Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

KEJANG DEMAM SEDERHANA

Oleh :

dr. SILGA PERMATA HERIAN

DPJP :

dr. BUDIASA Sp.A

Pembina :

dr. I Nyoman John Risnawan

dr. I M Adi Virnawan


PROGRAM INTERNSHIP RSU PARAMA SIDHI

PERIODE FEBRUARI 2020 - FEBRUARI 2021

BALI

1
iii

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus

KEJANG DEMAM SEDERHANA

Diajukan untuk memenuhi syarat internship di

Rumah Sakit Umum Parama Sidhi

Disusun Oleh :

dr. SILGA PERMATA HERIAN

Singaraja, MEI 2020

DPJP

dr. BUDIASA Sp. A

Pembina Internship Pembina Internship

dr. I Nyoman John Risnawan dr. I M Adi Virnawan

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “KEJANG DEMAM
SEDERHANA” sebagai syarat memenuhi tugas Kedokteran Internship di RSU
Parama Sidhi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. BUDIASA Sp.A yang telah bersedia
menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama penyelesaian
tugas laporan kasus. Terima kasih juga selaku pembina internship kami, dr. I
Nyoman John Risnawan dan dr. I M Adi Virnawan, serta seluruh pihak yang telah
membantu hingga selesainya laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasusu ini masih banyak
terdapat kekurangan di dalamnya. Kritik dan saran guna penyempurnaan
penyusunan laporan kasus ini sangat penulis harapkan, sehingga nantinya bisa
memberikan hasil akhir yang lebih baik.

Singaraja, JUNI 2020

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh(suhu rektal diatas 38c) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium.1
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak-anak, terutama pada golongan umur 3 bulan sampai 5 tahun.1
Dari penelitian didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5% anak pernah mengalami
kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun.2 Kejadian kejang demam
diberbagainegara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa barat mencapai 2-4%.
Kejadian kejang demam di Asia lebih tinggi kira-kira 20% kasus merupakan
kejang demam komplek.1
Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League Againts
Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993) adalah kejang yang
disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan
saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Demam pada kejang demam umumnya
disebabkan oleh infeksi, yang sering terjadi pada anak-anak, seperti infeksi traktus
respiratorius dan gastroenteritis.1
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6
bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam.Kejang demam sangat tergantung kepada umur,
85% kejang pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara 17-23 bulan.
Hanya sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum umur 5-6 bulan
atau setelah berumur 5-8 tahun. Biasanya setelah berumur 6 tahun pasien tidak
kejang demam lagi, walaupun pada beberapa pasien masih dapat megalami
sampai umur lebih dari 5-6 tahun.1
Umumnya kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu

4
kejang demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan
berlangsung umum, dan kejang demam kompleks, yang berlangsung kurang dari
15 menit, fokal, atau multiple (lebih dari 1 kali kejang dalam 24 jam). Kriteria
penggolongan tersebut dikemukan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat
beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang,
tingginya demam, usia pasien, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekam otak
dan lainnya.1
Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling sering, biasanya
merupakan kejadian tunggal dan tidak berbahaya. Berdasarkan studi populasi,
angka kejadian kejang demam di Amerika Serikat dan Eropa 2–7%, sedangkan di
Jepang 9–10%. Dua puluh satu persen kejang demam durasinya kurang dari 1
jam, 57% terjadi antara 1-24 jam berlangsungnya demam, dan 22% lebih dari 24
jam.2 Sekitar 30% pasien akan mengalami kejang demam berulang dan kemudian
meningkat menjadi 50% jika kejang pertama terjadi usia kurang dari 1 tahun.
Sejumlah 9–35% kejang demam pertama kali adalah kompleks, 25% kejang
demam kompleks tersebut berkembang ke arah epilepsy.2

BAB II

5
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.3

2.1.1. Definisi Kejang Sederhana

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan


umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik,
tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.3

