Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TENTANG HIV AIDS

Oleh

NAMA : Mutmainah

NIM : P00620219049

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLIKTEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAM BIMA

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus
(HIV) yang mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang berakibat turun atau hilangnya daya tahan tubuh
sehingga mudah terjangkit dan meninggal karena infeksi, kanker dan lain-lain,
sampai saat ini belum ditemukan vaksin dan pencegahnya. Pengobatan yang
ada saat ini hanya untuk menghambat perkembangan virus dalam darah. Pada
umumnya jangka waktu antara terkena infeksi dan munculnya gejala penyakit
pada orang dewasa memakan waktu rata-rata 6-10 tahun. Cara penularan HIV
adalah melalui hubungan seksual yang tidak aman, menggunakan jarum suntik
secara bergantian, transfusi darah yang terinfeksi HIV dan penularan dari ibu
yang terinfeksi HIV ke janin dan bayi. Semua cara penularan HIV dan AIDS
berkaitan dengan perilaku, sehingga perlu adanya intervensi untuk
mengidentifikasi perilaku pada sasaran kelompok beresiko (Depkes RI, 2010).
WHO menggungkapkan bahwa duapuluh tahun sejak ditemukanya virus
HIV secara klinis telah menjangkiti sekitar 56 juta orang di seluruh dunia. 22
juta diantaranya meninggal dunia. Pada akhir tahun 2011, jumlah orang yang
hidup dengan HIV sekitar 34,2 juta. Pada tahun yang sama, sekitar 2,5 juta.

orang yang baru terinfeksi, dan 1,7 meninggal karena AIDS, termasuk 230
anak-anak. Lebih dari 8 juta orang di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah yang menerima terapi ARV (Antiretroviral) pada akhir 2011.
Kasus AIDS pertama kali di temukan di Indonesia pada tanggal 1 Juli
1987. Situasi HIV/AIDS tahun 1987 sampai dengan Maret 2012 yakni kasus
HIV/AIDS tersebar di 386 (73,9%) dari 498 Kabupaten/ Kota diseluruh (33)
provinsi di Indonesia. Dari total populasi penduduk sebanyak 240 juta jiwa,
Indonesia memiliki prevalensi HIV sebesar 0,24% dengan estimasi ODHA
186.000, bahkan bisa mencapai 200.000. sedangkan jumlah kasus HIV/AIDS
pada tahun 2011 mengalami penurunan, tercatat sebanyak 15.509 dinyatakan
positif HIV dan AIDS mencapai 4.917. turunya jumlah penderita itu juga
berakibat pada angka kematian akibat HIV/AIDS, dari tahun 1987 hingga data
terakhir September 2011, Indonesia berhasil menurunkan angka kematian
hingga dibawah 2%. Hal ini menunjukkan program perlindungan dan
penyembuhan dikatakan berhasil. Target prevalensi penderita AIDS Indonesia
telah mencapai target Millenium Development Gols di tahun 2014 yakni 0,24
% dari target dibawah 0,5 %. Target lainya seperti penggunaan Kondom pada
hubungan seks berisiko tinggi belum tercapai. Saat ini baru 35% perempuan
dan laki-laki yang menggunakan kondom 20%, sementara target di tahun 2014
adalah 65% untuk perempuan dan 50% untuk laki-laki (Depkes RI, 2011).
3
Jumlah komulatif kasus HIV & AIDS di Jawa Tengah sampai dengan
September 2011 tecatat sebayak 4.299 kasus terdiri dari 2.400 kasus pengidap
HIV dan 1.899 kasus AIDS, 555 orang di antaranya sudah meninggal dunia.
Di Kabupaten Temanggung kasus HIV pertama kali di temukan pada
tahun 1997 dengan jumlah 1 kasus, dilaporkan sampai dengan 31 Desember
2011 jumlah HIV & AIDS di kabupaten Temanggung mencapai 172 kasus
yang terdiri dari 91 kasus mengidap HIV dan 81 kasus AIDS, 80 orang di
antaranya sudah meninggal dunia (Dinkes Temanggung, 2011).
Sejauh ini program yang telah dilaksanakan dalam upaya
penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Temanggung sudah menjadi
kegiatan rutin Dinas Kesehatan maupun dari sektor lain (Dinas Sosial, Dinas
Pendidikan, Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Temanggung), dengan
melaksanakan berbagai kegiatan pencegahan untuk menurunkan kasus
HIV/AIDS di Kabupaten Temanggung, penanggulangan HIV/AIDS Kabupaten
Temanggung tahun 2008-2012 telah menetapkan kebijakan dengan menyusun
rencana strategis (RENSTRA) yaitu, analisis situasi HIV/AIDS yang meliputi:
demografi, sosial budaya, pelayanan kesehatan, dan perkembangan penyakit,
dan program tersebut sudah terlaksana.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan HIV AIDS ?
2. Apa penyebab HIV AIDS ?
3. Bagaimana gejala dari HIV AIDS ?
4. Bagaimana diagnosis dari HIV AIDS ?
5. Bagaimana pengobatan dan pencegahan HIV AIDS ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahuai apa yang di maksud dengan HIV AIDS
2. Untuk mengetahui penyebab dari HIV AIDS
3. Muntuk mengetahui gejala dari t HIV AIDS
4. Untuk mengetahui diagnosis dari HIV AIDS
5. Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan HIV AIDS
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian HIV AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Obat
atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Dengan menjalani pengobatan tertentu,
pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa
menjalani hidup dengan normal. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah
kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami
AIDS, maka tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang
ditimbulkan.

