Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TREN DAN ISU HIV/AIDS DI INDONESIA

DISUSUN OLEH

SRI RAHAYU S. YUSUF

KEAS AKEPERAWATAN 2019

CO1419118

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan Menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah
Keperawatan HIV/AIDS berjudul “Tren dan Is HIV/AIDS di Indonesia”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalmiat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah Keperawatan HIV/AIDS yang berjudul “Tren
dan Isu HIV/AIDS di Indonesia”, ini bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Gorontalo, 4 juli 2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................ii

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang..................................................................................1


1.2 RumusanMasalah..............................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................1
1.4 Manfaat.............................................................................................1

BAB II Pembahasan

2.1 Definisi HIV/AIDS...........................................................................2


2.2 Tren dan Isu Perilaku Penularan HIV/AIDS.....................................2
2.3 Pendapat Yang Salah Mengenai Penularan HIV/AIDS....................4
2.4 Isu Gender: Masalah Wanita dan laki-laki........................................4
2.5 Pencegahan Penularan HIV/AIDS....................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................8
B. Saran........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1981 di Amerika Serikat
yangkemudian dengan pesatnya menyebar ke seluruh dunia. Di Negara-negara
Amerika Latindilaporkan 7.215 kasus AIDS melanda kaum muda berusia 20-49 tahun
yang sebagian besaradalah kaum homoseksual dan penggunaan obat-obat suntik ke
pembuluh darah (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:310).Pravalensi global HIV tetap stabil
dan jumlah infeksi HIV menurun sekitar 15% daritahun 2001 sampai 2008. Pada
tahun 2008 terdapat 280.000 orang meninggal dari 430.000 penderita HIV/AIDS, dan
tahun 2009 terdapat 33.300.000 penderita (WHO, 2009:7).Pada tahun 2001 dan 2010,
jumlah orang yang baru terinfeksi HIV menurun tajamsebesar 34% di Asia Tenggara.
Menurut WHO, dengan perluasan fasilitas serta penyediaanlayanan pengujian dan
konseling, sekitar 16 juta orang telh diuji untuk HIV/AIDS di seluruhAsia Tenggara
tahun 2011, 3,5 juta orang diperkirakan hidup dengan HIV AIDS di tahun2010,
diantaranya 140 ribu anak-anak dan perempuan (37% dari populasi penderita).Pada
zaman globalisasi seperti saat ini mempengaruhi dan bahkan membuat nilai-
nilaimoral dalam kehidupan menjadi kurang diperhatikan lagi. Pergaulan semakin
bebas sehinggamemicu terjadinya perbuatan yang tidak baik bagi kesehatan, hal
tersebut misalnya terjadinya penularan HIV AIDS. Banyak faktor yang melandasi hal
tersebut, seperti faktor pergaulanyang tidak sehat, ingin coba-coba, dan lain
sebagainya. Selain itu, faktor lainnya yaitu tidakadanya atau kurangnya pengetahuan
siswa mengenai efek samping atau akibat yang dapatditimbulkan dari perilaku
tersebut.Maraknya perilaku yang menyebabkan penularan HIV/AIDS misalnya
penggunaannarkoba dan seks bebas saat ini tidak hanya tren di kalangan para pemuda
yang sudah tidakmenduduki bangku sekolah lagi, saat ini perilaku tersebut telah
merajalela di kalangan para pelaja. Semua itu dikarenakan kurangnya pengetahuan
mengenai bahaya dan penularan HIVAIDS.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana perilaku
seseorangsehingga menyebabkan tertular Human Immunodeficiency Virus (HIV).

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah “Untuk mengetahui perilaku
Penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

D. MANFFAT
1. Mahasiswa dapat mengetahui, dan mengerti tentang Tren dan Isu Perilaku yang
BerisikoTertular atau Menularkan HIV/AIDS2
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti cara pencegahan HIV/AIDS
BAB II
PEMBAHSAN

