REFERAT
HIV/AIDS
Disusun Oleh:
Pembimbing:
BAGIAN PULMONOLOGI
2019
1
HIV/AIDS 2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih setia-Nya, yang telah
memampukan penulis menyelesaikan Referat yang berjudul “HIV/AIDS”. Adapun
penulisan Referat ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan
di Bagian Ilmu Pulmonologi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Guntur, MKT yang telah bersedia
membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama
menjalani kepaniteraan klinik senior di bagian ilmu pulmonologi ini. Penulis juga
berterimakasih kepada dokter dan tenaga medis lainnya yang telah membantu penulis
menyelesaikan referat ini.
Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat dan menjadi bekal ilmu untuk
kemajuan pendidikan kedokteran. Demikianlah penyusunan referat ini tidak luput dari
kekurangan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran untuk perbaikan dalam
laporan kasus selanjutnya. Terimakasih.
Kelompok 1
2
HIV/AIDS 2019
DAFTAR ISI
3
HIV/AIDS 2019
BAB 1
PENDAHULUAN
4
HIV/AIDS 2019
menghasilkan virus baru dan menginfeksi sel T CD4 lainnya. Hasilnya adalah
penurunan jumlah sel CD4 T yang akhirnya mencapai titik bahwa ia akan secara
signifikan mengurangi system kekebalan tubuh, dan tubuh menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik.
HIV/AIDS akan menimbulkan terjadinya infeksi opportunistic lesi fundamental
pada AIDS ialah infeksi limfosit T helper (CD4+) oleh HIV yang mengakibatkan
berkurangnya sel CD4+ dengan konsekuensi kegagalan fungsi imunitas. HIV/AIDS
merupakan penyakit infeksi yang sangat berbahaya karena tidak saja membawa
dampak buruk bagi kesehatan manusia namun juga pada negara secara keseluruhan.
Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS (SRAN) 2010-
2014 yang dikukuhkan dalam Permenkokesra Nomor 8 Tahun 2010, menyebutkan
makin memperkuat upaya penanggulangan AIDS di Indonesia yang lebih terarah dan
terkoordinasi.
5
HIV/AIDS 2019
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
HIV/AIDS 2019
7
HIV/AIDS 2019
2.3.Etiologi
Kasus AIDS pertama kali ditemukan Centre of Disease Control (CDC) Amerika
serikat tahun 1981 pada lima pemuda homoseksual yang menderita peradangan paru
pneumocystic carinii di California. Pada tahun 1983, Luc Montagnier dkk dari Institut
Pasteur Perancis, telah menemukan penyebab AIDS yang disebut Lymphadenophaty
Associated Virus (LAV) karena virus ini dapat menyebabkan limfadenopati pada
penderita. Penelitian mengenai virus penyebab AIDS kemudian dilanjutkan oleh Robert
Gallo, pada Maret 1984, yang menemukan adanya perkembangan sel yang tetap
berlangsung dan produktif pada pasien setelah terinfeksi virus, sehingga disebut Human
T-cell Lymphotropic Virus Type III (HLTV-III). Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan
bahwa kedua virus ini sama, sehingga pada bulan Mei tahun 1986, Komisi Taksonomi
WHO (The International Community on Taxonomy of Viruses) sepakat untuk
memberikan nama baru ntuk virus penyebab AIDS yaitu HIV.
8
HIV/AIDS 2019
1. Penularan Seksual
Secara umum dapat dikatakan, hubungan seksual adalah cara penularan
HIV/AIDS yang paling sering terjadi. Virus dapat ditularkan dari seseorang yang
terinfeksi kepada pasangan seksualnya, baik itu sesama jenis (Homoseks) kelamin
atau sebaliknya berbeda jenis kelamin (Heteroseks), atau ada yang mendonorkan
semennya kepada orang lain. Hubungan seksual tersebut adalah hubungan seksual
dengan penetrasi penis-vagina, penis-anus atau kontak mulut. Resiko terinfeksi
HIV/AIDS melalui hubungan seksual tergantung kepada beberapa hal:
a. Kemungkinan Bahwa Pasangan Seksual Terinfeksi HIV. Angka kejadian
infeksi HIV pada penduduk seksual aktif sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lainnya, juga berbeda antara satu kelompok penduduk dengan
kelompok penduduknya lainnya dalam satu daerah.Kemungkinan proporsi
seseorang terinfeksi HIV terbanyak melalui hubungan heteroseksual maka
kelompok masyarakat yang beresiko untuk terinfeksi HIV adalah PSK dan laki- 3
laki yang sering kali melakukan hubungan seks dengan PSK.
b. Penularan HIV/AIDS melalui Hubungan Seksual Berganti-ganti Pasangan.
Semua hubungan seksual yang dilakukan dengan cara berganti-ganti pasang
mempunyai resiko penularan infeksi HIV. Namun, resiko tertinggi terjadinya
infeksi HIV pada pria dan wanita ialah mereka yang berlaku sebagai penerima
dari hubungan seksual anal dengan pasangan seksual yang terinfeksi HIV.
Hubungan cara vaginal kemungkinan membawa resiko tinggi bagi pria dan wanita
heteroseksual dari pada oral-genital.Kontak oral-genital memungkinkan
penularan HIV.
2. Penularan Parental
Penularan ini terjadi melalui transfusi dengan darah yang terinfeksi HIV atau
produk darah atau penggunaan jarum yang terkontaminasi dengan HIV atau peralatan lain
yang melukai kulit.
9
HIV/AIDS 2019
3. Penularan Perinatal
10
HIV/AIDS 2019
11
HIV/AIDS 2019
2.6.Diagnosis HIV/AIDS
Tes diagnostik HIV merupakan bagian dari proses klinis untuk menentukan
diagnosis. Diagnosis HIV ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium. Jenis
pemeriksaan laboratorium HIV dapat berupa:
12
HIV/AIDS 2019
13
HIV/AIDS 2019
14
HIV/AIDS 2019
15
HIV/AIDS 2019
Ada beberapa penyakit yang dapat timbul pada pasien, yakni seperti di bawah ini:
- Subgrup A : Penyakit Konstitusional
Gejala-gejala seperti demam atau diare yang persisten selama lebih dari satu bulan atau
penurunan berat badan yang lebih dari 10% dari berat ideal pasien sebelum sakit, yang
tidak terdapat infeksi atau penyakit lain yang dapat menjelaskan alasan keadaan tersebut,
selain infeksi HIV/AIDS.
- Subgrup B : Penyakit Neurologi
Banyak pasien yang mengalami simtom neurologi sebelum mengalami tanda infeksi
HIV lainnya. Pada mulanya pasien akan mengalami kehilangan memori, sulit
berkonsentrasi, menarik diri dari pergaulan sosial, dan letargi. Tanda awal tersebut
sering dianggap sebagai suatu depresi dan biasanya diabaikan, sampai akhirnya
berkembang menjadi gangguan yang lebih dramatis seperti demensia yang hebat dan
keterbelakangan psikomotor. Gangguan motoris pada mulanya terlihat dari hilangnya
16
HIV/AIDS 2019
koordinasi, tremor, langkah yang goyah, dan bahkan dapat berkembang menjadi
ataksia dan paraplegia yang hebat.
- Subgrup C : Penyakit Infeksi Sekunder (Infeksi Oportunistik)
Organisme yang relatif nonvirulen dalam tubuh dapat mengakibatkan infeksi yang
hebat dan mengancam jiwa pada pasien yang sistem imunnya sudah rusak akibat HIV.
Infeksi oportunistik yang sering dijumpai antara lain Pneumonia pneumositis cranii,
toksoplasmosis, infeksi sitomegalovirus, tuberkulosis, kandidiasis rongga mulut, dan
lain sebagainya.
- Subgrup D : Kanker Sekunder
Diagnosis dari satu atau beberapa kanker yang terbukti mempunyai hubungan dengan
infeksi HIV merupakan indikator dari hilangnya imunitas sel sebagai mediator. Infeksi
kanker sekunder yang sering terjadi adalah Sarkoma Kaposi, limfoma non-Hodgkin, atau
limfoma primer dari otak.
- Subgrup E : keadaan lain pada Infeksi HIV
Tanda klinis dari penyakit, yang tidak diklasifikasikan seperti di atas, dapat berperan pada
infeksi HIV dan merupakan indikator dari cacat pada imunitas sel sebagai mediator
pasien, simtom yang berhubungan dengan infeksi HIV termasuk Pneumositis interstisial
limfoid kronis dan simtom-simtomnya, dan penyakit infeksi sekunder dan neoplasma lain
yang tidak tercantum di atas.
17
HIV/AIDS 2019
ARV dicapai melalui pulihnya sistem kekebalan tubuh akibat HIV dan pulihnya kerentanan
odha terhadap infeksi opurtunistik.
18
HIV/AIDS 2019
Prinsip pemberian ARV adalah harus menggunakan 3 jenis obat yang ketiganya
harus terserap dan berada dalam dosis terapeutik dalam darah, dikenal dengan highly
active antiretroviral therapy (HAART). Istilah HAART sering disingkat menjadi ART
(antiretroviral therapy) atau terapi ARV. Pemerintah menetapkan paduan yang
digunakan dalam pengobatan ARV dengan berdasarkan pada 5 aspek yaitu efektivitas,
efek samping/toksisitas, interaksi obat, kepatuhan, dan harga obat. Konseling terapi yang
memadai sangat penting untuk terapi seumur hidup dan keberhasilan terapi jangka
panjang. Isi dari konseling terapi ini termasuk: kepatuhan minum obat, potensi/
19
HIV/AIDS 2019
kemungkinan risiko efek samping atau efek yang tidak diharapkan atau terjadinya
sindrom pulih imun (Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome/IRIS) setelah
memulai terapi ARV, terutama pada ODHA dengan stadium klinis lanjut atau jumlah
jumlah CD4 <100 sel/mm3, dan komplikasi yang berhubungan dengan terapi ARV
jangka panjang. Orang dengan HIV harus mendapatkan informasi dan konseling yang
benar dan cukup tentang terapi antiretroviral sebelum memulainya. Hal ini sangat penting
dalam mempertahankan kepatuhan minum ARV karena harus diminum selama hidupnya.
Faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum ARV adalah penyediaan ARV secara
cuma-cuma, kemudahan minum obat dan kesiapan untuk meminumnya.
Setelah dilakukan konseling kepatuhan, ODHA diminta berkomitmen untuk
menjalani pengobatan ARV secara teratur untuk jangka panjang. Konseling meliputi cara
dan ketepatan minum obat, efek samping yang mungkin terjadi, interaksi dengan obat
lain, monitoring keadaan klinis dan monitoring pemeriksaan laboratorium secara berkala
termasuk pemeriksaan CD4.
a. Jangan memulai TDF jika creatine clearance test (CCT) hitung < 50 ml/menit, atau
pada kasus diabetes lama, hipertensi tak terkontrol dan gagal ginjal
b. Jangan memulai dengan AZT jika Hb < 10 g/dL sebelum terapi
c. Kombinasi 3 dosis tetap (KDT) yang tersedia: TDF + 3TC + EFV
20
HIV/AIDS 2019
Paduan ART lini pertama pada anak usia kurang dari 5 tahun
Paduan ART lini pertama pada anak sama seperti orang dewasa, yaitu menggunakan
kombinasi 2 NRTI dan 1 NNRTI dengan pilihan ART lini pertama pada anak <5 tahun
a Zidovudin (AZT) merupakan pilihan utama. Namun bila Hb anak < 7,5 g/dl maka
dipertimbangkan pemberian Stavudin(d4T).
b Dengan adanya risiko efek samping pada penggunaan d4T jangka panjang, maka
dipertimbangkan mengubah d4T ke AZT (bila Hb anak > 10 gr/dl) setelah pemakaian 6-
12 bulan. Bila terdapat efek anemia berulang maka dapat kembali ke d4T.
c Tenofovir saat ini dapat digunakan pada anak usia di atas 2 tahun. Selain itu perlu
dipertimbangkan efek samping osteoporosis pada tulang anak yang sedang bertumbuh
karena penggunaan ARV diharapkan tidak mengganggu pertumbuhan tinggi badan.
d EFV dapat digunakan pada anak ≥ 3 tahun atau BB ≥ 10 kg, jangan diberikan pada anak
dengan gangguan psikiatrik berat. EFV adalah pilihan pada anak dengan TB.
Jika berat badan anak memungkinkan, sebaiknya gunakan KDT.
21
HIV/AIDS 2019
22
HIV/AIDS 2019
Paduan ART lini kedua pada anak, pada tabel dibawah ini
23
HIV/AIDS 2019
24
HIV/AIDS 2019
25
HIV/AIDS 2019
BAB 3
KESIMPULAN
AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker
tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV. Virus ini merusak
sistem imun tubuh sehingga penderita akan sangat rentan terhadap mikroorganisme
oportunistik. HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai
antigen permukaan CD4, terutama sekali limfosit T4 yang memegang peranan penting
dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. HIV dapat ditemukan
pada darah, semen, ASI, dan sekret vagina. Pada cairan-cairan inilah virus dapat
ditularkan. Selain itu, HIV juga dapat ditemukan pada saliva, air mata, urin, cairan
serebrospinal, dan cairan amnion, tetapi tidak bersifat menularkan.
Transmisi HIV dapat terjadi melalui kontak atau pencampuran dengan cairan
tubuh yang mengandung virus, seperti: melakukan hubungan seksual yang tidak aman
dengan pengidap HIV, menggunakan jarum suntik atau alat tusuk lain (akupuntur, tindik,
tato) yang telah terkontaminasi virus HIV, kontak kulit atau membran mukosa dengan
darah dan produk darah yang telah terkontaminasi HIV, menerima transplantasi organ
atau jaringan termasuk tulang atau transfusi darah dari penderita HIV, dan penularan dari
ibu hamil pengidap HIV kepada janin saat kehamilan, proses kelahiran, maupun saat
menyusui.
HIV/AIDS sampai saat ini belum dapat disembuhkan secara total, namun data
belakangan ini menyebutkan bahwa kombinasi beberapa obat ARV (Anti Retro Viral)
bermanfaat menurunkan mortalitas dan morbiditas dini akibat infeksi HIV
26
HIV/AIDS 2019
DAFTAR PUSTAKA
27