke anak :
a. Selama kehamilan
b. Saat persalinan, risiko penularan 50%
c. Melalui air susu ibu(ASI)14%
C. PATOFISIOLOGI
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan
antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV
akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam
sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel
target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama.
Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih
yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang
terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel
serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian
menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut
CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda
yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel
yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong.
Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem
kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya
membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV
menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh
dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3
tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4
sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV,
jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa
menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam
darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan
infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar
yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan
penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar
limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang
beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit
CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka
penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang
menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang
berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang
dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai
infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit
CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh
dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan
sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut periode jendela (window
period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20
bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini
disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang
lengkap
(merupakan
sindrom/kumpulan
gejala).
Perjalanan
penyakit
infeksi
HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang
lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderita
AIDS :
Panas lebih dari 1 bulan,
Batuk-batuk,
Sariawan dan nyeri menelan,
Badan menjadi kurus sekali,
Diare ,
Sesak napas,
Pembesaran kelenjar getah bening,
Kesadaran menurun,
Penurunan ketajaman penglihatan,
Bercak ungu kehitaman di kulit.
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat
merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala
panas dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa
gejala bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku
yang mudah tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV.
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2 minggu pasien akan
merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien
akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare,
neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi
1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi
opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia
interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis,
kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
1.Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam
berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang
kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom retroviral
akut, demensia HIV), infeksi ofortunistik, atau kanker yang terkait AIDS. Perjalanan
penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD 4.
( Arif Mansjoer, 2000 )
1. Infeksi retroviral akut
Frekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis menunjukkan
demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti
morbili, ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Sebagian pasien
mengalami gangguan neorologi seperti mrningitis asepik, sindrom Gillain Barre, atau
psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan.
2. Masa asimtomatik
Pada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi limfadenopati
umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela (window
period).
3. Masa gejala dini
Pada masa ini julah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul adalah akibat
infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster, leukoplakia,
ITP, dan tuberkolosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related Complex(ARC)
4. Masa gejala lanjut
Pada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini menyebabkan risiko
tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau keganasan
.
F. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain :
1. Pneumonia pneumocystis (PCP)
2. Tuberculosis (TBC)
3. Esofagitis
4. Diare
5. Toksoplasmositis
6.
7.
8.
9.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah
1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
2. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait.
Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan
pemeriksaan Rontgen.
Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah CD 4,
protein purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma, serologi sitomegalovirus,
serologi PMS, hepatitis, dan pap smear.
Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila >500 maka
pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka diulang
tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi pneumonia pneumocystis carinii.
Pemberian profilaksi INH tidak tergantung pada jumlah CD4.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal pemberian
obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan.
Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD 4 (mikroskop fluoresensi atau
flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus CD 4 = (1/3 x jumlah limfosit
total)-8.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah
Istiqomah : 2009) :
a.
Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan,
dan
pemulihan
infeksi
opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS,
obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang
jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
c.
Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini
adalah :
Didanosine
Ribavirin
Diedoxycytidine
Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
2.
Diet
a.
Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek
Suhu 1C.
Protein tinggi, yaitu 1,1 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel
tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.
Lemak cukup, yaitu 10 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak disesuaikan
dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan
ikatan rantai sedang (Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak
Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan fungsi
menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi
yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental
makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan utama atau makanan selingan.
Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, maupun
kimia.
d. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada pasien
dengan:
a. Infeksi HIV positif tanpa gejala.
b. Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan menelan,
sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening).
c. Infeksi HIV dengan gangguan saraf.
d. Infeksi HIV dengan TBC.
e. Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral,
enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya dievaluasi
secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau
parental sebagai tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS
yaitu Diet AIDS I, II dan III.
1)
Diet AIDS I
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi,
sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau
segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu,
diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap
3 jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam
bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat
sendiri
Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak
energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).
2) Diet AIDS II
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut
teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan
ini rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat
gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan
utama.
3)
I.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah
1. Aktivitas / istirahat.
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise
2. Sirkulasi.
Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.
3. Integritas ego.
Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah, menangis.
4. Elimiinasi.
Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses rektal.
5. Makanan / cairan.
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi / gusi
yang buruk, dan edema.
6. Neurosensori.
Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon melambat.
7. Nyeri / kenyamanan.
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang gerak,
dan gerak otot melindungi pada bagian yang sakit.
8. Pernafasan.
Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres pernafasan.
ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot
dan gelisah.
Hasil yang diharapkan : keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat
tidur atau beristirahat secara adekuat.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kaji keluhan nyeri, perhatikan
RASIONAL
Mengindikasikan kebutuhan untuk
perkembangan komplikasi.
sehat.
rasa sakit.
M,emberikan penurunan nyeri/tidak
obatan.
Meningkatkan relaksasi atau
menurunkan tegangan otot.
INTERIVENSI KEPERAWATAN
Kaji kemampuan untuk mengunyah,
RASIONAL
Lesi mulut, tenggorok dan
makan.
