Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

“HIV DAN AIDS’’

Disusun oleh :
Kelompok 4 Kelas 1 Reguler C
1. Fuji Fazla Rahmatika ( P07120123117 )
2. Gustiara Dwi Yindriani ( P07120123087 )
3. Irfa Hestianda ( P07120123093 )
4. Meetha Laura ( P07120123101 )
5. Muhammad Aris Munandar ( P07120123103 )
6. Nisa Ulhikmah ( P07120123113 )
7. Putra Valenza ( P07120123118 )
8. Seva Dellia ( P07120123132 )
9. Shaelida Fitrisa Almy ( P07120123153 )
10. Shella Nabila Putri ( P07120123134 )
11. Zailina Fahmi ( P07120123153 )

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES ACEH
TAHUN AKADEMIK
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas kehendak-
Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini membahas tentang HIV/AIDS
yang merupakan penyakit mematikan yang belum ada obatnya hingga sekarang.
Dalam penyusunan makalah ini kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen yang mengampu, yang telah memberikan tugas ini, kepada kami,
sehingga pengetahuan kami bertambah mengenai penyakit HIV/AIDS.

Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta
wawasan tentang HIV/AIDS. Sehingga kita semua dapat terhindar dari penyakit
berbahaya tersebut. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan,oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempunaan tugas ini. Semoga tugas ini bermanfaat bagi
pembaca.

Banda Aceh, 01 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Definisi Umum HIV AIDS .......................................................................... 3
B. Penyebab Penyakit HIV/AIDS .................................................................... 5
C. Cara Penularan AIDS .................................................................................. 6
D. Tahapan yang terjadi dalam penularan AIDS .............................................. 8
BAB III UPAYA PENCEGAHAN ..................................................................... 10
A. Upaya Pencegahan Jangka Pendek ........................................................... 10
B. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Panjang ................................................ 13
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 15
A. Kesimpulan................................................................................................ 15
B. Saran .......................................................................................................... 15
Daftar Pustaka .................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV/AIDS saat ini merupakan penyakit yang dianggap paling


menakutkan. WHO (World Health Organization), badan PBB untuk
kesehatan dunia, memperkirakan AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta
orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Pada tahun 2005
saja, AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta
jiwa; lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari
jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat
pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan persediaan sumber daya manusia
di sana. Oleh karena itu, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling
mematikan dalam sejarah.

Selain itu, sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat
menyembuhkan penderita dari penyakit ini. Obat yang ada hanya berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan virus dan memperpanjang masa hidup
penderita. Oleh karena itu, sangat penting untuk dilakukan diagnosa dini
terhadap penyakit ini karena penyakit ini merupakan penyakit yang tidak
menunjukkan gejala pada bulan-bulan pertama padahal pada masa tersebut
penderita sudah dapat menularkan penyakit HIV/AIDS ini kepada orang lain.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana uraian dari HIV/AIDS?


2. Apa yang menyebabkan penyakit AIDS?
3. Bagaimana cara penularan penyakit AIDS?
4. Bagaimana tahapan yang terjadi dalam penularan penyakit AIDS?
5. Bagaiamana cara mencegah penularan penyakit AIDS?

1
2

C. Tujuan

1. Memaparkan mengenai definisi dari penyakit HIV/AIDS.


2. Memaparkan penyebab penyakit HIV/AIDS.
3. Mengetahui cara penularan penyakit AIDS.
4. Mengetahui tahap-tahap yang terjadi dalam penularan penyakit AIDS.
5. Mengetahui upaya pencegahan penularan penyakit AIDS.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Umum HIV AIDS

HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan penyebab dari


AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Virus HIV ini juga disebut
juga sebagai Human Lymphotropic Virus tipe III, Lymphadenophaty-
associated Virus ataupun Lymphadenophaty Virus. Virus HIV merupakan
retrovirus. Retrovirus adalah virus RNA yang mempunyai enzim reverse
transcriptase.

