Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS:

DENGUE
HAEMORRHAGIC
FEVER

Ruang XIV

SYAHPUTRA OLOAN HARAHAP (71160891816)


MUHAMMAD MALIK GINTING (71160891987)
NURZUWITA HASIBUAN (71160891821)
BAB 1
PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue (DBD ) merupakan penyakit demam akut
yang disebabkan oleh empat serotype virus dengue yaitu DEN 1, 2, 3,
dan 4 dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di banyak daerah di
dunia. Infeksi virus dengue hingga saat ini masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia.
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah
tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia
menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam
jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu,
terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World
Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER



Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus dengue dengan manifestasi
klinis demam 2-7 hari, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia
dan diathesis hemoragik. DBD adalah penyakit akut dengan
manifestasi klinis perdarahan yang menimbulkan syok yang
berujung kematian.
Etiologi

 Demam berdarah dengue (DBD ) merupakan
penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat
serotype virus dengue yaitu DEN 1, 2, 3, dan 4
dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di
banyak daerah di dunia. Nyamuk penular disebut
vektor, yaitu nyamuk Aedes dari subgenus
Stegomya. Vektor adalah hewan athropoda yang
dapat berperan sebagai penular penyakit
 Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak
ditemukan berkembang biak ditempat –
tempat penampungan air buatan antara lain :
bak mandi, ember, vas bunga, tempat minum
burung, kaleng bekas, ban bekas, dan
sejenisnya di dalam rumah meskipun juga
ditemukan di luar rumah di wilayah perkotaan

Manifestasi Klinis

 Demam tinggi , timbul mendadak, kontinua, kadang bifasik.
 Berlangsung antara 2-7 hari.
 Muka kemerahan (facial flushing), anoreksi, mialgia, dan arthralgia.
 Nyeri epigastrik, muntah, nyeri abdomen difus.
 Kadang disertai sakit tenggorok.
 Faring dan konjungtiva kemerahan.
 Dapat disertai kejang demam
DIAGNOSIS

Klasifikasi DD Dan DHF

Tabel Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue
DD/DBD Derajat* Gejala Laboratorium
DD Demam disertai 2 atau lebih tanda:  Leukopenia, Serologi Dengue
Sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia,  Trombositopenia, tidak ditemukan bukti Positif
artralgia kebocoran plasma

DBD I Gejala di atas ditambah uji bendung positif  Trombositopenia (<100.000/µl), bukti ada
kebocoran plasma

DBD II Gejala di atas ditambah perdarahan spontan  Trombositopenia (<100.000/µl), bukti ada
kebocoran plasma

DBD III Gejala di atas ditambah kegagalan sirkulasi  Trombositopenia (<100.000/µl), bukti ada
(kulit dingin dan lembab serta gelisah) kebocoran plasma

DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan  Trombositopenia (<100.000/µl), bukti ada
nadi tidak terukur kebocoran plasma

*DBD derajat III dan IV juga disebut sindrom syok dengue (SSD)
Penatalaksaan
 Protokol ini terbagi dalam 5 kategori, yaitu:
Protokol 1. Penanganan Tersangka (Probable) DBD Dewasa Tanpa Syok

Penatalaksaan
Protokol 2. Pemberian Cairan pada Tersangka DBD Dewasa di Ruang
Rawat

Penatalaksaan
Protokol 3. Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Ht > 20%


Penatalaksaan
Protokol 4. Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD Dewasa


Penatalaksaan
Protokol 5. Tatalaksana Sindroma Syok Dengue pada Dewasa



Prognossa

 Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya
antibodi yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD,
kematian telah terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan
penanganan intensif yang adekuat kematian dapat ditekan <1% kasus.
Keselamatan secara langsung berhubungan dengan penatalaksanaan
awal dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak
yang disebabkan syok berkepanjangan atau perdarahan intrakranial.3
BAB 3
Laporan Kasus


DATA PRIBADI
Nama : Sri Hartati
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Dusun III jl. Pembangunan Banadar setia,
Percut Sei Tuan, Deli Serdang.
ANAMNESA PENYAKIT

