Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HIV DAN AIDS: Sejarah, Gejala, Cara Penularan dan upaya


pencegahannya

Diajukan sebagai remedial PAS mata pelajaran


Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Disusun Oleh:
Muhammad Naufal (24)
Kelas XI IPS 2

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 52


JAKARTA
2019
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Penularan dan
Pencegahan HIV/AIDS”. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan dalam
makalah ini dan kami juga mengharapkan kritik serta saran untuk memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-
rekan yang telah membantu dalam membuat makalah ini.

Jakarta, Desember 2019

Penyusun
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................1
BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan masalah...................................................................................................4
C. Tujuan penulisan....................................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................................5
A. Sejarah Perkembangan HIV/AIDS di Dunia dan di Indonesia..................................5
B. Pengertian HIV/AIDS.................................................................................................9
C. Epidemologi HIV-AIDS...........................................................................................10
D. Cara Penularan HIV/AIDS.......................................................................................13
E. Upaya Pencegahan HIV/AIDS..................................................................................15
BAB III : PENUTUP......................................................................................................19
A. Kesimpulan..........................................................................................................19
B. Saran....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20
3

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang
menyeramkan tentang HIV/AIDS. Penyebaran AIDS itu berlangsung secara cepat
dan mungkin sekarang sudah ada disekitar kita. Sampai sekarang belum ada obat
yang bisa menyembuhkan AIDS, bahkan penyakit yang saat ini belum bisa
dicegah dengan vaksin.

Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan


AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yaitu: H = Human
(manusia), I = Immuno deficiency (berkurangnya kekebalan), V = Virus.

Maka dapat dikatakan HIV adalah virus yang menyerang dan merusak sel
kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh kehilangan daya tahan dan mudah
terserang berbagai penyakit antara lain TBC, diare, sakit kulit, dll. Kumpulan
gejala penyakit yang menyerang tubuh kita itulah yang disebut AIDS

Maka, selama bertahun-tahun orang dapat terinfeksi HIV sebelum akhirnya


mengidap AIDS. Namun penyakit yang paling sering ditemukan pada penderita
AIDS adalah sejenis radang paru-paru yang langka, yang dikenal dengan nama
pneumocystis carinii pneumonia (PCP), dan sejenis kanker kulit yang langka yaitu
kaposi’s sarcoma (KS). Biasanya penyakit ini baru muncul dua sampai tiga tahun
setelah penderita didiagnosis mengidap AIDS. Seseorang yang telah terinfeksi
HIV belum tentu terlihat sakit. Secara fisik dia akan sama dengan orang yang
tidak terinfeksi HIV.

Oleh karena itu 90% dari pengidap AIDS tidak menyadari bahwa mereka
telah tertular virus AIDS, yaitu HIV karena masa inkubasi penyakit ini termasuk
lama dan itulah sebabnya mengapa penyakit ini sangat cepat tertular dari satu
orang ke orang lain. Masa inkubasi adalah periode atau masa dari saat penyebab
penyakit masuk ke dalam tubuh (saat penularan) sampai timbulnya penyakit.
4

B. Rumusan masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Apa itu HIV dan AIDS


2. Bagaimana bisa muncul HIV dan AIDS di dunia dan Indonesia
3. Bagaimanakah penyebaran HIV dan AIDS
4. Bagaimanakah Epidemologi HIV dan AIDS
5. Bagaimanakah cara menanggulangi HIV dan AIDS

C. Tujuan penulisan
Makalah ini ditulis dengan tujuan selain sebagai tugas remedial PAS mata
pelajaran PJOK juga untuk memberi berbagai pengetahuan kepada pembaca
mengenai HIV dan AIDS.
5

BAB II : PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan HIV/AIDS di Dunia dan di Indonesia


Sejarah HIV/AIDS diawali saat ada sejenis simpanse sebagai sumber infeksi
HIV ke manusia di Afrika Selatan. Simian Immunodeviciency Virus (SIV) diyakini
yang menularkan virus ke tubuh manusia. Virus ini bermutasi menjadi Human
Immunodeviciency Virus (HIV) saat pemburu hewan pemburu hewan ini untuk
pangan. Pada keadaan ini diduga terjadi kontak dengan darah simpanse yang telah
terinfeksi virus immunodeficiency. Perlahan namun pasti, virus ini menyebar ke
seluruh daratan Afrika dan bagian lain di seluruh dunia. Dalam sejarah, beberapa
pihak masih mencurigai adanya sumber infeksi HIV lain, bahkan ada yang pernah
mengatakan sumber infeksi HIV adalah akibat adanya kecelakaan produk
penelitian biologi, namun ini tidak benar karena sebelum epidemic terjadi pertama
kali pada tahun 1975 belum ada teknologi saat itu yang mampu untuk merancang
jenis virus tersebut.