Hopermotilitas saluran intestinal
umum terjadi dan dihubungkan
dengan muntah dan diare, yang
dapat mempengaruhi pilihan
mungkin meningkatkan
pemasukan. Memenuhi
meningkatkan pemasukan.
3.
pemasukan makanan.
Mengindikasikan status nutrisi
mengidentifikasi kebutuhan
albumin.
Berikan obat anti emetic misalnya
pengganti.
Mengurangi insiden muntah dan
metoklopramid.
Diagnosa keperawatan
mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, keluaran urine adekuat secara
pribadi.
INTERVESI KEPERAWATAN
Pantau pemasukan oral dan
RASIONAL
Mempertahankan keseimbangan
ml/hari.
Buat cairan mudah diberikan pada
cairan.
4.
Diagnosa keperawatan
sesak nafas.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Auskultasi bunyi nafas, tandai
RASIONAL
Memperkirakan adanya
pneumoni,
kebutuhan.
Berikan tambahan O2 Yng
Diagnose keperawatan
produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau
berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan,
dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Hasil yang diharapkan
: melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kaji pola tidur dan catat perunahan
RASIONAL
Berbagai factor dapat meningkatkan
berperilaku
obat-obatan
Periode istirahat yang sering sangat
berenergi
control diri.
Memungkinkan penghematan
rasa frustasi.
Toleransi bervariasi tergantung pada
penyakit.
Latihan setiap hari terprogram dan
aktifitas yang membantu pasien
mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan dan tonus
otot
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena
Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik,
Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah ( transfuse
darah, penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang mengandung AIDS),
transmisi dari ibu ke anak yang mengidap AIDS.
.
B. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran, diantaranya adalah :
1. Agar pembaca dapat mengenali tentang pengertian AIDS.
2. Agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan AIDS pada klien AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
1. MasaInkubasiAids
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus
1. CaraPenularan
Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu
penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang
rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman (portd entre).
Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit T dan sel
otak sebagai organ sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati
diluar tubuh. Sebagai vehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar
tubuh dan menularkan kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh yang terbukti menularkan diantaranya semen, cairan vagina
atau servik dan darah penderita.
Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga
kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui :
a.
TransmisiSeksual
PenularanmelaluihubunganseksualbaikHomoseksualmaupun
HeteroseksualmerupakanpenularaninfeksiHIVyangpalingseringterjadi.
Penularaniniberhubungandengansemendancairanvaginaatauserik.
InfeksidapatditularkandarisetiappengidapinfeksiHIVkepadapasangan
seksnya.ResikopenularanHIVtergantungpadapemilihanpasanganseks,
jumlahpasanganseksdanjenishubunganseks.PadapenelitianDarrow
(1985)ditemukanresikoseropositiveuntukzatantiterhadapHIVcenderung
naikpadahubunganseksualyangdilakukanpadapasangantidaktetap.
Orangyangseringberhubunganseksualdenganbergantipasangan
merupakankelompokmanusiayangberisikotinggiterinfeksivirusHIV.
1)
Homoseksual
Diduniabarat,AmerikaSerikatdanEropatingkatpromiskuitashomoseksual
menderitaAIDS,berumurantara2040tahundarisemuagolonganrusial.
Carahubunganseksualanogenetalmerupakanperilakuseksualdengan
resikotinggibagipenularanHIV,khususnyabagimitraseksualyangpasif
menerimaejakulasisemendariseseorangpengidapHIV.Halini
sehubungandenganmukosarektumyangsangattipisdanmudahsekali
mengalamipertukaranpadasaatberhubungansecaraanogenital.
2)
Heteroseksual
DiAfrikadanAsiaTenggaracarapenularanutamamelaluihubungan
heteroseksualpadapromiskuitasdanpenderitaterbanyakadalahkelompok
umurseksualaktifbaikpriamaupunwanitayangmempunyaibanyak
pasangandanbergantiganti.
b.
TransmisiNonSeksual
1)
Transmisiparentral
Yaituakibatpenggunaanjarumsuntikdanalattusuklainnya(alattindik)
yangtelahterkontaminasi,misalnyapadapenyalahgunaannarkotiksuntik
yangmenggunakanjarumsuntikyangtercemarsecarabersamasama.
Disampingdapatjugaterjadimelauijarumsuntikyangdipakaiolehpetugas
kesehatantanpadisterilkanterlebihdahulu.Resikotertularcaratransmisi
parentalinikurangdari1%.
Transmisimelaluitransfusiatauprodukdarahterjadidinegaranegarabarat
sebelumtahun1985.Sesudahtahun1985transmisimelaluijalurinidi
negarabaratsangatjarang,karenadarahdonortelahdiperiksasebelum
ditransfusikan.Resikotertularinfeksi/HIVlewattrasfusidarahadalahlebih
dari90%.
2)
Transmisitransplasental
PenularandariibuyangmengandungHIVpositifkeanakmempunyairesiko
sebesar50%.Penularandapatterjadisewaktuhamil,melahirkandan
sewaktumenyusui.Penularanmelaluiairsusuibutermasukpenularan
denganresikorendah.
