Oleh:
dr. Renata Telaumbanua
Dokter Internsip
Pendamping:
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
KEJANG DEMAM
Disusun oleh :
Dokter Pembimbing
2
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................. 2
BAB I ................................................................................................................................................. 4.
PENDAHULUAN............................................................................................................................ 4.
BAB II................................................................................................................................................ 5.
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................... 5.
I. Definisi................................................................................................................................. 5.
II. klasifikasi............................................................................................................................ 5.
III. Etiologi................................................................................................................................. 7.
IV. Patogenesis...................................................................................................................... 10.
V. Manifestasi Klinis.......................................................................................................... 11.
VI. Pemeriksaan penunjang........................ 12Error: Reference source not found
VII. Tatalaksana.......................................................................................................................... 14.
VIII. Komplikasi....................................................................................................................... 18.
BAB III............................................................................................................................................ 19.
LAPORAN KASUS....................................................................................................................... 19.
I. IDENTITAS PASIEN...................................................................................................... 19.
II. ANAMNESIS..................................................................................................................... 19.
III. PEMERIKSAAN FISIK .................................................................................................. 20.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................................... 21.
VI. PENATALAKSANAAN.................................................................................................. 22.
III. FOLLOW UP..................................................................................................................... 23.
BAB IV............................................................................................................................................ 23.
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 24.
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sifat kejang perlu ditanyakan, apakah kejang bersifat klonik, tonik, umum atau
fokal. Ditanya pula lama serangan, kesadaran pada waktu kejang dan pasca kejang.
Gejala lain yang menyertai diteliti, termasuk demam, muntah, lumpuh, penurunan
kesadaran atau kemunduran kepandaian. Pada neonatus perlu diteliti riwayat
kehamilan ibu serta kelahiran bayi 1
Kejang demam jarang terjadi pada epilepsi, dan kejang demam ini secara
spontan sembuh tanpa terapi tertentu. Kejang demam ini merupakan gangguan
kejang yang paling lazim pada masa anak, dengan prognosis baik secara seragam 2
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak di Amerika Serikat, Amerika Selatan,
Amerika Selatan, dan Eropa Barat, sedangkan kejadian di Asia dilaporkan lebih
tinggi, yakni sekitar 80%. Hampir 90% dari seluruh kejang demam adalah kejang
demam sederhana. Beberapa studi prospektif menunjukkan bahwa kira-kira 20%
kasus merupakan kejang demam kompleks. Pendapat para ahli tentang usia penderita
saat terjadi bangkitan kejang demam tidak sama. Pendapat para ahli terbanyak,
kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun
dengan insidensi tertinggi pada usia 18 bulan. Sekitar 6-15% terjadi pada usia >4
tahun. Kejang demam sedikit lebih sering pada anak laki-laki.3
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal lebih dari 38o C) disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering
dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya
suatu awitan hipertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus 4
4
Dari penelitian yang telah dilakukan Prof.Dr.dr.S.M.Lumbantobing pada 297
penderita kejang demam, 66 (±22,2%) penderita tidak diketahui
penyebabnya.5 Penyebab utama didasarkan atas bagian tubuh yang terlibat
peradangan. Ada penderita yang mengalami kelainan pada lebih dari satu bagian
tubuhnya, misalnya tonsilo-faringitis dan otitis media akut.6
Secara klinis umumnya tidak sulit untuk menegakkan diagnosis kejang demam,
dengan adanya gejala kejang pada suhu badan yang tinggi serta tidak didapatkan
gejala neurologis lain dan anak segera sadar setelah kejang berlalu. Perlu diadakan
pemeriksaan laboratorium segera, berupa pemeriksaan gula dan pungsi lumbal. Hal
ini berguna untuk menentukan sikap terhadap pengobatan hipoglikemia dan
meningitis bakterial7
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh(suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium,terjadi pada anak berusia lebih dari 3 bulan dan tidak ada riwayat
kejang tanpa demam sebelumnya. Kejang demam merupakan kelainan neurologis
yang paling sering dijumpai pada anak berusia sekitar 3 bulan sampai 5 tahun tanpa
disertai infeksi intrakranial,gangguan elektrolit,dan gangguan metabolik lainnya.3Dari
beberapa penelitian dijumpai 2-5% anak di bawah usia 5 tahun mengalami kejang,
baik kejang pertama maupun ulangan yang didahului kenaikan suhu tubuh.
Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan
kejang berulang tanpa demam.Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan
penyakit saraf seperti meningitis,ensefalitis atau ensefalopati.Kejang pada keadaan ini
mempunyai prognosis berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang
mendasarinya mengenai sistem susunan saraf pusat.12
2.2 Klasifikasi
Umumnya kejang demam ini dibagi menjadi dua golongan. Kriteria untuk
penggolongan tersebut dikemukakan oleh berbagai pakar.Dalam hal ini terdapat
beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis
kejang,tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran
rekamanotak,dan lainnya.13
6
Unit Kerja Koordinasi Neurologi IDAI 2016 membuat klasifikasi kejang
demampada anak menjadi 2 yaitu: kejang demam sederhana (simple febrile
seizure) dan kejang demam kompleks (complex febrile seizure).
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau
kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan anak tidak sadar.Kejang
lama terjadi pada 8% kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi,
7
atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang
2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang
berulang terjadi pada 16 % di antara anak yang mengalami kejang demam.14
Konvulsi jauh lebih sering terjadi dalam 2 tahun pertama dibanding masa
kehidupan lainnya. Cedera intrakranial saat lahir termasuk pengaruh anoksia dan
perdarahan serta cacat kongenital pada otak, merupakan penyebab tersering pada
bayi kecil. Pada masa bayi lanjut dan awal masa kanak-kanak, penyebab tersering
adalah infeksi akut. Penyebab yang lebih jarang pada bayi adalah tetani, epilepsi
idiopatik,hipoglikemia,tumor otak,asfiksia,perdarahan intrakranial spontan serta
trauma post natal.4
8
Tabel1.Penyebab demam pada 297 anak penderita kejang demam
Morbili (campak) 12
Tidak diketahui 66
Faktor risiko kejang demam pertama adalah demam. Selain itu terdapat
faktor riwayat kejang demam pada orangtua atau saudara kandung, faktor prenatal
(usia ibusaat hamil, riwayat pre-eklampsi pada ibu, hamil primi/multipara,
pemakaian bahan toksik), faktor perinatal (asfiksia, bayi berat lahir rendah, usia
kehamilan, partus lama,cara lahir),faktor pasca natal (trauma kepala),jenis
9
kelamin,dan kadar natrium rendah.15 Setelah kejang demam pertama kira-kira33%
anak akan mengalami satu kali rekurensi (kekambuhan), dan kira kira 9% anak
mengalami rekurensi 3 kali atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia
dini,cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperatur yang
rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga
epilepsi.9
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah
80 %,sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya
kejang demam hanya 10 % - 15 %. Kemungkinan berulangnya kejang demam
paling besar adalah pada tahun pertama.13
2.4 Patogenesis
10
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh
ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya,kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ di dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya.Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel
maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi
dan bantuan enzim Na – K –ATPase yang terdapat pada permukaan sel.17
11
meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat.Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya
kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting
adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak.Kejang demam yang berlangsung lama juga dapat
menyebabkan kelainan anatomis diotak sehingga terjadi epilepsi.18
2.5 GejalaKlinis20
12
2.6 Diagnosis
a. Anamnesis21
• Adanya kejang, jeniskejang,kesadaran,lama kejang
• Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan
anak pasca kejang, penyebab demam di luar infeksi susunan saraf
pusat (gejala ISPA,ISK, OMA, dll)
• Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam
keluarga
• Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang
menyebabkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan
hipoksemia,asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia)
b. Pemeriksaan Fisik21
c. Pemeriksaan Penunjang22,23
13
pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak berusia <12
bulan yang mengalami kejang demam sederhana dengan keadaan umumbaik.