2.1.2.Epidemiologi
Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling sering, biasanya
merupakan kejadian tunggal dan tidak berbahaya. Berdasarkan studi populasi,
angka kejadian kejang demam di Amerika Serikat dan Eropa 2–7%, sedangkan di
Jepang 9–10%. Dua puluh satu persen kejang demam durasinya kurang dari 1
jam, 57% terjadi antara 1-24 jam berlangsungnya demam, dan 22% lebih dari 24
jam.Sekitar 30% pasien akan mengalami kejang demam berulang dan kemudian
meningkat menjadi 50% jika kejang pertama terjadi usia kurang dari 1 tahun.
Sejumlah 9–35% kejang demam pertama kali adalah kompleks, 25% kejang
demam kompleks menjadi PGE2 yang kemudian menstimulus pusat termoregulasi
di hipotalamus, sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh. Demam juga akan
meningkatkan sintesis sitokin di hipokampus. Pirogen endogen, yakni interleukin
1ß, akan meningkatkan eksitabilitas neuronal (glutamatergic) dan menghambat
GABAergic, peningkatan eksitabilitas neuronal ini yang menimbulkan kejang.3
2.1.3 Patofisiologi

Peningkatan temperatur dalam otak berpengaruh terhadap perubahan


letupan aktivitas neuronal. Perubahan temperatur tersebut menghasilkan sitokin
yang merupakan pirogen endogen, jumlah sitokin akan meningkat seiring kejadian
demam dan respons inflamasi akut. Respons terhadap demam biasanya

6
dihubungkan dengan interleukin-1 (IL-1) yang merupakan pirogen endogen atau
lipopolisakarida (LPS) dinding bakteri gram negatif sebagai pirogen eksogen. LPS
menstimulus makrofag yang akan memproduksi pro- dan anti-inflamasi sitokin
tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), IL-6, interleukin-1 receptor antagonist (IL-
1ra), dan prostaglandin E2 (PGE2). Reaksi sitokin ini mungkin melalui sel
endotelial circumventricular akan menstimulus enzim cyclooxygenase-2 (COX-2)
yang akan mengkatalis konversi asam arakidonat menjadi PGE2 yang kemudian
menstimulus pusat termoregulasi di hipotalamus, sehingga terjadi kenaikan suhu
tubuh. Demam juga akan meningkatkan sintesis sitokin di hipokampus. Pirogen
endogen, yakni interleukin 1ß, akan meningkatkan eksitabilitas neuronal
(glutamatergic) dan menghambat GABA-ergic, peningkatan eksitabilitas neuronal
ini yang menimbulkan kejang.2

2.1.4 Pengaruh Pada Tubuh Saat Kejang Terjadi

Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering
dijumpai pada bayi  dan anak. Sekitar 2,2% hingga 5% anak pernah mengalami
kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun. Sampai saat ini masih
terdapat perbedaan pendapat mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini
namun pendapat yang dominan saat ini kejang  pada kejang demam tidak
menyebabkan akibat buruk atau kerusakan pada otak namun kita tetap berupaya
untuk menghentikan kejang secepat mungkin.3
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1° C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10% – 15% dan kebutuhan oksigen 20%. Akibatnya terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi
difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, sehingga
terjadi lepasnya muatan listrik.2
Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh
sel/membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter, sehingga terjadi
kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu
badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf
pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan

7
infeksi saluran pernafasan lainnya.2
Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak
memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit kemudian anak
akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Kejang demam yang
berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala
sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) sangat berbahaya dan
dapat menimbulkan kerusakan permanen dari otak.2
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot
yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau
pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkhontinensia (mengeluarkan
air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti
nafas), dan kulitnya kebiruan.2

2.1.6 Manifestasi Klinis

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan


umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik,
tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.3

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah4

1. Elektroensefalogram ( EEG )

Dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus darikejang.