2.1 Definisi HIV/AIDS


Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang mempunyai RNA-
nya danDNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode
inkubasi yang panjang. HIV menyebabkan kerusakan system imun dan
menghancurkannya. Hal tersebutterjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan
limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+
dan limfosit.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang
berartikumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan infeksivirus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi
diri dari serangan luarseperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau
merusak sistem pertahanan tubuhini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis
penyakit lain.
Seseorang menderita AIDS bukan karena keturunan dari penderita AIDS,
melainkanterjangkit atau terinfeksi virus penyebab AIDS. Oleh karena itu AIDS dapat
juga diartikansebagai kumpulan tanda gejala penyakit akibat hilangnya atau
menurunnya sistem kekebalantubuh seseorang. Jika sistem kekebalan tubuhnya dirusak
oleh virus AIDS, maka serangan penyakit yang biasa dan tidak bahaya pu bisa
menyebabkan meninggal. Penderita AIDS yangmeninggal, bukan semata-mata
disebabkan oleh virus, tapi oleh penyakit lain yang bisaditolak seandainya daya tahan
tubuhnya tidak dirusak oleh virus AIDS. AIDS merupakanfase terakhir dari HIV.

2.2 Tren dan Isu Perilaku Penularan HIV/AIDS

Hal-hal yang Menularkan HIV / AIDS Penularan akan terjadi bila ada kontak atau
percampuran dengan cairan dalam tubuh yang menggandung HIV, yaitu:1)

1. Melalui hubungan seksual dengan pengidap HIV Hubungan seksual ini bisa
homoseksualataupun heteroseksual. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral,
maupun anal denganseorang pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,
meliputi 80-90% dari totalkasus sedunia. Kontak seksual merupakan salah satu cara
utama transmisi HIV diberbagi belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan dalam
cairan semen, cairan vagina, cairan

serviks. Transmisi infeksi HIV melalui hubungan seksual lewat anus lebih mudah
karenahanya terdapat membrane mukosa rectum yang tipis dan mudah robek, anus
sering terjadilesi.

Penularan mudah terjadi apabila terdapat lesi penyalit kelamin dengan ulkus atau
peradangan jaringan seperti herpes genetalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid,
dantrikomoniasis. Risiko pada seks anal lebih besar dibandingkan seks vagina, dan
risikolebih besar pada reseptif daripada insertif (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 315).