(http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah4.pdf.)
Cairan Tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ :
1. Air liur / air ludah / saliva
2.
Feses / kotoran / tokai / bab / tinja
3. Air mata
4. Air keringat
5. Air seni / air kencing / air pipis / urin / urine
(http://japanwatergirl.blogspot.com/2008/07/pengertian-definisi-dan-carapenularan.html)
C. PATOFISIOLOGI
HIV tergolong dalam retro virus ini menyebabkan membawa genetic dalam
RNA ( Ribonukleat acid) bukan DNA ( Deoxiribonukleat acid). Virions
HIV( partikel virus yang lengkap dibungkus oleh selubung pelindung )
mengandung RNA dalam inti bentuk peluru yang terpancing dimana P24
merupakan komplikasi structural utama . Tombd(knod) yang menonjol lewat
dinding virus terdiri dari protein gp120 yang terkait pada procing p41.
bagian yang secara selektif berkaitan dengan sel CD4 positif (D4 + ) adalah
gp 120 dari HIV. Sel Cd4 mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4
helper ( yang dinamakan sel CD4 kalau dikaitkan dengan infeksi HIV),
limfosit T4 helper merupakan sel terbanyak, sesudah terikat dengan
membrane sel T4 helper HIV akan menginjeksikan dua utas bengan RNA
yang identik kedalam sel T4 helper. Dengan menggunakan enzim reverse
transcriptase HIV melakukan pemograman ulang materi genetic sel T4 yang
terinfeksi untuk membuat double-strandet DNA ( DNA utas gonad. DNA
akan disatukan ke nukleus T4 sebagai sebuah pro virus dan terjadi infeksi
permanent siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang
terinfeksi diaktifkan. Aktivasi sel yang terinfeksi dilaksanakan antigen,
mitogen sitokin CTNF alfa atau interleukin V atau produk gen virus seperti :
cytomegalovirus (Cm V ), epsten Bam Virus, Herpes simplek atau hepatic,
akibatnya sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan
tunas HIV terjadi sel T4 dapt dihancurkan HIV baru dibentuk dan dilepaskan
dari darah dan menginfeksi sel Cd4+ lainnya.
Infeksi monosit dan makrofag tampaknya berlangsung persisiten dan tidak
mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel ini menjadi reservoir
HIV sehingga virus dapat bersembunyi dan sisitem imun yang terangkut ke
seluruh tubuh lewat system ini dan menginfeksi jaringan tubuh. Sebagian
besar jaringan ini mengandung molekul CD4 + yang lain. Siitem imun pada
infeksi HIV lebih aktif dari yang diperkirakan sebelumnya dan
terproduksikan sebesar 2 milyar limfosit CD4+ yang lain. Keseluruhan
populasi sel Cd4+ perifer akan mengalami pergantian ( turn over) tiap 15
hari sekali.
Kecepatan produksi HIV terkait dengan status kesehatan orang yang
terjangkit infeksi tersebut jika orang tersebut tidak sedang terperangi
melawan infeksi HIV lain, reproduksi HIV akan alambat. Reproduksi HIV
akan dipercepat kalau penderita sedang menghadapi infeksi lain/ system
imun terstimulasi. Reaksi ini dapat menjelaskan periode laten yang
diperlihatkan sebagian penderita yang terinfeksi HIV simtomatik 10 tahun
sesudah terinfeksi. Dalam respon imun, limfosit T4 berperan penting
mengenali antigen asing mengaktifkan limfosit B yang memproduksi
antibody, menstimulasi limfosit sitotoksik, memproduksi limfokin
pertahanan tubuh terhadap infeksi, T4 terganggu mikroorganisme yang
menimbulkan penyakit akan berkesempatan menginvasi dan menyebabakan
sakit seirus. Injeksi dan melignasi timbul akibat gangguan system imun
( infeksi oportunistik ).
D. PATHWAY
Terlampir
E. MANIFESTASI KLINIS
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1
2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi
imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat
dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi
AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan
terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic
Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa,
infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal.
1.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas
dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu
mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah
bening, dan bercak merah ditubuh.
2.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala Diketahui
oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah
akan diperoleh hasil positif.
3.
Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3
bulan.
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan
indicator AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3
atau B3 dianggap menderita AIDS. Ada beberapa klasifikasi tanda/keadaan
klinis seseorang dikatakan menderita AIDS yaitu :
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa
keadaan dalam kategori klinis B dan C yaitu :
a.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
b.
Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent
Generalized Limpanodenophaty )
c.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan
sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) yang akut.
1. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
a.
Angiomatosis Baksilaris
b.
Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya
jelek terhadap terapi
c.
Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
d.
Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1
bulan.
e.
Leukoplakial yang berambut
f.
Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada
lebih dari satu dermaton saraf.
g.
Idiopatik Trombositopenik Purpura
h.
Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii.
1. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
a.
Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
b.
Kanker serviks inpasif
c.
Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
d.