Pada tahun 1986 tipe virus HIV-2 ditemukan dan diisolasi dari penderita
AIDS di Afrika Selatan. Transmisi virus HIV-2 serupa dengan transmisi virus
HIV-1 dan mengakibatkan gejala-gejala infeksi yang tidak berbeda dengan gejala-
gejala yang diakibatkan virus HIV-1. Pada penderita yang terinfeksi virus HIV-2
perjalanan menjadi AIDS dinyatakan lebih lambat dan lebih ringan dibandingkan
penderita yang terinfeksi virus HIV-1. Selain itu ditahap awal penularan virus
HIV-2 lebih rendah dibandingkan penularan infeksi HIV-2 lebh tinggi
dibandingkan penularan infeksi HIV-1. Infeksi HIV-2 lebih sering ditemukan
didaratan Afrika. Kasus pertama infeksi virus HIV-2 ditemukan di Amerika
Serikat tahun 1987 dan kemudian ditemukan pula kasus-kasus infeksi HIV-2 di
bagian dunia yang lain. Infeksi virus HIV menyebar dengan cepat ke seluruh
pelosok dunia, terutama akibat penularan secara kontak atau hubungan badan.
Sebesar 75% kasus terjadi akibat faktor risiko ini, terutama hubungan badan lain
6

jenis. Menyebarnya kasus HIV/AIDS di Amerika Serikat terjadi tepat pada saat
adanya isu kebebasan seksual sesame jenis.

Dari waktu ke waktu nama HIV/AIDS semakin terkenal, terkenalnya nama


itu tidak tidak disertai dengan pengetahuanbenar tentang nama tersebut. HIV dan
AIDS sering disama artikan padahal keduanya memiliki makna yang berbeda. HIV
(Virus Human Immunodeviciency Virus) merupakan penyebab penyakit yang
sangat mematikan dan dikenal dengan nama AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome) mrupakan penyakit infeksi yang menjadi masalah kesehatan global
yang tiada habisnya dari tahun ke tahun dan hamper tersebar di seluruh negara di
dunia. HIV/AIDS merupakan penyakit yang memiliki sejarah hidup. Sejarah yang
terus berkesinambungan sehingga merupakan rentang peristiwa yang Panjang dari
zaman dahulu hingga sekarang, dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Sejarah
tentang HIV/AIDS dimulai ketika tahun 1979 di Amerika Serikat ditemukann
seorang gay muda dengan Pneumocystis Carinii dan dua orang gay muda dengan
Sarkoma Kaposi. Pada tahun 1981 ditemukan seorang gay muda dengan
kerusakan sistem kekebalan tubuh, di Amerika Utara dan Inggris epideik pertama
terjadi pada kelompok laki-laki homoseksual, selanjutnya pada saat ini epidemic
terjadi juga pada pengguna obat dan pada populasi heteroseksual.

Secara global, infeksi HIV/AIDS mengalami penurunan. Semua ini


dikarenakan oleh intervensi yang menyebabkan perubahan pola komunikasi,
pemakaian kondom, pencegahan transmisi dari ibu ke anak,, kampanye khitan dan
pencegahan lainnya. Infeksi baru sudah menurun satu decade terakhir. Tahun
2013 infeksi HIV dunia mencapai 2,3 juta, mengalami penurunan sebanyak 33%
sejak tahun 2001.