2. Melalui tranfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar oleh HIV secara
langsungakan menularkan HIV ke dalam sistem peredaran darah si penerima.
Transfusi darah atau produk darah yang tercemar mempunyai risiko sampai >90%,
ditemukan 3-5% totalkasus sedunia. Suatu penelitian di amerika serikat melaporkan
risiko infeksi HIV-1melalui transfuse darah dari donor yang terinveksi HIV berkisar
antara 1 per 750.000hingga 1 per 835.000(Nasronudin,2007).Pemeriksaan antibody
HIV pada donor darahsangat mengurangi transmisi melalui transfusi darah dan
produk darah (contoh,konsentrasi factor VIII yang digunakan untuk perawatan
hemophilia) (Lange,2011)
3. Melalui jarum suntik atau alat tusuk lainnya (jarum akupuntur, tindik atau tato)
yangtercemar oleh virus HIV. Entah kapan praktek suntik menyuntik mulai
disenangi olehmasyarakat Indonesia. Tetapi yang jelas cara pengobatan modern ini
telah berkembangsubur terutama di desa-desa karena cara ini dianggap cukup
“ampuh” sebagai senjata pamungkas “semua jenis penyakit”. Suntikan sudah
menjadi trade mark pelayanan kesehatan. Pasien belum merasa “puas” kalau belum
disuntik, kadang tidak mau bayar kalau hanya diperiksa dan dinasehati saja. Petugas
pun merasa sudah menjalankanmisinya memberikan pengobatan yang memang
didambakan oleh pasien. Tetapi di balik praktek yang disenangi i, mengintip juga
bahaya yang mungkin fatal. Mungkin karenakurang disadari dan kurang diketahui,
penggunaan alat injeksi yang tidak steril akanmemberikan risiko penularan penyakit
seperti AIDS, Hepatitis, dan penyakit infeksilainnya di masyarakat. Fenomena salah
persepsi inilah yang berkembang di tempat-tempat pelayanan kesehatan. Lalu siapa
yang bertanggungjawab? Negosiasi tidak akanterjadi kalau salah sam pihak tidak
menghendakinya. OIeh karena itu yang bertanggung jawab menghentikan praktek ini
juga harus datang dari kedua belah pihak, baik petugaskesehatan maupun pasien.
Petugas kesehatan yang dianggap Iebih mengerti diharapkanakan lebih dahulu
menyadari, kemudian mengembangkan konseling untuk menghentikan kebiasaan
masyarakat ingin disuntik. Maka dari itu pemakaian jarum suntik secara bersamaan
oleh para pecandu narkotika akan lebih mudah menularkan HIV. Pemakaian jarum
suntik tidak steril atau pemakaian bersama jarum suntik dan spuitnya pada
pecandunarkotik berisiko 0,5-1%, ditemukan 5-10% total kasus sedunia. Penularan
melaluikecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai risiko 0,5%,
danmencakup <0,1% total kasus sedunia (Arif Mansjoer, 1977: 163).
4. Penularan HIV dari ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada janinnya sewaktu hamil,
persalinan, dan setelah melahirkan melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI). Angka
penularan selama kehamilan sekitar 5-10% (saat bayi masih berada
didalamrahim,melalui plasenta), sewaktu persalinan 10-20% (saat proses
persalinan,bayi terpapardarah ibu atau cairan vagina), dan saat pemberian ASI 10-
20%. Kemungkinan penularandari ibu ke bayi (mother-to-child transmission)
berkisar antara 30%, artinya dari setiap 10kehamilan ibu HIV positif kemungkinan
ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif(Komisi Penanggulangan AIDS, 2010). Ibu
yang positif HIV-1 tidak boleh menyusui bayinya karena iya dapat menambah
penularan perinatal. Selama beberapa tahun terakhir,ditemukan bahwa penularan
HIV perinatal dapat dikaitkan lebih akurat dengan pengukuran jumlah RNA- virus di
dalam plasma. Penularan ini lebih sering terjadi padakelahiran preterm, terutama
yang berkaitan dengan ketuban pecah dini(Cunningham,2004)
5. Potensi transmisi melalui cairan tubuh lainWalaupn HIV pernah ditemukan dalam air
liur pada sebagian kecil orang yang terinfeksi,tidak ada bukti yang meyakinkan
bahwa air liur dapat menularkan infeksi HIV baikmelalui ciuman biasa maupun
paparan lain misalnya sewaktu bekerja bagi petugaskesehatan. Selain itu, air liur
dibuktikan mengandung inhibitor terhadap aktivitas HIV,demikian juga belum ada
bukti bahwa cairan tubuh lain misalnya air mata, keringat danurin dapat merupakan
media transmisi HIV (Nasronudin,2007).
6. Transmisi pada petugas kesehatan dan petugas laboratoriumBerbagai penelitian multi
insitusi menyatakan bahwa risiko penularan HIV setelah kulittertusuk jarum atau
benda tajam lainnya yang tercemar oleh darah yang terinveksi HIVadalah sekitar
0,3% sedangkan resiko penularan HIV ke membrane mukosa atau kulityang
mengalami erosi adalah sekitar 0,09%.

2.3 Beberapa pendapat yang salah mengenai penularan HIV

1).HIV/AIDS menular melalui hubungan kontak sosial biasa dari satu orang ke oranglain
dirumah, tempat kerja atau tempat umum lainnya.

2) HIV/AIDS menular melalui makanan HIV/AIDS menular melalui udara dan


air(kolam renang,toilet,dll)

3)HIV/AIDS menular melalui serangga/nyamuk

4) HIV/AIDS menular melalui batuk,bersin,meludah

5)HIV/AIDS menular melalui bersalaman, menyentuh, berpelukan atau cium pipi.

2.4 Isu Gender : masalah wanita dan laki-laki

Wanita lebih mudah menjadi HIV-positif dan lebih terpengaruh dampak buruk
epidemidibandingkan laki-laki, karena alasan biologis, sosio-kultural dan ekonomi.
Sektor kesehatanmerupakan pengusaha utama dari pekerja wanita, pada beberapa kasus
sekitar 80% pekerjasektor kesehatan adalah wanita. Dalam keadaan demikian, sangat
penting untukmemperhatikan sepenuhnya dimensi gender dari K3 dan HIV/AIDS, dan
bahwa pekerjakesehatan laki-laki dan wanita menjadi sensitif gender, yang diberikan
melalui informasi, pendidikan dan pelatihan.