Kriptokokosis ekstrapulmoner
e.
Kriptosporidosis internal kronis
f.
Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
g.
Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
h.
Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
i.
Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
j.
Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
k.
Isoproasis intestinal yang kronis
l.
Sarkoma Kaposi
m. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
n.
Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata /
ekstrapulmoner
o.
M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
p.
Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
q.
Pneumonia Pneumocystic Cranii
r.
Pneumonia Rekuren
s.
Leukoenselophaty multifokal progresiva
t.
Septikemia salmonella yang rekuren
u. Toksoplamosis otak
v. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
(http://asuhan-keperawatan.blogspot.com/2006/05/aids.html)
F. KOMPLIKASI
1.
Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2.
Neurologik
a.
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
b.
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
c.
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
d.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
3.
Gastrointestinal
a.
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
b.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
c.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit,
nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4.
Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
5.
Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6.
Sensorik
a.
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b.
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat
penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk
mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau
perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
a.
Serologis
1) Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes
ADMIN
COMMANDER
H. PENATALAKSANAAN
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Jumlah posting:
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
1559
1.
Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan
Join date: 20.10.10 pasangan yang tidak terinfeksi.
Age: 21
2.
Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks
Lokasi: Lamongan terakhir yang tidak terlindungi.
3.
Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak
jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5.
Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terpinya
yaitu :
1.
Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang
aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis
harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
2.
Kontaminasi cairan tubuh terinfeksi
Wabah AIDS di Afrika Sub-Sahara tahun 1985-2003. Pekerja kedokteran
yang mengikuti kewaspadaan universal, seperti mengenakan sarung tangan
lateks ketika menyuntik dan selalu mencuci tangan, dapat membantu
mencegah infeksi HIV.
Semua organisasi pencegahan AIDS menyarankan pengguna narkoba untuk
tidak berbagi jarum dan bahan lainnya yang diperlukan untuk
mempersiapkan dan mengambil narkoba (termasuk alat suntik, kapas bola,
sendok, air pengencer obat, sedotan, dan lain-lain). Orang perlu
menggunakan jarum yang baru dan disterilisasi untuk tiap suntikan.
Informasi tentang membersihkan jarum menggunakan pemutih disediakan
oleh fasilitas kesehatan dan program penukaran jarum. Di sejumlah negara
maju, jarum bersih terdapat gratis di sejumlah kota, di penukaran jarum atau
tempat penyuntikan yang aman. Banyak negara telah melegalkan
kepemilikan jarum dan mengijinkan pembelian perlengkapan penyuntikan
dari apotek tanpa perlu resep dokter.
3.
Penularan dari ibu ke anak
Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretrovirus, bedah caesar, dan
pemberian makanan formula mengurangi peluang penularan HIV dari ibu ke
anak (mother-to-child transmission, MTCT). Jika pemberian makanan
pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan dengan mudah, terjangkau,
berkelanjutan, dan aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak menyusui
anak mereka. Namun demikian, jika hal-hal tersebut tidak dapat terpenuhi,
pemberian ASI eksklusif disarankan dilakukan selama bulan-bulan pertama
dan selanjutnya dihentikan sesegera mungkin. Pada tahun 2005, sekitar
700.000 anak di bawah umur 15 tahun terkena HIV, terutama melalui
penularan ibu ke anak; 630.000 infeksi di antaranya terjadi di Afrika. Dari
semua anak yang diduga kini hidup dengan HIV, 2 juta anak (hampir 90%)
tinggal di Afrika Sub Sahara.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Fokus pengkajian
Pengkajian umum pasien AIDS
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap
aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan.
b.
Sirkulasi
Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama pada
cedera.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi
HIV.
c.
Isolasi social berhubungan dengan mudahnya transmisi atau proses
penularan penyaki
No
1
( demam, menggi
diaporesis, batuk,
nyeri oral atau ny
bercak berwarna
oral, sering berke
kemerahan, bengk
dari lkua, lesi ves
diwajah, bibir, are
hati, disfagia, sak
pada waktu mene
peningkatan kejan
diare hebat.
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
cara pencegahan
penularan HIV, dan
pemberi perawata
perlunya melapor
kemungkinan infe
keluarga, teman,
penularan HIV.
kebutuhan pengobatan.
penatalaksanaan g
melengkapi atura
pada diare interm
lomotil sebelum p
kekegiatan sosial
melanjutkan pera
kesehatan dan eva
Isolasi social
berhubungan dengan
mudahnya transmisi
atau proses penularan
penyakit.
hubungan yang ak
orang terdekat
verbal/nonverbal,
menarik diri, putu
perasaan kesepian
kepada klien apak
berfikir untuk bun
ADMIN
COMMANDER
AIDS
Pengertian
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang
disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai
Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA
( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacammacam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun
lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency
Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai
dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang
nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi
infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan
malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and
Prevention )
1. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II,
LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus
( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang
ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
1. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah selsel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi
virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk
membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus
sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV
sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak
dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali
antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,
menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan
mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang
serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
1. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
1. Angiomatosis Baksilaris
2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya
jelek terhadap terapi
3. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
4. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1
bulan.