Di Indonesia HIV pertama kali dilaporkan di bali pada bulan April 1987,
terjadi pada orang berkebangsaan Belanda. Sejak pertama kali ditemukan sampai
dengan tahun 2011, kasus HIV/AIDS tersebar di 368 dari 498 Kabupaten/Kota di
seluruh Provinsi di Indonesia, secara signnifikan kasus HIV/AIDS terus
meningkat.
7

Kasus HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tehun terutama


dari tahun 2009 ke tahun 2010 terjadi peningkatan yang cukup tajam. Hal ini
disebabkan sudah semakin baiknya teknologi informasi sehingga pencatatan dan
pelaporan kasus HIV/AIDS yang terjadi di masyarakat sudah semakin baik, serta
kerjasama yang baik dar pemerintah dan masyarakat sehingga populasi komunitas
yang beresiko dapat dijangkau dan diketahui. Kemudian di tahun 2011 terjadi
sedikit penurunan kasus HIV/AIDS hal ini dapat disebabkan penderita yang sudah
meninggal dunia dan efek dari diperkenalkan dan dijalankannya program CUP
(Condom Use 100 Percent).

Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit paling mematikan dalam sejarah.
Penyakit adalah bagian dari alam, namun kita harus melakukan yang terbaik untuk
mencagah penyebaran penyakit ini, dan untuk mendidik masyararakat tentang
pencegahan penyakit yang sudah ada di sekitar kita. Tidak lupa untuk senantiasa
membudayakan hidup sehat agar senantiasa terhindar dari penyakit. Setiap dua
pulih lima menit di Indonesia satu orang akan terinfeksi HIV, satu dari lima orang
terinfeksi berusia di bawah 25 tahun. Proyeksi Kementerian Kesehatan Indonesia
Memperlihatkan tanpa adanya percepatan program pencegahan HIV, lebih dari
500.000 orang di Indonesia akan positif terinfeksi HIV pada tahun 2014, Papua,
Jakarta dan Bali yang berada paling depan dalam tingkat penyebaran kasus HIV
baru per 100.000 orang. Jakarta memiliki angka terbesar untuk kasus baru pada
tahun 2011 yaitu sebesar 4.012 kasus.

Beberapa data pendukung penemuan HIV/AIDS di Indonesia yaitu 15 April


1987 kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan. Seorang wisatawan
beruasia 44 tahun asal Belanda, Edward Hop meninggal di Rumah Sakit Sanglah
Bali, kematian laki-laki asing itu disebabkan AIDS. Menurut catatan pada masa
itu, hanya ada enam orang di Indonesia yang didiagnosis HIV positif, dua diantara
mereka mengidap AIDS. Pada tahun 1987 sampai dengan Desember 2001 dari 671
pengidap AIDS di Indonesia, 280 diantaranya meninggal dunia. Pada bulan
Januari 2003 penderita HIV/AIDS di Bali bertambah 18 orang, total komulatif
penderita dari 233 orang menjadi 251 orang. Sampai saat ini belum bisa
8

dipastikan posisi bali dalam hal urutan jumlah penderita HIV/AIDS dalam skala
nasional. Pada bulan Juli 2013 salahsatu kasus baru yang belum banyak diketahui
orang lain adalah merebaknya HIV/AIDS dikalangan para petugas kesehatan
akibat secara tidak sengaja tersuntik jarum suntik yang biasa dugunakan oleh pada
penderita pengakit yang di identikan dengan penyakit seksual ini.

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta tercatat pada urutan pertama untuk kasus
AIDS di Indonesia dibandingkan dengan Papua, Bali, Riau, Jawa Timur dan Jawa
Barat. Ke enam daerah ini memasuki concentrated level epidemic AIDS.
Penyebab tingginya kasus AIDS di enam Provinsi itu adalah tidak sehatnya
perilaku seksual. Untuk itu diperlukan penanganan serius penularan AIDS, seperti
program abstinensi atau puasa seks, setia pada pasangan dan penggunaan alat
kontrasepsi. Kasus AIDS juga banyak ditemukan pada pengguna NAPZA,
khusunya di DKI Jakarta penangannya lewat peer group edication. Semula kasus
AIDS di Indonesia berada pada low level epidemic, sejak tahun 2000 kasus AIDS
di Indonesia meningkat menjadi concentrated level epidemic. Tapi belum masuk
tahap epidemi meluas yang diindikasikan dengan tingkat persentse kasus AIDS
pada ibu hamil mencapai di atas satu persen. Di Indonesia saat ini terdapat sekitar
40 ribu kasus Ibu Rumah Tangga yang terkena HIV/AIDS karena tertular dari
suami mereka. Pemicu penularan HIV/AIDS terbesar sampai saat ini, menurut data
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional adalah hubungan seksual yang beresiko.