Dengan menggunakan enzim reverse transcriptase, virus ini


menggunakan RNA sebagai cetakan untuk membuat DNA komplementer
yang dapat berintegrasi dengan DNA induk.

Gambar HIV

Sesuai dengan namanya, virus HIV hanya menyerang manusia


khususnya sistem kekebalan tubuh manusia yang melindungi tubuh dari
infeksi. Sel imun yang terinfeksi adalah CD4+ sel T, makrofag, dan sel
dendritik. CD4+ sel T secara langsung maupun tidak langsung dihancurkan

3
4

oleh virus tersebut. Infeksi HIV menyebabkan sistem kekebalan tubuh akan
semakin lemah. Keadaan ini akan membuat orang mudah diserang beberapa
jenis penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak mempengaruhi orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Penyakit tersebut disebut sebagai
infeksi oportunistik.

Jika seseorang didiagnosis terinfeksi HIV (HIV positif), orang tersebut


dapat tetap sehat tanpa gejala klinis sehingga disebut penyakit HIV tanpa
gejala. Setelah timbul gejala, maka disebut sebagai infeksi HIV bergejala atau
penyakit HIV lanjutan. Namun pasien HIV positif tidak langsung didiagnosis
menderita AIDS. AIDS itu sendiri merupakan kumpulan gejala dan infeksi
akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV. Beberapa negara mempunyai kriteria tertentu dalam mendiagnosis
pasien AIDS. Di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, seseorang
didiagnosis menderita AIDS ketika HIV membunuh CD4+ sel T hingga
jumlah CD4+ sel T dalam darah kurang dari 200 sel/µL darah akibatnya
kekebalan seluler menjadi hilang. Sedangkan di Kanada, orang yang
terinfeksi HIV didiagnosis menderita AIDS ketika muncul infeksi
oportunistik.

Tanpa terapi antiretroviral, rata-rata waktu infeksi HIV berubah


menjadi penyakit AIDS adalah sekitar 9 hingga 10 tahun dan rata-rata harapan
hidup penderita AIDS adalah 9,2 bulan. Bagaimanapun perkembangan klinis
masingmasing pasien bervariasi, mulai dari 2 minggu hingga 20 tahun.
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit ini, misalnya
kemampuan tubuh untuk melawan HIV yang bekaitan dengan sistem imun
tubuh. Pasien AIDS yang lebih tua mempunyai sistem imun tubuh yang lebih
lemah daripada pasien muda sehingga resiko perkembangan penyakit AIDS
menjadi lebih besar.
Akses yang sulit untuk mencapai pelayanan kesehatan dan kehadiran
agen infeksi seperti TBC juga dapat memperburuk perkembangan penyakit.
5

Gambaran umum hubungan antara multiplikasi HIV dan jumlah CD4 pada
infeksi HIV yang tidak diobati.

Keterangan: Jumlah CD4+ T Limfosit (sel/mm³)

HIV RNA kopi per mL plasma

B. Penyebab Penyakit HIV/AIDS

AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi HIV. Pada umumnya AIDS
berujung pada kematian. HIV merupakan retrovirus yang mempunyai materi
genetik RNA. Tidak semua virus RNA merupakan retrovirus, misalnya
seperti virus campak atau virus flu merupakan virus RNA tetapi bukan
retrovirus. Yang menjadi ciri khas retrovirus adalah proses replikasi dilakukan
mundur (backward replication). HIV disebut retrovirus karena
kemampuannya merubah RNA menjadi DNA, yang merupakan proses
terbalik dari apa yang biasanya terjadi di dalam sel (biasanya, DNA dirubah
menjadi RNA oleh inti sel untuk menyampaikan perintah kepada bagian sel
lainnya). Bila virus masuk ke dalam tubuh penderita (sel hospes) maka RNA
virus diubah menjadi DNA oleh enzim reverse transcriptase yang dimiliki
oleh HIV. DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam sel
hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus.
Sistem imun manusia dibagi menjadi dua yaitu sistem imun spesifik dan
sistem imun non spesifik. Virus HIV menyerang sistem imun spesifik yaitu
sistem imun selular khususnya adalah T helper CD4. Sel T helper CD4 adalah
sel T yang telah disintesis dari kelenjar timus dan akan terbawa sirkulasi darah
6