2. Pemindaian CT

Menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk


mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

3. Magnetic resonance imaging ( MRI )

8
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang
itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT

4. Pemindaian positron emission tomography ( PET )

Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan


lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.

5. Uji laboratorium

a. Pungsi lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau


menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis
bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringksli sulit untuk
menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi
klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan


2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi >18 bulan tidak dianjurkan

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal. 3

b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

c. Panel elektrolit

d. Skrining toksik dari serum dan urin

e. GDA

f. Kadar kalsium darah

g. Kadar natrium darah

h. Kadar magnesium darah

2.1.8 Penatalaksanaan

9
2.1.8.1 Penatalaksanaan Medikamentosa

1) Antipiretik

Kejang demam terjadi akibat adanya demam,maka tujuan utama


pengobatan adalah mencegah demam meningkat. Pemberian obat penurun
panas parasetamol10-15mg/kgBB/kali, 4kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali
atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, sebanyak 3-4 kali. Penggunaan asam asetil
salisilat tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan ReyeSyndrome.3

2) Antikonvulsan

- Antikonvulsan Intermitten

Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam


yang diberikan secara intra vena atau perrektal. Kadar diazepam tertinggi dalam
darah akan tercapai dalam waktu1-3 menit apabila diberikan secara intravena,
dan tercapai dalam waktu 5 menit bila diberikan secara per rektal. Dosis
diazepam intra vena 0,3-0,5 mg/kgBB, diberikan perlahan-lahan dengan
kecepatan1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit dengan dosis maksimal
20mg.Untuk memudahkan orangtua dirumah dapat diberikan diazepam rectal
dengan dosis 5 mg pada anak dengan berat badan <10kg,10 mg untuk berat
badan anak >10kg.3

- Antikonvulsan Rumatan

Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis


terapeutik yang stabil dan cukup didalam darah penderita untuk mencegah
terulangnya kejang dikemudian hari.Pengobatan jangka panjang kejang
demam diberikan bila ada lebih dari satu keadaan berikut:

1. kejang demam lebih dari 15 menit,

2. adanya deficit neurologis yang jelas baik sebelum maupun sesudah kejang
misalnya serebral palsi,retardasi mental, atau mikrosefal,

10
3. kejang demam fokal,

4. adanya riwayat epilepsy dalam keluarga

Dipertimbangkan apabila kejang demam pertama pada umur dibawah


12 bulan , kejang berulang dalam 24 jam, kejang demam berulang atau ≥ 4 kali
pertahun.3

Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah fenobarbital,


sodium valproat/asam valproat, dan fenitoin. Fenobarbital dengan dosis 3-4
mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis. Efek samping dari pemakaian fenobarbital
jangka panjang yaitu perubahan sifat anak menjadi hiperaktif,perubahan siklus
tidur dan kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur.3

Sodium valproate/asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari dibagi


dalam 2-3 dosis. Namun, obat ini harganya jauh lebih mahal dibandingkan
dengan fenobarbital dan gejala toksik berupa rasa mual,kerusakan hepar,
pankreatitis.3

Fenitoin diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan


gangguan sifat berupa hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital.Hasilnya tidak
atau kurang memuaskan. Pemberian anti konvulsan pada profilaksis jangka
panjang ini dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi.
Menghentikan pemberian anti konvulsi kelak harus perlahan-lahan dengan jalan
mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan. Pengobatan diberikan selama 1 tahun
bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.3

11
Gambar 1. Algoritma penatalaksanaan kejang Demam

2.1.8.2 Penatalaksanaan Non Medikamentosa

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua. Pada


saat kejang sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anaknya telah
meninggal. Beberapa hal yang dikerjakan saat pasien kejang dirumah:3

1) tetap tenang dan tidak panik,


2) kendurkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher,
3) bila tidak sadar, posisi tangan kanan terlentang dengan kepala miring,
bersihkan muntahan atau lender di mulut atau hidung,
4) walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam
mulut.
5) ukur suhu,observasi dan catat lama dan bentuk kejang,
6) tetap bersama pasien selama kejang,
7) berikan diazepam rektal,tetapi jangan diberikan bila kejang telah berhenti,
8) bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih

12
2.1.9 Diagnosa Banding

Menghadapi seorang anak yang menderita demam kejang, harus


dipikirkan apakah penyebab dari kejang itu dalam atau luar susunan saraf pusat
(otak).