5. Leukoplakial yang berambut
6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada
lebih dari satu dermaton saraf.
7. Idiopatik Trombositopenik Purpura
8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
1. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
1. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
2. Kanker serviks inpasif
3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
5. Kriptosporidosis internal kronis
6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti
demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit
leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
6. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1. kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,
dan isolasi social.
2. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :
sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
3. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik,
dan maranik endokarditis.
4. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
7. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan
pasangan yang tidak terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan
seks terakhir yang tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak
Terapiradiasi,defisiensinutrisi,penuaan,aplasia
timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti limfosit,disfungsi timik
congenital.
sputum.
- Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit
defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul,
pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
-Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya
libido,penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
- Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya
trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
- Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko
tinggi,penyalahgunaan obat-obatan IV,merokok,alkoholik.
c. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat
penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk
mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau
perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
1. Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes
positif, tapi bukan merupakan diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper
( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
monoseluler.
- Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
2. Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka,
sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit,
protozoa, jamur, bakteri, viral.
3. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paruparu
4. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus
tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 12 minggu setelah infeksi, atau bisa
sampai 6 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi
awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak
efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan
evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi
tentang uji kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua
pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu :
1. Tes Enzym Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus
Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa
AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam
darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut
seropositif.
2. Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
1. Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus
(HIV) untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut
disebut protein virus p24, pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat
spesifik untuk HIV 1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya
kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.
Pengkajian
Data dasar :
Nama
:
Tn. W
Umur
:
40 tahun
Jenis kelamin
:
Laki-laki
Alamat
:
Jakarta
Analisa Data
DS : diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat
kedokter.
Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair kurang lebih 15x/hari
DO : - hasil foto thorax, pleural effusion kanan
Hasil LAB :
Hb 11 gr/dl
Leukosit 20.000/uL
Trombosit 160.000/uL
LED 30 mm
Na 98 mmoL/L
K 2,8 mmol/L
Cl 110 mmol/L
2. Diagnosa keperawatan
1.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebih
2.
Resiko terhadap infeksi b.d imunodefisiensi
Analisa data
No Data
Etiologi
Masalah
1
DS :
Output yang berlebih
Kekurangan volume
diare sudah 1 bulan tak sembuhcairan
sembuh meskipun sudah berobat
kedokter.
Tn. W mengatakan bahwa dia diare
cair kurang lebih 15x/hari
DO :
Na 98 mmoL/L
K 2,8 mmol/L
Cl 110 mmol/L
2
DS :
Imunodefisiensi
Resiko infeksi
Tn.W mengatakan BB menurun 7 kg
dalam 1 bulan serta sariawan mulut
tak kunjung sembuh.
DO :
Leukosit 20.000/uL
Trombosit 160.000/uL
LED 30 mm
Rencana asuhan keperawatan
Dx :
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebih
Tujuan : mempertahankan hidrasi cairan yang dibuktikan oleh normalnya
kadar elektrolit
Kriteria hasil : Terpenuhinya kebutuhan cairan secara adekuat
- Defekasi kembali normal, maksimal 2x sehari
Intervensi
Rasional
Mandiri
Kolaborasi
Intervensi
Mandiri
Rasional
Kolaborasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AIDS dapat diartikan sebagai sindrom dengan gejala penyakit infeksi opotunistik/ kanker
tertentu
akibat
penurunan
system
kekebalan
tubuh
oleh
infeksi
HIV.
Jumlah orang yang terinfeksi HIV AIDS di Indonesia belum dapat dipastikan. Terdapat dua
pendapat yaitu pendapat yang mengemukakan infeksi HIV di Indonesia sudah mengkhawatirkan
dan mereka memperkirakan sudah lebih dari beribu orang yang terinfeksi HIV. Pendapat lain
yang lebih optimis beranggapan infeksi di Indonesia berjalan lambat.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah yaitu :
1. Jelaskan Defenisi dan Etiologi HIV / AIDS ?
2. Jelaskan Manifestasi Klinis dan Patofisiologi HIV / AIDS ?
3.
4.
C. Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini yaitu :
1. Menjelaskan Defenisi dan Etiologi HIV / AIDS.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi HIV / AIDS
HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang menyerang system
kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS.
Sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam
waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi
imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan
terjadinya defisiensi tersebut sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang
sudah dikenal dan sebagainya ( Rampengan & Laurentz ,1997 : 171).
AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus
yang disebut HIV yang di tandai dengan menurunnya system kekebalan tubuh sehingga pasien
AIDS mudah diserang oleh infeksi oportunistik dan kanker. ( Djauzi dan Djoerban,2003).
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan
dengan infeksi human immunodetciency virus HIV. (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam
respon imun tanpa dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan
berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang
terjadi ( Center For Disease Control And Prevention).
Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( Orang Dengan HIV
/AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang
biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan
meninggal.
