DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan hidayah, rahmat dan
lindungannya. Akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Demikianlah makalah yang kami susun dan jika ada tulisan atau
prerkataan yang kurang berkenanatau kuarang sopan saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga makalah yang kami buat ini bisa bermafaat bagi
pembaca.
Penyusun ,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
BAB II: PEMBAHASAN................................................................................... 2
A. Pengertian ...................................................................................... 2
B. Etiologi ........................................................................................... 3
C. Macam-macam infeksi HIV/AIDS ................................................ 5
D. Patofisiologi ................................................................................... 6
E. Gejala HIV/AIDS ........................................................................... 7
F. Pemeriksaan diagnostik ................................................................. 7
G. Pengobatan dan mekanisme kerja obat yang digunakan
untuk pengobatan HIV/AIDS ....................................................... 8
H. Cara meningkatkan CD4 ................................................................ 17
I. Komplikasi penyakit HIV/AIDS .................................................... 19
J. Perkembangan faksin HIV/AIDS................................................... 22
BABIII: PENUTUP............................................................................................. 23
A. Kesimpulan..................................................................................... 23
B. Saran............................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini
adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk
memproduksi kembali dirinya. Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal
adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki–laki dari
Kinshasa di Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi
(Djausi, 2001).
Permasalahan HIV dan AIDS bukan saja menjadi masalah nasional akan tetapi
sudah menjadi masalah global karena lebih dari 40 juta jiwa manusia di dunia hidup
dengan HIV Estimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebanyak 640.433
dengan penyebaran ke seluruh provinsi di Indonesia. hal ini menandakan bahwa
tidfak ada daerah yang benar-benar bebas dari HVI/AIDS.(Kementrian Kesehatan
RI tahun 2019)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan virus HIV/AIDS?
2. Apa perkembangan obat terbaru HIV/AIDS?
1
3. Bagaimana cara meningkatkan CD4?
4. Bagaimana cara penanggulangan komplikasi penyakit HIV/AIDS?
5. Meningkatkan status gizi penderita HIV/AIDS?
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang
menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif
lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma
penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
B. Etiologi
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
3
pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya
disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.
Cara penularan HIV:
1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah
terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat
dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana
darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang
tidak steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan
seseorang yang telah terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa
kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal
1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang
dikandungnya.
4
2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada
saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga
virus dari ibu dapat menular pada bayi.
3. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam kandungan
atau juga melalui ASI
4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI
Kelompok resiko tinggi:
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi (Ida, 2010).
1. Tahap dini, fase akut, ditandai oleh viremia transien, masuk ke dalam jaringan
limfoid, terjadi penurunan sementara dari CD4+ sel T diikuti serokonversi dan
pengaturan replikasi virus dengan dihasilkannya CD8+ sel T antivirus. Secara
klinis merupakan penyakit akut yang sembuh sendiri dengan nyeri tenggorok,
mialgia non-spesifik, dan meningitis aseptik. Keseimbangan klinis dan jumlah
CD4+ sel T menjadi normal terjadi dalam waktu 6-12 minggu.
2. Tahap menengah, fase kronik, berupa keadaan laten secara klinis dengan
replikasi. virus yang rendah khususnya di jaringan limfoid dan hitungan CD4+
secara perlahan menurun. Penderita dapat mengalami pembesaran kelenjar
limfe yang luas tanpa gejala yang jelas. Tahap ini dapat mencapai beberapa
tahun. Pada akhir tahap ini terjadi demam, kemerahan kulit, kelelahan, dan
viremia. Tahap kronik dapat berakhir antara 7-10 tahun.
5
3. Tahap akhir, fase krisis, ditandai dengan menurunnya pertahanan tubuh
penderita secara cepat berupa rendahnya jumlah CD4+, penurunan berat badan,
diare, infeksi oportunistik, dan keganasan sekunder. Tahap ini umumnya
dikenal sebagai AIDS. Petunjuk dari CDC di Amerika Serikat menganggap
semua orang dengan infeksi HIV dan jumlah sel T CD4+ kurang dari 200
sel/µl sebagai AIDS, meskipun gambaran klinis belum terlihat. ( Robbins,
1998).
D. Patofisiologi
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan
dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus
dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah
menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim yang disebut
reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA manusia,
yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut
mulai menghasilkan virus–virus HI.
Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus
yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas
dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah
proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan
tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan
penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus tersebut
dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel–
sel yang terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang. Respons tersebut
mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya.
Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800–1200
sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–nya
terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–infeksi
oportunistik.
6
Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika sistem
kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat infeksi–
infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang
pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal (Wirya, 2003).
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
- Hematokrit.
- LED
7
- CD4 limfosit
- Rasio CD4/CD limfosit
- Serum mikroglobulin B2
Hemoglobulin (Djausi, 2001).
8
sehingga terbentuk DNA komplementer yang berbeda dari DNA HIV. DNA
yang berbeda inilah yang menyebabkan penghentian proses transkripsi dan
pencegahan terhadap proses elongasi. Pada jenis Tenofovir, zat aktif sudah
dalam bentuk nukleotida, sehingga tidak perlu dilakukan fosforilasi. Contoh obat
yang termasuk golongan ini adalah Zidovudine, Zalcitabine, Didanosine,
Stavudin, Lamivudin, Abacavir dan Tenofovir (Schooley, 2004).
a) Zidovudin
Mekanisme kerja: Target zidovudin adalah enzim reverse
transcriptase (RT) HIV. Zidovudin bekerja dengan cara menghambat
enzim reverse transcriptasevirus, setelah gugus azidotimidin (AZT) pada
zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT 5’monofosfat akan
bergabung pada ujung 3’ rantai DNA virus dan menghambat
reaksi reverse transcriptase.
Zidovudin (azidotimidin, AZT, Retrovir), adalah antimetabolit
timidin, yang mengalami fosforilasi anabolic dalam sel T manusia
menjadi nukleosida -5+- trifosfat kemudian berkompetisi dengan timidin
-5+- trifosfat dan bergabung dengan rantai pertumbuhan ADN. Obat
kemudian bekerja
sebagai penghambatterminasi rantai HIV reverse transcriptase, mencegah
translasikode ARN retrovirus kedalam double standed ADN sehingga
menghentikan pembuatan rantai ADN baru dan menghentikan replikasi
virus.
Zidovudin digunakan terutama untuk memperbaiki fungsi
kekebalan dan lain-lain, ketidaknormalan yang berhubungan dengan
AIDS. Obat ini dapat memperpanjang kemungkinan hidup penderita
AIDS tetapi tidak dapat menghilangkan virus HIV dari organ penderita.
Efek samping obat yang serius adalah penekanan fungsi sumsum tulang
belakang, sehingga menyebabkan anemia dan neutropenia. Sesudah
pemberian secara oral, zidovudin mempunyai ketersediaan hayati yang
baik dan mampu menembus sawar darah-otak, dengan waktu paro ±1 jam
9
Dosis : 200mg , setiap 4 jam.
10
c) Zalsitabin
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan
rantai DNA virus.
- Resistensi: resistensi terhadap zaisitabin disebabkan oleh mutasi pada
reserve transoriptase. Dilaporkan ada resistensi silang dengan
lamivudin.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
- Indikasi: infeksi HIV, terutama pada pasien HIV dewasa tingkat
lanjut yang tidak responsif terhadap zidovudin, dalam kombinasi
dengan anti HIV lainnya (bukan didanosin)
- Dosis: diberikan per oral 2.25 mg per hari (satu tablet 0,75 mg setiap
8 jam).
- Efek samping: Neuropati perifer, stomatitis, ruam, dan pancreatitis.
d) Stavudin
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan
rantai DNA virus.
- Resisten: resisten terhadap stavudin disebabkan oleh mutasi pada RT
kodon 75 dan kodon 50.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
- Indikasi: infeksi HIV, terutama HIV tingkat lanjut, dikombinasikan
dengan anti-HIV lainnya
- Dosis: per oral 80 mg per hari (satu kapsul 40 mg setiap 12 jam)
- Efek samping: Neuropati perifer. Pernah terjadi asidosis laktat,
peningkatan enzim transminase sementara. Efek samping lain yang
sering terjadi adalah sakit kepala, mual dan ruam.
e) Lamivudin
Obat ini bekerja pada HIV RT dan HBV RT dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.
