KEPERAWATAN TROPIS
Asuhan Keperawatan DHF dan Hepatitis
Disusun oleh:
A M I R (R011191105)
Patofisiologi
Patofisiologi primer DHF dan dengue syock syndrome (DSS) adalah peningkatan
akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang
ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan
darah. Pada kasus berat, volume plasma menurun lebih dari 20%, hal ini didukung
penemuan post mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia. Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengueberkembang
biak dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang
berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral
maupun selular, antara lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti
komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada
infeksi dengueprimer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar
antibodi yang telah ada jadi meningkat.
Tanda dan Gejala
Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai dengan tanda-tanda berikut:
1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.
2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie
sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau BAB darah-
hitam.
3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal: 150.000-300.000 dL)
hematokrit meningkat (normal: pria < 45, wanita < 40).
4. Akral dingin, gelisah, tidak sadar (dengue shock syndrome).
Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997 dalamArsin, 2013) yaitu:
Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji tourniquet.
2. Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan
perdarahan lain.
3. Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi (sitolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang), sianosis di sekitar mulut, akral
dingin, kulit dingin/lembab, dan pasien tampak gelisah.
Derajat 4 : Syok berat (profound shok) yaitu nadi tidak dapat diraba dan
tekanan darah tidak terukur.
Kriteria Diagnosis
1. Kriteria klinis
a) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus-
menerus selama 2-7 hari.
b) Terdapat manifestasi perdarahan dibawah kulit
c) Pembesaran hati.
d) Syok.
2. Kriteria laboratoris
a. Trombositopenia (<100.000/mm3).
b. Hemokonsentrasi (Hit meningkat >20%).
Seorang pasien dinyatakan menderita penyakit DBD bila terdapat minimal 2gejala
klinis yang positif dan 1 hasil laboratorium yang positif. Bila gejala dan tanda
tersebut kurang dari ketentuan di atas maka pasien belum dapat dinyatakan
menderita demam dengue (Widoyono, 2011).
Pencegahan
1. 3M plus
2. Pembersihan jentik
a) Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN), larvasidasi
b) Menggunakan ikan (ikan kepala timah, ikan cupang, ikan sepat)
3. Pencegahan gigitan nyamuk
a) Menggunakan obat nyamuk (oles)
b) Menggunakan kelambu
c) Tidak melakukan kebiasaan berisiko (menggantung baju)
Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Ketidakefektifan perfusi jaringhan perifer
4. Nyeri akut
5. Kekurangan volume cairan
6. Resiko syok hipovolemik
7. Ketidakseimbnagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
8. Resiko perdarahan
9. kecemasan
B. Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas atau menyebar.
Hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan, dimana merupakanhasil
infeksi yang disebabkan oleh salah satu dari lima golongan besar jenis virus,
antara lain :
Virus Hepatitis A (HAV)
Virus Hepatitis B (HBV)
Virus Hepatitis C (HCV)
Virus Hepatitis D (HDV) atau Virus Delta
Virus Hepatitis E (HEV)
Hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri, tetapi jenis
ini jarang ada.
Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan
infeksi dengan virus-virus lainnya, seperti : Cytomegalovirus, Virus Epstein-
Barr, Virus Herpes simplex, Virus Varicella-zoster.
Manifestasi Klinis
Ada beberapa manifestasi klinis dari hepatitis. Gejala hepatitis akut terbagi dalam
empat tahap, yaitu fase inkubasi, fase prodormal, fase ikterik, dan konvalesen.
Fase Inkubasi
Fase inkubasi merupakan waktu di antara masuknya virus sampai timbulnya gejala
keluhan.
Fase Prodromal
Fase ini adalah fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama sampai gejala
timbulnya ikterus. Fase ini ditandai dengan rasa tidak enak badan umum (malaise),
mialgia, antralgia, mudah lelah, gejala infeksi saluran napas atas, anoreksia, mual,
muntah, diare/konstipasi, demam, derajat rendah (Hepatitis A), dan nyeri ringan
pada abdomen kuadran kanan atas. Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang
disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Keluhan yang lain adalah
nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, dan nyeri perut
kanan atas (uluh hati). Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu, dan
malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC
berlangsung selama 2-5 hari, pusing, dan nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal
mencolok juga pada virus hepatitis B.
Fase Ikterik
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi juga muncul bersamaan dengan gejala.
Setelah timbul ikterus, jarang terjadi perburukan gejala prodromal, namun justru
akan terjadi perbaikan klinis yang nyata. Urine berwarna seperti the pekat, tinja
berwarna pucat, dan terjadi penurunan suhu badan yang disertai dengan
bradikardia. Ikterus muncul pada kulit dan sclera yang terus meningkat pada satu
minggu, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-
kadang, fase ini disertai dengan timbulnya gatal-gatal pada seluruh badan, rasa
lesu, dan lekas capek dirasakan selama 1-2 minggu.
Fase Konvalesen (penyembuhan)
Fase ini dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di
hulu hati, dan kemudian disusul bertabahnya nafsu makan. Fase ini berlangsung
rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal,
penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capek.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
Urobilirubin direk
Bilirubin serum total
Bilirubin urine
Urobilirubin urine
Urobilirubin feses
b. Pemeriksaan protein
Protein total serum
Albumin serum
Globulin serum
HbsAg
c. Waktu protombin
Respon waktu terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
AST atau SGOT
ALT atau SGPT
LDH
Amonia serum
2. Radiologi
Rontgen abdomen
Kolestogram dan kalangiogram
Arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
Laparoskopi
Biospi hati
Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan pada hepatitis virus lebih ditekankan pada tindakan pencegahan
2. Rawat jalan kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan enyebabkan
dehidrasi.
3. Mempertahankan asupan kalori dan cairan memadai
4. Pemberian intraferon alpa pada hepatitis C akut dapat menurunkan risiko kejadian
infeksi kronis.
5. Obat-obatan yang tidak penting harus dihentikan
6. Pemantauan fungsi hati dan serologi hati HVB enam bulan kemudian, bila terdapat
peningkatan titer SGOT-SGTP lebih besar dari sepuluh kali nilai batas atas normal,
koagulopati, ensefalopati, sebab dapat dicurigai adanya hepatitis fulminan.
7. Pemeriksaan HbeAg, Ig anti-HBc, SGOT/PT, dan USG hati.
8. Terapi antivirus yang terdiri dari antireplikasi virus, imunomodulator, dan
antiproliferasi. Pegylated interferon alfa disebut dengan polythylene glikol (PEG)
yang larut dalam air terdiri dari penginterferon alfa-2a, dan penginterferonalfa-2b.
Ribavirin diberikan bersama interferon alfa untuk pengobatan hepatitis C kronis.
Sementara, tujuan tetapi antivirus adalah:
Menekan replikasi virus sehingga mengurangi risiko transmisi,
Normalisasi amino transferasi dan perbaikan histologis hati,
Menghilangkan atau mengurangi gejala dan,
Mencegah progretivitas.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
2. Hipertermi
3.Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Risiko keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan
5. Risiko infeksi
6. Intoleransi aktivitas
7. Kerusakan integritas kulit
8. Harga diri rendah situasinal
9. Kurang pengetahuan