Kelainan di dalam otak biasanya karena infeksi, misalnya meningitis,


ensefalitis, abses otak dan lain- lain. Oleh sebab itu perlu waspada untuk
menyingkirkan dahulu apakah kelainan organis di otak.

Baru sesudah itu kita pikirkan apakah kejang demam ini tergolong
dalam kejang demam sederhana atau epilepsy yang diprovokasi oleh demam.
(ilmu kesehatan anak)

2.1.10 Prognosa

- Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah


dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada
pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan
kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi
pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal. 3

-Kemungkinan terjadinya kematian

Kematian karena kejang demam tidak pernah dialporkan. 3

-Kemungkinan berulangnya kejang demam

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor


risiko berulangnya kejang demam adalah:

1. Riwayat kejang demam pada keluarga


2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperature yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam

13
Bila faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang
demam paling besar pada tahun pertama. 3

-Faktor risiko terjadinya epilepsi


Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. 3

2.1.11 Komplikasi

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya


dan tidak menimbulkan komplikasi. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih
lama (>15 menit) yaitu:3
1.    Kerusakan otak
2.    Retardasi mental
3.   Biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosislaktat, hipotensi
artrial, suhu tubuh makin meningkat.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam kompleks adalah kejang demam dengan onset fokal, berlangsung
lama (>10-15 menit), atau terjadi lebih dari satu kali dalam 24 jam demam.
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor otak,
truma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit dan
gejala putus alcohol dan gangguan metabolic, uremia, overhidrasi, toksik
subcutan, sabagian kejang merupakan idiopatik ( tidak diketahui etiologinya ).
Penatalaksanaan pada pasien dengan kejang demam yaitu dengan
pemberian antikonvulsan intermitten, antikonvulsan rumatan, antipiretik serta
edukasi kepada keluarga pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. AK, Whardani. 2013. KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK


USIA SATU TAHUN . Fakultas kedokteran universitas lampung.
2. Arief R., Fadly . penatalaksanaan kejang demam. Dokter umum di Rumah
Sakit Islam Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Indonesia.
3. Unit Kerja Koordinasi Neurologi. 2006. Konsensus Penatalaksanaan
Kejang Demam.Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
4. Deliana, Melda. 2002. Tatalaksana Kejang Demam Pada Anak. Jakarta:
Jurnal Sari Pediatri, Volume 4, No 2, September 2002:59-62
5. Pudjiadi Antonius H., dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

16
STATUS ANAK SAKIT

I. Anamnesa pribadi pasien


Nama : Rafael Sanendra Okia Nio
Umur : 1 Tahun 4 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Alamat : Lini Kebonsari Gg II No 14A
BB Masuk : 10,5 kg
TB Masuk : 109 cm
Tanggal Masuk : 13 Maret 2021

II. Anamnesa mengenai orang tua os:

Identitas Ayah Ibu


Nama I Made Artawa Gede Melinda Megawati
Umur 38 Tahun 34 Tahun
Suku / Bangsa Hindu / Indonesia Hindu / Indonesia
Agama Hindu Hindu
Pendidikan S1 SMA
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Penyakit - -
Alamat Jl.Lini Kebonsari Gg II No 14A

III. Riwayat kelahiran os


Cara lahir : Spontan per vaginam
Tempat lahir : Klinik
Tanggal lahir : 13 Agustus 2018
Penolong : Bidan
Usia Kehamilan : 8 Bulan 3 Minggu
BB lahir : 3500 gram