Pada masa kini sebanyak 3,1 jutaa pria merupakan penikmat seks bebas dan
pelaku zina, lalu 800 ribu lainnya berhubungan seksual sesame jenis. Sedangkan
230 ribu pengidap terjangkit melalui jarum suntik yang digunakan secara
bergantian. Dilihat dari usia pengidap AIDS paling banyak terjadi pada kelompok
produktif yaitu dengan rentang usia 20 hingga 29 tahun, disusul kelompok umur
30 hingga 39 tahun. Tahun 2013 ada sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta
penduduk Indonesia mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan
adalah 0,1 % di seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, dimana
angka epidemik diperkirakan mencapai 2,4% dan cara penularan utamanya adalah
melalui hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
9

Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai


5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna obat
terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang berkecimpung
dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang melakukan
hubungan seksual dengan sesame pria, sejak 30 juni 2007 42% dari kasus AIDS
yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual dan 53% melalui
penggunaan obat terlarang. Cara penularan yang paling banyak adalah hubungan
seks heteroseksual yaitu sebanyak 51%. Berdasarkan data perkiraan jumlah
penduduk Indonesia 0,009 % dari yang tercatat adalah sebagai korban narkoba
sedangkan 0,001% tercatat sebagai sindikat pengedar (bandar pengedar dan
sebagainya).

B. Pengertian HIV/AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus penyebab AIDS. HIV
terdapat di dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfksi seperti di dalam
darah, cairan kelamin dan air susu Ibu. Virus ini menyerang system kekebalan
tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh kita untuk melawan segala
penyakit yang dating. Namun demikian orang yang tertular HIV tidak berarti
langsung sakit. Seseorang bisa hidup dengan HIV dalam tubuhnya bertahun-tahun
lamanya tanpa merasa sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang serius.
Lamanya masa sehat ini sangat dipengaruhi oleh keinginan yang kuat dari kita
sendiri dan bagaimana kita menjaga kesehatan dengan pola hidup yang sehat.
Walaupun tampak sehat, kita dapat menularkan HIV pada orang lain melalui
hubungan seks yang tidak aman, tranfusi darah atau pemakaian jarum suntik
secara bergantian.

AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrom disebut sebagai sindrom


yang merupakan kumpulan gejala-gejala berbagai penyakit dan infeksi akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus HIV.36 Orang yang mengidap
AIDS amat mudah tertular berbagai penyakit, hal itu terjadi karena system
10

kekebalan di dalam tubuh menurun. Perjalanan HIV ke AIDS sangatlah panjang


melewati beberapa fase, diantaranya:

a. Fase Pertama

Fase dimana tubuh sudah terinfeksi HIV, gejala dan tanda belum terlihat
jelas, kadangkala timbul dalam bentuk influenza, tetapi sudah dapat menularkan
HIV ke orang lain, fase ini dikenal dengan periode jendela (window period).37

b. Fase Kedua

Fase ini berlangsung 2 sampai sepuluh tahun setelah terinfeksi HIV. hasil tes
darah terhadap HIV sudah poditif tetapi belum menunjukan gejala-gejala sakit.
Orang ini dapat menularkan HIV kepada orang lain.

c. Fase Ketiga

Mulai muncul gejala-gejala penyakit terkait dengan HIV seperti ; keringat


dingin berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan
kelenjar getah bening, flu tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang, berat
badan terus menurun, yaitu 10% dari berat badan awal dalam waktu satu bulan.

d. Pada fase ini kekebalan tubuh berkurang dan timbul penyakit tertentu
yang disebut dengan infeksi oportunistik seperti ; kanker kulit yang disebut
dengan sarcoma Kaposi, infeksi paru-paru (TBC), infeksi usus yang menyebabkan
diare terus menerus, infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental, sakit
kepala dan sariawan, penurunan berat badan lebih dari 10%, fase ketiga dan
keempat ini disebut sebagai fase AIDS.

