Anda di halaman 1dari 18

Tugas ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah

Keperawatan Anak : Laporan Pendahuluan Praktik Klinik Keperawatan Anak

“ LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) “

DOSEN PEMBIMBING

Ibu Dra Hj. Sri Kusmiati, SKp., M.Kes

NAMA

Aprilia Salsabilla Dinda

NIM

P17320119009

TINGKAT / KELOMPOK

2A/1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN DIPLOMA III KEPERAWATAN BANDUNG

2021
1. Konsep Dasar Penyakit
A. Pengertian
Demam dengue / DF dan demam berdarah / DBD (Dengue Haemorrhage
Fever / DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan ataunyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(Peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (Dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue
yang ditandai oleh renjatan / syok.
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue :

DD/ DBD DERAJAT PENJELASAN LABORATORIUM


DD Demam disertai 2 atau Leukopenia
lebih tanda seperti mialgia,
Trombositopenia,
sakit kepala, nyeri
tidak ditemukan
retroorbital, artralgia. bukti ada kebocoran
plasma
, Serologi dengue +
DBD I Gejala diatas ditambah uji Trombositopenia
bendung positif. (<100.000/ul) bukti
ada kebocoran
plasma
DBD II Gejala diatas ditambah
perdarahan spontan
DBD III Gejala diatas ditambah
kegagalan sirkulasi (Kulit
dingin dan lembab serta
gelisah)
DBD IV Syok berat disertai dengan
tekanan darah dan nadi
tidak terukur

Klasifikasi derajat DBD menurut WHO :

Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan satu – satunya manifestasi
perdarahan adalah uji torniquet positif
Derajat II Derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain
Derajat III Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau
hipotensidisertai kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi
2
gelisah
Derajat IV Syok berat, nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak dapat
diukur

B. Etiologi
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Virus dengue ini
terutama ditularkan melaui vektor nyamuk Aesdes aegypti. Jenis nyamuk ini
terdapat hampir diseluruh Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 m
diatas permukaan laut. Di Indonesia, virus tersebut sampai sampai saat ini
telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B
dari arthropedi borne viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4. DEN-3 merupakan penyebab terbanyak di Indonesia. Infeksi
salah satu serotipe menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain (Nursalam
dkk, 2008).
C. Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala
DF. Pasien akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjer getah
bening, hati, dan limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang
mendaparkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Hal ini
disebut the secondary heterologous infection atau the sequential infection of
hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu rekasi anamnetik antibody,
sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks
virus antibody) yang tinggi (Wijaya & Putri, 2016).
Akibat aktivitas C3 dan C5 akan dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida
yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga
cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibat pembesaran plasma terjadi pengurangan volume

3
plasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanan darah,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan (Ngastiyah, 2014).
Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya
saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat
berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi
akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi
anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian
(Ngastiyah, 2014).
Trombositopenia terjadi akibat meningkatnya destruksi trombosit.
Penyebab peningkatan destruksi trombosit tidak diketahui, namun beberapa
faktor dapat menjadi penyebab seperti yaitu virus dengue, komponen aktif
system komplemen, dan kerusakan sel endotel. Trombositopenia, gangguan
fungsi trombosit dan kelainan system koagulasi dianggap sebagai penyebab
utama perdarahan pada DBD (Soedarmo dkk, 2008).
HEMOKONSENTRASI KEKENTALAN DARAH KARENA
TERJADI KEBOCORAN DINDING PERMEABILITAS PEMBULUH
DARAH KARENA SI NYAMUK. KARENA KEBOCORAN ITU, CAIRAN
INTRASELULER KELUAR KE EKSTRASELULER TERJADILAH
PERDARAHAN (MIMISAN) MAKANYA BAKAL TERJADI
KEKURANGAN CAIRAN (DEHIDRASI INTRASELULER) TETIBA
SYOK AJA.. MAKA BISA TERJADI UDEM, SESAK NAFAS DAN SYOK
MENINGGAL.

4
D. WOC

E. Manifestasi klinis
5
1. Demam Dengue
Merupakan demam akut selama 2 – 7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut :
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro – orbital
3) Mialgia / artralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung +)
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue +, atau ditemukan DD/ DBD yang
sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua
hal dibawah ini dipenuhi :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2 – 7 hari, biasanya bersifat
bifasik
2) Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
 Uji torniquet +
 Petekie, ekimosis, atau purpura
 Perdarahan mukosa (Epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
 Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia <100.000 u/l
4) Kebocoran plasma ditandai dengan
 Peningkatan nilai hematokrit >20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
 Penurunan nilai hematokrit >20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
5) Tanda kebocoran plasma seperti (Hipoproteinemi, asites, efusi pleura)

3. Sindrom Syok Dengue

6
Seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi
yaitu :
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat, lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun <20mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin - lembab
F. Pemeriksaan penunjang 6 – 18 TAHUN ANAK HB TROMBO
HEMATOKRIT.
1. Trombositopeni (100.000/mm3) 150RB – 300 RB
2. Hb dan PCV meningkat (20%)
3. Leukopeni (Mungkin normal atau lekositosis)
4. Isolasi virus
5. Serologi (Uji H) respon antiboy sekunder
6. Pada renjatan yang berat, periksa : HB, PCV berulang kali (Setiap jam
atau 4 – 6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan) faal
hemotasis, FDP, EKG, foto dada, BUN, creatinin serum
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and Prevention,
2009), yaitu :
1. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak
istirahat.
2. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu
mereka. anak-anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama
fase demam.
3. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya,
obat anti inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan.
4. Memantau hidrasi pasien selama fase demam
5. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau
output urine

7
6. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin
perlu cairan IV.
7. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian
kapiler, nadi, tekanan darah, dan Output urine.
8. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah
trombosit.
9. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg
normal.
10. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg normal
dan berlangsung 24-48 jam.
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut
(Nurarif & Hardhi, 2015) adalah :
1) Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2) Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue
untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan
saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
4) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue,
anak bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan
tipe virus yang lain.

8
5) Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat
bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat
beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7) Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di
kamar).
8) Pola kebiasaan
 Nutrisi dan metabolisme : Frekuensi, jenis, pantangan, napsumakan
berkurang, napsu makan menurun.
 Eliminasi atau buang air besar : Kadang-kadang anak mengalami
diare atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade
III-IV bisa terjadi melena.
 Eliminasi urine atau buang air : Kecil perlu dikaji apakah sering
kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah
Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
 Tidur dan istirihat : Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
 Kebersihan : Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat
sarang nyamuk Aedes Aegypti.
 Perilaku dan tanggapan : Bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan.

9
9) Pemeriksaan fisik : meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade)
Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
 Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah.
 Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
 Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
 Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru.
 Sistem integument : Adanya petekia pada kulit, turgor kulit
menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Kuku
sianosis/tidak
 Kepala dan leher : Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan
karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada Grade
II, III, IV).
 Dada : Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah
kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat
pada grade III dan IV.
 Abdomen : Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali),
asites.
 Ekstremitas : Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang
B. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2) Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.3.

10
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungandengan mual, muntah, anoreksia.
4) Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
5) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang
lemah.
6) Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya
volumecairan tubuh.
7) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).
8) Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
9) Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan
perdarahan
C. Perencanaan Keperawatan (Tujuan, Intervensi, Rasional Tindakan)
1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
(viremia).
Tujuan :
Suhu tubuh normal (36 - 370C).
Pasien bebas dari demam.
Intervensi :
 Kaji saat timbulnya demam.
Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
 Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.
Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien.
 Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam.±7)
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak.
 Berikan kompres hangat.
Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu tubuh.

11
 Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
 Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program
dokter.
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu
tinggi.
2) Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
Tujuan :
Rasa nyaman pasien terpenuhi.
Nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
 Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
 Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri
 Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
 Berikan obat-obat analgetik
Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.
3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungandengan mual, muntah, anoreksia.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan
makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan.
Intervensi :
 Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
 Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu
makan pasien.
 Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.

12
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan .
 Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual.
 Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
 Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan
muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
 Ukur berat badan pasien setiap minggu.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien
4) Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
Tujuan :
Volume cairan terpenuhi.
Intervensi :
 Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda
vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui
penyimpangan dari keadaan normalnya.
 Observasi tanda-tanda syock.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani
syok.
 Berikan cairan intravena sesuai program dokter
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena
cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah.
 Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume
cairan tubuh.
 Catat intake dan output.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.

13
5) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
Tujuan :
Pasien mampu mandiri setelah bebas demam.
Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
Intervensi :
 Kaji keluhan pasien.
Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien.
 Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh
pasien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam
memenuhi kebutuhannya.
 Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari
sesuai tingkat keterbatasan pasien.
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada
saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa mengalami
ketergantungan pada perawat.
 Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh
pasien.
Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri tanpa bantuan orang lain.
6) Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya
volumecairan tubuh.
Tujuan :
Tidak terjadi syok hipovolemik.
Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Keadaan umum baik.
Intervensi :
 Monitor keadaan umum pasien

14
Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama
pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan
dapat segera ditangani.
 Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.
Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.
 Monitor tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga
pasien tidak sampai syok hipovolemik.
 Cek haemoglobin, hematokrit, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah
yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
 Berikan transfusi sesuai program dokter.
Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah
yang hilang.
 Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.
Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera
mungkin
7) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan
infus).
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi pada pasien.
Intervensi :
 Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus.
Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap
kemungkinan terjadi infeksi.
 Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat
diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.
 Observasi daerah pemasangan infus.
Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus.
 Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau plebitis.

15
Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit
lebih lanjut.
8) Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
Tujuan :
Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
Jumlah trombosit meningkat.
Intervensi :
 Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran
pembuluh darah.
 Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
perdarahan.
 Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih
lanjut.
Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini
mungkin.
 Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya.
Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis
yang diberikan.
9) Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan
perdarahan
Tujuan :
Kecemasan berkurang.
Intervensi :
 Kaji rasa cemas yang dialami pasien.
Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.
 Jalin hubungan saling percaya dengan pasien.
Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan perawat.
 Tunjukkan sifat empati

16
Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan
dengan baik.
 Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Meringankan beban pikiran pasien.
 Gunakan komunikasi terapeutik
Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan diajarkan pada
pasien memberikan hasil yang efekt

17
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather. Kamitsuru, Shigemi (2018) NANDA – I Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2018 – 2020. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Huda, Amin. Hardhi Kusuma (2015) NANDA NIC – NOC Jilid II. Yogyakarta : Penerbit
Mediaction Jogja

Kasiat. Rosmalawati, Wayan. (2016) Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta Selatan :


Pusdik SDM Kesehatan

Nurjannah, Intansari (2018) Klasifikasi Luaran Keperawatan Nursing Outcomes


Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan. United Kingdom Elsevier

Nurjannah, Intansari (2018) Klasifikasi Luaran Keperawatan Nursing Interventions


Classification (NIC) United Kingdom : Elsevier

Anda mungkin juga menyukai