Pengusaha harus menjamin bahwa upaya-upaya berikut ini diperhatikan dan


ditampungdalam merancang dan menerapkan kebijakan dan program di tempat kerja:
a. Semua program sektor kesehatan harus sensitif gender, sebagaimana juga
sensitifterhadap etnis, usia, ketidak-mampuan, agama, status sosio-ekonomi, budaya
danorientasi seksual. Hal ini diwujudkan dengan secara jelas mentargetkan laki-laki
maupunwanita dalam program, dan melibatkan mereka dalam program yang
mengakui jenis dantingkat risiko yang berbeda bagi laki-laki dan wanita.
b. Informasi bagi wanita, khususnya wanita muda, perlu untuk mengingatkan
danmenjelaskan risiko mereka yang lebih tinggi untuk penularan HIV. Pendidikan
harusmembantu wanita dan laki-laki untuk mengerti dan bertindak atas hubungan
kekuatanyang tidak setara diantara mereka dalamlapangan pekerjaan dan situasi
personal; pelecehan dan kekerasan harus diutarakan secara khusus, tidak hanya dalam
tempatkerja tapi juga dalam situasi rumah tangga (domestik).
c. Program tempat kerja harus membantu wanita mengerti hak-hak mereka, baik
dalamtempat kerja maupun diluar tempat kerja, dan memberdayakan mereka untuk
melindungidiri mereka sendiri.
d. Pendidikan bagi laki-laki harus mencakup peningkatan kesadaran, penilaian risiko
danstrategi untuk mempromosikan tanggung jawab laki-laki berkaitan dengan
pencegahanHIV/AIDS, dan faktor-faktor lingkungan yang dapat mendukung perilaku
pencegahanyang bertanggung jawab.
e. Pelatihan HIV/AIDS bagi pekerja sektor kesehatan harus memberikan
pengertiantentang kebutuhan fisik dan psikologis khusus dari wanita HIV-positif,
termasukmasalah-masalah spesifik yang mereka hadapi dalam kesehatan reproduksi
dan anak.Pelatihan juga harus menjelaskan hambatan-hambatan untuk membuka
status HIV,seperti ketakutan terhadap stigma, diskriminasi atau kekerasan.