Faktor Risiko HIV dan AIDS

Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:

 Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis
maupun heteroseksual.
 Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.
 Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.
 Pengguna narkotika suntik.
 Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.

2. Apa penyebab HIV AIDS ?


Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui
hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak
steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada
orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi
HIV.
3. Bagaimana gejala dari HIV AIDS ?

Tahap Pertama:

 Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi,
selama satu hingga dua bulan.
 Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
 Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening,
diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

Tahap Kedua:

 Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.


 Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
 Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.
 Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

Tahap Ketiga:

 Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi AIDS.
 Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.
 Merasa lelah setiap saat.
 Sulit bernapas.
 Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.
 Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.
 Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.
 Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.

4. Bagaimana diagnosis dari HIV AIDS


Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak.
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel
darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium. Jenis pemeriksaan untuk
mendeteksi HIV, antara lain:

 Tes antibodi. Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk
melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi
dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.

 Tes antigen. Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari
virus HIV, yaitu p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah
pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV.

Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap perlu
menjalani tes selanjutnya, untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter
mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang
tepat. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk
selanjutnya diteliti di laboratorium. Tes tersebut, antara lain:

 Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh
HIV. Jumlah CD4 normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik
darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik
darah.
 Pemeriksaan viral load (HIV RNA). Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian
dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari
100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak
tertangani. Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter
darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan
pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi.
 Tes resitensi (kekebalan) dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang
tepat bagi pengidap. Hal ini dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi
terhadap obat tertentu.

5. Bagaimana pengobatan dan pencegahan HIV AIDS


Pengobatan HIV dan AIDS
Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat
yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV).
ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan
diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai
varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.
Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4
untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–
6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu
dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.
Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV
begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin
besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi
obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk
kondisi pengidap.
Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal berikutnya.
Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter. Kondisi
pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat menggantinya
sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk mengonsumsi lebih
dari 1 obat ARV dalam sehari.

Pencegahan HIV dan AIDS

Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS,
antara lain:

 Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim, baik hubungan intim vaginal
maupun anal.
 Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.
 Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga menjalani
tes HIV.
 Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai penanganan
selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.
 Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.

Jika menduga baru saja terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan
hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Agar bisa mendapatkan
obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3
obat antiretroviral.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Standar Luaran
Standar Diagnosa Standar Intervensi
Keperawatan
No Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
Indonesia
(SDKI) (SIKI)
(SLKI)
1 Defisit Pengetahuan Setelah diberikan asuhan Edukasi Menyusui
Penyebab keperawatan selama … Observasi
1. Keterbatasan kognitif x… jam diharapkan  identifikasi kesiapan
2. Gangguan fungsi tingkat pengetahuan dan kemampuan
meningkat dengan
kognitif menerima informasi
kriteria hasil :
3. Kekeliruan mengikuti  Perilaku sesuai  identifikasi tujuan atau
anjuran meningkat keinginan menyusui
anjuran
Terapeutik
4. Kurang terpapar  Verbalisasi minat
 sediakan materi dan
dalam belajar
informasi media pendidikan
meningkat
5. Kurang minat dalam kesehatan
 Kemampuan
belajar  Jadwalkan pendidikan
menjelaskan
6. Kurang mampu kesehatan sesuai
pengetahuan tentang
mengingat kesepakatan
suatu topik meningkat
7. Ketidaktahuan  Berikan kesempatan
 Kemampuan
menemukan sumber untuk bertanya
menggambarkan
informasi  Dukung ibu
pengalaman
meningkatkan
sebelumnya yang
Gejala dan tanda mayor kepercayaan diri dalam
sesuai topik
Subjektif : menyusui
 Menanyakan meningkat
 Libatkan sistem
masalah yang  Perilaku sesuai dengan
pendukung : suami,
pengetahuan
dihadapi keluarga, tenaga
 Pertanyaan tentang
Objektif : kesehatan dan
 Menunjukkan masalah yang dihadapi
perilaku tidak menurun masyarakat
sesuai anjuran  Persepsi yang keliru Edukasi
terhadap masalah  Berikan konseling
 Menunjukkan
menurun menyusui
persepsi yang
 Menjalani  Jelaskan manfaat
keliru terhadap
pemeriksaan yang menyusui bagi ibu dan
masalah bayi
tidak tepat menurun
 Perilaku membaik  Ajarkan 4 posisi
Gejala dan tanda minor
Subjektif : - menyusui dan
Objektif : perlekatan dengan benar
 Menjalani
 Ajarkan perawatan
pemeriksaan tidak payudara antepartum
tepat dengan mengkompres
 Menunjukkan dengan kapas yang telah
perilaku berlebihan diberikan minyak
kelapa
 Ajarkan perawatan
payudara post partum
( mis memerah ASI,
pijat payudara, pijat
oksitosin)