sehingga masuk ke dalam limfa dan bermigrasi ke dalam jaringan limfatik,


kemudian bermigrasi kembali ke dalam sirkulasi darah, hingga suatu saat
terjadi terstimulasi oleh antigen tertentu dengat ikatan pada molekul MHC
kelas II. Apabila virus HIV masuk dalam badan,dia akan mulai merusakkan
sel T helper CD4. Sel CD4 bertindak sebagai utusan kepada sel-sel sistem
pertahanan tubuh badan yang lain, memberitahu mereka untuk melawan
mikroorganisme yang berbahaya. HIV melekat dan menjangkiti sel CD4 dan
mejadikan sel CD4 sebagai tempat untuk menggandakan virus HIV. Dalam
proses ini, sel CD4 yang telah terjangkit kehilangan kekuatannya untuk
melawan penyakit.

C. Cara Penularan AIDS

AIDS adalah penyakit hubungan seksual (PHS). Hal ini berarti penyakit
tersebut didapatkan melalui hubungan seksual yang tidak terlindung dengan
seseorang yang terinfeksi. Juga dapat didapatkan dari kontak darah dengan
darah bersama orang yang terinfeksi. HIV menginfeksi sel-sel darah putih.
Kebanyakan sel-sel darah putih ditemukan dalam dua jenis cairan tubuh yang
penting : darah dan semen (cairan tempat hidupnya sperma dan sel-sel darah
putih). Tetapi banyak juga terdapat HIV yang menginfeksi sel-sel darah putih
dalam cairan vagina (termasuk darah menstruasi) dan air susu ibu (ASI) dari
orang yang terinfeksi HIV. HIV dapat menyebar ketika darah, semen, atau
cairan vagina dari orang yang terinfeksi memasuki tubuh orang lain. Hal ini
dapat terjadi dengan empat cara yang mendasar yaitu :

1. HIV dapat tertular dengan melakukan hubungan seksual yang tidak


terlindung melalui hubungan vagina, anal atau oral dengan seseorang
yang terinfeksi.
Vagina, rectum, uretra, mulut dan tenggorokan semuanya dilapisi
oleh lapisan sel-sel spongiosa (seperti busa) disebut membrane mukosa.
Dibawah membrane mukosa adalah pembuluh darah. Bila seseorang
melakukan hubungan sek vagina, anal, atau oral HIV dalam darah,
semen, atau cairan vagina dari orang yang terinfeksi dapat mengalir
kedalam mukosa tersebut seperti halnya air yang diserap oleh busa.
7

Lapisan dari vagina terbentuk dari banyak lapisan membrane mukosa,


dan pembuluh darah yang terdapat didalamnya terletak jauh
dipermukaan dalam.
Tidak seperti vagina, rectum tidak dapat meregang dengan
mudah ketika melakukan hubungan seks anal, sangat mudah bagi virus
HIV untuk masuk kedalam alran darah melalui lapisan membrane
mukosa yang tipis dan sangat mudah mengakibatkan luka pada lapisan
tersebut. Virus HIV pada semen laki-laki yang terinfeksi dapat
menggunakan luka tersebut sebagai jalan masuk ke dalam aliran darah
pasangannya. Hubungan seks anal kemungkinan merupakan hubungan
seks yang paling beresiko.

2. HIV dapat tertular dengan menggunakan jarum hypodermis atau


peralatan dari seseorang yang terinfeksi.
Orang menggunakan obat terlarang dengan banyak cara, salah
satu yang paling berbahaya dengan menyuntikkan obat apalagi ketika
jarum itu terinfeksi oleh HIV, apalagi jika digunakan dengan
bersamasama. Setelah seseorang dengan HIV menggunakan jarum atau
alat suntik untuk menyuntik, setetes kecil darah terinfeksi tertinggal
dalam jarum dan alat suntikan. Maka bila anda menggunakan alat yang
sama tidak menutup kemungkinan anda akan tertular.

3. Penularan Melalui Tranfusi Darah


Tranfusi darah adalah ketika anda mendapatkan darah atau
komponen darah yang diberikan (didonorkan) oleh orang lain. Sebelum
tahun 1985, sejumlah orang mendapakan tranfusi darah karena mereka
diberikan darah yang terinfeksi oleh HIV.

4. Wanita Hamil Pengidap HIV


Wanita hamil dapat menularkan virus pada bayi yang ada
didalam kandungannya. Janin mendapatkan makanan dari ibunya
melalui plasenta dan tali pusat, sekelompok pembuluh darah yang
menghubungakan bayi pada bunya pada pusat bayi (dibawah perut).
Bila wanita yang hamil memiliki HIV dalam darahnya, akan
8

memungkinkan.bahwa wannita tersebut akan menularkan virus pada


jannin nya selama kehamilan atau selama kelahiran bayi tersebut
bayinya akan terlahir dengan HIV. Walauupun kurang umum juga
memungkinkan bahwa ibu yang terinfeksi dapat menularkan virus pada
anaknya bila ia menyusui bayinya, karena HIV juga terdapat dalam
ASI.

D. Tahapan yang terjadi dalam penularan AIDS

Penularan AIDS meliputi :


1. Tahap dini, ( fase akut ) ditandai oleh viremia transien, masuk kedalam
jaringan limfosit, terjadi penurunan sementara dari CD4 sel T diikuti
pengaturan replikasi virus dengan dihasilkan CD8 sel T antivirus.
Secara klinis merupakan penyakit akut yang sembuh sendiri dengan
nyeri tenggorok, mialgia, non – spesifik, dan meningitis aseptic.
Kesembuhan klinis dalam jumlah CD4 sel T menjadi normal terjadi
dalam waktu 6 – 12 minggu.

2. Tahap menengah,( fase kronik ) berupa keadaan panas secara klinis


dengan replikasi virus yang rendah khusunya dijaringan limfoit, dan
hitungan CD4 secara perlahan menurun. Penderita dapat mengalami
pembesaran kelenjar limfe yang luas tanpa gejala yang jelas. Tahap ini
dapat mencapai beberapa tahun. Pada akhir tahap ini, terjadi demam,
kemerahan kulit, kelelahan, dan viremi. Tahap kronik dapat berakhir
antara 7 – 10 tahun.

3. Tahap akhir, ( fase krisis ) di tandai dengan menurunya pertahanan


tubuh penderita secara cepat berupa rendahnya jumlah CD4, penurunan
berat badan, diarre, infeksi oportunistik, dan keganasan sekunder.
Tahap ini umumnya dikenal sebagai AIDS. Petunjuk dari CDC di
Amerika Serikat mengganggap semua orang dengan infeksi HIV dan
jumlah sel T CD4 kurang dari 200 sel/µl sebagai AIDS, meskipun
gambaran klinis belum terlihat.
9

Gambaran klinis AIDS dapat berupa :


a) Berbagai macam infeksi oportunistik ( Pneumonia yang
disebabkan oleh Pneumocystis carinii terjadi pada 50 %
penderita ).
b) Spektrum luas dari infeksi bakteri piogenik ( menunjukan
gangguan imunitas humoral ).
c) Sejumlah keganasan sarkoma kaposi yang agresif ditemukan
pada 25% penderita, ditemukan lebih banyak pada penderita yang
homoseks daripada kelompok resiko lainya. Limfosit sel B non –
Hodgkin yang agresif trutama pada daerah ekstra nodul, dengan
kelinan pada otak ditemukan 60 kali lebih tinggi daripada
masyarakat umum.
d) Pada penderita AIDS, kurun waktu 5 tahun meningkat 85%.
Selanjutnya dapat meningkat sampai 100%.
BAB III
UPAYA PENCEGAHAN

Pada dasarnya upaya pencegahan AIDS dapat dilakukan oleh semua


orang dengan mudah, asal kita tahu secara pasti cara – cara penyebaran virus
AIDS ( HIV ). Ada dua cara pencegahan AIDS, yaitu jangka pendek dan
jangka panjang.