Penderita AIDS biasanya mengalami krisis kejiwaan pada dirinya, dalam


bentuk kepanikan, ketakutan, kecemasan, keputusasaan, dan depresi. Selain itu
adanya stigma yaitu reaksi sosial terhadap pasien HIV/AIDS yang jelek juga
menjadi permasalahan bagi penderita. Stigma ini muncul karena virus ini
berkaitan dengan perilaku seksual yang terlalu di umbar.
11

C. Epidemologi HIV-AIDS
Pada tahun 2009 sekitar 33 juta orang yang terinfeksi oleh virus dan
epidemi HIV (+). Benua Afrika meiliki jumlah tertinggi sebagai akibat tingkat
kemiskinan yang tinggi, sehingga akses ke perawatan kesehatan sangat minim.
Penyebaran infeksi virus HIV tertingggi teradapat di negara Afrika Selatan
sebanyak 5,7 juta orang terinfeksi dengan virus HIV (+) di afrika selatan. Tingkat
prevalensi dewasa adalah 17,9% menurut CIA World Fact Book Statistik. Di
afrika selatan anak juga dipengaruhi oleh virus sebanyak 11,2 % dari kejadian
HIV (+) pada anak-anak dan pemuda yang berada di bawah usia 24 tahun. Ketika
dicari proporsi jumlah mereka yang mengidap HIV (+) dengan jumlah penduduk,
ternyata anak-anak menyumbang 11% dari total populasi.

Epidemologi HIV/AIDS nasional lebih 6,5 juta perempuan di Indonesia


menjadi populasi rawan tertular dan menularkan HIV. Perempuan usia subur di
Indonesia telah terinveksi HIV sebanyak 24.000. Lebih dari 9.000 perempuan HIV
hamil dalam setiap tahunnya di Indonesia dari 30% diantaranya melahirkan bayi
yang tertular bila tidak ada PMTCT. Sedangkan yang termasuk dalam resiko
tersebut pasangan muda dari pengguna Napza suntik yang tidak menyadari telah
tertular HIV, istri atau pasangan seksual dari ODHA pria, penjaja seks yang hamil,
bayi atau balita dengan gangguan tumbuh kembang bayi/balita dengan gizi buruk,
bayi atau balita dengan ifeksi berulang.

Pada epidemologi HIV/AIDS dapat diuraikan mengenai faktor agent, faktor


Host dan factor Evironment, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Agent

HIV adalah virus penyebab AIDS termasuk retrovirus yang mudah


mengalami mutasi, sehingga sulit untuk membuat obat yangdapat membunuh
virus tersebut, Virus HIV sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh, termasuk
virus yang sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih,
sinar matahari dan berbagai disenfektan.
12

2. Faktor Host

Distribusi golongan umur penderita AIDS, Eropa, Afrika, dan Asia Tidak
jauh berbeda. Kelompok terbesar berada pada umur 20-39 tahun, karena aktif
melakukan hubungan seksual. Hal ini membuktikan bahwa transmisi seksual baik
homoseksual maupun heteroseksual merupakan pola trasmisi utama. Rasio jenis
kelamin pria dan wanita di Negara pola I adalah 10:1 karena sebagian besar
penderita adalah kaum homoseksual sedangkan di Negara Pola II ratio adalah
1:1.42

3. Faktor Environment

Lingkungan biologis, sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat


menentukan penyebaran AIDS. Lingkungan biologis antara lain adanya luka-luka
pada usus genita, herpes simplex dan shipilis meningkatkan prevalensi penularan
HIV.

Dewasa ini dunia telah mengalami suatu pandemik virus HIV. Pandemi ini
tidak hanya menimbulkan dampak negative di bidang medis, tetapi juga di bidang
sosial, ekonomi dan politik. AIDS merupakan masalah global yang penting, dan
merupakan masalah yang kompleks.

Masalah pandemi ini terbagi atas tiga aspek epidemi yang timbul secara
berkelanjutan yaitu :

1) Epidemi pertama yaitu epidemi HIV itu sendiri, yang secara diam-diam
tanpa disadari, dan tanpa diketahui terjadi di masyarakat. Epidemi ni disebut
silent epidemi. Dari penelitian seroarkeologi, ternyata HIV telah ada pada darah
beku dari afrika yang tersimpan sejak tahun 1959.

2) Epidemi kedua adalah munculnya munculnya kasus-kasus AIDS yang


terjadi beberapa tahun kemudian. Hal ini terjadi karena diperlukan waktu
beberapa tahun sebelum seseorang dengan infeksi HIV akan berkembang dan
menunjukan gejala-gejala AIDS yang nyata. Perkembangan akan terus berlanjut
13

dalam decade mendatang, walaupun andainya tidak terjadi lagi penularan baru,
karena sejumlah besar HIV yang asimtomatik akan terjadi sakit dan menunjukan
gejala AIDS.