B. Etiologi
Penyebab AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yakni sejenis virus RNA yang
tergolong retrovirus. Dasar utama penyakit infeksi HIV ialah berkurangnya jenis sel darah putih
(Limfosit T helper) yang mengandung marker CD4 (Sel T4). Limfosit T4 mempunyai pusat dan
sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi kebanyakan
fungsi-fungsi kekebalan, sehingga kelainan-kelainan fungsional pada sel T4 akan menimbulkan
tanda-tanda gangguan respon kekebalan tubuh. Setelah HIV memasuki tubuh seseorang, HIV
dapat diperoleh dari limfosit terutama limfosit T4, monosit, sel glia, makrofag dan cairan otak
penderita AIDS.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1.
Periode jendela : Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2.
Fase infeksi HIV primer akut : Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3.
Infeksi asimtomatik : Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4.
Supresi imun simtomatik : Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB
AIDS : Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist.
HIV dapat ditemukan pada semua cairan tubuh penderita, tetapi yang terbukti penularannya
adalah melalui darah, air mani dan cairan serviks/vagina saja. Cara penularan HIV/AIDS ini
dapat melalui :
1.
Hubungan seksual
2.
3.
Penggunaan alat suntik, alat medis dan alat tusuk lain (tato, tindik, akupuntur, dll.) yang
tidak steril
4.
5.
6.
Sampai saat ini belum terbukti penularan melalui gigitan serangga, minuman, makanan atau
kontak biasa dalam keluarga, sekolah, kolam renang, WC umum atau tempat kerja dengan
penderita AIDS.
C. Manifestasi Klinis
Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat dari penampilan luar. Orang yang
terinfeksi tidak akan menunjukan gejala apapun dalam jangka waktu yang relatif lama (7-10
tahun) setelah tertular HIV. Masa ini disebut masa laten. Orang tersebut masih tetap sehat dan
bisa bekerja sebagaimana biasanya walaupun darahnya mengandung HIV. Masa inilah yang
mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat, karena orang terinfeksi secara tidak disadari dapat
menularkan kepada yang lainnya. Dari masa laten kemudian masuk ke keadaan AIDS dengan
gejala sebagai berikut:
Gejala Mayor:
1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
5. Demensia/ HIV ensefalopati
Gejala Minor:
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata
3. Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
4. Kandidias orofaringeal
5. Herpes simpleks kronis progresif
6. Limfadenopati generalisata
7. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
8. Retinitis virus sitomegalo
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
1. Tahap 1: Periode Jendela
a)
HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
b)
Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c)
d)
b)
Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c)
Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody
terhadap HIV
d)
Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata
Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
4. Tahap 4: AIDS
a)
b)
D. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum
tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel
T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang
terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang
materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan
disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.
Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,
menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap
infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak
menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit
yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif.
Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per
ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )
muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik,
kanker atau dimensia AIDS.
E. Penatalaksanaan
Belum
ada
penyembuhan
untuk
AIDS,
jadi
perlu
dilakukan
pencegahan
Human
1. A= Abstinence, tidak melakukan hubungan seksual atau tidak melakukan hubungan seksual
sebelum menikah
2. B = Being faithful, setia pada satu pasangan, atau menghindari berganti-ganti pasangan
seksual
3. C = Condom, bagi yang beresiko dianjurkan selalu menggunakan kondom secara benar
selama berhubungan seksual
4. D = Drugs injection, jangan menggunakan obat (Narkoba) suntik dengan jarum tidak steril
atau digunakan secara bergantian
5. E = Education, pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
HIV/AIDS
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu:
a) Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atau
sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
b) Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini
menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat
enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
c)
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi
virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
Didanosine
Ribavirin
Diedoxycytidine
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit
khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
F. Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan,
keletihan dan cacat.
2. Neurologik
(HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total /
parsial.
(HIV)
3. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot,
lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
nyeri.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
ELISA
Western blot
P24 antigen test
Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun :
Hematokrit.
LED
CD4 limfosit
Rasio CD4/CD limfosit
Serum mikroglobulin B2
Hemoglobulin
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIV / AIDS
A. Pengkajian
1. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis
pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang
sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus
dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan
dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa
penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang
saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta
terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
a) Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapiradiasi, defisiensinutrisi, penuaan, aplasiatimik, limpoma, kortikosteroid, globulin anti
limfosit, disfungsi timik congenital.
b) Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia congenital, protein liosing
enteropati (peradangan usus)
2.
Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas (Perubahan TD,
frekuensi Jantun dan pernafasan ).
Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan
pengisian kapiler.
Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari
doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine.
Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia.
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema
Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS.
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan
otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda
Perubahan
status
mental,
ide
paranoid,
ansietas,
refleks
tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.
Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam
berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar
limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido, penggunaan pil pencegah
kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
Penyuluhan / Pembelajaran
berat
3. Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan muscular
4. Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan absorpsi VitaminK
5. Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan untuk mencerna b/d
penurunan berat badan
6. Nyeri kronik b/d inflamasi, keluhan nyeri
7. Kerusakan integritas kulit b/d efisit imunologi, lesi kulit
8. Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi, candidiasis
9. Kelelahan b/d perubahan produksi energi metabolisme, kekurangan energi
10. Perubahan proses pikir b/d hipoksemia, perubahan lapang perhatian
11. Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi, peningkatan tegangan
12. Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan, perasaan ditolak
13. Ketidakberdayaan b/d perubahan pada bentuk tubuh, bergantung pada orang lain untuk
perawatan
14. Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber informasi, permintaan
informasi
C.