A. Upaya Pencegahan Jangka Pendek

Upaya pencegahan AIDS jangka pendek adalah dengan memberikan


informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus
AIDS (HIV), sehingga dapat diketahui langkah-langkah pencegahannya.
Adapun pencegahan Infeksi HIV melalui beberapa cara yaitu :

1. Pencegahan infeksi melalui hubunggan seksual


HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang
terbukti berperan dalam penularan AIDS adalah air mani, cairan vagina
dan darah. HIV dapat menyebar melalui hubunggan sexual dari pria ke
wanita, dari wanita ke pria dan dari pria ke pria.

a) Cara hubunggan sexual yang sangat rawan bagi penularan AIDS


yaitu:
1) Penis mitra sexual mengidap HIV masuk ke lubang dubur
pasangannya (Anognital Pasif).
2) Penis orang sehat masuk ke lubang dubur mitra sexual
pengidap HIV (Anogenital Aktif).
3) Penis Mitra Sexual pengidap HIV masuk ke vagina orang
sehat (G-MITO-Genital Aktif)
4) Penis orang sehat masuk ke vagina mitra sexual pengidap
HIV (G-MITO-Genital Aktif).
5) Senggama terputus (coitus interuptus) dengan mitra sexual
pengidap HIV.

10
11

b) Hubungan yang belum tentu aman


Hubungan atara mulut orang sehat dengan kelamin mitra
sexual pengidap HIV ( orogenital ), dengan tidak ada luka di
mulut ( sariawan).

c) Hubungan yang Aman


1) Penggunaan kondom secara tepat.
2) Melakukan hubunggan sexual hanya dengan seorang mitra
sexual yang setia dan tidak terinfeksi HIV (Monogami).
3) Mengurangi jumlah mitra sexual sesedikit mungkin.
4) Hindarai hubungan sexual dengan kelompok resiko tinggi
tertular AIDS.
5) Tidak melakukan hubungan sexual anogenital.
6) Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan
sexual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan
pengidap HIV.

2. Pencegahan infeksi HIV melalui darah


Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS.
Penularan AIDS melalui darah terjadi dengan :
a. Trasfusi darah yang mengandung HIV.
b. Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupunktur,tato,tindik)
bekas pake orang yang mengidaf HIV tanpa di sterilkan dengan
baik.
c. Pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pake orang
pengidap HIV.

Langkah-langkah utuk mencegah terjadinya penularan melalui


darah adalah:
1. Darah yang digunakan untuk traspusi di usahakan bebas HIV
dengan jalan memeriksa darah donor. Hal ini masih belum dapat
di laksanakan, sebab memerlukan biaya yang tinggi serta
peralatan yang canggih. Karena prevalensi HIV di indonesia
12

masih rendah, maka pemeriksaan donor darah hanya dengan uji


petik.
2. Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak
menjadi donor darah. Apabila terpaksa karena menolak menjadi
donor menyalahi kode etik donor, maka darah yang di curigai
harus di buang.
3. Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus di sterilisasikan secara
baku setiap kali habis di pakai.
4. Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS
harus di sterilisasikan secara baku.
5. Kelompok penyalahguna narkotika harus menghentikan kebiasan
menyuntikan obat kedalam badannya, serta menghentikan
kebiasaan menggunakan jarum suntik bersama.
6. Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable).
7. Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV.

3. Pencegahan Infeksi HIV melalui Ibu Hamil


Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus tersebut
kepada janinnya. Penularannya dapat terjadi pada waktu bayi di dalam
kandungan, pada waktu persalinan dan sesudah bayi di lahirkan. Upaya
untuk mencegah agar tidak terjadi penularan hanya dengan himbauan
agar ibu yang terinfeksi HIV tidak hamil.