Bila klinis yakin bukan meningitis, tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
14
bersifat sementara maupun kejang fokal sekunder.Indikasi pemeriksaan
pencitraan seperti:
2.8 Tatalaksana21,22
Apabila anak kejang,maka yang pertama dilakukan adalah tetap tenang dan
tidak panik. Longgarkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher. Bila anak
tidak sadar, posisikan anak miring.Bila terdapat muntah,bersihkan muntahan atau
lendir dimulut atau hidung.Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya
sangat kecil) lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua dirumah (prehospital)
adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan10 mg
untuk berat badan lebih dari 12 kg. Pada umumnya kejang berlangsung singkat
(rerata 4 menit) dan pada waktu pasien datang,kejang sudah berhenti. Bila setelah
pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti,dapat diulang lagi dengan cara
dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.Bila setelah 2 kali pemberian
diazepam rektal masih tetap kejang,dianjurkan kerumah sakit.
15
Apabila saat pasien datang ke rumah sakit dalam keadaan kejang, obat
yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena. Dosis
diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg dengan kecepatan 2 mg/menit atau
dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg. Algoritma tatalaksana
kejang ditunjukkan oleh gambar 2.1.
• Antikonvulsan Intermieten
Yang dimaksud dengan obat anti konvulsan intermiten adalah obat anti
konvulsan yang diberikan hanya pada saat demam. Profilaksis intermiten
diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor risiko dibawah ini:
16
• Kelainan neurologis berat,misalnya palsi serebral
• Berulang 4 kal iatau lebih dalam setahun
• Usia<6bulan
• Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
• Bila pada episode kejang demam sebelumnya,suhu tubuh meningkat dengan cepat
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau
rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat
badan >12 kg),sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5
mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam.Perlu
diinformasikan pada orang tua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat
menyebabkan ataksia, iritabilitas,serta sedasi.
1. Kejangfokal
2. Kejang lama>15menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang.Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat
menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus.Obat
pilihan saat ini adalah asam valproat.Pada sebagian kecil kasus,terutama yang
berumur kurang dari 2 tahun, asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi
hati.Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan
fenobarbital3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.
17
Indikasi rawat:
2.9 Prognosis22
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah:
18
c. Faktor risiko terjadinya epilepsi
d. Kematian
19
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : A
Agama : Islam
Umur : 2 tahun
Berat badan : 15kg
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk : 10 januari 2022
II.ANAMNESIS
a. Keluhan utama: kejang demam
Pasien datang dibawa oleh orang tuanyadengan keluhan kejang. Hal ini
dialami 30 menit sebelum masuk rumah sakit. Kejang 1x, seluruh tubuh kaku
dan kelonjotan, mata mendelik keatas. kejang selama 5 menit, setelah kejang
pasien sadar dan menangis. Demam sejak 2 hari ini, demam terus menerus.
Sebelumnya pasien sudah dibawa ke tempat praktek bidan namun demam masih
belum turun. Batuk (+), pilek tidak ada. Keluar cairan ditelinga disangakal.
Adanya mimisan dan muntah darah disangkal. anak tampak lemas. Sesak napas
tidak ada. Mual muntah tidak ada. BAB dan BAK dalam batas normal.
d. Riwayat pengobatan:
Paracetamol syr
20
f. Riwayat imunisasi
Tidak lengkap
a. Status generalis
Kesadaran : CM
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu: 38,6 oC
Spo2 : 98%
Berat Badan : 15 kg
Kepala
Mata: konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-) pupil isokor, tidakcekung, air
Mulut : perioral sianosis (-), mulut kaku (-), mulut mencucu (-)
Thoraks
Paru
21
Perkusi : sonor
Jantung
Abdomen
Perkusi : timpani
b. Pemeriksaan laboratorium
22
KGD : 100 mg/dl
Swab antigen Cov-19 : Negatif
V. Penatalaksanaan :
- O2 2lpm via NK
23
III. FOLLOW UP
Tanggal 11-01-2022
A : kejang demam
Tanggal 12 -01-2022
A : kejang demam
Tanggal 13 -01-2022
A : kejang demam
24
P : obat pulang
25
BAB IV
KESIMPULAN
Kejang demam merupakan jenis kejang yang sering terjadi, terbagi atas
kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam merupakan
suatu kondisi yang patut diperhatikan, dan tatalaksana yang tepat dapat mengatasi
kondisi kejang dan mengatasi kausanya. Sebagian besar kejang demam tidak
menyebabkan penurunan IQ, epilepsi, ataupun kematian. Kejang demam dapat
berulang yang kadang menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada keluarga.
Diperlukan pemeriksaan sesuai indikasi dan tatalaksana menyeluruh. Edukasi orang
tua penting karena merupakan pilar pertama penanganan kejang demam sebelum
dirujuk ke rumah sakit.
26
DAFTAR PUSTAKA
2. Asril Aminulah, Prof Bambang Madiyono. Hot Topik In Pediatric II : Kejang Pada
Anak. Cetakan ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002.
3. Waruiru & Appleton. Febrile Seizure: An Update. Arch Dis. 2008. Available from
URL:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1720014/pdf/v089p00751.pdf/?to
ol=pmcentrez.
4. Waruiru & Appleton. Febrile Seizure: An Update. Arch Dis. 2008. Diakses 3
Agustus 2011. Available from URL:
5. Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 3,
Edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000; XXVII : 2059 – 2060
6. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1720014/pdf/v089p00751.pdf/?to
ol=pmcentrez.
10. Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jenson. Nelson Ilmu Kesehatan
Anak : Kejang Demam. 18 edition. Jakarta : EGC. 2007.
27
11. PusponegoroHardionoD,WidodoDwiPutro,IsmaelSofyan.KonsensusPenatalaksana
anKejangDemam.UnitKerjaKoordinasiNeurologiIkatanDokter Anak
Indonesia,Jakarta. 2006 : 1– 14.
12. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Kejang Demam. Dalam : Standar Pelayanan
Medis Kesehatan Anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
13. Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani Wahyu Ika, et al. Neurologi Anak, dalam
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius FK
Universitas Indonesia, Jakarta. 2000 : 48, 434 – 437.
14. Lumbantobing, S.M. Kejang Demam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.
15. Pusponegoro H.D dkk ; Standart Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Kejang
Demam ; Penerbit : IDAI ; 2005, hal. 209-211.
16. Staf Pengajar IKA FKUI. 2005. Kejang Demam. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : Bagian IKA FKUI : 847-8.
17. Duffer PK, Baumann RJ. A Synopsis of the American Academy of Pediatrics
Practice Parameter on The Evaluation and Treatment of Children with Febrile
Seizures. Pediatrics in Review, vol. 20, No. 8, 1999: 285 – 7.
18. Mardjono Mahar, dkk. Neurologi Klinis Dasar, PT. Dian Rakyat. Jakrta, 2006.
19. Price, Sylvia, Anderson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC,
Jakarta 2006.
20. Muid M ; Simposium Infeksi Pediatri Tropik dan Gawat Darurat Anak, Tata
Laksana Terkini Penyakit Tropis dan Gawat Darurat Pada Anak ; Kejang Demam ;
IDAI Cabang Jawa Timur : 2005, hal. 98-110.
21. Soetomenggolo TS, Ismael S. Buku ajar neurologi anak. Jakarta: IDAI, 1999.
h:244-52.
22. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Indris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED,
penyunting. Pedoman Pelayanan Medis jilid I. Jakarta: IDAI, 2009. h150-153.
28