11
- Resistensi: mutasi terhadap lamivudin disebkan karena mutasi pada
RT kodon 184. Terdapat laporan adanya resistensi silang dengan
didanosin dan zalcitabin.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2) dan HBV
- Indikasi: infeksi HIV dan HBV,: untuk infeksi HIV, dalam kombinasi
dengan anti HIV lainnya (seperti zidovudin dan abkavir)
- Dosis: per oral 300 mg per hari (1 tablet 150 mg dua kali sehari, atau
satu tablet 300 mg sekali sehari). Untuk terapi HIV, lamivudin dapat
dikombinasikan dengan zidovudin atau dengan zidovudin dan
abakavir.
- Efek samping: sakit kepala dan mual
f) Emtrisitabin
Merupakan derivat 5-fluorinated lamivudin. Obat ini diubah ke bentuk
trifosfat oleh enzim selular. Mekanisme kerja selanjutnya sama dengan
lamivudin.
- Resistensi: terdapat laporan resistensi silang antara lamivudin dan
emtrisitabin.
- Indikasi: infeksi HIV dan HBV
- Dosis: per oral sekali sehari 200 mg kapsul
- Efek samping: efek samping yang paling sering adalah nyeri abdomen
dengan rasa keram, diare, kelemahan otot, sakit kepala, lipodistropi,
mual, rhinitis, pruritus dan ruam. Yang lebih jarang terjadi adalah
reaksi alergi, asidosis laktat, mimpi buruk, parestesia, pneumonia,
steatosis hati.
g) Abakavir
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan
rantai DNA virus.
- Resistensi: resistensi terhadap abakavir
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
12
- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya
seperti zidovudin dan lamivudin.
- Dosis: per oral 600 mg per hari (2 tablet 300 mg)
- Efek samping: mual, muntah, diare, reaksi hipersensitif (demam,
malaise, ruam), dan gangguan gastrointestinal.
13
- Efek samping: Ruam, peningkatan tes fungsi hati, juga pernah terjadi
neutropenia.
c) Efaviren
Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non-substrat HIV-1 RT.
- Resisten terhadap efavirens
- Spekterum aktivitas: HIV tipe 1
- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya,
terutama NRTI dan NtRTI.
- Dosis: per oral 600 mg per hari (sekali sehari tablet 600 mg)
sebaiknya sebelum tidur untuk mengurangi efek samping SSPnya.
- Efek samping: sakit kepala, pusing, mimpi buruk, sulit berkonsntrasi
dan ruam.
14
- Efek samping: diare, mual, nyeri abdomen.
b) Ritonavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic
inhibitor.
- Resistensi terhadap ritonavir disebabkan oleh mutasi awal pada
protease kodon 82.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya
(NRTI dan PI seperti sakuinavir)
- Dosis: per oral 1200 mg per hari (6 kapsul 100 mg, dua kali sehari
bersama dengan makanan)
- Efek samping: mual, muntah, diare.
c) Indinavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic
inhibitor.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya
seperti NRTI.
- Dosis: per oral 2400 mg per hari (2 kapsul 400 mg setiap 8 jam,
dimakan dalam keadaan perut kososng, ditambah dengan dehidrasi)
sedikitnya 1,5 L air per hari. Obat ini tersedia dalam kapsul 100, 200,
333, dan 400 mg.
- Efek samping; mual, hiperbilirubinemia, dan batu ginjal.
d) Nelvinavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic
inhibitor.
- Resisten terhadap nelfinavir disebabkan terutama oleh mutasi pada
protease kodon 30.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
15
- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya
seperti NRTI.
- Dosis: per oral 2250 mg per hari (3 tablet 250 mg 3 kali sehari) atau
2500 mg per hari (5 tablet 250 mg 2 kali sehari), bersama dengan
makanan.
- Efek samping: Diare, mual, muntah.
e) Amprenavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic
inhibitor
- Resistensi terhadap amprenavir terutama disebabkan oleh mutasi pada
protease kodon 50.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya
seperti NRTI.
- Dosis: per oral 2400 mg per hari (8 kapsul 150 mg 2 kali sehari,
diberikan bersama atau tanpa makanan, tapi tidak boleh bersama
dengan makanan)
- Efek samping: mual, diare, ruam, parestesia perioral/oral.
f) Loponavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic
inhibitor.
- Resistensi: mutasi yang menyebabkan resistensi terhadap lopinavir
belum diketahui hingga saat ini.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya
seperti NRTI.
- Dosis: per oral 1000 mg per hari (3 kapsul 166,6 mg 2 kali sehari,
setiap kapsul mengandung 133,3 mg lopinavir + 33,3 ritonavir),
diberikan bersamaan dengan makanan.