4. Pencegahan AIDS Dengan Kondom


Kondom di Indonesia di kenal dengan alat kontrasepsi pada pria
selain untuk KB kondom biyasanya di konotasikan dengan
pelacuran,sehingga gambaran masyarakat awam tentang kondom sangat
rendah. Dalam upaya pencegahan pencegahan penyebab AIDS, kondom
sangat berperan dalam memutuskan mata rantai penularan aids lewat
jalur seksual. Penyuluhan di tunjukan pada resiko tinggi,agar melakukan
safe sexs dengan menggunakan kondom saat melakukan hubungan
kondom. Kondom yang di anjurkan untuk di gunakan adalah terbuat dari
lateks, sebab hasil penelitian membuktikan, bahwa kondom lateks tidak
dapat di tembus HIV. Sedangkan kondom yang terbuat dari bahan
13

alamiah seperti usus kambing dan sejenisnya tidak dapat memberikan


proteksi yang baik di anjurkan pula untuk menggunakan obat-obat
pembunuh sperma, karena obat tersebut juga dapat membunuh HIV.

B. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Panjang

Penyebaran AIDS di Indonesia ( Asia Pasifik ) sebagian besar adalah


karena hubungan seksual, terutama dengan orang asing. Kasus AIDS yang
menimpa orang Indonesia adalah mereka yang pernah keluar negeri dan
mengadakan hubungan seksual dengan orang asing. Hasil penelitian
menunjukan, bahwa resiko penularan dari suami pengidap HIV keisterinya
adalah 22% dan dari isteri pengidap HIV kesuaminya adalah 8%. Namun ada
penelitian lain yang lain berpendapat, bahwa resiko penulara suami – isteri
dan isteri – suami dianggap sama. Kemungkinan penularan tidak tergantung
pada frekuensi hubungan yang dilakukan suami isteri. Mengingat masalah
seksual masih merupakan barang tabuh di Indonesia, karena norma – norma
budaya dan agama yang masih kuat, sebetulnya masyarakat kita tidak boleh
risau terhadap penyebaran virus AIDS. Namun demikian, kita boleh lengah
sebab Negara kita merupakan terbuka.

Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah


merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan
meningkatkan norma – norma agama maupun social, sehingga masyarakat
dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab.

Sedangkan yang dimaksud perilaku seksual yang bertanggung jawab


adalah:
1. Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali.
2. Hanya melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang setia
dan terinfeksi HIV ( monogamy ).
3. Menghindari hubungan seksual dengan wanita/pria tuna susila.
4. Menghindari hubungan seksual dengan orang yang mempunyai lebih
dari satu mitra seksual.
5. Mengurangi jumlah mitra seksual sedikit mungkin.
6. Tidak hamil bila terinfeksi HIV.
14

7. Tidak melakukan hubungan seksual bila sariawan.


8. Menggunakan kondom dari awal sampai akhir hubungan seksual.

Kegiatan tersebut dapat berupa dialog antara tokoh tokoh agama,


penyebar luasan informasi tentan AIDS dengan bahasa agama, melalui
penataran P4, dan lain – lain yang semua bertujuan untuk mempertebal iman
serta norma – norma agama menuju perilaku seksual yang bertanggung
jawab. Dengan perilaku yang bertanggung jawab diharapkan mampu
mencegah penyebaran AIDS di Indonesia
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan penyebab dari


AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Virus HIV ini juga
disebut juga sebagai Human Lymphotropic Virus tipe III,
Lymphadenophaty-associated Virus ataupun Lymphadenophaty Virus.
Virus HIV merupakan retrovirus. Retrovirus adalah virus RNA yang
mempunyai enzim reverse transcriptase

2. Penyebab penyakit AIDS ialah terinfeksinya sel limfosit T helper oleh


virus HIV.

3. Ada 4 cara penularan AIDS yaitu hubungan seks bebas, pemakaian


jarum suntik yang tidak steril, transfusi darah, dan wanita hamil pegidap
HIV.