2.5 Pencegahan Penularan HIV/AIDS

1. Secara umum Lima pokok untuk mencegah penularan HIV (A, B, C, D, E) yaitu :
A: Abstinence, yaitu memilih untuk tidak melakukan hubungan seks berisiko
tinggi,terutama seks pranikah
B: Be Faithful, yaitu saling setia
C:Condom, yaitu menggunakan kondom secara konsisten dan benar
D: Drugs, yaitu tolak penggunaan NAPZA
E:Equipment , yaitu jangan pakai jarum suntik bersama
2. Pencegahan transmisi HIV dari Ibu ke AnakPemberian antiretrovirus
direkomendasikan untuk semua ibu hamil terinfeksi untukmengurangi risiko transmisi
HIV perinatal dengan cara menurunkan kadar HIV serendah-rendahnya dan untuk
memaksimalkan kesehatan ibu. Pada kehamilan, keuntungan pemberian antiretrovirus
harus dipertimbangkan terhadap potensi toksisitas,teratogenesis, serta efek samping
jangka lama. Berdasarkan hasil tes klinis di AS danPerancis (1994) menunjukkan
bahwa pemberian ZDV oral pada ibu hamil saat antenatal(usia kehamilan 14-34 bulan
hingga saat melahirkan) serta neonatal selama usia enamminggu pertama dapat
mengurangi risiko transmisi vertical. Pemberian antiretrovirus untuk mengurangi
transmisi perinatal pada beberapa situasi kehamilan yangdirekomendasikan Perinatal
HIV Guidelines Working Group di AS.
3. Pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah dan di masyarakat harus menekankan
bahwamempunyai pasangan seks yang berganti-ganti serta menggunakan obat suntik
bergantiandapat meningkatkan resiko infeksi HIV. Pelajar juga harus dibekali ilmu
pengetahuan bagaimana untuk menghindari atau mengurangi kebiasaan yang
mendatangkan resikoterkena infeksi HIV.
4. Satu-satunya jalan agar tidak terinfeksi adalah dengan tidak melakukan hubungan
seksatau hanya berhubungan seks dengan satu orang yang diketahui tidak mengidap
infeksi.Kondom lateks harus digunakan dengan benarsetiap kali seseorang melakukan
hubunganseks secara vaginal, anal atau oral.
5. Memperbanyak fasilitas pengobatan bagi pecandu obat terlarang akan mengurangi
penularan HIV. Begitu pula program “Harm reduction’’ yang menganjurkan para
penggunaan jarum suntik untuk menggunakan metode dekontaminasi dan
menghentikan penggunaan jarum bersama telah terbukti efektif.
6. Menyediakan fasilitas konseling HIV dimana identitas penderita dirahasiakan
sertamenyediakan tempat-tempat untuk melakukan pemeriksaan darah.
7. Setiap wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan disarankan untuk melaukan tes
HIVsebagai kegiatan rutin dan standar keperawatan kehamilan. Ibu dengan HIV
positif harusdi evaluasi untuk memperkirakan kebutuhan mereka terhadap terapi
zidovudine (ZDV)untuk mencegah penularan HIV melalui uterus dan perinatal.
8. Berbagai peraturan dan kebijakan telah dibuat oleh USFDA, untuk
mencegahkontaminasi HIV pada plasma dan darah, Semua darah donor harus di uji
antibodi HIV-nya. Hanya darah dengan hasil tes negatif yang digunakan.
9. Jika hendak melakukan transfusi Dokter harus melihat kondisi pasien dengan
telitiapakah ada indikasi medis untuk transfusi. Transfusi otolagus sangat dianjurkan.
10. Hanya produk faktor pembekuan darah yang sudah di seleksi dan yang telah
diperlakukandengan semestinya untuk dengan menonaktifkan HIV yang bisa
digunakan.
11. Sikap hati-hati harus dilakukan pada waktu penanganan, pemakaian dan pembuangan
jarum suntik atau semua jenis alat-alat yang berujung tajam lainnya agar tidak
tertusuk.Petugas kesehatan harus menggunakan sarung tangan lateks, pelindung mata,
dan alat pelindung lainnya untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan yang
mengandungdengan darah.
12. WHO merekomendasikan pemberian imunisasi bagi anak-anak dengan infeksi HIV
tanpagejala dengan vaksin-vakain EPI (Expanded Programme on Innunization); anak-
anakyang menunjukkan gejala sebaiknya tidak mendapatkan vaksin BCG. BCG dan
vaksinoral polo di AS tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada anak-anak
yangterinfeksi HIV tidak perduli terhadap ada tidaknya gejala, sedangkan vaksin
MMR(measles mumps-rubella) dapat diberikan kepada anak dengan infeksi HIV.
13. Untuk pengguna NAPZA. Pecandu yang IDU dapat terbebas dari penularan
HIV/AIDS, jika: Mulai berhenti menggunakan NAPZA, sebelum terinfeksi HIV. Atau
paling tidak,tidak memakai jarum suntik atau paling tidak, sehabis dipakai, jarum
suntik langsungdibuang atau paing tidak kalau menggunakan jarum yang sama,
sterilkan dulu, yaitudengan merendam pemutih (dengan kadar campuran yang benar)
atau direbus denganketinggian suhu yang benar. Proses ini biasa disebut bleaching
(sterilisasi dengan pemutih)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyebaran HIV/AIDS berlangsung dengan cepat. Sampai sekarang belum ada obat
yang bisa menyembuhkan HIV/AIDS, bahkan penyakit yang saat ini belum bisa
dicegah denganvaksin. HIV/AIDS merupakan penyakit yang sangat berbahaya, maka
dari itu kita haruswaspada terhadap virus tersebut. Sebaiknya kita menghindari
perilaku yang dapatmenularkan penyakit tersebut.

B. SARAN
Agar terhindar dari HIV/AIDS sebaiknya kita menghindari perilaku yang dapat
menularkan penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Masriadi. 2017. Epidimiologi Penyakit Menular Ed. 1 Cet. 2. Depok: Rajawali

PersSiyoto & Rohan. 2013. Buku Ajar: Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika

Jurnal : Ika Yuli Kumalasari. 2013. PERILAKU BERISIKO PENYEBAB HUMAN


IMMUNO DEFICIENCY VIRUS (HIV) POSITIF (Studi Kasus di Rumah Damai).
Semarang Journal of the International AIDS Society 2009, 12:23 doi:10.1186/1758-2652- 12-
23

Andrew E. GrulichA,B and John M. KaldorA ANational Centre in HIV Epidemiology and
Clinical Research, University of New South Wales, Sydney, NSW 2010, Australia

Anda mungkin juga menyukai