 Keluhan Utama : Demam


 Telaah:Hal ini dialami os sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam bersifat tinggi
dan tidak turun dengan obat penurun panas, mual dijumpai, muntah tidak dijumpai,. Mual
dialami sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk tidak dijumpai. Sesak tidak dijumpai.
Os juga mengeluhkan nyeri di belakang mata, nyeri sendi dan merasa pusing sejak 6 hari
lalu. Os juga mengeluhkan ada bintik-bintik kemerahan di seluruh tubuh. Riwayat
perdarahan spontan seperti mimisan tidak dijumpai, gusi berdarah tidak dijumpai, lebam-
lebam di tubuh tidak dijumpai, namun bercak-bercak merah dijumpai pada tangan dan kaki
os sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. BAB dengan frekuensi 1x dalam sehari dengan
konsistensi keras, tinja berwarna kuning, BAB hitam tidak dijumpai, BAB berdarah tidak
dijumpai, BAB berlendir tidak dijumpai. BAK dijumpai dengan volume ±1500cc/24 jam
dengan urin berwarna seperti teh pekat. Riwayat darah tinggi disangkal, riwayat sakit gula
disangkal, riwayat sakit kuning disangkal, riwayat sakit dada disangkal, riwayat minum
obat-obatan disangkal oleh os. Riwayat bepergian ke tempat-tempat endemic disangkal oleh
os
 RPT : tidak dijumpai
 RPO : tidak jelas
Anamnesa organ
 Jantung Sesak Nafas :(-) Edema :(-)


Angina Pectoris
 :(-) Palpitasi
Lain-lain
:(-)
:(-)

 Saluran Batuk-batuk :(-) Asma, bronchitis :(-)
 Pernafasan Dahak :(-) Lain-Lain :(-)

 SaluranNafsu Makan : Menurun Penurunan BB :(-)
 Pencernaan Keluhan Mengunyah : ( - ) Keluhan Defekasi :(-)
 Keluhan Perut :(-) Lain-lain :(-)

 Saraf Pusat Sakit kepala :(+) Hoyong :(-)


Lain-lain :(-)
Pembuluh Petechie :(+) Purpura :(-)
 Darah Lain-lain :(-)
STATUS PRESENS STATUS LOKALISATA

Keadaan Umum : Baik Mata : Anemis (-/-)


Keadaan Penyakit : Ringan T/H/M : Dalam batas normal
Keadaan Gizi : Baik
TANDA VITAL

Leher
Thoraks
: TVJ R+2 cm H2O
: Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan : ( - )
Sensorium : Compos Mentis
Abdomen : Simetris, Soepel, Normoperistaltik,
Tekanan darah : 110/90 mmHg
Timpani. Nyeri tekan ( - ),
Nadi : 81x/i, reg t/v: cukup
H/L/R tidak teraba.
Pernafasan : 26x/menit
Ekstremitas : Edema (-/-)
Temperatur : 37⁰C

Darah :DBN
LABORATORIUM RUTIN Kemih :DBN
Tinja :DBN
DIAGNOSIS BANDING
Bronkial
- Asma
- PPOK

- Pneumonitis hipersensitivitas

- Bronkitis

- Emfisema paru

- Penyakit paru kerja

- CHF

- Asidosis metabolic
DIAGNOSA SEMENTARA
Demam Haemorrhagic Fever grade I


Aktivitas: Tirah baring
PENATALAKSANAAN
Diet: Diet MB

Tindakan Suportif:
 IVFD RL 30 gtt/i mikro

Medikamentosa:
IVFD fima Hes 30 gtt/i makro 1 fls saja
IVFD RL 300cc guyur dalam 1 jam pertama, selanjutnya 180cc/jam selama 4
jam berikutnya, selanjutnya 40 gtt/i makro
Inj. Ranitidin 50mg/12 jam/iv
Domperidone 3x10 mg (ac)
Follow up ketat
RENCANA PENJAJAKAN DIAGNOSTIK / TINDAKAN

LANJUTAN

Urinalisa, feses rutin


EKG
Viral marker (HbsAg, Anti HCV)

Pemeriksaan Darah rutin perhari

Foto Thoraks

USG abdomen
BAB 4 FOLLOW UP
Tanggal S O A P
01 Demam Sens : Compos Mentis DHF Grade I  Tirah Baring
September TD : 120/80 mmHG  Diet MB TKTP
2017 HR : 80 x/i  IVFD RL 300 cc guyur dalam 1 jam
RR : 24 x/i pertama – 180 cc/jam selama 4 jam
T : 37,1 C – 40 gtt/i
KEPALA  Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam/IV
 Domperidon 3x1 mg ac
Mata :
 Follow up /3 jam
 Konjunctiva anemis (-/-)
 Sclera ikterik (-/)
THORAX
SP : Vesikuler
ST : -
ABDOMEN
Soepel, simetris, H/L/R TTB, BU (+) normal
EXTREMITAS
Edema
 Superior (- | -)
 Inferior (- | -)
LAB : Hb 14,4
WBC 7460
PLT 8000
IgM, IgG anti dengue : positif
02 Demam Sens : Compos Mentis DHF Grade I  Tirah Baring
September TD : 110/70 mmHG  Diet MB TKTP
2017 HR : 80 x/i  IVFD Fina HES 30 gtt/I 1 flash
RR : 26 x/i saja
T : 37,0 C  IVFD RL 40 gtt/i
KEPALA  Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam/IV
 Laxadine 3xCI
Mata :
 Domperidon 3x1 mg ac
 Konjunctiva anemis (-/-)
 Sclera ikterik (-/)
THORAX
SP : Vesikuler
ST : -
ABDOMEN
Soepel, simetris, Hepar teraba 3 cm BAC, BU (+) normal
EXTREMITAS
Edema
 Superior (- | -)
 Inferior (- | -)
LAB
Hb / WBC / RBC / PLT (16,6 / 6,43 / 6,34 / 2000)
Na / K / U
(145 / 4,4 / 110)
KGD AdR 143
03 Demam Sens : Compos Mentis DHF Grade I  Tirah Baring
September TD : 140/110 mmHG  Diet MB TKTP
2017 HR : 83 x/i  IVFD RL 40 gtt/i
RR : 28 x/i  Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam/IV
T : 36,0 C  Laxadine 3xCI
KEPALA  Domperidon 3x1 mg ac
 Folket / 2 jam
Mata :
 Konjunctiva anemis (-/-)
 Sclera ikterik (-/)
THORAX
SP : Vesikuler
ST : -
ABDOMEN
Soepel, simetris, Hepar teraba 3 cm BAC, BU (+) normal
EXTREMITAS
Edema
 Superior (- | -)
 Inferior (- | -)
LAB
Hb / WBC / Ht / PLT
(14 / 8140 / 42,3 / 14000)
04 Demam Sens : Compos Mentis DHF Grade I  Tirah Baring
Septemb menurun TD : 140/90 mmHG  Diet MB TKTP
er 2017 HR : 78 x/i  IVFD RL 40 gtt/i
RR : 30 x/i  Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam/IV
T : 36,6 C  Laxadine 3xCI
KEPALA  Domperidon 3x1 mg ac
Mata :
 Konjunctiva anemis (-/-)
 Sclera ikterik (-/)
THORAX
SP : Vesikuler
ST : -
ABDOMEN
Soepel, simetris, Hepar teraba 3 cm BAC, BU (+)
normal
EXTREMITAS
Edema
 Superior (- | -)
 Inferior (- | -)
LAB
BT 4 menit / PT 1107 / INR 1,46 / APTT 1,2
05 Sens : Compos Mentis DHF Grade I -Hipertensi grade I  Tirah Baring
Septemb TD : 150/100 mmHG  Diet MB TKTP
er 2017 HR : 84 x/i  IVFD RL 40 gtt/i
RR : 20 x/i  Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam/IV
T : 36,7 C  Laxadine 3xCI
KEPALA  Domperidon 3x1 mg ac
 Captopril 3x12,5 mg
Mata :
 Amlodipine 1x5 mg
 Konjunctiva anemis (-/-)
 Sclera ikterik (-/)
THORAX
SP : Vesikuler
ST : -
ABDOMEN
Soepel, simetris, Hepar teraba 3 cm BAC, BU (+)
normal
EXTREMITAS
Edema
 Superior (- | -)
 Inferior (- | -)
LAB
Hb 13,6 / WBC 1072 / PLT 94.000
06 Sens : Compos Mentis DHF Grade I  Tirah Baring
Septemb TD : 140/90 mmHG HT stg 1  Diet MB TKTP
er 2017 HR : 82 x/i  IVFD RL 40 gtt/i
RR : 25 x/i  Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam/IV
T : 36,5 C  Laxadine 3xCI
KEPALA  Domperidon 3x1 mg ac
Mata :
 Konjunctiva anemis (-/-)
 Sclera ikterik (-/)
THORAX
SP : Vesikuler
ST : -
ABDOMEN
Soepel, simetris, Hepar teraba 3 cm BAC, BU (+)
normal
EXTREMITAS
Edema
 Superior (- | -)
 Inferior (- | -)
LAB
-
07 Sens : Compos Mentis DHF Grade I  Tirah Baring
Septemb TD : 130/80 mmHG HT stg 1  Diet MB TKTP
er 2017 HR : 84 x/i  IVFD RL 40 gtt/i
RR : 23 x/i  Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam/IV
T : 37,2 C  Domperidon 3x1 mg ac
KEPALA  Captopril 3x12,5mg
 Amlodipin 1x5mg
Mata :
PBJ:
 Konjunctiva anemis (-/-) - Captopril 3x12,5mg
 Sclera ikterik (-/) - Amlodipin 1x5mg
THORAX
SP : Vesikuler
ST : -
ABDOMEN
Soepel, simetris, Hepar teraba 3 cm BAC, BU (+)
normal
EXTREMITAS
Edema
 Superior (- | -)
 Inferior (- | -)
BAB 5
Diskusi Kasus
Teori Pasien

Definisi

Demam berdarah dengue (DBD) (Dengue haemorrhagic fever) adalah penyakit


 Pasien perempuan berusia 48 tahun dijumpai kondisi demam tinggi yang
muncul mendadak, bersifat hilang timbul, dan disertai menggigil. Pada pasien
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
juga dijumpai keluhan sakit kepala serta nyeri sendi, dan nyeri dibelakang
nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
kelopak mata. Rasa mual dirasakan oleh pasien dan terdapat juga penurunan
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma
nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik dijumpai bintik – bintik merah pada
yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
kedua tangan dan kaki pasien. Pada hasil pemeriksaan darah rutin dijumpai
penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
kondisi trombositopenia dan peningkatan hematokrit (>20%).
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
Etiologi
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dalam keluarganya, dan
Penyebab DBD adalah oleh virus dengue anggota genus Flavivirus.
tidak ada dilingkungan sekitar tempat tinggal pasien yang mengalami penyakit
Spesies nyamuk tersebut mempunyai sifat anthrofilik, artinya lebih
yang sama. Riwayat bepergian ke daerah endemis DBD disangkal oleh pasien.
memilih menghisap darah manusia, disamping itu juga bersifat multiple
feeding artinya untuk memenuhi kebutuhan darah sampai kenyang dalam
satu periode siklus gonotropik biasanya menghisap darah beberapa kali.
Sifat tersebut meningkatkan risiko penularan DD/DBD di wilayah
perumahan yang penduduknya lebih padat, satu individu nyamuk yang
infektif dalam satu periode waktu mengigit akan mampu menularkan
virus kepada lebih dari satu orang.

Manifestasi Klinis
Pada pasien dijumpai demam tinggi, timbul mendadak dan bersifat hilang
Manifestasi klinis untuk demam berdarah dengue yaitu :
timbul. Demam dijumpai sudah 6 hari SMRS. Pada pasien juga dijumpai
 Demam tinggi , timbul mendadak, kontinua, kadang bifasik.
keluhan sakit kepala, nyeri sendi, dan sakit pada belakang kelopak mata. Mual
 Berlangsung antara 2-7 hari.
dijumpai tapi tidak ada muntah. Pada pemeriksaan fisik pasien terdapat bintik –
 Muka kemerahan (facial flushing), anoreksi, mialgia, dan arthralgia.
bintik merah pada kedua tangan dan kaki.
 Nyeri epigastrik, muntah, nyeri abdomen difus.
 Kadang disertai sakit tenggorok.
 Faring dan konjungtiva kemerahan.
 Dapat disertai kejang demam.
Anamnesa
Pada pasien dijumpai demam tinggi, timbul mendadak dan bersifat hilang
Keluhan utama:
timbul. Demam dijumpai sudah 6 hari SMRS. Pada pasien juga dijumpai
Tanda dan gejala klinis berbeda pada setiap pasien. keluhan sakit kepala, nyeri sendi, dan sakit pada belakang kelopak mata. Mual
 Demam tinggi , timbul mendadak, kontinua, kadang bifasik. dijumpai tapi tidak ada muntah. Pada pemeriksaan fisik pasien terdapat bintik –
 Berlangsung antara 2-7 hari. bintik merah pada kedua tangan dan kaki.
 Muka kemerahan (facial flushing), anoreksi, mialgia, dan arthralgia.
 Nyeri epigastrik, muntah, nyeri abdomen difus.
 Kadang disertai sakit tenggorok.
 Faring dan konjungtiva kemerahan.
 Dapat disertai kejang demam.

Pemeriksaan Fisik
Pada pasien dijumpai
- Kepala :
Mata : Muka kemerahan (facial flushing), anoreksi, mialgia, dan arthralgia. - Rasa mual yang disertai dengan anoreksia
- Ekstremitas : terdapat ptechie - Mialgia dan athralgia
- Perdarahan (mimisan, muntah & BAB hitam, menstruasi berlebih, urin - Ptechie pada kedua ekstremitas
berwarna hitam/hemoglobinuria atau hematuria)
- Pusing.
- Pucat (akral teraba dingin)
Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada pasien ini :
Aktivitas : Tirah baring
Protokol 1 : Diet : MII
Tindakan suportif:
 Hb, Ht, dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-200.000, pasien -IVFD fima Hes 30 gtt/i makro 1 fls saja
dapat dipulangkan dengan anjuran konrol atau berobat jaan ke Poliklinik dalam
-IVFD RL 300cc guyur dalam 1 jam pertama, selanjutnya 180cc/jam
waktu 24jam berikutnya (dilakukan pemeriksaan Hb,Ht, dan trombosit tiap 24
Medikamentosa :
jam) atau bila keadaan penderita memburuk segera kembali ke Unit Gawat
Inj. Ranitidin 50mg/12 jam/iv
Darurat.
Domperidone 3x10 mg (ac)
 Hb, Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurkan untuk dirawat.

 Hb,Ht, meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk
dirawat.

Protokol 2 :

Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa syok
maka di ruang rawat diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus
berikut ini. Volume cairan kristaloid per hari yang diperlukan, sesuai rumus berikut:

1500 + {20 x (BB dalam kg- 20)}

Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam:

 Bila Hb, Ht meningkat 10-20% dan trombosit < 100.000 jumlah pemberian
cairan tetap seperti rumus di atas tetapi pemantauan Hb, Ht, trombosit tiap
12jam.

 Bila Hb, Ht, meningkat >20% dan trombosit < 100.000 maka pemberian caian
sesuai dengan protokol penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht >20%.
Protokol 3 : Protokol 5 :
Meningkatnya Ht > 20% menunjukkan bahwa tubuh mengalami defisit Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB an
cairan sebanyak 5 %. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan dievaluasi setelah 15-30 menit. Bila renjatan telah teratasi (ditandai
adalah dengan memberikan infus cairan kristaloid sebanyak 6-7 dengan tekanan darah sisitolik 100 mmHg dan tekana nadi kurang dari
ml/kg/jam. Pasien kemudian dipantau setelah 3-4 jam pemeberian 100 kali per menit dengan voume cukup, akral teraba hangat, dan kulit
cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan tanda-tanda tidak pucat serta diuresis 0,5-1 ml/kgBB/jam) jumla cairan dikurangi
hematokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi menjadi 7 ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60-120 menit kemudian
urin meningkat maka jumlah cairan infus dikurangi menjadi keadaan tetap stabil pemberian cairan menjadi 3 ml/kgBB/jam. Bila
5ml/kg/jam. Dua jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan 24-48 jam setelah renjatan teratasi tanda-tanda vital dan hematokrit
bila keadaan tetap menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infus tetap stabil serta diuresis cukup maka pemberian cairan perinfus harus
dikurangi menjadi 3ml/kg/jam. Bila pemantauan keadaaan tetap dihentikan.
membaik maka pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam
kemudian.

Protokol 4 :
Pada keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemebrian cairan tetap
seperti keadaan DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah,
nadi, pernapasan, dan jumlah urin dilakukan sesering mungkin
dengan kewaspadaan Hb, Ht, dan trombosit serta hemostasis harus
segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit sebaiknya
diulang seiap 4-6 jam. PRC diberikan bila nilai HB kurang dari 10 g/dl.
Transfusi trombosit hanya diberikan pada pasien DBD dengan
perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit
<100.000/mm3 disertai atau tanpa KID.
BAB 6
Kesimpulan

Seorang perempuan, RM, 48 tahun, didiagnosa dengan DHF


derajat II + HT Stage I, dan ditatalaksana awal dengan pemberian terapi
cairan. Terapi medikamentosa berupa pemberian IVFD RL 40 gtt/i, Inj.
Ranitidine 50 mg/12 jam/IV, Domperidon 3x1 mg ac, Captopril
3x12,5mg, Amlodipin 1x5mg. Saat ini kondisi pasien sudah membaik
dan pulang untuk dilakukan berobat jalan.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai