Oleh :
DPJP :
Pembina :
BALI
1
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus
Disusun Oleh :
DPJP
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “KEJANG DEMAM
SEDERHANA” sebagai syarat memenuhi tugas Kedokteran Internship di RSU
Parama Sidhi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. BUDIASA Sp.A yang telah bersedia
menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama penyelesaian
tugas laporan kasus. Terima kasih juga selaku pembina internship kami, dr. I
Nyoman John Risnawan dan dr. I M Adi Virnawan, serta seluruh pihak yang telah
membantu hingga selesainya laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasusu ini masih banyak
terdapat kekurangan di dalamnya. Kritik dan saran guna penyempurnaan
penyusunan laporan kasus ini sangat penulis harapkan, sehingga nantinya bisa
memberikan hasil akhir yang lebih baik.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh(suhu rektal diatas 38c) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium.1
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak-anak, terutama pada golongan umur 3 bulan sampai 5 tahun.1
Dari penelitian didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5% anak pernah mengalami
kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun.2 Kejadian kejang demam
diberbagainegara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa barat mencapai 2-4%.
Kejadian kejang demam di Asia lebih tinggi kira-kira 20% kasus merupakan
kejang demam komplek.1
Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League Againts
Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993) adalah kejang yang
disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan
saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Demam pada kejang demam umumnya
disebabkan oleh infeksi, yang sering terjadi pada anak-anak, seperti infeksi traktus
respiratorius dan gastroenteritis.1
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6
bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam.Kejang demam sangat tergantung kepada umur,
85% kejang pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara 17-23 bulan.
Hanya sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum umur 5-6 bulan
atau setelah berumur 5-8 tahun. Biasanya setelah berumur 6 tahun pasien tidak
kejang demam lagi, walaupun pada beberapa pasien masih dapat megalami
sampai umur lebih dari 5-6 tahun.1
Umumnya kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu
4
kejang demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan
berlangsung umum, dan kejang demam kompleks, yang berlangsung kurang dari
15 menit, fokal, atau multiple (lebih dari 1 kali kejang dalam 24 jam). Kriteria
penggolongan tersebut dikemukan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat
beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang,
tingginya demam, usia pasien, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekam otak
dan lainnya.1
Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling sering, biasanya
merupakan kejadian tunggal dan tidak berbahaya. Berdasarkan studi populasi,
angka kejadian kejang demam di Amerika Serikat dan Eropa 2–7%, sedangkan di
Jepang 9–10%. Dua puluh satu persen kejang demam durasinya kurang dari 1
jam, 57% terjadi antara 1-24 jam berlangsungnya demam, dan 22% lebih dari 24
jam.2 Sekitar 30% pasien akan mengalami kejang demam berulang dan kemudian
meningkat menjadi 50% jika kejang pertama terjadi usia kurang dari 1 tahun.
Sejumlah 9–35% kejang demam pertama kali adalah kompleks, 25% kejang
demam kompleks tersebut berkembang ke arah epilepsy.2
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.3
2.1.2.Epidemiologi
Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling sering, biasanya
merupakan kejadian tunggal dan tidak berbahaya. Berdasarkan studi populasi,
angka kejadian kejang demam di Amerika Serikat dan Eropa 2–7%, sedangkan di
Jepang 9–10%. Dua puluh satu persen kejang demam durasinya kurang dari 1
jam, 57% terjadi antara 1-24 jam berlangsungnya demam, dan 22% lebih dari 24
jam.Sekitar 30% pasien akan mengalami kejang demam berulang dan kemudian
meningkat menjadi 50% jika kejang pertama terjadi usia kurang dari 1 tahun.
Sejumlah 9–35% kejang demam pertama kali adalah kompleks, 25% kejang
demam kompleks menjadi PGE2 yang kemudian menstimulus pusat termoregulasi
di hipotalamus, sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh. Demam juga akan
meningkatkan sintesis sitokin di hipokampus. Pirogen endogen, yakni interleukin
1ß, akan meningkatkan eksitabilitas neuronal (glutamatergic) dan menghambat
GABAergic, peningkatan eksitabilitas neuronal ini yang menimbulkan kejang.3
2.1.3 Patofisiologi
6
dihubungkan dengan interleukin-1 (IL-1) yang merupakan pirogen endogen atau
lipopolisakarida (LPS) dinding bakteri gram negatif sebagai pirogen eksogen. LPS
menstimulus makrofag yang akan memproduksi pro- dan anti-inflamasi sitokin
tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), IL-6, interleukin-1 receptor antagonist (IL-
1ra), dan prostaglandin E2 (PGE2). Reaksi sitokin ini mungkin melalui sel
endotelial circumventricular akan menstimulus enzim cyclooxygenase-2 (COX-2)
yang akan mengkatalis konversi asam arakidonat menjadi PGE2 yang kemudian
menstimulus pusat termoregulasi di hipotalamus, sehingga terjadi kenaikan suhu
tubuh. Demam juga akan meningkatkan sintesis sitokin di hipokampus. Pirogen
endogen, yakni interleukin 1ß, akan meningkatkan eksitabilitas neuronal
(glutamatergic) dan menghambat GABA-ergic, peningkatan eksitabilitas neuronal
ini yang menimbulkan kejang.2
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering
dijumpai pada bayi dan anak. Sekitar 2,2% hingga 5% anak pernah mengalami
kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun. Sampai saat ini masih
terdapat perbedaan pendapat mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini
namun pendapat yang dominan saat ini kejang pada kejang demam tidak
menyebabkan akibat buruk atau kerusakan pada otak namun kita tetap berupaya
untuk menghentikan kejang secepat mungkin.3
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1° C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10% – 15% dan kebutuhan oksigen 20%. Akibatnya terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi
difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, sehingga
terjadi lepasnya muatan listrik.2
Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh
sel/membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter, sehingga terjadi
kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu
badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf
pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan
7
infeksi saluran pernafasan lainnya.2
Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak
memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit kemudian anak
akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Kejang demam yang
berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala
sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) sangat berbahaya dan
dapat menimbulkan kerusakan permanen dari otak.2
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot
yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau
pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkhontinensia (mengeluarkan
air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti
nafas), dan kulitnya kebiruan.2
1. Elektroensefalogram ( EEG )
2. Pemindaian CT
8
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang
itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
5. Uji laboratorium
a. Pungsi lumbal
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal. 3
c. Panel elektrolit
e. GDA
2.1.8 Penatalaksanaan
9
2.1.8.1 Penatalaksanaan Medikamentosa
1) Antipiretik
2) Antikonvulsan
- Antikonvulsan Intermitten
- Antikonvulsan Rumatan
2. adanya deficit neurologis yang jelas baik sebelum maupun sesudah kejang
misalnya serebral palsi,retardasi mental, atau mikrosefal,
10
3. kejang demam fokal,
11
Gambar 1. Algoritma penatalaksanaan kejang Demam
12
2.1.9 Diagnosa Banding
Baru sesudah itu kita pikirkan apakah kejang demam ini tergolong
dalam kejang demam sederhana atau epilepsy yang diprovokasi oleh demam.
(ilmu kesehatan anak)
2.1.10 Prognosa
13
Bila faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang
demam paling besar pada tahun pertama. 3
2.1.11 Komplikasi
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam kompleks adalah kejang demam dengan onset fokal, berlangsung
lama (>10-15 menit), atau terjadi lebih dari satu kali dalam 24 jam demam.
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor otak,
truma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit dan
gejala putus alcohol dan gangguan metabolic, uremia, overhidrasi, toksik
subcutan, sabagian kejang merupakan idiopatik ( tidak diketahui etiologinya ).
Penatalaksanaan pada pasien dengan kejang demam yaitu dengan
pemberian antikonvulsan intermitten, antikonvulsan rumatan, antipiretik serta
edukasi kepada keluarga pasien.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
STATUS ANAK SAKIT
17
PB lahir : 48 cm
V. Anamnesa Makanan
0 hari – 6 bulan : ASI Ekslusif
6-8 bulan : ASI + Bubur susu
8-12 bulan : ASI + Nasi tim
12- sekarang : ASI + Makan Keluarga (tapi os sulit makan)
VI. Imunisasi
Keterangan imunisasi
JENIS LAHIR 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24
IMUNISASI
Hepatitis B √ √ √ √
BCG √
Polio √ √ √ √
DPT √ √ √
Campak √
Hib √ √ √
18
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
RPO : Paracetamol
RPT : Tidak Dijumpai
Riwayat atopi pada keluarga: Tidak dijumpai
X. Pemeriksaan fisik :
1. Status presens
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Baik Anemis : (-)
Kesadaran : COMPOS MENTIS Dyspnoe : (-)
Tekanan darah : 100/60 mmHg Ikterik : (-)
Frekuensi nadi : 98 x/i Edema : (-)
Frekuensi napas : 23x/i Cyanosis : (-)
Temperature : 37,1oC
19
BB Masuk : 10,5 kg
PB Masuk : 109 cm
2. Status Lokalisata
a. Kepala
Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor, conjungtiva palpebra inferior
anemis (-/-).
Hidung : pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
b. Leher : Trakea letak medial, Pembesaran KGB (-)
c. Thoraks
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Sulit di nilai
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi :SP: Vesikuler
ST: -
d. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/R/L tidak teraba, turgor kembali cepat,
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
e. Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, CRT< 3”
Bawah : Akral hangat, CRT< 3”
f. Genitalia : os adalah seorang anak perempuan dan tidak di jumpai kelainan
kongenital
20
Neuromuscular : Tidak dilakukan pemeriksaan
Involuntary movement : Tidak dilakukan pemeriksaan
Koordinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Sensibilitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
Parameters
21
h. Biopsi Tidak dilakukan pemeriksaan
i. EEG Tidak dilakukan pemeriksaan
XV. Terapi :
- Bed Rest
- IVFD D51/2NS 12TPM
- Inj. Ceftriaxone 2x300mg
- Paracetamol 3-4 x110mg
- Alco 3x1 ml drip
- Oxopect 3x1 cth
-
3. Usul EEG
22
FOLLOW UP PASIEN
Keluhan Kejang (-), Demam (-) , Batuk (-), sesak Kejang (-), Demam (-), Batuk (-),
(-) Sesak (-)
KU/KP/KG Sedang/Sedang/Baik Sedang/Sedang/baik
23
Abdomen Inspeksi : Simetris Inspeksi : Simetris
Palpasi: Soepel, Palpasi : Soepel
Perkusi : Timpani Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) N Auskultas : Peristaltikusus (+) N
Extremitas Atas dan bawah : Akral hangat, , CRT < Atas dan bawah : Akral
3 detik, sianois (-) hangat, ,CRT < 3 detik,sianosis (-)
Genitalia O.S seorang laki-laki , kelainan pada O.S seorang laki-laki, kelainan pada
genitalia (-) genitalia (-)
Pemeriksaan
Penunjang
Diagnosis Kejang Demam Sederhana + Kejang Demam Sederhana +
Gastroenteritis+Dehidrasi ringan sedang Gastroenteritis+Dehidrasi ringan
sedang
Terapi - Bed Rest Sanmol drip
- VFD D51/2NS 12TPM Cefat syr 2x6ml
- Inj. Ceftriaxone 2x300mg
- Paracetamol 3-4 x110mg
- Alco 3x1 ml drip
- Oxopect 3x1 cth
Rencana BPL
24