17
PB lahir : 48 cm

IV. Perkembangan fisik


Keadaan saat lahir : Segera menangis kuat dan spontan
0-3 bulan : Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah
3-6 bulan : Berbalik dari telungkup ke telentang
Mengangkat kepala saat telungkup
Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
6-9 bulan : Dapat duduk sendiri tanpa di bantu
Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
9-12 bulan : Mengangkat badannya ke posisi berdiri
Belajar berdiri dan berpegangan di kursi
Dapat berjalan dengan di tuntun

V. Anamnesa Makanan
0 hari – 6 bulan : ASI Ekslusif
6-8 bulan : ASI + Bubur susu
8-12 bulan : ASI + Nasi tim
12- sekarang : ASI + Makan Keluarga (tapi os sulit makan)

VI. Imunisasi
Keterangan imunisasi

JENIS LAHIR 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24
IMUNISASI
Hepatitis B √ √ √ √
BCG √
Polio √ √ √ √
DPT √ √ √
Campak √
Hib √ √ √

18
Kesan : Imunisasi dasar lengkap

VII. Penyakit yang pernah diderita :-

VIII. Keterangan mengenai saudara pasien: Os merupakan anak ke 2 dari 2


bersaudara
1. Anak pertama, perempuan, usia 1 tahun 4 bulan

IX. Anamnesa mengenai os


Keluhan Utama : Kejang
Telaah : Kejang dialami os 1 kali dalam sehari, pada tanggal 12
Maret 2020 . Kejang dialami os pada pagi hari, kejang berlangsung selama <5
menit.Os juga mengalami demam terlebih dahulu sejak tadi pagi sebelum
masuk rumah sakit. Demam turun apabila os diberikan obat penurun panas.Ibu
os mengatakan bahwa os mengalami batuk dan flu sebelum demam. Os juga
mengeluhkan tidak mual dan muntah. Buang air kecil dalam batas normal. Ibu
os mengaku os rewel sebelum kejang. Riwayat terbentur pada daerah kepala
disangkal. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal.

RPO : Paracetamol
RPT : Tidak Dijumpai
Riwayat atopi pada keluarga: Tidak dijumpai

X. Pemeriksaan fisik :
1. Status presens
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Baik Anemis : (-)
Kesadaran : COMPOS MENTIS Dyspnoe : (-)
Tekanan darah : 100/60 mmHg Ikterik : (-)
Frekuensi nadi : 98 x/i Edema : (-)
Frekuensi napas : 23x/i Cyanosis : (-)
Temperature : 37,1oC

19
BB Masuk : 10,5 kg
PB Masuk : 109 cm

2. Status Lokalisata
a. Kepala
Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor, conjungtiva palpebra inferior
anemis (-/-).
Hidung : pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
b. Leher : Trakea letak medial, Pembesaran KGB (-)
c. Thoraks
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Sulit di nilai
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi :SP: Vesikuler
ST: -
d. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/R/L tidak teraba, turgor kembali cepat,
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
e. Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, CRT< 3”
Bawah : Akral hangat, CRT< 3”
f. Genitalia : os adalah seorang anak perempuan dan tidak di jumpai kelainan
kongenital

XI. Status neurologis


a. Syaraf otak : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Sistem motorik
Pertumbuhan otot : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kekuatan otot : Tidak dilakukan pemeriksaan

20
Neuromuscular : Tidak dilakukan pemeriksaan
Involuntary movement : Tidak dilakukan pemeriksaan
Koordinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Sensibilitas : Tidak dilakukan pemeriksaan