3) Epidemi ketiga adalah reaksi masyarakat terhadap gejala HIV dan kasus
AIDS, sebagai akibat adanya kedua epidemi sebelumnya, hal ini mulai Nampak
sekitar pertrngahan tahun delapan puluhan, berupa dampak social, psikologi
bahkan dampak politik. Aspek ketiga epidemi ini akan tergantung dari
kemampuan masyarakat untuk mengulangi masalah social ini, sehingga dapat
mencegah timbulnya kecurigaan dan diskriminasi, yang berarti dapat respon
positif untuk mencegah penularan dan perawatan pada pengidap HIV/AIDS.

D. Cara Penularan HIV/AIDS


HIV terdapat dalam darah dan cairan tubuh seseorang yang tela tertular,
walaupun orang tersebut belum menunjukan keluhan atau gejala penyakit. HIV
hanya dapat ditularkan apabila terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh atau
darah. Dosis virus memang memegang peranan yang sangat penting, makin besar
jumlah virusnya makin besar juga kemungkinan infeksinya. Jumlah virus yang
banyak ada dalam darah, sperma, cairan vagina dan serviks dan cairan otak.
Dalam saliva, air mata, urin, keringat dan air susu hanya ditemukan sedikit sekali.
Tiga cara penularan HIV/AIDS adalah sebagai berikut :

a. Hubungan Seksual, baik secara vaginal, oral maupun anal dengan


seseorang pengidap. Ini merupan cara umum yang terjadi, meliputi 80-90% dari
total kasus sedunia, lebih mudah terjadi penlaran apabila lesi penyakit kelamin
dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea,
klamidia, kankroid dan trikomoniasis. Risiko pada seks anal lebih besar
disbanding seks vaginal, dan risiko juga lebih besar pada yang reseptive dari pada
yang insentive.

b. Kontak langsung dengan darah/produk darah/jarum suntik :


14

1) Tranfusi darah/produk darah yang tercemar HIV, risikonya sangat tinggi


sampai lebih dari 90%.

2) Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian Bersama jarum suntik dan


sempritnya pada para pecandu narkotika suntik. Risikonya sekitar 0,5-1%.

3) Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan


risikonya sekitar kurang dari 0,5%.

c. Secara vertikal, dari ibu hamil mengidap HIV kepada bayinya, baik
selama hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan. Risikonya sekitar 25-
40 %.

HIV/AIDS tidak menular melauli peralatan makan seperti piring, sendok


garpu, gelas, sumpit dan lain-lain, bersin atau batuk di dekat penderita HIV,
berpelukan serta berciuman dengan orang yang terinfeksi HIV (kalau sedang
menderita sariawan atau luka lain dimulut disarankan tidak berciuman dengan
mulut), berjabat tangan/bersalaman, bersentuhan dengan orang yang terinfeksi
HIV, hidup serumah dengan orang yang terinfeksi HIV (asal tidak melakukan
hubungan sex), gigitan nyamuk, menggunakan kamar mandi dan toilet bersama,
dan berenang Bersama. Kenyataan-kenyataan tersebut diatas memperkuat
pandangan bahwa tidak selayaknya penderita AIDS di singkirkan atau dikucilkan
dari pergaulan sehari-hari.

Tubuh mempunyai sistem kekebalan tubuh yag bertugas untuk melindungi


kita dari penyakit apapun yang menyerang kita dari luar. AntibodI adalah protein
yang dibuat oleh manusia. Bersama dengan bagian system kekebalan tubuh yang
lain, antibody bekerja untuk menghancurkan berbagai penyebab penyakit, yaitu
bakteri, jamur, virus dan sebagainya. sistem kekebalan tubuh kita membuat
antibodi yang berbeda-beda sesuai dengan jumlah yang dilawannya. Ada antibodi
khusus untuk semua penyakit termasuk HIV. Antibodi khusus HIV inilah yag
terdeteksi keberadaannya ketika hasil tes HIV dinyatakan rekatif (positif).
15

Salah satu jenis antibody yang berbeda pada sel darah putih adalah sel CD4,
fungsinya seperti saklar yang menghidupkan dan memadamkan kegiatan system
kekebalan tubuh, tergantung ada tidaknya kuman yang harus dilawan. HIV ynag
masuk ke tubuh menularkan sel CD4 membajak sel tersebut kemudian
menjadikannya pabrik yang membuat miliaran virus baru. Ketika proses tersebut
selesai partikel HIV yang baru meninggalkan sel dan masuk ke sel CD4 yang lain.
Sel yang ditinggalkan menjadi rusak atau mati. Jika sel-sel ini hancur atau
jumlahnya berkurang, maka system kekebalan tubuh kehilangan kemampuan
untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. Keadaan ini membuat seseorang
mudah terserang penyakit.