D
x
1
Perencanaan Keperawatan.
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasionalisasi
Mengidentifikasi /
perilaku yang
megurangi resiko
infeksi mencapai
masa penyembuhan
luka / lesi tidak
demam dan bebas
dari pengeluaran /
sekresi purulen dan
terkontaminasi silang
- Mengurangi patogen
pada sistem imun dan
mengurangi
kemungkinan pasien
mengalami infeksi
nosokomial
- Meningkatkan kerja
kondisi infeksi
mengurangi rasa
terisolasi
- Memberikan
suhu
efektif mengontrol
infeksi yang tidak
dapat disembuhkan
- Kandidiasis oral,
herpes, CMV dan
crytocolus adalah
penyakit yang umum
terjadi dan
memberikan efek pada
membran kulit
- Identifikasi /
Mempertahankan
permukaan keras
- Indikator dari
hidrasi dibuktikan
volume cairan
oleh membran
sirkulasi
mukosa lembab,
postural
b) Kaji turgor kulit, membran
adekuat secara
pribadi
- Indikator tidak
langsung dari status
cairan
- Mempertahankan
keseimbangan cairan,
mengurangi rasa haus,
dan melembabakan
Mempertahankan
membran mukosa
- Meningkatkan
pola pernapasan
fungsi pernafasan
efektif membran
mukosa tidak
kebutuhan
mengurangi aspirasi /
mengalami sesak
infeksi yang
nafas / sianosis
ditimbulkan karena
atelektasis
- Nyeri dada
dada
pleuritis dapat
menggambarkan
pasien
berkenaan dengan
keganasan
- Menurunkan
c) Berikan periode istirahat yang
konsumsi O2
Menunjukkan
homosatis yang
deteksi adanya
Mempercepat
ditunjukkan dengan
perdarahan /
tidak adanya
cairan muntah
perdarahan mukosa
mencegah perdarahan
ekimosis
kritis
- Timbulnya
perdarahan / hemoragi
dapat menunjukkan
kegagalan sirkulasi /
syok
- Perubahan dapat
menunjukkan adanya
Mempertahankan BB
perdarahan otak
- Lesi mulut,
atau memperlihatkan
tenggorokan, dan
peningkatan BB yang
esofagus dapat
menyebabkan
yang diinginkan
dispagia, penurunan
kemampuan pasien
untuk mengolah
makanan dan
b) Timbang BB sesuai kebutuhan,
evaluasi BB dalam hal adanya BB
mengurangi keinginan
untuk makan
- Indikator
kebutuhan nutrisi /
antropometrik
c) Jadwalkan obat-obatan diantara
pemasukan yang
adekuat
Lambung yang
penuh akan
mengurangi nafsu
Mempermudah
Keluhan hilangnya /
pemberian makanan
- Mengindikasikan
terkontrolnya rasa
kebutuhan untuk
sakit
non verbal
tanda-tanda
perkembangan /
resolusi komplikasi
- Dapat mengurangi
ansietas dan rasa
takut, sehingga
mengurangi persepsi
akan intensitas rasa
sakit
- Meningkatkan
relaksasi / menurunka
tegangan otot
- Infeksi diketahui
sebagai penyebab rasa
Menunjukkan
dasar dimana
untuk mencegah
kerusakan kulit /
dapat dibandingkan
meningkatkan
dan melakukan
kesembuhan
Friksi kulit
meningkatkan proses
penyembuhan
Menunjukkan
barrier produktif
a) Kaji membran mukosa / catat
membran mukosa
Edema, lesi,
menyebabkan rasa
menelan
ulserasi
mengunyah / menelan
- Mengurangi rasa
b) Berikan perawatan oral setiap hari
dan setelah makan, gunakan sikat
gigi halus, pasta sisi non abrasif, obat
pencuci mulut non alkohol dan
pelembab bibir
tidak nyaman,
meningkatkan rasa
sehat dan mencegah
pembentukan asam
yang dikaitkan dengan
partikel makanan yang
tertinggal
- Mengurangi
penyebaran lesi dan
krustasi dari
kandidiasis dan
meningkatkan
kenyamanan
Merangsang saliva
untuk menetralkan
d) Anjurkan permen karet / permen
membran mukosa
- Rokok akan
mengeringkan dan
mengiritasi membran
mukosa
Melaporkan
merokok
a) Kaji pola tidur dan catat
peningkatan energi
dapat meningkatkan
perilaku
kelelahan, termasuk
Berbagai faktor
dibutuhkan dalam
memperbaiki /
menghemat energi.