XII. Pemeriksaan khusus :


a. Radiologi : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Pungsi lumbal : Tidak dilakukan pemeriksaan

c. Darah rutin : 13 Maret 2020

Parameters

Hasil Nilai Normal

WBC 20,1 x 103/ μL 4.0-11.0

RBC 5,04 x 106/μL 4.0-5.40

HGB 11,1 g/dL 12-16

HCT 34,4 % 36.0-48.0

MCV 68,3 fL 80.0-97.0

MCH 22,0pg 27-33.7

MCHC 32,3 g/dL 31.5-35.0

PLT 505 x103/ μL 150-400

RDW-CV 17.7% 10.0-15.0

PDW 9.2 fL 10.0-18.0


MPV 8.2 fL 15-25.0

d. EKG Tidak dilakukan Pemeriksaan


e. Pungsi sumsum tulang Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Mikrobiologi Tidak dilakukan pemeriksaan
g. CT-Scan Tidak dilakukan pemeriksaan

21
h. Biopsi Tidak dilakukan pemeriksaan
i. EEG Tidak dilakukan pemeriksaan

XIII. Differential Diagnosis :


I. Kejang Demam Sederhana
II. Kejang demam komplek

XIV. Diagnosa Kerja : Kejang Demam Sederhana

XV. Terapi :
- Bed Rest
- IVFD D51/2NS 12TPM
- Inj. Ceftriaxone 2x300mg
- Paracetamol 3-4 x110mg
- Alco 3x1 ml drip
- Oxopect 3x1 cth
-
3. Usul EEG

4. Prognosa : Dubia ad Bonam

22
FOLLOW UP PASIEN

Tanggal 13 maret 2020 1 Maret 2018


(Rawatanhari 1) (Rawatanhari 3)

Keluhan Kejang (-), Demam (-) , Batuk (-), sesak Kejang (-), Demam (-), Batuk (-),
(-) Sesak (-)
KU/KP/KG Sedang/Sedang/Baik Sedang/Sedang/baik

Sensorium Compos mentis Compos mentis

Tekanan 100/60 mmHg 100/70 mmHg


Darah
Frekuensi 98x/i, reguler, desah 103x/i, reguler, desah
Nadi (-) (-)
Frekuensi 23x/i, reguler 22x/i, reguler
Nafas
Temperatur 37,1oc 36,5o c
BB sekarang 10,5kg 10,5 kg
Mata : RC (+/+), pupil isokor,Pal. Con. Mata : RC (+/+), pupil
Status Anemis(-/-),mata sedikit cekung isokor, Pal. Con. Anemis (-/-),mata
Lokalisata Hidung : Dalam batas normal sedikit cekung
Telinga : Dalam batas normal Hidung : Dalam batas normal
Mulut : sianosis (-), dbn Telinga : Dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-) Mulut : sianosis (-), dbn
Leher : Pembesaran KGB
(-)
Thorax Inspeksi:Simetris fusiformis, retraksi (-) Inspeksi : Simetris fusiformis,
Palpasi : SF kanan=kiri retraksi (-)
Perkusi : sonor Palpasi : SF kanan=kiri
Auskultasi : SP :Vesikuler ST : - Perkusi : sonor

Auskultasi : SP : vesikuler l, ST:-

23
Abdomen Inspeksi : Simetris Inspeksi : Simetris
Palpasi: Soepel, Palpasi : Soepel
Perkusi : Timpani Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) N Auskultas : Peristaltikusus (+) N

Extremitas Atas dan bawah : Akral hangat, , CRT < Atas dan bawah : Akral
3 detik, sianois (-) hangat, ,CRT < 3 detik,sianosis (-)
Genitalia O.S seorang laki-laki , kelainan pada O.S seorang laki-laki, kelainan pada
genitalia (-) genitalia (-)
Pemeriksaan
Penunjang
Diagnosis Kejang Demam Sederhana + Kejang Demam Sederhana +
Gastroenteritis+Dehidrasi ringan sedang Gastroenteritis+Dehidrasi ringan
sedang
Terapi - Bed Rest  Sanmol drip
- VFD D51/2NS 12TPM  Cefat syr 2x6ml
- Inj. Ceftriaxone 2x300mg
- Paracetamol 3-4 x110mg
- Alco 3x1 ml drip
- Oxopect 3x1 cth

Rencana BPL

24

Anda mungkin juga menyukai