Jumlah sel CD4 dapat dihitung melalui tes darah khusu. Jumlah normal
pada orang sehat sekitar antara 500 sampai 1000. Setelah terinfeksi HIV jumlah
ini biasanya turun terus. Jadi kadar ini mencerminkan kesehatan system kekebalan
tubuh semakin rendah dan semakin rusak. Jika julah CD4 turun dibawah 200 ini
menunjukan bahwa system kekebalan tubuh sudah cukup rusak sehingga infeksi
oportunistik dapat menyerang tubuh. Ini berarti sudah memasuki fase AIDS,
seseorang dapat memepertahankan system kekebalan tubuh agar tetap baik dengan
memakai obat antiretroviral.

E. Upaya Pencegahan HIV/AIDS


Upaya pencegahan suatu penyakit dan virus, termasuk pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS selama ini sudah banyak dilakukan oleh organisasi
pemerintah maupun non pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dalam
bentuk seminar, workshop, penyuluhan, pelatihan, penerbitan buku, bahkan
pamlet atau stiker tentang bahaya HIV/AIDS dan cara-cara pencegahannya.
Berbagai upaya pencegahan bertujuan untuk:

1. Menurunkan hingga meniadakan infeksi HIV baru ;

2. Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh AIDS


Menurunkan stigma diskriminasi terhadap ODHA ;
16

3. Meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan mengurangi dampak sosial


ekonomi dari penyakit HIV dan AIDS pada individu, keluarga, dan masyarakat.

Berkaitan dengan pencapaian tujuan tersebut Pemerintah melalui


Kementrian Kesehatan mengeluarkan PERMENKES No.21 Tahun 2013 tentang
penanggulangan HIV/AIDS. Di mana secara rinci tertuang pada bab I Ketentuan
Umum Pasal I, No.I yang menjelaskan bahwasanya Penanggulangan adalah segala
upaya yang meliputi beberapa pelayanan yaitu:

a) Promotif (fungsi pemahaman): yaitu fungsi bimbingan dan konseling


yang membantu konseli atau klien agar memiliki pemahaman terhadap dirinya
(potensinya), dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, klien diharapkan mampu mengembangkan potensi
dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara
dinamis dan konstruktif.

b) Preventif (fungsi pencegahan): yaitu membantu individu menjaga atau


mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

c) Kuratif: yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang


dihadapi atau dialami.

d) Rehabilitatif: layanan ini ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan,


angka kematian, mengatasi penularan serta penyebaran penyakit agar wabah tidak
meluas ke daerah lain serta mengurangi dampak negative yang ditimbulkannya.

Mengacu pada PERMENKES NO. 21 tahun 2013 mengenai


penanggulangan HIV/AIDS di atas, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat ini
juga tengah berupaya untuk menanggulangi kasus HIV/AIDS di Indonesia.

Program pencegahan HIV/AIDS hanya dapat efektif bila dilakukan dengan


komitmen masyarakat dan komitmen politik yang tinggi untuk mencegah dan atau
mengurangi perilaku risiko tinggi terhadap penularan HIV.49 Upaya pencegahan
meliputi :
17

a. Pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah dan di amsyarakat harus


menekankan bahwa mempunyai pasangan seks yang bergunta-ganti serta
menggunakan obat suntik berhantian dapat meningatkan risiko terkena inveksi
HIV.

b. Satu-satunya jaan agar terinfeksi adalah dengan tidak melakukan


hubungan seks atau hanya behubungan seks dengan satu orang yang diketahui
tidak mengidap infeksi.

c. Memperbanyak fasilitas pengobatan bagi pecandu obat terlarang akan


mengurangi penularan HIV.

d. Menyediakan fasilitas konseling HIV dimana identitas penderita


dirahasiakan atau dilakukan secara anonimus serta menyediakan tempat-tempat
untuk melakukan pemeriksaan darah.