4. Ada tiga tahap yang terjadi dalam penularan AIDS yaitu Tahap Dini (
fase akut ), Tahap Menengah ( fase kronik ), Tahap Akhir ( fase krisis ).

5. Ada dua upaya pencegahan penularan AIDS :


a. Upaya pencegahan AIDS jangka pendek :
1) Pencegahan Infeksi HIV melelui hubungan seksual.
2) Pencegahan Infeksi HIV melelui darah.
3) Pencegahan Infeksi HIV melelui ibu hamil pengidap HIV.
4) Pencegahan Infeksi HIV dengan kondom.
b. Upaya pencegahan AIDS jangka panjang dengan cara perilaku
seksual yang bertanggung jawab.

B. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang


dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran-saran ini
diharapkan dapat berguna bagi perkembangan studi ilmiah mengenai depresi

15
16

dan kualitas hidup aspek social serta berguna bagi mahasiswa. Saran-saran
tersebut meliputi:

1. Bagi penderita HIV/AIDS


Para penderita HIV/AIDS diharapkan untuk aktif di dalam
mengikuti programprogram yang diperlukan penderita seperti program
pendampingan terapi ARV (antiretroviral) maupun konseling yang akan
memperpanjang kualitas hidup dalam berbagai aspek-aspek kehidupan
baik aspek fisik, psikologis maupun sosial dan terhindar dari infeksi
opportunistic dan menurunkan tingkat depresi.

2. Bagi keluarga dan teman-teman penderita

Keluarga dan teman sangat berperan di dalam memberikan


motivasi bagi para penderita HIV/AIDS dalam menghadapi situasi dan
kondisi yang dialami oleh para ODHA. Keluarga diharapkan lebih
memberikan dukungan-dukungan baik dukungan secara materi maupun
non materi agar penderita tidak terlalu terganggu dengan penyakit yang
dialaminya.

3. Bagi individu yang tidak pernah terinfeksi HIV/AIDS

HIV/AIDS diharapkan dapat melakukan pencegahan terhadap


penyebab terinfeksinya HIV/AIDS, salah satunya yaitu tidak
menggunakan narkoba dengan menggunakan jarum suntik, hindari
penggunaan jarum secara bergantian dan tidak disterilkan serta hindari
perilaku seks bebas. Dengan menghindari hal-hal tersebut dapat
terhindar dari terinfeksinya penyakit HIV/AIDS.

4. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain yang berminat untuk melanjutkan penelitian


tentang depresi dengan kualitas hidup aspek social pada Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA) disarankan untuk melakukan studi populasi
dengan menggunakan sampel yang lebih banyak yang disertai dengan
observasi dan interview. Selain itu peneliti juga harus memperhatikan
kuesioner yang digunakan pada penelitian, kuesioner pada penelitian
17

ini dimodifikasi oleh peneliti (kuesioner depresi) dan kuesioner


dukungan social dikembangkan sendiri oleh peneliti, oleh karena itu
jika ingin digunakan untuk penelitian selanjutnya kuesioner perlu diuji
kembali validitas dan reliabilitasnya.

5. Bagi psikolog,para konselor dan tenaga medis lainnya

Bagi psikolog, konselor dan tenaga medis lainnya diharapkan


untuk lebih memperhatikan permasalahan psikologis yang muncul
seperti depresi selama penderita menjalani pengobatan ARV agar tidak
mengganggu jalannya proses pengobatan.
Daftar Pustaka

Prabowo,Dr.Sonny (2022 November 18).Bagaimana cara penularan penyakit


AIDS: https://ciputrahospital.com/bagaimana-cara-penularan-penyakit-aids/

Agustina Novita, Ns,M.Kep (2022 Juli 31 ).Apa itu HIV


https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/754/ayo-cari-tahu-apa-itu-hiv

Marlinda Yetik, R.T. (2017). PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS.

Malahayati T.R. (2019). FAKTOR PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN


HIV/AIDS.

18

Anda mungkin juga menyukai