Perencanaan akan
membuat pasien
menjadi aktif pada
waktu dimana tingkat
energi lebih tinggi,
sehingga dapat
memperbaiki perasaan
sehat dan kontrol diri
- Mengusahakan
kontrol diri dan
perasaan berhasil,
mencegah timbulnya
c) Tetapkan keberhasilan aktivitas
perasaan frustasi
akibat kelelahan
karena aktivitas
10
Mempertahankan
berlebihan
- Menetapkan
orientasi realita
tingkat fungsional
pada waktu
kognitif optimal
penerimaan dan
mewaspadakan
perawat pada
meningitis / ensefalitis
diseminata mungkin
memiliki jangkauan
dari perubahan
kepribadian yang
tidak kelihatan sampai
kekacauan mental,
peka rangsangan,
mengantuk, pingsan,
kejang dan demensia
- Memberikan
waktu tidur,
emngurangi gejala
kognitif dan kurang
tidur
- Mendapatkan
informasi bahwa A2T
telah muncul untuk
c) Susun batasan pada perilaku mal
adaptif / menyiksa, hindari pilihan
pertanyaan terbuka
memperbaiki kognisi
dapat memberikan
harapan dan kontrol
terhadap kehilangan
Menyatakan
kesadaran tentang
penentraman hati
Memberikan
sehat untuk
kesempatan bagi
menghadapinya
pasien untuk
memecahkan masalah
pada situasi yang
diantisipasi
- Dapat mengurangi
b) Berikan informasi akurat dan
konsiste mengenai prognosis, hindari
argumentasi mengenai persepsi
pasien terhadap situasi tersebut
ansietas dan
ketidakmampuan
pasien untuk membuat
keputusan / pilihan
berdasarkan realita
- Membantu pasien
tanpa perasaan
dihakimi dan
meningkatkan
perasaan harga diri
dan kontrol
- Menciptakan
interaksi personal
yang lebih baik dan
menurunkan ansietas
dan rasa takut
Menunjukkan
peningkatan perasaan
situasi
dapat mempengaruhi
harga diri
Isolasi sebagian
kebersamaan
hubungan telepon dan aktivitas sosial - Membantu
dalam tingkat yang memungkinkan
d) Dorong adanya hubungan yang
menetapkan
partisipasi pada
hubungan sosial dapat
mengurangi
kemungkinan upaya
13
Menyatakan perasaan
bunuh diri
- Menentukan
status individual
untuk berhubungan
pasien dan
dengan mereka
mengusahakan
komunikasi
14
perasaan depresi
- Memungkinkan
peningkatan perasaan
kontrol dan
menghargai diri
jawab
Mengungkapkan
pasien
a) Tinjau ulang proses penyakit dan
pemahamannya
pengetahuan dasar
tentang kondisi /
depan
Memberikan
membuat pilihan
berdasarkan informasi
- Mengoreksi mitos
dan kesalahan
b) Tinjau ulang cara penularan
penyakit
konsepsi,
meningkatkan
keamanan bagi
pasien / orang lain
- Memberikan
pasien kontrol
mengurangi resiko
c) Berikan informasi mengenai
meningkatkan
kenyamanan
- Memberi
kesempatan untuk
mengubah aturan
untuk memenuhi
kebutuhan perubahan /
individual
- Memudahkan
pemindahan dari
lingkungan perawatan
e) Identifikasi sumber-sumber
komunitas, mis: rumah sakit / pusat
perawatan tempat tinggal (bila ada)
akut, mendukung
pemulihan dengan
kemandirian
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
HIV adalah suatu virus yang hidup dalam tubuh manusia, dan dan dapat menyebabkan timbulnya
AIDS, yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh mudah terserang penyakit
dan lam kelamaan akan meninggal, sudah menjadi sifat manusia yang selalu ingin merasakan
kenikmanatan tanpa mempedulikan akibatnya, misalnya : melakukan perzinahan, penggunaan
narkotika suntikan, dan sebagainya. Kits umat manusia sudah mengetahui bahwa perbuatanperbuatan tersebut sangat dilarang,baik menurut ajaran agama masing-masing maupun aturan
hukum yang berlaku. Tetapi dari sebagian kita tetap saja melakukan hal-hal tersebut, misalnya :
WTS, Homoseks,Biseks, Mucikari, dan orang-orang yang sering berganti-ganti pasangan dan
melakukan hubungan seksual diluar nikah. Dan berbahaya, dan sampai saat ini belum ditemukan
obatnya.
Adapun gejala-gejala yang dapat kita lihatpada penderita AIDS yaitu demam yang
berkepanjangan di sertai keringat malam, batuk dan sariwan yang terus menerus,berat badan
turun dengan drastis, dsb, yang akan di akhiri dengan kematian.
AIDS merupakan cobaan atau bahkan hukuman daru Tuhan,yang tidak pernah di duga oleh umat
manusia.
B.
a)
Saran
Hendaknya kita selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berusaha
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta, 2000.
Suzanne C Smeltzer, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 2001.
Djausi, Samsu Rizal. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Duarsa, N. Wirya. 2003. Penyakit Menular seksual Edisi kedua. Jakarta :FKUI