e. Setiap wanita hamilsebaiknya sejak awal kehamilan disarankan untuk


dilakukan tes HIV sebagai kegiatan rutin dari stadar perawatan kehamilan. Ibu
dengan HIV positif harus dievaluasi untuk memperkirakan kebutuhan mereka
terhadap terapi zidovudine (ZDV) untuk mencegah penularan HIV melalui uterus
dan prinatal.

f. Berbagai peraturan dan kebijakan telah dibuat oleh USFDA, untuk


mencegah kontaminasi HIV pada plasma dan darah, semua darah donor harus
diuji antibody HIVnya, hanya darah dengan hasil tes negative yang digunakan,
orang yang mempunyai kebiasaan risiko tinggi terkena HIV sebaiknya tidak
mendonorkan plasma, darah, organ-organ untuk transpalansi, sel atau jaringan
(termasuk cairan semen umtukinseminasi buatan).

g. Jika hendak melakukan tarnsfusi Dokter harus melihat kondisi pasien


dengan teliti apakah ada indikasi medis untuk transfuse. Transfusi otologus sangat
dianjurkan.
18

h. Hanya produk faktor pembekuan darah yang sudah di seleksi dan yang
telah diperlakukan dengan semestinya, untuk menonaktifkan HIV yang bisa
digunakan.

i. Sikap hati-hati harus dilakukan pada waktu penanganan, pemakaian dan


pembuangan jarum suntik atau semua jenis alat-alat yang berujung tajam lainnya
agar tidak tertusuk.

j. WHO merekomendasikan pemberian imunisasi bagi anak-anak dengan


infeksi HIV tanpa gejala dengan vaksin-vaksin EPI (Expanded Programme on
Immunization).

Prinsip pencegahan dapat dilakukan melalui pencegahan penularan virus


HIV (+)/AIDS melalui hubungan seksual (terbanyak) yaitu tidak bergunta-ganti
pasangan seksual atau jika terpaksa harus menggunkan kondom jika melakukan
hubungan seksual dengan orang yang berisiko tinggi. Secara umum, pencegahan
untuk HIV (+)/AIDS meliputi tiga aspek utama yaitu : (1) pengetahuan melalui
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan sedini mungkin
termasuk penggunaan kondom saat berhubungan seks, (2) sikap untuk tidak
mendiskriminasi ODHA, dan (3) meningkatkan prilaku hidup sehat.

Prilaku hidup sehat melalui formulasi pencegahan dengan cara “A-B-C-D-


E” yang artinya : A (Abstinensia) tidak melakukan hubungan seks sebelum
menikah, B (be faith full) setia pada pasangan jika sudah menikah dan
pasanganjuga setia, C (use condom) menggunakan kondom sebagai alat
pencegahan penularan HIV (+)/AIDS pada saat berhubungan seks dan kondom
juga digunakan bag pasangan keduanya, D (use drugs) tidak menggunakan narkoa
dan E (educative) memberikan informasi dari sumber yang kompeten melalui
penyuluhan, seminar, pelatihan, dan lain-lain.
19

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyebaran AIDS itu berlangsung secara cepat dan mungkin sekarang sudah
ada disekitar kita. Sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan
AIDS, bahkan penyakit yang saat ini belum bisa dicegah dengan vaksin. HIV
merupakan penyakit yang sangat berbahaya, maka dari itu kita harus waspada
terhadap virus tersebut. Sebaiknya kita tidak melakukan hal-hal yang dapat
menularkan penyakit tersebut. Ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati.

B. Saran
Agar kita semua terhindar dari AIDS, maka kita harus berhati-hati memilih
pasangan hidup, jangan sampai kita menikah dengan pasangan yang mengicap
HIV / AIDS, karena selain dapat menular kepada diri kita sendiri juga dapat
menular kepada janin dalam kandungan kita. Kita juga harus berhati-hati dalam
pemakaian jarum suntik secara bergantian dan tranfusi darah dengan darah yang
sudah terpapar HIV.
20

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/hiv-aids

https://en.wikipedia.org/wiki/HIV/AIDS

https://id.wikipedia.org/wiki/AIDS

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids

https://medlineplus.gov/hivaids.html

Sumaryoto dan Nopembri, Soni. 2014. Pendidikan Jasmani Olahraga dan


Kesehatan kelas XI Semester 2. Jakarta: pusat kurikulum dan perbukuan.

Anda mungkin juga menyukai