16
- Efek samping: mual, muntah, peningkatan kadar kolesterol dan
trigliserida, peningkatan y-GT.
Berikut adalah pola hidup sehat yang sederhana namun sangat efektif
meningkatkan jumlah cd4 dalam tubuh kita:
17
mengurangi risiko perempuan terhadap HIV/AIDS dan resiko kenatian sekitar
30%- Sebuah uji coba besar di Thailand juga menemukan baHIVa multivitamin
menyebabkan kematian lebih sedikit. terapi hanya antara orang-orang pada
tahap lanjut penyakir HIV/AIDS
- Konseling Gizi
Konseling gizi mungkin termasuk pendidikan yang baik bagi para pnderita
HIV/AIDS. seperti topic konseling berikut ini
. Mencapai atau mempertahankan berat badan ,r.,ang sehat
. Mengelola kelainan lipid dan Iipod1,,stoph1.
' Mengelola komplikasi diet berhubungan dengan pengobatan
antiretroviral
' Mengelola gejala -vang dapat mempengaruhi asupan makanan
. Tepat penggunaan suplemen herbal dan I atau gizi
. Peran latihan
. Keamanan pangan (penting untuk mencegah infeksi oporlunistik )
- Makanan Sehat
Tempe atau produknya mengandung protein dan vitamin Bl2 untuk
mencukupi kebutuhan odha dan mengandung bakterisida yang dapat
mengobati dan mencegah diare. '
Kelapa dan produknya dapat memenulri kebutLrhan Iemak sekaligus
sebagai sumber energi karena mengandung MCT (metlium chain
trigliseride) yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. IVICT
merupakan enersi yang dapat digunakan untuk pembentukan sel.
Wortel mengadung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan pembentuk cD4.
Vitamin E bersama dengan vitamin C dan beta-karoten berfungsi
sebagai antiradikal bebas. Seperti diketahui akibat perusakan oleh HIV
pada selsel maka tubuh menghasilkan radikal bebas
Kembang kol, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan
mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4
18
Sayuran hijau dan kacang-kacangan. mengandung vitamin neurotropik
Bl, 86, Bl2 dan zat gizi mikro yang berguna untuk pembentukan cD4
dan pencegahan anemia
19
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; sepedi demam.
Berkerilgat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar. kedinginan,
nerasa lemah. Serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang
diderita pasien AIDS. Juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi
tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien. Pneumonia pneumocystis
(PCP) .iarang dijumpai pada orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik.
tetapi umumnya dilumpai pada orans ),ang terinfeksi HIV.Penyebab penyakit ini
adalah fungi Pneumc.ystis jirovec'ii. Sebelum adanva cliagnosis. perawatan, dan
tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat. penyakit ini
mumnya segera menvebabkan kematian. Di negara-negara berkembang. penyakit
ini masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites.
walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah cD4 kurang
dari 200 per pL.
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi laimya
yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat
(imunokompeten) melalui rute pemapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah
ditangani bila telah diidentifikasi. Dapat muncul pada stadium awal HIV, serta
dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC terhadap
berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit lni.
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofbgus), yaitu jalur
makanan dari mulut ke lambung. Pada individu y'ang terinf-eksi HlV. penlakit ini
teriadi karena infeksi jamur (amur kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-l atau
virus sitomegalo). la pun dapat disebabkan oleh mikobakteria. meskipun kasusnya
langka.
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi
karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum
(seperti Salmonella, Shigella, Li.steria. Kampilobakter. dan E.scherichia coli), serta
infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti kriptosporidiosis,
mikrosporidiosis, A'{ycobacleriunt uvinm complex. dan virus sitomegalo (CMV)
yang merupakan penyebab kolitis). Pada beberapa kasus. diare terjadi sebagai efek
20
samping dari obat-obatan yang digunakan untuk menangani HIV. atau efek samping
dari infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri.
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena
gangguan pada syaraf (neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh infeksi
organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai akibat
langsung dari penyakit itu sendiri. Toksoplasmosis adalah penyakit yang
disebabkan oleh parasit bersel-satu. Vang disebut Toxopla.sma gondii. Parasit ini
biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma
ensefalitis). namun ia ,juga dapat menginf-eksi dan menvebabkan penyakit pada
mata dan paru-paru. Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges nembran yang
menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh .iamur Cryptococcus
neoformans .
Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit demielinasi, yaitu
penyakit yang menghancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel
syaraf (akson). sehingga merusak penghantaran impuls syaraf. Ia disebabkan oleh
virus JC. yang 70Vo populasinya terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten.
dan menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan sangat lemah..
Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental
(demensia) yang ter-iadi karena menurumya metabolisme sel otak (enselidopati
metabolik) yang disebabkan oleh infeksi HIV dan didorong pula oleh terjadinya
pengaktifan imun oleh makrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami inf'eksi
HlV, sehingga mengeluarkan neurotoksin. Kerusakan syaraf yang spesifik, tampak
dalam bentuk ketidaknomalan kognitif, perilaku, dan motorik, yang muncul
bertahun-tahun setelah infeksi HIV terjadi. Hal ini berhubungan dengan keadaan
rendahnya jumlah sel T CD4* dan tingginya muatan virus pada plasma darah.
Pasien dengan infeksi HIV pada dasamya memiliki resiko yang lebih tinggi
terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA
penvebab mutasi genetik: yaitu terutama virus Epstein-Barf'1enV1" virus herpes
Sarkona Kaposi (KSHV). dan virus papiloma manusia (HPV).
21
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang
terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun
l98l adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh
virus dari subfamily gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8
yang.iuga.disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering
muncnl di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan. tetapi dapat menverang organ
lain. terutama mulut. saluran pencemaan. dan paru-paru.
Kanker getah bening tingkat tinggi (limfbma sel B) adalah kanker yang
menverang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening. misalnya
seperti limfbda Burkitt (Burkitt'.s lymphomct) atau sejenisnya (Burkitt'.s-like
lymphoma). difussi large B-cell Ivmphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf
pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV.
Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainya. seperti limfoma
Hodgkin. kanker usus besar bawah (recturtt) dan kanker anus. Namun demikian.
Banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker ushs besar
(cttlon). yang tidak meningkat kejadiamya pada pasien terinfeksi HIV.
Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak
spesifik. terutama demam ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi opodunistik
ini temasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus sitomegalo
22
akses terhadap TAR di negara-negara yang paling parah dampaknya, disamping
memperkuat kampanye pencegahan secara global. Bagaimanapun, mengobati orang
dalam jumlah besar memerlukan fungsi sistem pemeliharaan kesehatan yang
mempunyai kemampuan untuk memberikan dan memantau pengobatan disamping
melaksanakan upaya pencegahan yang sedang berjalan, serta memberikan
kepedulian dan dukungan jangka panjang.
HIV bermutasi secara cepat dan memiliki cara yang unik dalam menghindari
sistem pertahanan tubuh.
Vaksin pada dasarnya menargetkan virus dalam bentuk tertentu. Apabila virus
berubah, maka vaksin kemungkinan tidak akan berfungsi lagi. Dengan kondisi
tersebut, sulit membuat vaksin untuk melawan HIV.
Belum ada kasus penderita HIV yang menunjukkan respons imun yang
menghilangkan infeksi.
Vaksin biasanya dibuat untuk meniru reaksi kekebalan orang yang sudah
pulih. Tetapi, hampir tidak ada orang yang sembuh setelah tertular HIV.
Virus HIV yang inaktif (dilemahkan atau dimatikan) tidak efektif dalam
memunculkan respons imun pada uji coba.
Virus HIV yang hidup terlalu berbahaya untuk digunakan sebagai bahan
vaksin.
Di samping itu, model infeksi HIV yang melalui kelamin atau darah juga
terbilang tidak umum pada berbagai penyakit. Seringnya infeksi virus masuk ke
tubuh manusia melalui sistem pernapasan. Oleh karena itu, pengalaman peneliti
pun terbatas pada saat mengembangkan vaksinnya.
23
BAB III
PENTUP
A. Kesimpulan
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab
yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut sepertii
keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan
sebagainya (Laurentz ,1997 ).
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia (Wartono, 1999).
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh ( Syahlan, 1997).
Harus diingat bahwa belum ada vaksin untuk mencegah HIV/AIDS, dan
pengobatannya juga belum ada
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah HIV, diharapkan nantinya akan memberikan manfaat
bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan bagaimana
melakukan sebuah proses asuhan keperawatan terutama pada penderita HIV.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26