2 Hipertermia SLKI : SIKI


Penyebab Termoregulasi Nyeri dan Kenyamanan
o Dehidrasi Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
o Terpapar lingkungan intervensi selama Observasi
panas ….x…… jam, o Identifikasi lokasi,
o Proses penyakit (mis. maka hipertermia karakteristik, durasi,
Infeksi dan kanker) menurun dengan frekuensi, kualitas,
o Ketidaksesuaian keriteria hasil intensitas nyeri
pakaian dengan suhu o Identifikasi skala
lingkungan o Menggigil nyeri
o Peningkatan laju menurun o Identifikasi respons
metabolissme o Tidak tampak nhyeri non verbal
o Respon trauma kulit yang o Identifikasi faktor
o Aktivitas berlebih memerah yang memperberat
o Penggunaan o Tidak ada dan memperingan
incubator kejang nyeri
o Tidak tampak o Identifikasi
Gejala dan tanda Akrosianosis pengetahuan dan
a. Mayor o Konsumsi keyaninan tentang
Subyektif oksigen nyeri
Tidak tersedia menurun o Identifikasi pengaruh
Obyektif o Piloereksi budaya terhadap
o Suhu tubuh menurun respon nyeri
diatas nilai o Idak tampak o Identifikasi pengaruh
normal pucat nyeri pada kualitas
b. Minor o Tidak terdapat hidup
Subyektif takikardia o Monitor keberhasilan
Tidak tersedia o Tidak tampak terapi komplementer
Obyektif takipnea yang sudah diberikan
o Kulit merah o Tidak terdapat o Monitor efek samping
o Kejang bradikardia penggunaan analgetik
o Takardi o Tidak ada Terapeutik
o Tachipnea hipoksia o Berikan teknik
o Kulit terasa o Suhu tubuh nonfarmakologis untuk
hangat membaik mengurangi rasa nyeri
o Suhu kulit o Control lingkungan yang
Kondisi Klinis Terkait membaik memperberat rasa nyeri
o Proses infeksi o Kadar glukosa o Fasilitasi istirahat dan tidur
o Hipertiroid membaik o Pertimbangkan jenis dan
o Stroke sumber nyeri dalam
o Dehidrasi pemilihan strategi meredakan
o Trauma nyeri
o Prematuritas Edukasi
o Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
o Jelaskan strategi meredakan
nyeri
o Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
o Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
o Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Terapi relaksasi
Observasi
o Identifikasi penurunan energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi,
atau gejala lain yang mengangu
kemampuan kognitif
o Identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
o Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
o Monitor respons terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik
o Ciptakan lingkungan yang
tenang dan tenang tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruangan nyaman, jika
memungkinkan
o Gunakan pakaian longgar
o Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
o Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain , jika sesuai
Edukasi
o Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia
o Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
o Anjurkan mengambil posisi
nyaman
o Anjurkan rileks dan
merasakan sensai relaksasi
o Anjurkan sering mengulamgi
atau melatih teknik yang
dipilij
o Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi

3 Nyeri akut SLKI: SIKI :


Penyebab :
1. Agen pencedra fisiologis (mis.
   Setelah dilakukan Manajemen nyeri

Inflamasi iskemia, neoplasma) asuhan keperawatan Observasi


2. Agenpencedera kimiawi (mis. selama 3 x 24 jam - Identifikasi lokasi,
Terbakar, bahan kimia iritan) diharapkan nyeri pada karakteristik, durasi,
3. Agen pencedera fisik (mis. pasien berkurang frekuensi, kualitas, intensitas
Abses, amputasi, prosedur dengan kriteria hasil : nyeri
operasi, taruma, dll) Tingkat Nyeri - Identifikasi skala nyeri
1. Nyeri berkurang - Identifikasi respon nyeri
Gejala dan tanda mayor dengan skala 2 nonverbal
Subjektif : mengeluh nyeri
Objektif 2. Pasien tidak - Identifikasi factor yang
 Tampak meringis mengeluh nyeri memperingan dan
 Bersikap proaktif (mis. 3. Pasien tampak memperberat nyeri
waspada, posisi tenang - Identifikasi pengetahuan dan
menghindari nyeri)
4. Pasien dapat tidur keyakinan tentang nyeri
 Gelisah
dengan tenang - Identifikasi budaya terhadap
 Frekuensi nadi meningkat
5. Frekuensi nadi respon nyeri
 Sulit tidur
dalam batas normal - Identifikasi pengaruh nyeri
Gejala dan tanda minor
(60-100 x/menit) terhadap kualitas hidup pasien
Subjektif : -
Objektif 6. Tekanan darah - Monitor efek samping
 Tekanan darah meningkat
dalam batas normal penggunaan analgetik
 Pola nafas berubah
(90/60 mmHg – - Monitor keberhasilan terapi
 Nafsu makan berubah
120/80 mmHg) komplementer yang sudah
 Proses berpikir terganggu
7. RR dalam batas diberikan
 Menarik diri normal (16-20 Terapeutik
 Berfokus pada diri sendiri x/menit) - Fasilitasi istirahat tidur
 diaforesisi Kontrol Nyeri - Kontrol lingkungan yang
1. Melaporkan bahwa memperberat nyeri ( missal:
nyeri berkurang suhu ruangan, pencahayaan
dengan dan kebisingan).
menggunakan - Beri teknik non farmakologis
manajemen nyeri untuk meredakan nyeri
2. Mampu mengenali (aromaterapi, terapi pijat,
nyeri (skala, hypnosis, biofeedback, teknik
intensitas, frekuensi imajinasi terbimbimbing,
dan tanda nyeri) teknik tarik napas dalam dan
Status Kenyamanan kompres hangat/ dingin)
1. Menyatakan rasa Edukasi
nyaman setelah - Jelaskan penyebab, periode
nyeri berkurang dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

4 Nyeri Kronis SLKI: SIKI


   Setelah dilakukan Manajemen nyeri
asuhan keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam - Identifikasi lokasi,
diharapkan nyeri pada karakteristik, durasi,
pasien berkurang frekuensi, kualitas, intensitas
dengan kriteria hasil : nyeri
Tingkat Nyeri - Identifikasi skala nyeri
1. Nyeri berkurang - Identifikasi respon nyeri
dengan skala 2 nonverbal
2. Pasien tidak - Identifikasi faktor yang
mengeluh nyeri memperingan dan
3. Pasien tampak memperberat nyeri
tenang - Identifikasi pengetahuan dan
4. Pasien dapat tidur keyakinan tentang nyeri
dengan tenang - Identifikasi budaya terhadap
5. Frekuensi nadi respon nyeri
dalam batas normal - Identifikasi pengaruh nyeri
(60-100 x/menit) terhadap kualitas hidup pasien
6. Tekanan darah - Monitor efek samping
dalam batas normal penggunaan analgetik
(90/60 mmHg – - Monitor keberhasilan terapi
120/80 mmHg) komplementer yang sudah
7. RR dalam batas diberikan
normal (16-20 Terapeutik
x/menit) - Berikan teknik non
Kontrol Nyeri farmakologis untuk
1. Melaporkan bahwa meredakan nyeri
nyeri berkurang (aromaterapi, terapi pijat,
dengan hypnosis, biofeedback, teknik
menggunakan imajinasi terbimbimbing,
manajemen nyeri teknik tarik napas dalam dan
2. Mampu mengenali kompres hangat/ dingin)
nyeri (skala, - Kontrol lingkungan yang
intensitas, frekuensi memperberat nyeri ( missal:
dan tanda nyeri) suhu ruangan, pencahayaan
Status Kenyamanan dan kebisingan)
1. Menyatakan rasa - Fasilitasi istirahat tidur
nyaman setelah Perawatan kenyamanan
nyeri berkurang Observasi
- Identifikasi gejala yang tidak
menyenangkan (mis. Mual,
nyeri, gatal, sesak)
- Identifikasi pemahaman tentang
kondisi, situasi dan
perasaannya
Terapeutik
- Berikan posisi yang nyaman
- Ciptakan lingkungan yang
nyaman
Edukasi
- Jelaskan mengenai kondisi dan
pilihan terapi/pengobatan
- Ajarkan terapi relaksasi
- Ajarkan teknik distraksi dan
imajinasi terbimbing
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik, antipruritus,
- antihistamin, jika perlu
5 Risiko perfusi jaringan Setelah dilakukan SIKI :
perifer tidak efektif tindakan keperawatan Manajemen sensasi perifer
Penyebab : selama…x…jam tidak a. Periksa perbedaan panas atau
a) hiperglikimia terjadi perfusi jaringan dingin
b) penurunan aliran arteri perifer tidak efektif b. Monitor perubahan kulit
dan atau vena
dengan kriteria hasil : c. Hindari pemakaian benda-
c) kurangnya informasi
tentang faktor pemberat SLKI : benda yang berlebihan
d) kurang aktivitas fisik Status sirkulasi suhuhnya (terlalu panas/dingin)
Kriteria hasil: d. Anjurkan pemakaian sepatu
a. Kekuatan nadi lembut dan bertumit rendah
mengingkat e. Kolaborasi pemberian
b. Tekanan systole dan analgetik

Tanda dan gejala mayor : diastole dalam


rentang yang
Subjektif:
diharapkan
c. Akral dingin
menurun

Objektif: d. Fatigue menurun

a)
pengisian kapiler >3detik
b)
nadi perifer menurun
aayata atau tidak teraba
c) warna kulit pucat
d) turgor kulit menurun

Tanda dan gejala minor

Subjektif :
a) parastesia
b) nyeri ektermitas

Objektif:

a) edema
b) penyembuhan luka
lambat
c) indeks
d) bruit femoral

de det
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV/AIDS menjadi masalah serius karena bukan hanya merupakan masalah
kesehatan atau persoalan pembangunan, tetapi juga masalah ekonomi, sosial, dan
lain-lain. Berdasarkan sifat dan efeknya, sangatlah unik karena AIDS mematikan
kelompok yang paling produktif dan paling efektif secara reproduksi dalam
masyarakat, yang kemudian berdampak pada mengurangi produktivitas dan
kapasitas dari masyarakat. Dampak yang ditimbulkan AIDS terhadap masyarakat
dapat bersifat permanen atau setidaknya berjangka sangat panjang.
AIDS secara sosial tidak terlihat (invisible) meski demikian kerusakan
yang ditimbulkannya sangatlah nyata. HIV/AIDS karena sifatnya yang sangat
mematikan sehingga menimbulkan rasa malu dan pengucilan dari masyarakat
yang kemudian akan mengiring pada bentuk-bentuk pembungkaman, penolakan,
stigma, dan diskriminasi pada hampir semua sendi kehidupan. Hampir semua
orang yang diduga terinfeksi AIDS tidak memiliki akses terhadap tes HIV, inilah
yang membuat usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan menjadi sangat rumit.
Program pencegahan penyebaran HIV/AIDS harus segera dilaksanakan, tak
terkecuali area Lembaga Pemasyarakatan ataupun Rumah Tahanan.
B. Saran
Masa depan bangsa ini harus segera diselamatkan caranya adalah
dengan mendidik dan membimbing generasi muda secara intensif agar
mereka mampu menjadi motor penggerak kemajuan dan mendorong
perubahan kearah yang lebih dinamis, progesif dan produktif. Dengan
demikian diharapkan kedepannya bangsa ini mampu bersaing dengan
Negara lainya.
Agar mencapai impian tersebut remaja Indonesia harus tumbuh
secara positif dan kontruktif, serta sebisa mungkin dijauhkan dari telibat
kenakalan remaja. Inialah tantangan riil yang kita hadapi sebagai guru dan
orang tua. Sudah sedemikian lama fenomena maraknya kenakalan remaja
ini dibiarkan begitu saja, seolah hanya di tangani dengan asal-asalan.
Pemerintahan sebagai pemengang utama kebijakan juga dapat
menjalankan perannya, yaitu membuat undang undang pendidikan, undang
undang teknologi komunikasi (yang mengatur tayangan yang layak di
akses di internet, televisi, dan media massa), serta membangun aparat
kepolisian yang kuat.
Dengan permasalahan remaja yang terkena HIV DAN AIDS
dikalangan masyarakat diakibatkan pergaulan bebas remaja yang tidak
terpantau, dengan sebab itupenulis berharap ada pengawasan dari orang
yang bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai